TUJUAN LAPORAN KASUS Penanganan Keloid Pada Telinga Dengan Teknik Debulking Dan Ditutup Dengan Flap Dari Kulit Keloid Serta Injeksi Triamsinolon Asetonid Intralesi

setelah pembedahan. Pada salah satu penelitian, pasien mendapat radiasi 1500-2000 rad. Hati- hati penggunaan luas dari radiasi ini, karena ditakutkan efek karsinogenesisnya. Efek samping yang dapat timbul yaitu perubahan warna kulit, pruritus, atrofi lokal, dan eritema persisten. Terapi ini sebaiknya dilakukan pada pasien dewasa dan kecacatan yang bermakna akibat keloid, yang gagal dengan penanganan keloid lain. 8

II. TUJUAN

Kasus ini dilaporkan untuk memberikan gambaran penanganan keloid pada telinga dengan teknik debulking dan ditutup dengan flap dari kulit keloid itu sendiri serta injeksi triamsinolon asetonid intralesi dengan hasil yang baik. Namun perlu kasus yang lebih banyak dan waktu observasi yang lebih lama untuk menilai lebih lanjut terhadap penanganan keloid yang digunakan pada kasus ini.

III. LAPORAN KASUS

Seorang wanita berusia 20 tahun, mahasiswa, bangsa Indonesia datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan dengan keluhan daging tumbuh pada telinga kanan yang dialami sejak + 1 tahun yang lalu. Ukuran daging tumbuh kira-kira sebesar kelereng dengan konsistensi keras. Awalnya pasien menindik telinganya sendiri dengan menggunakan jarum dan mengganjal lubang tindikan tersebut. Beberapa hari kemudian menjadi infeksi, sehingga pasien membuka ganjalan dan lubang tindikan lama kelamaan menjadi tertutup. Setelah sembuh, pada bekas tindikan tumbuh daging yang semakin lama semakin membesar sebesar kelereng. Pasien tidak merasakan gatal dan nyeri pada lesi. Tidak ada riwayat mudah berdarah. Sebelumnya bila terjadi luka dan menyembuh pasien tidak pernah mengalami hal yang sama seperti ini dan tidak ada riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama. Universitas Sumatera Utara Pada pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis. Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan nodus, soliter, konsistensi keras, berbatas tegas, sewarna dengan kulit dengan ukuran 2 x 3 cm, di regio heliks aurikularis dekstra gambar 1. Pada pemeriksaan laboratorium pada hasil pemeriksaan darah rutin, urin rutin, KGD ad random dan fungsi pembekuan darah dalam batas normal. Pasien didiagnosis banding dengan keloid dan dermatofibroma. Diagnosis sementara adalah keloid. Penegakkan diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan penemuan klinis. Penanganan yang dipilih pada pasien ini adalah bedah dengan teknik debulking dan penutupan defek dengan flap dari kulit keloid itu sendiri serta injeksi triamsinolon asetonid intralesi. Pasien dipersiapkan untuk operasi. Dibuat garis bantu disekeliling keloid dan garis bantu untuk flap dari medial keloid untuk menuntun eksisi. Pasien dianastesi lokal dengan anastesi tumesen kemudian ditunggu selama 20 menit. Dilakukan eksisi pada lesi sesuai garis bantu dengan meninggalkan kulit keloid sesuai dengan bentuk defek. Jaringan flap yang masih terdapat jaringan ikat ditipiskan sampai ke jaringan dermis dan dilakukan penekanan dengan kasa steril untuk mengontrol perdarahan. Kemudian defek ditutup dengan flap dari kulit keloid tersebut dengan penjahitan epidermis dengan teknik simple interrupted. Setelah itu daerah bekas operasi dibersihkan secara perlahan kemudian diberikan asam Fusidat krem lalu ditutup dengan kasa steril dan dibalut dengan plester gambar 2. Pasien diberikan Ciprofloksasin tablet 2 x 500mg, Asam Mefenamat tablet 3 x 500mg dan roborantia 1 x 1 tablet. Dianjurkan kepada pasien agar luka dijaga tidak boleh basah atau kena air. Hari ke-5 paska operasi, tampak luka sudah mulai mengering, nyeri sudah berkurang gambar 3. Benang dibuka selang-seling. Kemudian luka diberi asam Fusidat krem lalu ditutup dengan kasa steril kembali. Obat tablet masih diteruskan 3 hari lagi. Hari ke-9 paska operasi, luka sudah mengering dan nyeri sudah tidak dirasakan lagi gambar 4. Sisa benang dibuka dan luka diberi asam Fusidat krem. Hari ke-14 paska pembukaan benang, pasien diinjeksi triamsinolon asetonid intralesi 10 mgmL dan diulang setiap 1 minggu gambar 5. Pada pasien ini dilakukan 3 kali pemberian injeksi triamsinolon asetonid. Universitas Sumatera Utara Prognosisnya adalah quo ad vitam: bonam, ad fuctionam: bonam, ad sanationam: dubia. Gambar 1 Foto sebelum operasi Gambar 2 Foto sesudah operasi Gambar 3 Foto kontrol 5 hari Universitas Sumatera Utara Gambar 4 Foto kontrol 9 hari Gambar 5 Foto kontrol + 1 bulan, paska 2 kali injeksi triamsinolon asetonid

IV. DISKUSI