Murniaty: Peran CONSAL Dalam Mengembangkan Profesionalisme Pustakawan di Asia Tenggara 9
maupun Cabang di beberapa provinsi Indonesia: 2. Membantu memperjuangkan profesi pustakawan sebagai tenaga fungsional 3 Mempromosikan perpustakaan di kalangan
masyarakat dan pemerintahan, 4 Melakukan kerjasama dengan organisasi lain yang terkait dengan profesi pustakawan dan kegiatan perpustakaan 5. Memberikan pembinaan terhadap
anggota dengan berbagai kegiatan ilmiah, 6. Memberikan pembinaan terhadap lembaga pendidikan pustakawan, baik pendidikan formal, nonformal dan informal, 7 Membina
hubungan dengan IFLA, dan CONSAL, 8 Menyelenggarakan kongres 3 tahun sekali dan terakhir adalah 9 usaha untuk membantu pemerintah khususnya para ahli di bidang ilmu
perpustakaan dalam melakukan sertifikasi pustakawan agar profesi pustakawan dapat diakui sebagai tenaga yang profesional dalam menjalankan tugasnya.
Mencermati perubahan yang semakin besar, organisasi profesi pustakawan Indonesia hendaknya berupaya melakukan berbagai perbaikan dan pengembangan layanan terbaiknya bagi
kepentingan masyarakat secara terencana dan berkesinambungan. Dengan demikian organisasi profesi ini tidak akan kehilangan arah baik dalam rangka pengambilan keputusan, maupun dalam
rangka meningkatkan mutu organisasi profesi.
5. Peran CONSAL Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pustakawan Di Asia Tenggara
Peningkatan kualitas profesi pustakawan memang perlu mendapat dukungan banyak pihak, terutama dari pemerintah dan masyarakat. Dukungan dapat diberikan tidak hanya dalam
bentuk perhatian dan dana, tetapi juga dukungan dalam berbagai bentuk kegiatan-kegiatan kepustakawan, baik yang bersifat nasional, regional, maupun internasional. Salah satu bentuk
kegiatan pustakawan yang bersifat regional adalah CONSAL Congress of Southeast Asian Librarians. CONSAL mengadakan kongres setiap tiga tahun sekali secara bergiliran di masing-
masing negara anggota peserta CONSAL. Indonesia sudah pernah menjadi tuan rumah penyelenggara, yakni CONSAL III pada bulan Desember 1975 di Jakarta dan CONSAL VIII
pada bulan Juni 1990. Acara tersebut dibuka oleh Presiden RI Soeharto. Untuk General Congress CONSAL XV mendatang, juga akan diadakan di Indonesia, tepatnya di Denpasar Bali pada
bulan Mei 2012. Rencananya kongres itu akan dibuka oleh Presiden RI Soesilo Bambang
Murniaty: Peran CONSAL Dalam Mengembangkan Profesionalisme Pustakawan di Asia Tenggara 10
Yudhoyono dan diperkirakan sekitar lima ratus sampai seribu orang pustakawan akan hadir di sana pada acara puncaknya.
Kongres menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 adalah: pertemuan besar para wakil organisasi politik, sosial, profesi untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan
mengenai pelbagai masalah.
CONSAL sebagai wadah pertemuan Pustakawan se-Asia Tenggara muncul karena adanya kebutuhan bersama dari pustakawan-pustakawan di Asia Tenggara dalam hal perlunya
melakukan kerjasama regional di dalam mengembangkan dunia perpustakaan dan kepustakawanan di antara negara-negara anggota. Dalam kongres ini masing-masing negara
peserta mengirimkan delegasinya, biasanya adalah Kepala Perpustakaan, Ikatan atau Asosiasi Pustakawan dan wakil pustakawan dari berbagai jenis perpustakaan, untuk mendiskusikan dan
mengambil keputusan mengenai berbagai masalah kepustakawanan yang ada sesuai dengan tema dari kongres pada saat itu.
Sebagai kongres yang berskala regional, selama ini relatif masih belum terlihat peran CONSAL secara maksimal, misalnya dalam upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas
kepustakawanan di Asia Tenggara. Terlebih lagi peran CONSAL pada masyarakat di Asia Tenggara pada umumnya khususnya di Indonesia. Beberapa hal yang dapat dijadikan catatan
bahwa CONSAL belum berperan secara maksimal dalam meningkatkan profesionalisme pustakawan di Asia Tenggara misalnya:
1. CONSAL sebagai kegiatan pertemuan akbar pustakawan se-Asia Tenggara belum tersentuh oleh pustakawan-pustakawan di lapisan bawah. Selama ini CONSAL lebih banyak dihadiri
oleh kaum elite pustakawan, yang notabene adalah para pejabat-pejabat pustakawan ataupun kepala-kepala perpustakaan yang terkadang bukan pustakawan. Akibatnya seringkali kegiatan
kongres yang diadakan setiap 3 tahun sekali banyak tidak diketahui oleh pustakawan- pustakawan di lapisan bawah. Demikian juga dengan hasil-hasil keputusan dari forum
CONSAL juga seringkali tidak diketahui oleh para pustakawan di lapisan bawah. Seharusnya CONSAL dapat menjadi jembatan perantara dalam meningkatkan hubungan dan komunikasi
di antara pustakawan-pustakawan pada lapisan bawah tersebut.
Murniaty: Peran CONSAL Dalam Mengembangkan Profesionalisme Pustakawan di Asia Tenggara 11
2. Sebagai perhimpunan pustakawan di Asia Tenggara, CONSAL seharusnya dapat menjadi motivator bagi para pustakawan di Asia Tenggara untuk sama-sama maju, berkembang, dan
bekerjasama saling menguntungkan satu sama lain, karena masing-masing negara anggota CONSAL sama-sama memiliki ragam budaya yang sangat unik yang perlu diketahui oleh
negara-negara lain. 3. CONSAL juga perlu mendukung terbentuknya kerjasama dalam bidang pengembangan
pelayanan perpustakaan, misalnya dengan membentuk jaringan kerjasama yang berbasis teknologi informasi karena sekarang ini infrastruktur yang ada di perpustakaan sudah sangat
mendukung, misalnya jaringan internet yang sudah semakin murah dan mendunia. Juga perlu diprakarsai pembuatan “Katalog Induk” untuk negara-negara di kawasan ASEAN.
4. “Standarisasi Perpustakaan untuk Kawasan ASEAN” juga belum ada. Seharusnya ada upaya bagi negara-negara anggota CONSAL untuk membuat standar- standar tertentu, sehingga
setiap negara memiliki target dan berusaha untuk mencapai standar-standar tersebut. Misalnya di tahun 2020 perpustakaan-perpustakaan di Asia Tenggara sudah memiliki “Pangkalan Data
Bersama”. 5. CONSAL juga perlu memprakarsai penerbitan “Jurnal CONSAL” sebagai sarana komunikasi
di antara pustakawan-pustakawan di Asia Tenggara. Bagaimana mungkin setiap anggota dari masing-masing negara mempunyai ‘rasa memiliki CONSAL’ bila sarana komunikasi antar
anggota seperti jurnal saja tidak ada. Seperti kita ketahui jurnal juga dapat berfungsi sebagai media komunikasi di antara para peneliti. Jika CONSAL memiliki jurnal, maka hasil-hasil
penelitian bidang perpustakaan dan kepustakawanan akan dapat diterbitkan dan diketahui serta dibaca oleh seluruh pustakawan dari masing-masing negara peserta dan juga negara-
negara lainnya. 6. Delegasi CONSAL pada tingkat ‘nasional’ harus memiliki website tersendiri, sehingga
pustakawan di Indonesia dapat menyalurkan ide-idenya yang pada akhirnya semua ide dan gagasan-gagasan baru tersebut dapat dibicarakan sebagai isu nasional yang akan dibawa ke
pertemuan CONSAL di tingkat regional. Dengan demikian pustakawan Indonesia akan dapat
Murniaty: Peran CONSAL Dalam Mengembangkan Profesionalisme Pustakawan di Asia Tenggara 12
berinteraksi secara nasional tetapi berskala regional ASEAN. Hasil-hasil keputusan dari pertemuan kongres tersebut dapat di publikasikan di website CONSAL sehingga dapat
diketahui oleh seluruh pustakawan dari negara-negara peserta. 7. CONSAL juga diharapkan dapat menjembatani “Pertukaran Tenaga Pustakawan” antar
negara-negara anggota, mencontoh ide “Pertukaran Pelajar” seperti yang selama ini sudah sering dilakukan. Hal ini akan dapat memotivasi hubungan baik di antara pustakawan,
mendekatkan hubungan di antara mereka dan menimbulkan perasaan “senasib” sebagai pustakawan. Juga dapat dijadikan sebagai sarana berbagi informasi, pengetahuan,
keterampilan dan menambah pengalaman yang berbeda mengenai bidang kerja kepustakawanan.
8. CONSAL juga seharusnya dapat memberikan informasi tentang “Job Career” bagi pustakawan-pustakawan yang ingin berkiprah secara regionalinternasional. Sebagai contoh:
sebagai Pustakawan Muda saya tentunya memiliki harapan-harapan untuk dapat berkarir sebagai pustakawan profesional di Asia Tenggara, misalnya Malaysia. Ada baiknya jika
CONSAL dapat membantu merealisasikan hal-hal seperti ini.
Berdasarkan beberapa catatan tersebut, kita dapat melihat bahwa masih banyak masalah- masalah penting yang harus diperhatikan, ditangani dan diselesaikan oleh CONSAL. Beberapa
masalah bahkan sangat urgen untuk segera direalisasikan, seperti misalnya penerbitan jurnal CONSAL sebagai media komunikasi bagi setiap pustakawan di Asia Tenggara dan sebagai
media publikasi terhadap berbagai bentuk tulisan dan hasil-hasil penelitian para pustakawan. Karena media komunikasi seperti website CONSAL yang selama ini sudah ada, penulis menilai
masih belum diberdayakan secara maksimal. Masih banyak informasi-informasi penting yang belum dimuat di website CONSAL, misalnya tentang hasil-hasil keputusan penting yang harus
dilakukan oleh setiap pustakawan di setiap negara peserta. Dengan adanya media komunikasi seperti jurnal maka keberadaan CONSAL akan lebih memasyarakat di kalangan pustakawan di
Asia Tenggara, bukan hanya sekedar dikenal ketika kongres akbar akan berlangsung. Namun tidak dipungkiri bahwa CONSAL juga sudah memiliki beberapa prestasi,
misalnya sebagai organisasi kepustakawanan yang telah ada sejak tahun 1970 CONSAL masih
Murniaty: Peran CONSAL Dalam Mengembangkan Profesionalisme Pustakawan di Asia Tenggara 13
mampu untuk terus eksis hingga saat ini. CONSAL juga telah berhasil menyelenggarakan kongres I sampai ke XIV. CONSAL juga turut memberi sumbangan kepada bertambah eratnya
saling pengertian dan persahabatan serta kerjasama saling bermanfaat dalam dunia perpustakaan dan kepustakawanan antara bangsa-bangsa di kawasan Asian Tenggara.
6. Penutup