Pendeteksian Kemunduran Mutu Ikan dengan VISNIR

Kandungan TVB merupakan hasil akhir penguraian protein. Kadar TVB tersebut dapat dipakai sebagai indikator kerusakan ikan, berbagai komponen seperti basa volatile, terakumulasi pada daging sesaat setelah mati. Akumulasi ini terjadi akibat reaksi biokimia post mortem dan aktivitas mikroba pada daging. Ikan dinyatakan telah busuk ketika memiliki kadar TVB 30 mgN100 gram, sedangkan batas nilai TVB ikan air tawar yang masih dapat diterima ialah 18 – 25 mgN100 g Irianto dan Giyatmi, 2009. Menurut Aidil 1998, tubuh ikan memiliki nilai tahanan listrik yang selalu meningkat selama penyimpanan pada suhu ruang. Sifat kelistrikan ikan dapat diukur melalui nilai konduktivitas listrik daging ikan. Menurut Jaya dan Ramadhan 2006 pengukuran kesegaran ikan dapat dilakukan dengan menggunakan sensor ultrasonik sensor suara berfrekuensi tinggi untuk mengetahui kondisi atau karakteristik pantulan suara terhadap target ikan yang diamati. Nilai echo yang dihasilkan dari pantulan berfluktuasi karena tekstur dan kulit ikan yang masih sangat kenyal dan juga masih dapat mempertahankan kandungan air dalam tubuhnya.

2.3 Pendeteksian Kemunduran Mutu Ikan dengan VISNIR

Cahaya tampak visible light merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Panjang gelombang cahaya tampak berada pada rentang 400 nm hingga 700 nm. Radiasi inframerah dekat memiliki panjang gelombang 700 – 1.500 nm, inframerah jarak menengah memiliki panjang gelombang 150 – 1000 nm, dan inframerah jarak jauh memiliki panjang gelombang 100 – 1000 nm. Dalam pendeteksian dengan NIR, ikan 6 disinari dengan gelombang NIR, kemudian cahaya yang dipantulkan atau ditransmisikan diukur. Hamburan ini bergantung pada panjang gelombang, proses penyerapan, komposisi kimia serta sifat produk itu sendiri. Sejumlah metode spektroskopi telah digunakan dalam menentukan kesegaran ikan, terutama pada rentang gelombang tampak dan inframerah dekat. Spektroskopi dapat menampilkan perubahan yang terjadi dalam interaksi radiasi elektromagnetik dengan materi yang disebabkan oleh respon fisik dari sampel ikan. Spektroskopi VISNIR telah banyak dilakukan misalnya untuk memprediksi mutu dari ikan cod yang ditangkap oleh longline dan gillnet oleh Nilsen dan Esaialsen 2005, serta menentukan kesegaran fillet ikan cod dan membandingkan fillet ikan cod segar dan frozen-thawed oleh Sirversten et al. 2011. Olafsdottir et al. 2004 membandingkan beberapa sensor yang mengukur kualitas fisik ikan, salah satunya menggunakan spektroskopi VISNIR, serta menggunakan QIM sebagai metode acuan sehingga dapat mengukur kualitas ikan. Koppang et al. 2005 menemukan bahwa kualitas ikan tidak hanya dinilai berdasarkan penampilan warna dan cacat, bau dan komposisi gizi. Terdapat cacat mutu lain misalnya bintik-bintik melanin yang dapat terdeteksi cukup baik pada kisaran panjang gelombang 700 nm dan 800 nm. Selain itu terdapat pula nematoda. Nematoda ini sulit untuk dideteksi, namun pencitraan spektroskopi telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Percobaan oleh Heia dan Sirvesten et al. 2007 telah menunjukkan bahwa bercak darah dapat dideteksi sampai 10 mm tergantung pada ukuran dan konsentrasi. Nematoda gelap dan bercak darah memiliki beberapa kesamaan karena penyerapan spektral hemoglobin. Oleh karena itu sebagian besar kesalahan pendeteksian nematoda adalah karena bercak 7 darah. Pengamatan mengenai spektroskopi VISNIR oleh Nilsen dan Esaissen 2005 mengungkapkan bahwa pada panjang gelombang 400 nm hingga 450 nm serta 525 hingga 630 nm mempresentasikan darah dalam otot ikan. Penelitian mengenai pendeteksian kemunduran mutu ikan menggunakan NIR sebelumnya telah dilakukan oleh Munandar pada tahun 2012 dengan membuat IFFI-1, instrumen pengukuran kesegaran ikan secara real time dengan penampilan data digital dengan tampilan yang lebih sederhana dan mudah untuk dibawa. Alat yang dirancang merupakan sistem elektronik yang mengukur perubahan kesegaran ikan menggunakan sensor infrared. Hasil uji coba alat mencakup pengukuran panjang gelombang infrared, intensitas pantulan infrared terhadap perubahan suhu lingkungan serta pengukuran pantulan infrared pada ikan nila dan ikan lele dan pengukuran suhu pada ikan nila dan ikan lele. Hasil pengukuran panjang gelombang diperoleh panjang gelombang yang baik untuk pengukuran kesegaran ikan sekitar 525 nm dan 690 nm Munandar, 2012. Berdasarkan hasil pengujian pantulan infrared dengan panjang gelombang 780 nm dan sensor suhu pada ikan lele, terjadi penurunan nilai pantulan infrared selama masa pengukuran tetapi tidak terdapat penurunan yang signifikan. Ikan nila lebih mudah mengalami kemunduran mutu yaitu masa 12 jam setelah pematian ikan nila sudah mulai mengeluarkan cairan dari dalam tubuhnya sedangkan pada ikan lele belum terjadi. Ikan lele baru mengeluarkan cairan setelah melewati masa 24 jam setelah waktu ikan dimatikan Munandar, 2012. 8

3. METODOLOGI PENELITIAN