Tarwoto dan Wasnidar 2007 mengatakan, akibat anemia pada ibu hamil menyebabkan padi ibu menjadi penyulit persalinan, resiko syok saat persalinan,
mudah terjadi penyakit saat persalinan, keguguran, lahir prematur, BBLR, kelainancacat pada janin, dan lematangan fungsi organ tubuh janin tidak
sempurna. Sedangkan menurut Rochjati 2003, komplikasi yang dapat terjadi pada
kehamilan dengan anemia berat, yaitu Hb kurang dari 6 adalah kematian janin dalam kandungan, persalinan premature, pada kehamilan kurang dari 37 minggu,
persalinan lama, perdarahan pasca persalinan.
2.3.4 Pengobatan Anemia pada Kehamilan
Leveno dkk. 2009, tujuan pengobatan perbaikan deficit massa Hb dan ahirnya pemulihan zat besi. Kadua tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian
senyawa zat besi sederhana per oral, fero sulfat, fumarat, atau glukonat yang memberikan dosis harian sekitar 200mg zat besi elemental. Transfusi sel darah
merah atau darah lengkap jarang diindikasikan sebagai terapi anemia defisiensi zat besi juga terdapat hipovolemia akibat kehilangan darah atau harus dilakukan
pembedahan darurat pada wanita dengan anemia berat hematokrit 20 volume.
Universitas Sumatera Utara
Manuaba 2002, di puskesmas pernah dirancangkan pemberian preparat Fe, dengan bantuan WHO, tetapi preparat tersebut berbau besi dan tampak
karatan, sehingga ditolak masyarakat. Angka anemia pada kehamilan cukup tinggi sekitar 67 dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masin-
masing. Sekitar 10-15 tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin. Sebagian besar anemia ibu hamil
tergolong kekurangan gizi. Pada kasus anemia berat dapat diberikan Fe secara langsung melalui intravena atau intramuscular. Sebagian gambaran upaya
penanggulangan anemia adalah peningkatan sel darah merah ibu dengan total jumlah keburutuhan 900 mgr Fe yaitu 500 mgr Fe untuk peningkatan sel darah
merah pada ibu, 300 mgr Fe untuk kebutuhan plasenta, dan untuk penambangan darah janin sebanyak 100 mgr Fe.
2.3.5 Pencegahan Anemia pada Kehamilan
Melalui program perbaikan gizi rutinnya, telah melakukan pencegahan dan penaggulangan anemia zat besi melalui pemberian suplementasi langsung zat besi
berupa tablet besi pada ibu hamil60 mg elementasi besi, 0,25 mg asam folat. Diberikan setiap hari sejak kehamilan trimester I dan diharapkan ibu hamil
mengkonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilannya. Pemberian sirup Fe juga diberikan kepada balita yang mengalami kurang gizi. Dilakukan bersama kegiatan
usaha perbaikan gizi keluarga UPKG di posyandu, puskesmas, klinik bersalin dan rumah sakit Depkes, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Manuaba 2002, melalui pendidikan, anemia dapat diturunkan dengan jalan menjarangkan kehamilan, meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungan,
melakukan antenatal intensif dan memberikan tambahan vitamin dan meningkatkan gizi ibu saat hamil.
Pencegahan dan penanggulangan anemia pada ibu hamil antara lain Wirahadikusuma, 1999:
1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, seperti mengkonsumsi
pangan hewani daging, ikan, hati dan telur, makanan nabati sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, dan padi-padian. Buah dan sayur yang segar
merupakan sumber vitamin C yang diperlukan untuk penyerapan zat besi di dalam tubuh. Hindari mengkonsumsi makanan bersamaan dengan nasi,
seperti teh karena dapat mengurangi penyerapan zat besi. 2.
Suplemen zat besi yang berfungsi dapat memperbaiki Hb dalam waktu singkat.
3. Fortifikasi zat besi yaitu penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan
pangan untuk meningkatkan kualitan pangan. Menurut Tarwoto dan Wasnidar 2007, cara mencegah anemia pada ibu
hamildengan makan makanan yang banyak mengandung zat besi, asam folat, konsumsi vitamin C yang lebih banyak, hindari atau kurangi minum teh dan kopi,
minum suplemen zat besi 90 tablet selama kehamilan, hindari aktifitas yang berat, istirahat yang cukup, ukur tekanan darah, periksa Hb pada tempat
pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pengetahuan