7
sulfur yang tinggi menyebabkan asam lemak tak jenuh minyak lebih cepat teradisi dan membentuk ikatan sulfida.
Ikatan-ikatan rangkap dalam asam lemak tidak jenuh dalam minyak nabati jarak akan diadisi oleh sulfur sehingga terbentuk ikatan-ikatan silang. Sulfur yang ditambahkan akan mengikat
rantai karbon tidak jenuh secara intramolekul dan intermolekul pada saat minyak mengalami proses vulkanisasi seperti pada Gambar 7. Intramolekul adalah proses pengikatan sulfur dengan rantai karbon
tidak jenuh pada asam lemak lain dalam satu trigliserida. Intermolekul adalah proses pengikatan sulfur dengan rantai karbon tidak jenuh pada trigliserida yang lain Flint, 1955.
Gambar 1. Reaksi adisi sulfur pada pembentukan faktis gelap Flint, 1955 Menurut Carrington 1962, untuk mendapatkan faktis keras dengan ekstrak aseton rendah
dan warna yang baik, digunakan minyak yang mempunyai kandungan asam lemak jenuh kurang dari 5, bilangan iod 80-110 dan mempunyai asam polyolefin lain disamping asam linoleat. Jika
kandungan asam lemak jenuh dari minyak lebih dari 5, faktis akan memiliki tekstur yang lunak. Bilangan asam yang tinggi lebih dari 5 akan menyebabkan faktis memiliki tekstur yang
lengket. Jika bilangan asam pada minyak lebih dari 5, maka perlu dilakukan penetralan terlebih dahulu, yaitu dengan menambahkan NaOH atau Na
2
CO
3
pada campuran. Selain itu, penambahan Na
2
CO
3
pada minyak akan menghasilkan faktis dengan tekstur yang lebih padat Alfa dan Honggokusumo, 1998. Menurut Flint 1955, untuk membuat faktis gelap ada dua tahap yang dapat
dilalui, yaitu:
a. Pembentukan minyak vulkanisasi
Minyak sebagai bahan baku akan tervulkanisasi pada suhu tinggi dan masih berwujud cair. Kemudian campuran tersebut akan menjadi padatan yang elastis jika dibiarkan pada suhu normal.
Akan tetapi, padatan elastis tersebut akan larut jika dicuci dengan larutan organik. Tahapan terbentuknya padatan elastis biasa disebut vulcanized oil atau minyak vulkanisasi.
b. Pembentukan faktis gelap
Dengan pemanasan lebih lanjut, maka minyak vulakanisasi tersebut berubah menjadi bentuk gel. Padatan gel tersebut disebut dengan faktis yang tidak mencair bila dipanaskan lagi. Tahap ini
disebut dengan tahap terbentuknya faktis gelap. C
C C
C 4S
S C
C S
S C
C S
8
Menurut Flint 1955, asam lemak tak jenuh penyusun molekul trigliserida yang umumnya digambarkan dalam bentuk “E” yang ditunjukkan pada Gambar 2 a. namun struktur molekul
trigliserida demikian tidak dapat membentuk faktis. Struktur molekul trigliserida yang tepat diperoleh dengan memutar cabang terbawah R
3
ke posisi perpanjangan cabang kedua R
2
. Hasil akhir perputaran cabang ketiga ini akan membentuk struktur trigliserida seperti “garpu tala” tuning fork
yang ditunjukkan pada Gambar 2 b. Perputaran ini dapat terjadi karena asam lemak pada cabang ketiga trigliserida tidak sama dengan asam lemak pertama dan kedua.
a a
b Gambar 2
. a Molekul trigliserida bentuk “E” dan b “tuning fork” garpu Flint, 1955 Pengikatan antar trigliserida yang satu dengan yang lain melalui ikatan mono atau disulfida
akan membentuk suatu makromolekul dengan susunan menyerupai susunan tumpukan buku book file
atau susunan bata dinding brick in wall yang memanjang dengan bobot molekul sekitar 7.000 seperti pada Gambar 3. Kedua jenis susunan ini juga dapat bergabung membentuk struktur
makromolekul faktis. Struktur molekul seperti ini memungkinkan mudahnya terjadi sliding effect diantara rantai molekul lurus yang memberikan sifat berorientasi menyebar dan mengikat bahan-
bahan sewaktu dilakukan pencampuran dan mempercepat tercapainya homogenitas campuran. Tipe susunan bata dinding akan menghasilkan struktur makromolekul yang lebih kuat, hal tersebut juga
dapat mempengaruhi mutu faktis Flint, 1955.
a CH
3
O C
R
1
CH
3
O C
R
2
CH
3
O C
R
3
O O
CH
3
O C
R
1
O R
3
C O
CH
3
CH O
C R
2
9
b Gambar 3. Tipe susunan unit pokok faktis: a bata dalam dinding bricks in a wall dan b
tumpukan buku pile of book Flint, 1955 Penambahan faktis ke dalam kompon karet menurut Alfa dan Honggokusumo 1998 dapat
memberikan beberapa keuntungan teknis antara lain memudahkan pencampuran karet dengan bahan kimia karet, mengurangi porositas, meningkatkan kestabilan, memperhalus permukaan, dan
meningkatkan daya retak. Selain itu, faktis juga digunakan untuk berbagai tujuan seperti dalam pembuatan karet penghapus, pelapis kabel, barang jadi karet selular, barang jadi karet dari lateks, serta
dalam pembuatan barang jadi karet yang menggunakan alat kalender, ekstruder dan alat cetak injeksi. Aplikasi faktis cukup luas karena meliputi penggunaan dalam pengolahan karet alam maupun karet
sintetis. Penggunaan faktis dalam pengolahan kompon karet memberikan manfaat, antara lain mengurangi konsumsi energi dan mempercepat waktu pencampuran, membantu dalam mengontrol
ketebalan lembaran karet dalam proses kalendering, dan menghasilkan permukaan produk yang mengkilap dan halus Lever, 1951.
C. Netralisasi