48
Berdasarkan hasil observasi, posbindu ini juga tidak menggunakan leaflet atau media KIE lainnya untuk diberikan
kepada peserta posbindu dan media penunjang bagi kader untuk melakukan konseling. Selain itu, kader juga tidak membawa buku
pedoman pada saat melakukan konseling.
4 Machine
Alat yang digunakan posbindu ini dalam kegiatan konseling di posbindu adalah meja, kursi, pulpen, timbangan untuk mengukur
berat badan, dan microtoise untuk mengukur tinggi badan. Sedangkan, alat yang dibutuhkan untuk melakukan penyuluhan
kelompok adalah speaker dan mic. Tempat pelaksanaan posbindu dipilih berdasarkan kesepakatan kader dan dapat dijangkau oleh
masyarakat sehingga memudahkan peserta posbindu untuk datang.
5 Method
Alur pelayanan pada Posbindu Tulip, yaitu meja 1 dilakukan registrasipendaftaran dan peserta mendapatkan KMS-FR, meja 2
dilakukan pengukuran antropometri, meja 3 dilakukan pencatatan pengukuran antropometri berat badan, tinggi badan dan indeks
massa tubuh, pengukuran tekanan darah, dan gula darah. Terkadang melakukan pengukuran asam urat dan kolestreol jika
tersedia bahan untuk mengukurnya. Pada meja 4 dilakukan pencatatan dan pelaporan dan meja 5 dilakuakn rujukan bila peserta
posbindu membutuhkan.
6 Market
Posbindu Tulip juga mensosialisasikan kegiatan posbindu di kegiatan pengajian, arisan RT, dan mengumumkan melalui pengeras
suara di masjid atau mushalah terdekat pada hari pelaksanaan posbindu.
b. Proses
Alur kegiatan di Posbindu Tulip berbeda dengan yang dianjurkan oleh Kemenkes 2014. Pada meja pertama dan kedua, kegiatan yang
dilakukan di Posbindu Tulip sama dengan yang dilakukan oleh Posbindu Dukuh. Namun pada meja kedua, hasil pengukuran
antropometri langsung dicatat kedalam KMS FR-PTM.
49
Sama halnya dengan Posbindu Dukuh pada meja ketiga, peserta melakukan pengukuran tekanan darah dan gula darah. Namun selain itu
posbindu tulip juga menyediakan pengukuran untuk asam urat dan kadang menyediakan pengukuran kolesterol. Kemudian, langsung
diberikan konseling mengenai kesehatannya. Jika ditemukan peseta yang mengalami obesitas maka diberikan konseling berupa diet
karbohidrat dan olahraga secara teratur. Namun, konseling lebih berfokus pada masalah kesehatan, seperti hipertensi dan diabetes
mellitus bukan pada faktor risikonya serta diberi rujukan bila diperlukan.
Dalam melakukan konseling kader juga tidak menggunakan media penunjang, seperti, buku pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, dan
lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan yang dianjurkan oleh Kemenkes 2014. Hal ini dikarenakan dana posbindu yang terbatas dan lebih
mengutamakan pada kebutuhan posbindu lainnya, seperti stik gula darah.
Setelah kegitan selesai dilakukan, peserta memberikan KMS FR- PTM untuk dilakukan pencatatan dan pelaporan secara menyeluruh oleh
kader. Namun, hasil kegiatan posbindu tidak dilaporkan kepada pihak puskesmas. Hal ini dikarenakan petugas puskesmas tidak meminta
laporan tersebut untuk dilaporkan.
c. Output
Output kegiatan pada Posbindu Tulip juga untuk memberikan konseling obesitas secara tepat sesuai dengan yang dianjurkan
Kemenkes 2014, yaitu konseling diet rendah kalori dan olehraga secara teratur minimal 30 menit. Namun, pada pelaksanaannya belum
tepatnya pemberian konseling obesitas yang diberikan oleh kader kepada peserta posbindu dikarenakan rendahnya pengetahuan kader
mengenai diet rendah kalori. Kader hanya memberikan konseling obesitas berupa diet karbohidrat dan olahraga secara teratur saja.
Sementara jumlah kasus obesitas di Posbindu Tulip sebanyak 25 kasus pada tahun 2015 dengan total kunjungan peserta posbindu sebanyak 64
orang, sehingga prevalensi obesitas di Posbindu Tulip sebesar 39,06.
50
3.3 Identifikasi Penyebab Masalah