DESAIN SISTEM KENDALI STRATEGI PENGENDALIAN

18 yang terletak pada bagian bawah, tengah dan atas dinding dengan diameter ± 1 cm seperti terlihat pada Gambar 11. ¾ PenyanggaDudukan PenyanggaDudukan berfungsi sebagai penyanggadudukan alat pengering sehingga alat pengering dapat berdiri kokoh. Penyanggadudukan ini akan didesain menggunakan tiga kaki yang terbuat dari besi tulangan dengan diameter 1.5cm dengan tinggi 70cm. ¾ Blower Blower berfungsi untuk mengambil udara dari lingkungan yang kemudian mengalirkan udara tersebut ke tumpukan jagung pipilan yang akan dikeringkan. Spesifikasi blower yang digunakan adalah sebagai berikut: Blower = 1 phase laju udara = 410 m 3 jam RPM = 2800 Daya = 90 Watt Tegagan =220Volt 0.2m Karton 0.5m Lubang pengukuran suhu Lubang pengambilan sampel Kadar air Bak penampung 1m Insulasi glasswool Penyambung pipa paralon Gambar 11. Desain alat pengering tipe tumpukan batch

E. DESAIN SISTEM KENDALI

Sistem kendali yang akan didisain berfungsi sebagai pengontrolan putaran kipas selama proses pengeringan berdasarkan kondisi suhu dan RH yang dideteksi sensor. Adapun bagian- bagian dari sistem kendali adalah sebagai berikut: ¾ Mikrokontroler DT51 Petrafuz ver.3.3 Program yang digunakan untuk sistem pengendalian akan di input ke dalam mikrokontroler DT51 Petrafuz. Selain itu, mikrokontroler ini akan mengolah nilai suhu dan RH yang dideteksi sensor menjadi nilai suhu dan RH yang sebenarnya dengan menggunakan persamaan 6 dan 7 serta mengolah nilai suhu dan RH tersebut menjadi nilai kadar air kesetimbangan Me. 19 ¾ Rangkaian LCD Nilai suhu dan RH sebenarnya yang telah diolah dalam mikrokontroler akan ditampilkan dalam LCD untuk proses pengambilan data nilai suhu dan RH yang dideteksi sensor selama proses pengeringan. Rangkaian LCD terhubung dengan mikrokontroler DT51 Petrafuz ver. 3.3 pada port LCD. ¾ Rangkaian Catu daya dan Power supplay Catu daya yang akan digunakan adalaha trafo CT 2A yang kemudian dihubungkan pada rangkaian power supplay untuk mensupplay tegangan yang dibutuhkan untuk rangkaian lain. ¾ Rangkaian pengaturan kecepatan putar kipas zero crossing. Rangkaian pengaturan kecepatan putar kipas AC terdiri dari IC LM339, BTA41, IC MOC 3021 yang berfungi untuk medeteksi zero crossing kondisi dimana terjadi perubahan dari ‘1’ ke ‘0’ atau sebaliknya pada gelombang pulsa, pembangkit gelombang segiempat dan waktu delay. ¾ Mikrokontroler DT-51 Low cost micro sistem ver. 2.2 Mikrokontroler ini bertugas untuk mendeteksi terjadinya zero crossing dimana tegangannya ditahan dengan nilai ‘0’ atau ‘1’ selama waktu tertentu tergantung keluaran yang diinginkan. ¾ Sensor Pada sistem kendali untuk pengeringan jagung pipilan ini, digunakan dua sensor yang memiliki keakurasian yang tinggi dalam pembacaan suhu dan kelembaban yaitu Sensor SHT11 dan SHT75.

F. STRATEGI PENGENDALIAN

Strategi pengendalian pada proses pengeringan jagung pipilan dengan tipe tumpukan dilakukan dengan cara mengatur tingkat kecepatan putar kipas berdasarkan perbandingan nilai Me lingkungan dengan Me di dalam tumpukan pada lapisan bawah dan diatas tumpukan paling atas. Terdapat tujuh tingkatan kecepatan putar kipas yaitu kecepatan maksimal, kecepatan tingkat 1, kecepatan tingkat 2, kecepatan tingkat 3, kecepatan tingkat 4, kecepatan tingkat 5 dan tidak berputar mati. Jika Me lingkungan Me tumpukan jagung lapisan bawah maka kipas akan berputar maksimal, sebaliknya jika Me lingkungan Me tumpukan jagung lapisan atas maka kipas tidak akan berputar. Sedangkan jika Me tumpukan jagung lapisan bawah Me lingkungan Me tumpukan jagung lapisan atas maka kipas akan berputar pada tingkat kecepatan 1 sampai kecepatan 5 sesuai dengan hasil perbandingan dari ketiga Me tersebut terlihat pada Gambar 12. Nilai kadar air keseimbangan diperoleh dari persamaan 4 dimana nilai suhu dan kelembaban relatif yang digunakan diperoleh dari pembacaan oleh sensor SHT11 dan SHT75. Penulisan program sistem kendali disusun dalam bahasa C yang terdiri dari tiga modul subprogram. Modul pertama adalah modul akuisisi data, dimana modul ini digunakan untuk penulisan dan pembacaan sensor SHT11 dan SHT75. Modul kedua adalah modul yang digunakan untuk menghitung Me berdasarkan persamaan 4 dan penentuan lebar pulsa sebagai tingkat kecepatan putar kipas. Sedangkan modul yang ketiga adalah modul yang digunakan untuk sistem pengendalian kipas berdasarkan lebar pulsa yang telah ditentukan pada modul kedua. Secara umum modul pertama dan kedua disebut bagian akuisisi data sedangkan modul ketiga disebut bagian pengendalian. 20 Gambar 12. Strategi pengendalian Mulai 0.6 M M M M .8 T Lingk, RH Lingk, T Atas, RH Atas T Bawah, RH Bawah Hitung M Ambien, M Bawah, M Atas M ambien M atas M ambien M bawah 0.8 M M M M 0.4 M M M M .6 0.2 M M M M .4 M M M M . Kadar air ≤ 14 Kipas On V 1 Kipas On V 5 Kipas On V 4 Kipas On V 3 Kipas On V 2 Kipas On max Kipas Off Sistem pengendalian diteruskan Kipas Off Selesai Y Y Y Y Y Y Y Y T T T T T T T T Y T 21

G. METODE PENGAMBILAN DATA