Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Migrasi Internasional dan Implikasinya terhadap Pemberantasan Kemiskinan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
MIGRASI INTERNASIONAL DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBERANTASAN KEMISKINAN

Malla Dewi Agisty

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor
yang Memengaruhi Migrasi Internasional dan Implikasinya terhadap
Pemberantasan Kemiskinan (Studi Kasus: Tenaga Kerja Wanita di Desa Pabuaran,
Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Malla Dewi Agisty
NIM H14090115

ABSTRAK
MALLA DEWI AGISTY, Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Migrasi
Internasional dan Implikasinya terhadap Pemberantasan Kemiskinan. Dibimbing
oleh MANUNTUN PARULIAN HUTAGAOL.
Program penempatan tenaga kerja diluar negeri memberikan dampak positif
terhadap negara yaitu meningkatnya jumlah remitansi dan devisa. Migrasi
internasional melalui remitan dapat mengurangi kemiskinan, namun kemiskinan
juga dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi internasional.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang memengaruhi
keputusan wanita untuk melakukan migrasi internasional dengan pendekatan
binary logistic regression, sedangkan untuk menganalisis pemanfaatan remitan
dan implikasinya terhadap kemiskinan menggunakan metode deskriptif. Penelitian
ini menggunakan data primer 100 wanita usia kerja di Desa Pabuaran, Kecamatan

Pabuaran, Kabupaten Subang. Hasil menunjukan bahwa umur, status pernikahan,
tingkat pendidikan, pendapatan di daerah asal dan birokrasi memengaruhi wanita
usia kerja untuk melakukan migrasi internasional. Sebagian besar Tenaga Kerja
Wanita (TKW) tidak memanfaatkan remitan kearah ekonomi produktif karena
potensial saving masih rendah. Potensi remitan mengurangi kemiskinan relatif
kecil.
Kata Kunci: Binary Logistic, Kemiskinan, Migrasi Internasional, Remitan, TKW

ABSTRACT
MALLA DEWI AGISTY, Analysis of the Factors Influencing International
Migration and Implication Toward Against Poverty. Supervised by MANUNTUN
PARULIAN HUTAGAOL
Employment programs abroad provide a positive impact on the State,
increase the amount of remittances and foreign exchange. International migration
through remittances can reduce poverty, however poverty can also influence a
person to undertake international migration. This study was conducted to analyze
factors that influence women's decision to migrate internationally with binary
logistic regression approach, while to analyze the utilization of remittances and
their implications for poverty using descriptive methods. This study used primary
data of 100 women of working age at Pabuaran village, Pabuaran district, Subang

regency. The results showed that age, marital status, education level, income in
the region of origin and the bureaucracy affect women of working age for
international migration. Most of women worker did not use remittances towards
productive economy because potensial saving is low. Potential remittance reduce
poverty relatively small.
Key words: Binary Logistic, Poverty, International Migration, Remittance,
Women Worker

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
MIGRASI INTERNASIONAL DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBERANTASAN KEMISKINAN

Malla Dewi Agisty

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi


DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Migrasi Internasional
dan Implikasinya terhadap Pemberantasan Kemiskinan
Nama
: Malla Dewi Agisty
NIM
: H14090115

Disetujui oleh

Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Faktorfaktor yang Memengaruhi Migrasi Internasional dan Implikasinya terhadap
Pemberantasan Kemiskinan (Kasus: Tenaga Kerja Wanita di Desa Pabuaran,
Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang). Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Manuntun Parulian Hutagaol,
Ph.D selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan kritik terhadap
penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Wiwik Rindayanti
selaku penguji utama dan kepada Ibu Laily Dwi Arsyianti, M.Sc selaku penguji
Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan berupa saran dan kritik
sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Terima kasih penulis ucapkan

kepada Kepala Desa Pabuaran beserta aparat desa yang telah membantu selama
masa penelitian. Tidak lupa, ucapan terima kasih kepada seluruh responden yang
bersedia memberikan informasi terkait dengan penelitian ini. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, Lussi dan Agung serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Malla Dewi Agisty

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Peneitian

Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA

4
4
4

Teori Migrasi

4

Migrasi Internasional dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

4

Hubungan Migrasi Internasional, Remitan dan Kemiskinan

6

Kerangka Pemikiran

Hipotesis
METODE PENELITIAN

7
8
8

Sumber dan Jenis Data

8

Lokasi dan Waktu Penelitian

9

Metode Pengumpulan Data

9

Metode Analisis Data

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Migrasi Internasional

9
10

Definisi Operasional Variabel

10

Tahap Analisis Model

11

Analisis Pemanfaatan Remitan dan Impilkasinya terhadap Kemiskinan

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

12


Gambaran Umum

12

Karakteristik Responden

13

Pengujian Statistik Analisis Regresi

15

Hasil Estimasi Model

16

Pemanfaatan Remitan dan Implikasinya terhadap Kemiskinan
SIMPULAN DAN SARAN

19
21

Simpulan

21

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Perkembangan remitansi TKI di luar negeri tahun 2009 - 2012
Karakteristik responden yang memutuskan bermigrasi internasional
Karakteristik responden yang tidak memutuskan migrasi internasional
Ringkasan estimasi regresi faktor-faktor yang memengaruhi migrasi
internasional
5 Pemanfaatan remitan
6 Potensial saving yang diterima responden

2
14
15
16
19
20

DAFTAR GAMBAR
1 Penempatan tenaga kerja di luar negeri berdasarkan jenis kelamin tahun
2007 - 2012
2 Faktor-faktor yang terdapat pada daerah asal, daerah tujuan dan
rintangan antara
3 Kerangka Pemikiran
4 Presentase kemiskinan

2
5
7
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Hasil Uji G
Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Umur
Nagelkerke R-square dan Log Likehood
Uji signifikansi
Kuisioner penelitian 1
Kuisioner penelitian 2

24
24
24
25
27
28

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi
oleh suatu Negara. Tingginya pertumbuhan angkatan kerja membuat
permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia semakin rumit. Jumlah pengangguran
di Indonesia masih relatif tinggi. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS) Agustus 2012, jumlah pengangguran atau pencari kerja di
Indonesia sebanyak 7.24 juta orang atau 6.14% dari angkatan kerja yang ada.
Angka tersebut masih jauh di atas tingkat penganggur alami sebesar 4-5%. Jumlah
pengangguran akan naik apabila laju penyerapan tenaga kerja lebih rendah
daripada laju angkatan kerja. Jumlah pengangguran dan pencari kerja di Indonesia
cukup tinggi namun ketersediaan lapangan pekerjaan dalam negeri tidak
mencukupi.
Jumlah pengangguran yang besar dapat menimbulkan kemiskinan.
Kemiskinan pada umumnya lebih banyak dinikmati oleh masyarakat pedesaan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin
di pedesaan mencapai18 juta orang dan jumlah penduduk miskin di perkotaan
mencapai 10 juta orang. Hal yang menyebabkan kemiskinan di daerah pedesaan
adalah lapangan pekerjaan yang terbatas dan pendapatan yang diterima cukup
rendah. Strategi kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi kemiskinan adalah
mendorong pertumbuhan ekonomi mayoritas penduduk miskin (pro-poor growth)
terutama melalui kegiatan yang dapat membuka kesempatan kerja dan
keselamatan usaha bagi kelompok masyarakat miskin (Adisasmita, 2005).
Dalam rangka menanggulangi masalah pengangguran dan kemiskinan,
pemerintah membuka kesempatan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Tidak
sedikit masyarakat yang akhirnya memutuskan untuk bekerja di luar negeri atau
menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Perpindahan tenaga kerja dari negaranegara berkembang keluar negeri pada dasarnya disebabkan oleh adanya
perbedaan ekonomi antar negara, rendahnya tingkat upah ditambah dengan
sulitnya memperoleh pekerjaan yang memadai di negara-negara berkembang.
Adanya kesempatan kerja dan tingginya tingkat upah di negara-negara maju
cenderung mendorong perpindahan tenaga kerja dari negara berkembang ke
negara maju (Mulyadi, 2006). Migrasi Internasional merupakan salah satu
fenomena yang banyak terjadi di negara berkembang. Indonesia merupakan salah
satu negara pemasok tenaga kerja diluar negeri. Terbukti dengan jumlah
penempatan tenaga kerja di luar negeri yang cukup besar setiap tahunnya.
Jumlah TKI wanita atau biasa disebut TKW lebih besar dibandingkan TKI
laki-laki. Pada tahun 2012 jumlah TKW yang diberangkatkan berjumlah 255 750
orang sedangkan TKI berjumlah 194 851 orang. Jumlah ini turun dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai 376 317 TKW dan 210 116 TKI. Hal ini
disebabkan pada tahun 2011 pemerintah menetapkan moratorium. Jumlah TKW
yang lebih besar di bandingkan TKI mengindikasikan bahwa kesempatan bekerja
untuk perempuan terus meningkat, sehingga laki-laki dan perempuan semakin

2
memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pekerjaan. Dapat dijelaskan
dengan grafik berikut ini.
700000

Jumlah orang

600000
500000
400000
300000

Laki-laki

200000

Wanita

100000
0
2007

2008

2009

2010

2011

2012

Tahun
Sumber: Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (PUSDATINAKER) (diolah)

Gambar 1 Penempatan Tenaga Kerja di Luar Negeri Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2007-2012
Migrasi dan kemiskinan mempunyai hubungan yang erat.Migrasi dapat
dianggap sebagai sebuah alternatif untuk keluar dari jerat kemiskinan. Migrasi,
dengan pendapatan yang diperoleh darinya, juga mempunyai andil dalam
pengentasan kemiskinan, minimal di tempat asal para migran.Sebaliknya, dalam
kondisi tertentu, kemiskinan justru menciptakan alasan yang mendasari orang
melakukan migrasi (ILO, 2003). Migrasi internasional dapat menjadi solusi untuk
mengatasi masalah kemiskinan melalui pengiriman uang atau remitansi. Menurut
Pusdatinaker, pada tahun 2011 jumlah remitan yang diterima Indonesia mencapai
6.73 miliar dollar AS sedangkan pada tahun 2012 jumlah remitan TKI telah
mencapai 6.32 miliar dollar AS. Penerimaan remitan mengalami sedikit
penurunan namun jumlah remitan masih cukup besar. Jumlah tersebut belum
mencakup jumlah remitansi secara keseluruhan karena sebagian besar TKI
mengirim remitan secara informal (bukan melalui bank atau badan usaha yang
telah memperoleh izin dari Bank Indonesia), perkembangan remitansi dapat
dijelaskan dengan tabel berikut ini:
Tabel 1 Perkembangan Remitansi TKI di Luar Negeri Tahun 2009 – 2012
Tahun
Remitansi (miliar USD)
2009
6.617
2010
6.734
2011
6.731
2012
6.382
Sumber: Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (diolah)

Salah satu Provinsi pengirim TKI terbesar adalah Jawa Barat. Menurut
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, TKI yang berasal dari
Jawa Barat pada tahun 2011 sebesar 144 183 orang. Angka tersebut merupakan

3
yang terbesar di seluruh Indonesia. Salah satu penyumbang TKI terbesar di Jawa
Barat adalah Kabupaten Subang. Jumlah remitansi yang diterima Kabupaten
Subang melebihi jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya sendiri. Menurut
Pusat Data dan Analisa Pembangunan Jawa Barat, PAD Kabupaten Subang pada
tahun 2011 sebesar 82.5 Miliar Rupiah sedangkan jumlah remitan yang diterima
mencapai 252.2 Miliar Rupiah. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya yang hanya mencapai 57.48 Miliar rupiah.

Perumusan Masalah
Migrasi Internasional dapat berdampak positif dan negatif bagi negara.
Migrasi Internasional berdampak positif bagi negara berupa remitansi dan devisa.
Remitansi ini berguna untuk peningkatan pendapatan keluarga di pedesaan karena
pada umumnya TKW yang bekerja diluar negeri berasal dari pedesaan. Dampak
negatif dari migrasi internasional adalah resiko kemungkinan kekerasan yang
dialami TKW Indonesia dan resiko tidak memperoleh upah yang sesuai dengan
standar upah yang berlaku di negara tujuan. Hal ini dapat terjadi karena sebagian
besar TKW bekerja di sektor informal dan merupakan tenaga kerja tidak terampil.
Program penempatan TKI dan TKW diluar negeri diharapkan dapat menyerap
tenaga kerja dalam negeri dan mengurangi jumlah pengangguran sehingga pada
akhirnya dapat mengurangi angka kemiskinan.
Jika migrasi internasional menjadi salah satu alternatif yang tepat dalam
mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan, maka penting untuk
menganalisis peluang keputusan bermigrasi internasional, sehingga dapat
diketahui kebijakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan migrasi
internasional. Migrasi internasional melalui remitansi dapat mengeluarkan
seseorang dari kemiskinan apabila pemanfaatan dari remitan tersebut
dipergunakan secara benar. Fakta yang terjadi keadaan ekonomi pasca menjadi
TKI dan TKW masih memprihatinkan. Jumlah TKW yang lebih besar
dibandingkan TKI dan wanita merupakan pengatur keuangan dalam keluarga
menjadi aspek yang penting untuk diteliti. Berdasarkan permasalahan mengenai
TKW yang berada di Kabupaten Subang dengan studi kasus Desa Pabuaran,
Kecamatan Pabuaran maka dirumuskan masalah sebagai berikut; faktor-faktor apa
yang memengaruhi keputusan wanita untuk melakukan migrasi internasional?
Bagaimana pemanfaatan remitan yang dilakukan oleh TKW? Apakah dengan
remitan yang diperoleh dari migrasi internasional dapat mengeluarkan ekonomi
keluarga dari kemiskinan?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjawab perumusan masalah,
yaitu:
1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan wanita untuk
melakukan migrasi internasional.
2. Menganalisis pemanfaatan dan pengaruh remitan terhadap pengurangan
tingkat kemiskinan.

4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat
umum mengenai Tenaga Kerja Wanita di Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran,
Kabupaten Subang, Jawa Barat. Selain itu, penelitian ini ingin memberikan
masukan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan keberadaan Tenaga Kerja
Wanita di luar negeri baik dari segi keamanan dan kondisi ekonomi pasca menjadi
TKW. Tenaga Kerja Indonesia ini sangat berperan dalam meningkatkan devisa
negara.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai fakor-faktor yang memengaruhi keputusan
wanita untuk melakukan migrasi internasional dan implikasinya terhadap
pemberantasan kemiskinan di Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten
Subang, Jawa Barat. Responden yang diteliti adalah wanita usia kerja yang pernah
bermigrasi internasional dan yang tidak memutuskan utnuk bermigrasi
internasional.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Migrasi
Migrasi adalah suatu bentuk gerak penduduk geografis, spasial atau
teritorial antara unit-unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal
yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan.Orang yang melakukan migrasi disebut
migran. Secara umum ada dua jenis migrasi yaitu migrasi internal dan migrasi
internasional (Rusli, 1995). Menurut arsyad (1993) migran ini dipengaruhi oleh
banyak faktor dan kompleks. Oleh karena migrasi merupakan suatu proses
memilih (selective process) yang mempengaruhi individu-individu dengan
karakteristik-karakteristik ekonomi, sosial, pendidikan, dan demografis tertentu.
Dalam hal ini teori difokuskan pada teori migrasi internasional.
Migrasi Internasional dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya
Motif dasar perpindahan tenaga kerja antar negara dapat dibedakan dalam
dua yaitu mereka yang bekerja keluar negeri dengan tujuan untuk menjual tenaga,
keterampilan atau kepandaian mereka dan mereka yang bekerja keluar negeri
sehubungan dengan penjualan teknologi ataupun penanaman modal.Arus utama
aliran tenaga kerja dari bentuk pertama pada umumnya berasal dari negara-negara
berkembang ke negara maju, dari negara-negara miskin ke negara-negara kaya

5
dan dari negara-negara surplus tenaga kerja ke negara-negara kekurangan tenaga
kerja (Mulyadi, 2006).
Todaro (1998) menyatakan bahwa arus migrasi berlangsung sebagai
tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara daerah asal dan daerah
tujuan. Menurut model Todaro, para migran membandingkan pasar tenaga kerja
yang tersedia bagi mereka di daerah asal dan daerah tujuan, kemudian memilih
salah satu yang dianggap mempunyai keuntungan maksimum yang diharapkan
(expected gains). Para migran membandingkan pendapatan di daerah asal dan
daerah tujuan. Pendapatan di daerah tujuan yang lebih tinggi yang mendasari
keputusan mereka melakukan migrasi internasional.
Beberapa teori yang mengacu pada paradigma ekonomi mengenai
pengambilan keputusan bermigrasi adalah; (1) teori Neoclassical Economic
Macro yang menjelaskan perpindahan para pekerja dari negara yang kelebihan
tenaga kerja dan kekurangan modal menuju ke negara yang kekurangan tenaga
kerja tetapi memiliki modal besar. Kemudian (2) teori Neoclassical Economic
Micro, yang menyarankan kepada para migran potensial agar dalam pengambilan
keputusan bermigrasi mempertimbangkan biaya dan keuntungan perpindahan ke
daerah tujuan yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan daerah asalnya.
Teori lainnya yaitu, (3) teori Segmented Labour Market yang menyatakan, bahwa
pekerja melakukan migrasi karena ditentukan oleh tingginya permintaan pasar
kerja di negara lain (Massey et al, 1993). Beberapa teori mejelaskan dalam hal
yang berbeda, menurut Lee (1975) ada empat faktor yang menyebabkan orang
melakukan migrasi, yaitu:
1. Faktor-faktor daerah asal
2. Faktor-faktor yang terdapat pada daerah tujuan
3. Rintangan antara
4. Faktor-faktor individual.

Gambar 2

Faktor-faktor yang terdapat pada daerah asal, daerah tujuan dan
rintangan antara (Lee, 1975)

Faktor-faktor didaerah asal sepeerti pendapatan didaerah asal, perolehan
pekerjaan didaerah asal, kepemilikan lahan. Sedangkan faktor-faktor yang

6
terdapat di daerah tujuan yaitu pendapatan di daerah tujuan, kemudahan
memperoleh pekerjaan di daerah tujuan. Rintangan antara meliputi hambatanhambatan yang dihadapi ketika bermigrasi. Sedangkan faktor-faktor individual
meliputi umur, status pernikahan, dan jumlah tanggungan.
Minat bermigrasi dipengaruhi latar belakang individu, latar belakang
struktural dan place utility. Faktor latar belakang individu meliputi variabel umur,
status perkawinan, lama tinggal di kota, status pekerjaan di desa, pemilikan tanah
di desa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan di daerah tujuan dan besarnya
pendapatan di kota. Faktor latar belakang struktural meliputi variabel karakteristik
kota tempat kerja migran dan letak kota terhadap desa asal sedangkan faktor place
utility meliputi variabel nilai yang diharapkan, kepuasan dan kesukaan hidup di
kota daripada di desa (Listyarini, 2011).
Menurut Mantra (1985) orang yang berumur muda dan belum berumah
tangga lebih banyak mengadakan mobilitas daripada orang yang sudah berumur
lanjut dan berstatus kawin. Jumlah anak/tanggungan berpengaruh terhadap
keputusan orang bermigrasi karena jumlah pendapatan yang diperoleh di daerah
asal tidak mencukupi kebutuhan maka kemungkinan mendapatkan pendapatan
yang lebih besar dengan bekerja di luar negeri (Rahmawati, 2010). Adanya
korelasi yang positif antara kesempatan memperoleh pendidikan dan migrasi.
Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan
migrasi daripada yang pendidikannya lebih rendah. Selama bertahun-tahun
presentase migrasi yang terbanyak adalah kaum miskin, tidak memiliki tanah, dan
tidak mempunyai keterampilan. Para migran ini tampaknya datang dari semua
tingkat sosio-ekonomis yang sebagian besar adalah sangat miskin karena memang
sebagian besar orang-orang pedesaan adalah miskin (Arsyad,1993).
Migrasi internasional menghasilkan remitan yang berguna untuk
meningkatkan taraf hidup keluarga dalam skala mikro. Sedangkan dalam skla
makro remitan berfungsi sebagai peningkatan devisa negara. Menurut BNP2TKI
(2011) Remitan merupakan transfer atau uang kiriman dari luar negeri. Remitan
dapat dibedakan menjadi dua yaitu transfer atau kiriman dari luar negeri (inward
remittance) dan transfer atau kiriman uang dari dalam negeri (outward
remittance)

Hubungan Migrasi Internasional, Remitan dan Kemiskinan
Migrasi terbukti memberikan dampak positif terhadap peningkatan
pendapatan rumah tangga dan perkembangan ekonomi wilayah pedesaan. Total
pendapatan rumah tangga secara nyata dipengaruhi oleh besarnya remitan
(Susilowati, 2008). Dalam beberapa studi ditemukan bahwa remitansi memiliki
dampak yang besar terhadap kondisi makroekonomi, seperti efeknya terhadap
pendapatan nasional di negara berkembang hingga mengurangi tingkat
kemiskinan dan pengangguran. Remitan secara general mengurangi tingkat dan
keparahan kemiskinan. Secara frequently memimpin dalam meningkatkan
akumulasi sumber daya manusia, perluasan kesehatan dan pengeluaran untuk
pendidikan (Bank Dunia, 2012).
Penelitian Richard et al (2005) juga membuktikan bahwa migrasi
internasional dan remitan secara statistik signifikan mempengaruhi dalam

7
pengurangan
kemiskinan
di
negara
berkembang.
Menurut
BPS,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia berada di pedesaaan. Pada
umumnya keluarga miskin di pedesaan tidak atau kurang mampu memenuhi salah
satu fungsi dasar dalam kehidupan manusia yaitu fungsi ekonomi. Beberapa
penyebab dari kondisi ini adalah terbatasnya lapangan kerja yang menampung
mereka, tanah pertanian tandus di daerah asal, tingkat pendidikan rendah dan
keterbatasan keterampilan hidup.
Masyarakat pedesaan yang mengalami masalah tersebut berusaha mencari
pekerjaan diluar desa dengan jalan melakukan migrasi sebagai upaya menambah
penghasilan bagi keluarga. Dengan penghasilan yang diperoleh mereka berusaha
mengirim sebagian dari penghasilannya untuk keluarga. Remitan yang dikirim
diharapkan mampu mempengaruhi kondisi kesejahteraan keluarga berupa adanya
perubahan dalam taraf hidup keluarga seperti pemenuhan kebutuhan hidup yaitu
kebutuhan fisik keluarga yang meliputi kebutuhan pangan, peningkatan gizi
keluarga, peningkatan kesehatan dan pendidikan (Kuntari, 2010).

Kerangka Pemikiran
Kemiskinan dan keterbatasan lapangan kerja di pedesaan menyebabkan
penduduk di desa banyak yang melakukan migrasi. Migrasi terbagi menjadi dua
yaitu migrasi internal dan migrasi internasional. Fenomena migrasi internasional
banyak terjadi di negara berkembang salah satunya Indonesia. Migrasi
internasional berdampak positif bagi negara yaitu devisa dan remitansi. Dampak
negatifnya adalah kekerasan yang sering dialami TKW Indonesia dan resiko
pembayaran upah yang tidak semestinya. Permasalahannya adalah apakah dengan
migrasi internasional dapat mengeluarkan seseorang dari kemiskinan.
Pemanfaatan remitan menjadi faktor yang penting sehingga kita dapat
mengetahui penggunaannya, apakah remitan digunakan untuk kegiatan ekonomi
produktif atau habis dengan konsumsi saja. Hal yang harus ditemukan jawabannya
adalah potensial saving yang diterima responden dapat mencukupi untuk
melakukan investasi atau tidak. Investasi dapat beguna untuk kelangsungan
kehidupan keluarga sehingga dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Hasil yang
diperoleh dapat ditarik kesimpulan apakah migrasi internasional tersebut tetap
dapat dipertahankan atau dilarang. Jika masih dapat dipertahankan maka penting
untuk menganalisis faktor-faktor apa yang memengaruhi migrasi internasional.
Faktor-faktor yang memengaruhi migrasi internasionl di analisis dengan
menggunakan binary logistic regression atau regresi logistik sedangkan untuk
menganalisis pemanfaatan remitan dan implikasinya terhadap pemberantasan
kemiskinan dengan menggunakan metode deskripif. Dari hasil yang diperoleh
dapat ditarik kesimpulan dan kebijakan apa yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut. Penjelasan ini dapat digambarakn dengan bagan beikut ini.

8

Kemiskinan dan terbatasnya
lapangan kerja

Migrasi Penduduk

Migrasi Internasional

Migrasi Internal

Pemanfaatan remitan dan
implikasinya terhadap kemiskinan

Faktor-faktor yang memengaruhi
migrasi internasional

Regresi Logistik

Analis Deskriptif

Implikasi Kebijakan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Hipotesis
1. Umur berpengaruh negatif terhadap keputusan TKW untuk melakukan migrasi
internasional
2. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap keputusan TKW untuk
melakukan migrasi internasional
3. Jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap keputusan TKW untuk
melakukan migrasi internasional
4. Luas pemilikan lahan pertanian di daerah asal berpengaruh negatif terhadap
keputusan TKW untuk melakukan migrasi internasional
5. Pendapatan di daerah asal berpengaruh negatif terhadap keputusan TKW
untuk melakukan migrasi internasional
6. Status pekerjaan di daerah asal berpengaruh negatif terhadap keputusan TKW
untuk melakukan migrasi internasional
7. Status Pekerjaan berpengaruh negatif terhadap keputusan TKW untuk
melakukan migrasi internasional
8. Birokrasi berpengaruh positif terhadap keputusan TKW untuk melakukan
migrasi internasional

9

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada wanita usia kerja yang berada
di Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Subang dan kantor kelurahan mengenai data kependudukan. Selain itu,
data tenaga kerja dan kemiskinan.diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Jawa
Barat dan Kabupaten Subang.
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran,
Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pemilihan objek penelitian dilakukan secara
purposive sampling yaitu Jawa Barat merupakan pengirim TKI terbanyak di
seluruh Indonesia. Kabupaten Subang merupakan pengirim TKI terbesar ke empat
di Jawa Barat. Alasan memilih Desa Pabuaran Kecamatan Pabuaran karena desa
ini sering melakukan migrasi internasional dan kedekatan tempat tinggal dengan
lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan selama Januari-Juni 2013.
Metode Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja wanita yang
berdomisili di Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang. Jumlah
wanita usia kerja di Desa Pabuaran adalah 3 493 orang. Pengambilan sampel
menggunakan teknik pengambilan sample non-probabilitas yaitu purposive dan
snowball sampling. Purposive sampling yaitu teknik memilih sampel berdasarkan
pertimbangan karakteristik yang cocok yang diperlukan untuk menjawab
penelitian (Juanda, 2009). Sedangkan snowball sampling merupakan teknik
penentuan sample penelitian dengan mengikuti informasi-informasi dari sample
sebelumnya. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diteliti dihitung
menggunakan rumus Slovin

Dimana :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = toleransi kesalahan dalam menetapkan sampel 10% atau 0,10

n = 97.21681 ≈ 100

10
Sampel yang diambil dalam menjawab faktor-faktor apa yang
memengaruhi keputusan wanita untuk melakukan migrasi internasional sebanyak
100 responden yang terdiri dari 40 responden yang memutuskan bermigrasi
internasional dan 60 responden kontrol yang belum pernah melakukan migrasi
internasional tetapi memiliki potensi untuk melakukan migrasi internasional.
Alasan pengambilan responden kontrol sebanyak 60 orang karena populasi
responden kontrol yang lebih banyak dibandingkan responden utama. Responden
kontrol ini berguna sebagai pembanding untuk mengetahui peluang keputusan
bermigrasi internasional. Sedangkan sampel yang diambil untuk menjawab
pemanfaatan dan pengaruh remitan terhadap pengurangan tingkat kemiskinan
hanya 40 responden yang memutuskan melakukan migrasi internasional.
Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif
dan kualitatif. Pengolahan data menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dan
SPSS 16.0. Dua alat analisis yang relevan digunakan sesuai dengan tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Wanita untuk
Melakukan Migrasi Internasional
Metode analisis data yang digunakan adalah Logistic Regression Model.
Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi
logistik dengan dua pilihan (Binary Logistic Regression) yaitu regresi logistik
dengan dua kategori atau binominal pada variabel dependennya. Bentuk model
umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
MIG = α1 + β1UM+ β2TP + β3JT + β4LHN+ β5PD+β6PK+β7SP+ β8BIR +εi
Dimana :
MIG
α1
β1—β8
UM
TP
JT
LHN
PD
PK
SP
BIR
εi

: Keputusan bermigrasi ke luar negeri (1 jika pernah bermigrasi, 0
jika tidak bermigrasi)
: Intersep
: Koefisien Regresi
: Umur (tahun)
: Tingkat Pendidikan (1 untuk SD, 2 untuk SMP,3 untuk SMA dan
4 untuk perguruan tinggi)
: Jumlah Tanggungan (jiwa)
: Luas Pemilikan Lahan Pertanian di daerah asal (m2)
: Pendapatan di daerah asal (Rupiah)
: Status Pekerjaan di Daerah Asal (1 untuk bekerja,0 untuk tidak
bekerja)
: Status Pernikahan (0 untuk janda, 1 untuk menikah dan 2 untuk
belum menikah)
: Birokrasi (1 untuk mudah dan 0 untuk sulit)
: Error

11

Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Keputusan migrasi didefinisikan sebagai keputusan migrasi wanita usia
kerja ke luar negeri, Diukur dengan model Logit Binary dengan 2 kategori: 1=
memutuskan untuk bermigrasi dan 0=tidak memutuskan untuk bermigrasi.
2. Variabel bebas (Independent Variable)
1. Umur didefinisikan sebagai umur responden dalam satuan tahun
2. Tingkat Pendidikan didefinisikan sebagai pendidikan terakhir yang pernah
ditempuh oleh responden (1 untuk SD, 2 untuk SMP,3 untuk SMA dan 4
untuk perguruan tinggi)
3. Jumlah tanggungan didefinisikan sebagai jumlah orang yang menjadi
tanggungan dalam keluarga
4. Luas pemilikan lahan pertanian didefinisikan sebagai luas lahan pertanian
yang dimiliki responden dan atau keluarga responden (suami/orang tua)
sebagai sember penghasilan responden, yang dinyatakan dalam satuan
meter persegi
5. Pendapatan di daerah asal didefinisikan sebagai penghasilan rata-rata satu
bulan yang diterima responden dalam satuan rupiah
6. Status Pekerjaan didefinisikan sebagai status mata pencaharian responden
di daerah asal, dinyatakan dalam variable dummy (1=jika bekerja dan
0=jika tidak bekerja)
7. Status pernikahan didefinisikan sebagai status perkawinan responden,
dinyatakan dalam variable dummy (0= jika janda, 1= jika menikah dan 2
jika belum menikah.
8. Birokrasi didefinisikan sebagai persyaratan dan prosedur menjadi TKW,
dinyatakan dalam variabel dummy (1= jika mudah dan 0= jika sulit)

Tahap Analisis Model
1. Pengujian kesesuaian model (goodness-of fit)
Pengujiaan goodness of fit dapat dilakukan dengan Hosmer and Lemeshow
Test, dengan melihat nilai chi-square-nya. Hipotesis untuk menilai model fit
adalah:
H0= Tidak ada perbedaan antara model dengan data yang diamati
H1= Ada perbedaan antara model dengan data yang diamati
Apabila niai Hosmer and Lemshow signifikan atau lebih kecil dari 0,05
hipotesis 0 ditolak dan model dikatakan tidak fit. Sebaliknya jika tidak signifikan
maka hipotesis 0 tidak dapat ditolak yang berarti data sama dengan model atau
model dikatakan fit (Ghozali, 2006).

12
2. Uji Keseluruhan (UJI G)
Dengan melihat Omnibus Tests of Model Coefficients. Hipotesis untuk
melihat model
H0 : model tidak mampu menjelaskan Y
H1 : Model sudah mampu menjelaskan Y
Jika p-value kurang dari alpha 5% maka tolak H0 artinya model sudah
mampu menjelaskan Y.
3. Uji signifikansi dari parameter
Untuk menentukan justifikasi signifikansi statistik bagi masing-masing
variabel yang diuji adalah dengan mendasarkan pada nilai wald-ratio (X²Wald).Interpretasi dari wald-ratio mirip dengan uji t statistik yang digunakan
untuk mengukur tingkat signifikansi dalam regresi linier. Jika tingkat signifikansi
kurang dari α = 0,01; α = 0,05 dan α = 0,10 maka variabel independent yang
diamati berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
jika signifikansi lebih dari α = 0,01; α = 0,05 dan α = 0,10 maka parameter
tersebut sama dengan 0. Berarti, variabel independent berpengaruh tidak
signifikan secara statistik terhadap variabel dependent.Parameter dengan tingkat
signifikansi yang negatif, menurunkan probabilitas terpilihnya pilihan terhadap
kategori referensi.Sedangkan parameter dengan tingkat signifikansi yang positif
menaikkan probabilitas terpilihnya pilihan terhadap kategori referensi (Ghozali,
2006).
2. Analisis Pemanfaatan Remitan TKW dan Implikasinya terhadap
Kemiskinan
Metode yang digunakan untuk menganalisis pemanfaatan remitan dan
implikasinya terhadap pemberantasan kemiskinan adalah metode deskriptif.
Sampel dalam analisis ini adalah migran yakni Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang
pernah bekerja di luar negeri dan saat ini berada di daerah asal (Pabuaran) dengan
ketentuan lama bekerja sama dengan atau lebih dari dua tahun. Alasan
ditentukannya lama waktu migran karena diasumsikan bahwa selama waktu
tersebut jumlah remitan yang dimanfaatkan oleh migran dan keluarganya akan
menunjukkan hasil berupa investasi dan masa kontrak TKW umumnya adalah dua
tahun. Jumlah TKW yang dijadikan sampel sebanyak 40 orang yang pernah
melakukan migrasi internasional.
Pemanfaatan remitan dapat dibagi menjadi 2 yaitu konsumsi dan investasi.
Konsumsi diukur dari remitan yang habis digunakan untuk kebutuhan primer
(sandang, pangan, dan papan), sekunder (kebutuhan nonpangan, seperti biaya
pernikahan, hajatan, kesehatan, pembayaran hutang, dan lain-lain), dan tersier
(perhiasan dan kendaraan mewah). Investasi, yang dikategorikan menjadi tiga,
yaitu: (1) Investasi Sumberdaya Manusia, berupa pendidikan formal dan
pendidikan informal; (2) Investasi ekonomi, yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai
modal untuk memperoleh penghasilan kembali, seperti membeli ternak, sawah,
tanah, memperluas dan membuka usaha; (3) Investasi sosial, berupa sumbangan
ke desa, masjid/sarana publik lainnya.

13
Garis kemiskinan yang diukur melalui pengeluaran perkapita dijadikan
patokan untuk mengukur miskin/tidak miskin TKW yang telah kembali ke
Indonesia. Pengaruh remitan terhadap pengurangan kemiskinan dianalisis dengan
menghitung potensial saving yang diterima keluarga. Remitan dapat
mengeluarkan seseorang dari kemiskinan apabila pemanfaatan dari remitan
dipergunakan secara benar yaitu dengan cara investasi. Perhitungan potensial
saving dengan cara pendapatan yang diperoleh keluarga ditambah dengan remitan
lalu dikurangi dengan kebutuhan minimum yang diperlukan keluarga dalam
sebulan. Sehingga, dari hasil yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan yaitu
apakah potensial saving yang diterima keluarga mencukupi untuk
investasi/tabungan. Jika nilai sisa dari pendapatan dan remitan dikurangi
pengeluaran lebih dari nol maka memiliki potensial saving. Potensial saving
dapat diturunkan menadi potensi investasi. Jika hasil sisa perbulan tersebut
dikalikan 12 bulan, maka dalam setahun dapat diperoleh hasil yang dapat
digunakan untuk membeli lahan atau membuka usaha. Jika hasil tersebut besar
maka remitan memiliki potensi investasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan utara Provinsi
Jawa Barat meliputi wilayah seluas 205 176.95 ha atau 6.34 % dari luas Provinsi
Jawa Barat. Wilayah ini terletak di antara 107º 31' sampai dengan 107º 54' Bujur
Timur dan 6º 11' sampai dengan 6º 49' Lintang Selatan. Secara administratif,
Kabupaten Subang terbagi atas 253 desa dan kelurahan yang tergabung dalam 22
kecamatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun
2007 tentang Pembentukan Wilayah Kerja Camat, jumlah kecamatan bertambah
menjadi 30 kecamatan. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Subang
adalah di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, di sebelah
barat dengan Kabupaten Purwakarta dan Karawang, di sebelah timur dengan
Kabupaten Sumedang dan Indramayu dan Laut Jawa yang menjadi batas di
sebelah utara.
Desa Pabuaran merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Pabuaran, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, dengan batas – batas
administrasi wilayah desa yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Desa Gempol
Sari, sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Desa Salam Jaya, sebelah barat
berbatasan dengan Desa Kadawung. Luas Desa Pabuaran yaitu 875 Ha berupa
daratan. Sebagian besar tanah di Desa Pabuaran yaitu sebanyak 514 Ha
dimanfaatkan untuk persawahan, sedangkan 88 Ha dan sisanya digunakan untuk
permukiman penduduk dan prasarana umum lainnya.Secara administratif, Desa
Pabuaran terdiri dari 6 dusun, 5 RW, dan 53 RT.
Desa Pabuaran memiliki jumlah penduduk sebanyak 11.667 orang, dengan
komposisi laki-laki sebanyak 5 720 orang dan perempuan sebanyak 5 937
orang.Jumlah kepala keluarga sebanyak 3 745. Mata pencaharian penduduk Desa
Pabuaran sebagian besar adalah petani dengan jumlah 2.456 orang, Jumlah wanita

14
usia kerja di Desa Pabuaran sebanyak 3 493 orang. Adanya kendala bahwa migran
yang ke luar desa tidak seluruhnya melakukan pemberitahuan terlebih dahulu ke
kantor Desa Pabuaran, sehingga sulit didapat data yang pasti mengenai jumlah
populasi tenaga kerja wanita yang memutuskan bermigrasi internasional.

Karakteristik Responden
Karakteristik responden terbagi menjadi dua yaitu karakteristik responden
yang pernah bermigrasi internasional dan karakteristik responden yang tidak
memutuskan untuk melakukan migrasi internasional.
Tabel 2 Karakteristik Responden yang Bermigrasi Internasional
Variabel

Jumlah
Responden (orang)

Presentase
Responden (%)

Umur
50
Status Pernikahan
Janda
Menikah
Belum Menikah
Jumlah Tanggungan
Rp 1 000 000
Birokrasi
Mudah
Sulit
Kepemilikan Lahan
0 -100 m2
101-1000 m2
1001-10000 m2
> 10000 m2

7
12
18
3

17
30
45
8

7
30
3

17
75
8

19
21

47
53

32
5
3

83
13
4

12
28

30
70

40

100

30
10

75
25

32
3
4
1

79
8
10
3

15
Karakteristik responden yang bermigrasi internasional didominasi oleh
wanita usia produktif yaitu usia 21-40 tahun dan memiliki status pernikahan.
Rata-rata responden memiliki jumlah tanggungan lebih dari dua dan tidak
mempunyai pekerjaan di daerah asal sebelum peri bekerja diluar
negeri.Pendapatan didaerah asal yang diterima perbulan seluruhnya berada
dibawah 1 000 000 rupiah. Sebagian besar responden mempunyai lahan seluas 0100 m2. Pendidikan terakhir yang ditempuh responden sebagian besar adalah
Sekolah Dasar. Hampir seluruh responden yang bermigrasi internasional
mengatakan bahwa birokrasi menjadi TKW adalah mudah.
Tabel 3 Karakteristik Responden yang Tidak Bermigrasi Internasional
Variabel

Jumlah
Responden (orang)

Presentase
Responden (%)

Umur
50
Status Pernikahan
Janda
Menikah
Belum Menikah
Jumlah Tanggungan
Rp 1 000 000
Birokrasi
Mudah
Sulit
Kepemilikan Lahan
0 -100 m2
101-1000 m2
1001-10000 m2
> 10000 m2

3
11
21
20
5

5
18
35
34
8

3
54
3

5
90
5

16
44

27
73

22
16
5
7

50
36
3
11

36
24

60
40

36
24

60
40

12
48

20
80

40
1
17
2

67
2
28
3

16
Karakteristik responden yang tidak bermigrasi internasional juga
didominasi oleh wanita usia produktif yaitu usia 21-50 tahun dan memiliki status
pernikahan. Rata-rata responden memiliki jumlah tanggungan lebih dari dua dan
mempunyai pekerjaan di daerah asal. Pendapatan rata-rata yang diperoleh
perbulan masih dibawah 1 000 000 rupiah namun 40% sisanya telah memiliki
pendapatan di atas 1 000 000 rupiah. Sebagian besar responden mempunyai lahan
seluas 0-100 m2. Pendidikan yang ditempuh rata-rata adalah Sekolah Dasar.
Sebagian besar responden yang tidak bermigrasi internasional mengatakan bahwa
birokrasi menjadi TKW adalah sulit.

Pengujian Statistik Analisis Regresi
Pengujiaan goodness of fit dapat dilakukan dengan Hosmer and Lemeshow
Test, dengan melihat nilai chi-square-nya.Berdasarkan hasil pengujian diperoleh
nilai chi-square sebesar 3,205 dengan nilai sig sebesar 0,921. Nilai sig (p-value)
diatas 0.05 berarti H0 diterima, bisa dikatakan data empiris sama dengan model
atau model fit dengan data. Hasil pendugaan parameter menyatakan bahwa model
dapat mengklasifikasikan responden yang tidak bermigrasi sebesar 93.3% dan
sebesar 85% yan melakukan migrasi internasional. Secara keseluruhan model
mampu mengklasifikasikan responden yang bermigrasi ataupun yang tidak
bermigrasi sebesar 90%.
Tabel 4 Ringkasan Estimasi Regresi Faktor-faktor yang Memengaruhi Migrasi
Internasional
Variabel
UM
SP(1)
SP(2)
JT
TP
PK
PD
BIR
LHN
Constant

Chi-Square
Nagelkerke R Square
Observed Migrate
(0=tidak bermigrasi)
(1=bermigrasi)
Overall Percentage

Koefisie
n -.250
-3.816
-4.242
.062
-2.267
3.018
-.624
3.545
.558

Exp(B)
.779
.022
.014
1.064
.104
20.443
.536
34.655
1.746

Signif (p-value)
.009*
.048*
.370
.916
.003*
.198
.075**
.000*
.692

14.027

1.236E6

.002

3.205 p-value= 0.921
0.826
Predicted Migrate
Percentage Correct
(0=tidak bermigrasi)
(1=bermigrasi)
56
4
93.3
6
34
85.0
90.0

Ket: * signifikan pada taraf nyata 5%
** signifikan pada taraf nyata 10%

17
Hasil Estimasi dan Pembahasan

Persamaan regresi logistik dapat dirumuskan dengan bentuk persamaan
regresi sebagai berikut:
MIG= 14.027 - 0.25 UM - 3.816 SP (1) – 2.267 TP - 0.624 PD+ 3.545 BIR
Berdasarkan hasil estimasi lima variabel berpengaruh signifikan memengaruhi
migrasi internasional yaitu umur, status pernikahan, tingkat pendidikan,
pendapatan dan birokrasi. Tiga variabel lainnya yaitu status pekerjaan, jumlah
tanggungan dan kepemilikan lahan tidak berpengaruh signifikan pada keputusan
bermigrasi internasional. Variabel umur menunjukkan angka koefisien yaitu -0.25
(pvalue 0.009) artinya variabel umur berpengaruh negatif dan signifikan pada
taraf nyata 5%terhadap keputusan bermigrasi internasional.Nilai odds ratio umur
sebesar 0.779 artinya peluang responden yang berumur lebih tuasatu tahun
melakukan migrasi internasional lebih rendah 0.779 kalidibanding responden yang
lebih muda (satu tahun), cateris paribus. Berarti kecenderungan orang yang
bermigrasi adalah orang yang berumur lebih muda. Hal ini sesuai dengan
hipotesis dalam penelitian ini yang menduga bahwa umur berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap keputusan migrasi internasional. Penelitian Zhao (1999) juga
mengemukakan bahwa semakin tua umur, semakin kecil kemungkinan individu
untuk melakukan migrasi sirkuler, karena biaya psikologis untuk melakukan
penyesuaian menghadapi lingkungan kerja dan tempat tinggal yang baru semakin
besar
Status pernikahan menunjukkan angka koefisien -3.816 (pvalue
0.048).artinya variabel status pernikahan berpengaruh negatif dan signifikan pada
taraf nyata 5% terhadap keputusan bermigrasi internasional. Nilai odds ratio
status pernikahan sebesar 0.22.artinyapeluang responden yang berstatus menikah
melakukan migrasi 0.22 kali lebih rendah dari orang yang berstatus janda. Dari
hasil estimasi dapat disimpulkan bahwa migrasi internasional lebih banyak
diminati tenaga kerja wanita yang tidak mempunyai status pernikahan (janda).
Status janda menjadikan wanita berperan dalam mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan keluarga namun disisi lain peran wanita sebagai ibu rumah tangga yang
mengurus keluarga menjadi alasan untuk tidak berminat melakukan migrasi.
Ikatan pernikahan dan kekerabatan dianggap sebagai ―hambatan‖ responden
dalam melakukan migrasi. Hasil estimasi ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa
status pernikahan diduga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peluang
keputusan bermigrasi.
Dari hasil estimasi variabel tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan
signifikan pada taraf nyata 5% dengan angka koefisien yaitu -2.267 (pvalue
0.003). Nilai odds ratio variabel tingkat pendidikan sebesar 0.104 artinya peluang
responden yang memiliki pendidikan tinggiuntuk migrasi 0.104 kali lebih rendah
dari orang yang berpendidikan rendah, berarti kecenderungan orang yang
bermigrasi adalah orang yang berpendidikan rendah. Hipotesis awal menduga
bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap probabilitas keputusan
migrasi internasional sedangkan hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh siginifikan negatif terhadap probabilitas keputusan

18
bermigrasi.Terdapat ketidaksesuaian tanda antara hasil estimasi dengan hipotesis
awal.
Semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka peluang keputusan
bermigrasi akan berkurang. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat
pendidikan maka tenaga kerja akan mencari pekerjaan yang lebih baik atau
memilih bekerja pada sektor formal. Berdasarkan informasi penempatan tenaga
kerja, sebagian besar tenaga kerja wanita khususnya dari Indonesia bekerja pada
sektor informal di luar negeri. Peluang pekerjaan di luar negeri yang banyak
ditawarkan adalah pekerjaan pada sektor informal yang sebagian besar ditempati
oleh tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah.
Variabel pendapatan di daerah asal menunjukkan angka koefisien yaitu 0.624 (pvalue 0,075) artinya variabel pendapatan berpengaruh negatif dan
signifikan pada taraf nyata 10% terhadap keputusan bermigrasi internasional. Hal
ini sesuai dengan hipotesis dalam penelitian ini. Nilai odds ratio variabel
pendapatan sebesar 0.536 artinya peluang responden yang melakukan migrasi
internasional 0.536 kali lebih tinggi untuk responden yang berpendapatan rendah
dibandingkan responden yang berpendapatan tinggi. Tanda koefisien (-)
menunjukkan semakin rendah upah akan semakin besar peluang wanita usia kerja
untuk melakukan migrasi internasional, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai
dengan teori Todaro yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat upah
antara desa dan kota. Para migran memprediksikan bahwa pendapatan yang
diharapkan di kota akan lebih banyak. Faktor yang paling dominan yang
mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi adalah sulitnya memperoleh
pendapatan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang
lebih baik di daerah tujuan.
Variabel birokrasi menunjukkan angka koefisien sebesar 3.545 (pvalue
0.000) yang berarti birokrasi berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata
5%. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal. Nilai odds ratio variabel birokrasi
sebesar 34.65 artinya peluang responden yang melakukan migrasi internasional
jika proses birokrasi mudah adalah 34.65 kali dari peluang bermigrasi jika proses
birokrasinya sulit. Birokrasi dalam hal ini berarti persyaratan dan prosedur dalam
pencalonan TKW. Birokrasi yang mudah meningkatkan keputusan bermigrasi
internasional TKW di Desa Pabuaran. Biaya menjadi TKW yang gratis bahkan
calon TKW akan diberi uang awal oleh PJTKI jika mereka mau bekerja di luar
negeri.
Variabel jumlah tanggungan menunjukkan angka koefisien sebesar 0.062
(pvalue 0.916).yang berarti jumlah tanggungan berpengaruh positif dan tidak
signifikan pada taraf nyata 5%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yaitu
variabel jumlah tanggungan diduga berpengaruh positif dan signifikan.Besar
kecilnya jumlah tanggungan responden tidak mempengaruhi keputusan untuk
melakukan migrasi internasional.
Variabel Status pekerjaan menunjukkan angka koefisien sebesar 3.018
(pvalue 0.198).yang berarti perolehan pekerjaan berpengaruh positif dan tidak
signifikan pada taraf nyata 5%. Hasil estimasi ini tidak sesuai dengan hipotesis
awal yang menduga bahwa perolehan pekerjaan berpengaruh negatif dan
signifikan. Hasil penelitian Purnomo (2009) juga membuktikan bahwa status
bekerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat migrasi di Kabupaten
Wonogiri.Perolehan pekerjaan tidak mempengaruhi keputusan untuk bermigrasi

19
tenaga kerja wanita desa Pabuaran ke luar negeri. Tidak hanya responden yang
tidak bekerja saja yang memutuskan bermigrasi ke luar negeri, banyak juga
responden yang sudah bekerja tetapi masih memutuskan untuk bermigrasi ke luar
negeri.Hal ini karena sebagian besar responden baik yang bekerja maupun tidak
bekerja menyatakan bahwa mereka mendapat informasi baik dari kenalan,
keluarga dan PJTKI setempat mengenai lowongan pekerjaan yang banyak di luar
negeri. Responden yang memiliki pekerjaan di daerah asal tetap ingin bermigrasi
karena penghasilan yang mereka dapatkan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar
mereka.
Variabel kepemilikan lahan menunjukan tanda negatif dan tidak signifikan
pada taraf nyata 5% yaitu nilai koefisien sebesar 0.558 (p-value 0.692).
Kepemilikan lahan tidak berpengaruh terhadap keputusan bermigrasi internasional.
Sehingga dapat dit