ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA BERSIH PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. TAHUN 2003-2012

JUHAR MONANG SUPANDI TAMBUN 09.6017 JURUSAN : STATISTIKA PEMINATAN : EKONOMI SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK JAKARTA 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA BERSIH PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. TAHUN 2003-2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sains Terapan pada Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

Oleh: JUHAR MONANG SUPANDI TAMBUN 09.6017 SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK JAKARTA 2013

PERNYATAAN Skripsi dengan Judul

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA BERSIH PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. TAHUN 2003-2012

Oleh: JUHAR MONANG SUPANDI TAMBUN 09.6017

adalah benar-benar hasil penelitian sendiri dan bukan hasil plagiat atau hasil karya orang lain. Jika di kemudian hari diketahui ternyata skripsi ini hasil plagiat atau hasil karya orang lain, penulis bersedia skripsi ini dinyatakan tidak sah dan gelar Sarjana Sains Terapan dicabut atau dibatalkan.

Jakarta, 17 September 2013

Juhar Monang Supandi Tambun

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA BERSIH PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. TAHUN 2003-2012

Oleh: JUHAR MONANG SUPANDI TAMBUN 09.6017

Mengetahui/Menyetujui,

Ketua Jurusan Statistika Pembimbing

Dr. I Made Arcana, S.Si. Ir. Rudiansyah, M.Si. NIP 19680503 199101 1 001

NIP 19610914 198501 1 001

Tim Penguji

Penguji I Penguji II

R. Dwi Harwin Kusmaryo, S.E., M.A. Retnaningsih, S.Si., M.E. NIP 19531112 197703 1 001

NIP 19700125 199803 2 001

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan penyertaan-Nya hingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laba Bersih PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tahun 2003- 2012”. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Hamonangan Ritonga, M.Sc. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Statistik,

2. Bapak Ir. Rudiansyah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktunya dalam membimbing penulis dengan sabar,

3. Bapak R. Dwi Harwin Kusmaryo S.E., M.A. dan Ibu Retnaningsih S.Si., M.E. selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini,

4. Bapak Nelson Rustam Efendi Tambun dan Ibu Sorta Maria Napitupulu selaku orang tua dan seluruh keluarga yang selalu mendukung dan menopang penulis dalam doa,

5. Grace R. P., Woro A.P., Hany, Oktar S., Ribka A.T., Wahyudi G. M, dan semua keluarga asuh terberkati atas dukungan dan doanya,

6. Teman seperjuangan STIS 51 untuk semua kerjasama dan persaudaraan yang menguatkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Jakarta, September 2013

Juhar Monang Supandi Tambun

ABSTRAK

JUHAR MONANG SUPANDI TAMBUN, “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Laba Bersih PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012 ”.

vii+112 halaman

Persaingan ketat yang terjadi di industri perbankan telah menempatkan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sebagai bank yang mampu meraih laba bersih terbesar dari tahun 2005-2012. Namun, Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai sumber dana operasionalnya masih berada di bawah beberapa bank umum lainnya. Oleh karena, itu penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi laba bersih PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. tahun 2003- 2012. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil publikasi keuangan triwulan PT. Bank Rakyat Indonesia. Variabel tak bebas yang digunakan adalah laba bersih PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dan variabel bebas yang digunakan adalah rasio keuangan yang terdiri dari ROA, NIM, CER, LDR, dan NPL. Analisis yang digunakan adalah analisis time series dengan pemodelan Error Correction Mechanism (ECM) untuk melihat pengaruh variabel bebas dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan tingkat signifikansi 5 persen, dalam jangka panjang rasio keuangan ROA berpengaruh signifikan positif terhadap laba bersih; dan rasio keuangan NIM, CER, dan NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap laba bersih. Sementara dalam jangka pendek, rasio keuangan ROA berpengaruh signifikan positif terhadap laba bersih; dan rasio keuangan CER dan NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap perolehan laba bersih PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Kata kunci : Laba Bersih BRI, ROA, NIM, CER, LDR, NPL, Error Correction Mechanisme

90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................

96 RIWAYAT HIDUP .................................................................................

113

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul Tabel

Halaman

1. Peringkat perbankan berdasarkan nilai laba bersih tahun 2003-2012 (Miliar Rupiah) ..................................................

2. Peringkat Bank Berdasarkan Nilai Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2003-2012 ......................................................

3. Peringkat Bank Berdasarkan Jumlah Penyaluran Kredit Tahun 2003-2012 .................................................................

29

4. Penelitian Terdahulu ............................................................

50

5. Analysis of Variance (ANOVA) ..........................................

76

6. Hasil uji stasioneritas dengan uji Augmented Dickey Fuller

7. Hasil uji stasioneritas residual dengan uji Augmented Dickey Fuller ........................................................................

77

8. Ringkasan Hasil Pengujian Signifikansi Persamaan Jangka Panjang dan Persamaan Jangka Pendek ECM terhadap Model Penelitian ..................................................................

82

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Judul Gambar

Halaman

31

1. Kerangka Pemikiran ........................................................

49

2. Kurva statistik Durbin-Watson ........................................

52

3. Kerangka Penelitian .........................................................

4. Perkembangan Jumlah Kantor Unit Kerja BRI tahun 2003-2012 ........................................................................

59

5. Perkembangan Laba Bersih PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012 ....................................

64

6. Perkembangan Return On Assets (ROA) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012 ........

65

7. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012 ........

67

8. Perkembangan Cost Efficiency Ratio (CER) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012 ........

69

9. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012 ........

71

10. Perkembangan Non Performing Loan (NPL) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012 ........

73

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai salah satu lembaga keuangan, perbankan memiliki peran yang vital dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan oleh perbankan berfungsi sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat serta sebagai instrumen kebijakan moneter untuk mengendalikan peredaran uang agar tetap stabil dalam menjaga perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, perbankan diharapkan mampu bertahan dalam berbagai keadaan krisis ekonomi dan persaingan ketat perbankan serta menjadi lembaga keuangan yang terpercaya.

Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Dalam perkembangannya, tidak sedikit bank yang akhirnya mengalami kebangkrutan karena tidak mampu bertahan dalam berbagai keadaan krisis ekonomi dan iklim persaingan perbankan. Beberapa diantaranya juga melakukan merger atau penggabungan untuk bisa bertahan. Pada awal era reformasi tahun 2000 terdapat 151 bank umum yang terdaftar di Bank Indonesia, kemudian berkurang menjadi 130 pada tahun 2007 dan hingga sekarang menjadi 120 bank (4 Bank Persero, 36 Bank Devisa, 29 Bank Non-Devisa, 26 Bank Pembangunan Daerah, 15 Bank Campuran, dan 10 Bank Asing). Hal ini menjadi bukti nyata ketidakmampuan beberapa bank dalam mempertahankan Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Dalam perkembangannya, tidak sedikit bank yang akhirnya mengalami kebangkrutan karena tidak mampu bertahan dalam berbagai keadaan krisis ekonomi dan iklim persaingan perbankan. Beberapa diantaranya juga melakukan merger atau penggabungan untuk bisa bertahan. Pada awal era reformasi tahun 2000 terdapat 151 bank umum yang terdaftar di Bank Indonesia, kemudian berkurang menjadi 130 pada tahun 2007 dan hingga sekarang menjadi 120 bank (4 Bank Persero, 36 Bank Devisa, 29 Bank Non-Devisa, 26 Bank Pembangunan Daerah, 15 Bank Campuran, dan 10 Bank Asing). Hal ini menjadi bukti nyata ketidakmampuan beberapa bank dalam mempertahankan

Dalam mempertahankan eksistensinya, masing-masing bank bersaing ketat untuk meraih keuntungan atau memperoleh laba semaksimal mungkin dengan menerapkan berbagai strategi operasionalnya. Hal ini disebabkan laba suatu bank merupakan salah satu indikator kinerja keuangan penting yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, dasar penilaian kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya, dasar penilaian kemampuan untuk bertahan dalam industri perbankan, dan dasar penilaian prestasi atau kinerja bank.

Dalam persaingan yang ketat industri perbankan, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. muncul sebagai bank yang memiliki laba bersih terbesar dari antara semua lembaga keuangan bank yang ada di Indonesia. Data perbankan yang diperoleh dari Direktori Perbankan Indonesai mencatat bahwa sejak menjadi lembaga keuangan yang go public dari tahun 2003-2012, BRI mampu meraih total nilai laba bersih sebesar Rp 76,967 triliun, dan sejak tahun 2005 BRI juga mampu menempati posisi pertama sebagai perbankan yang memiliki laba bersih terbesar diantara seluruh bank yang ada di Indonesia dan selalu meningkat setiap tahunnya. Dengan kondisi tersebut, BRI telah mampu meraih berbagai prestasi seperti: masuk ke dalam daftar US$ 1 billion club dari sisi pencapaian laba bersih, satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam 50 perusahaan terhebat di Asia tahun 2008 versi Forbes, dan satu dari 10 perusahaan berkinerja terbaik Forbes Indonesia dan satu-satunya wakil dari industri perbankan tahun 2011. Kondisi ini menjadikan BRI sebagai perbankan nasional terbaik dan mampu bersaing dalam industri perbankan nasional.

Tabel 1. Peringkat bank berdasarkan nilai laba bersih tahun 2003-2012 (Miliar Rupiah)

Perin Nama gkat

2.494 1.872 16.679 Pan 8 Indonesia

Sumber : Bank Indonesia, Direktori Perbankan Indonesia yang Diolah

Meskipun menyandang nama bank dengan laba bersih terbesar, BRI pada kenyataannya masih memiliki nilai aset yang berada di bawah bank lain. Nilai aset yang terbesar ditopang oleh akun liabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 80,06 persen dari total aset yang dimiliki BRI yang nilainya juga masih berada di bawah bank lain. Hal ini menjadikan BRI sebagai objek yang menarik untuk diteliti dilihat dari pangsa pasar Dana Pihak Ketiga sebagai sumber dana operasional dalam memperoleh laba yang masih berada dibawah bank-bank lain namun justru mampu menghasilkan laba bersih yang terbesar dari seluruh bank nasional.

BRI selain sebagai salah satu bank yang secara komersial mampu meraih laba terbesar di tengah-tengah keterbatasan sumber dana yang dimiliki juga merupakan suatu bank yang berperan vital dalam perekonomian Indonesa. Sesuai dengan corporate plan- nya, BRI memberikan fokus pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah sebesar 80 persen dan secara sektoral memberikan fokus pembiayaan sebesar 40 persen pada sektor pertanian/agribisnis. Peran ini cukup membantu memperkokoh fundamentalitas perekonomian Indonesia jika dikaitkan dengan krisis global tahun 2008, BRI selain sebagai salah satu bank yang secara komersial mampu meraih laba terbesar di tengah-tengah keterbatasan sumber dana yang dimiliki juga merupakan suatu bank yang berperan vital dalam perekonomian Indonesa. Sesuai dengan corporate plan- nya, BRI memberikan fokus pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah sebesar 80 persen dan secara sektoral memberikan fokus pembiayaan sebesar 40 persen pada sektor pertanian/agribisnis. Peran ini cukup membantu memperkokoh fundamentalitas perekonomian Indonesia jika dikaitkan dengan krisis global tahun 2008,

1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah

Data yang diperoleh dari direktori perbankan yang diterbitkan oleh BI mencatat bahwa hingga tahun 2006 nilai total aset BRI berada di bawah Bank Mandiri, BNI, dan BCA. Tahun 2007 BRI masih tetap berada di bawah Bank Mandiri dan BCA, dan Bank Mandiri selalu menduduki posisi tertinggi perbankan dengan nilai aset yang terbesar hingga tahun 2012. Sementara sumber dana pihak ketiga (DPK) sebagai penopang terbesar aset BRI pada kenyataannya masih berada di bawah beberapa bank lain. Berdasarkan Tabel 2, peringkat pertama bank dengan nilai DPK terbesar adalah Bank Mandiri, kemudian di urutan kedua dipegang oleh BCA hingga tahun 2008 dan pada urutan ketiga dipegang oleh BNI hingga tahun 2007.

Tabel 2. Peringkat bank berdasarkan nilai nana pihak ketiga (DPK) tahun 2003-2012

1 Mandiri Mandiri

Mandiri Mandiri Mandiri 2 BCA

BNI BNI 5 Danamon Danamon Danamon Danamon Danamon Danamon Niaga

Niaga Niaga Niaga 6 BII

Danamon Danamon Danamon Danamon 7 Lippo

PIB PIB 8 Permata Lippo

Permata Niaga

Permata Permata 9 Niaga

Permata Permata Citibank BII

BII

BII

Permata Permata Permata BII BII 10 Citibank Citibank Citibank Lippo

Niaga

PIB

Citibank PIB

Lippo

Citibank BTN

BTN BTN BTN

Sumber : Bank Indonesia, Direktori Perbankan Indonesia

Berdasarkan laporan keuangan BRI, perolehan laba BRI terbesar berasal dari komponen pendapatan operasional, yaitu pendapatan bunga, yang merupakan pendapatan yang diterima atas jasa pinjaman uang yang diberikan kepada pihak lain. Pendapatan bunga BRI bahkan mencapai tiga kali lipat laba bersih yang diperoleh BRI setiap tahunnya. Pendapatan bunga bank ini hampir seluruhnya berasal dari kegiatan penyaluran kredit yang dilakukan kepada masyarakat atau pihak lain. Sementara sumber dana untuk penyaluran kredit ini adalah Dana Pihak Ketiga, sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat.

Tabel 3. Peringkat bank berdasarkan jumlah penyaluran kredit tahun 2003-2012

Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri BRI

Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri

BNI BNI BNI 5 Danamon

Danamon Danamon Danamon Danamon Danamon Niaga Niaga Niaga Niaga 6 Niaga

Danamon Danamon Danamon Danamon 7 Bukopin

Permata Permata Permata PIB

PIB

PIB

Permata Permata Permata Permata Permata 9 BII

Bukopin BII

BII

BII

BTN BTN BTN 10 Citibank

BII

BTN

Citibank Permata BII

Sumber : Bank Indonesia, Direktori Perbankan Indonesia

Tabel 3 di atas memberikan bukti bahwa meskipun Dana Pihak Ketiga sebagai sumber dana utama operasional BRI bukanlah yang terbesar, BRI masih mendominasi seluruh bank dalam hal penyaluran kredit dari tahun 2008.

Peningkatan penyaluran kredit ini dapat terlihat dari LDR 1 yang mengalami kenaikan dari tahun 2003 sebesar 62,37 persen menjadi 79,85 persen pada tahun

1 Loan to Deposit Ratio

2012. Namun di sisi lain, semakin besarnya nilai rasio justru mencerminkan semakin berkurangnya kemampuan bank untuk melakukan pembayaran kembali terhadap dana yang ditarik dari deposan jika sewaktu-waktu ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank dalam membiayai pinjaman kredit kepada masyarakat, sehingga BRI semakin tidak likuid dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Besarnya penyaluran kredit tidak merupakan patokan satu-satunya penyebab tingginya perolehan laba yang diraih oleh BRI. Semakin tinggi kredit yang disalurkan pada dasarnya akan menyebabkan semakin tingginya peluang terjadinya kredit macet yang akhirnya juga akan berpengaruh negatif terhadap

peroleh laba. Nilai ini dapat diproksi dalam NPL 2 yang mencerminkan seberapa besar nilai kredit bermasalah yang terjadi dari total aktiva produktif yang

disalurkan oleh BRI. Laba bank yang merupakan salah satu ukuran efisiensi dan kemampuan operasional bank menempatkan penghitungan terhadap beban operasional bank menjadi suatu yang sangat penting dalam memengaruhi tingkat perolehan laba yang diraih BRI. Data yang diperoleh dari Direktori Perbankan Indonesia mencatat bahwa beban operasional bahkan jauh melebihi dari nilai laba bersih yang mampu diraih BRI setiap tahunnya, dan beban operasional terbesar dikeluarkan oleh BRI adalah beban operasional nonbunga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Biro Riset Infobank (BirI) yang menyebutkan bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. tercatat sebagai bank dengan jumlah karyawan terbanyak dari antara seluruh lembaga keuangan bank yang ada di Indonesia dan mengalami

2 Non Performing Loan 2 Non Performing Loan

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi sebelumnya maka dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran umum dan profil PT. BRI (Persero) Tbk. sebagai bank pemerintah yang memiliki laba bersih terbesar?

2. Bagaimana perkembangan dan trend faktor yang diduga mampu memengaruhi laba bersih PT. BRI (Persero) Tbk. periode 2003-2012?

3. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi tingkat laba bersih BRI dalam jangka pendek dan jangka panjang, serta seberapa besar pengaruh faktor- faktor tersebut dalam meningkatkan atau menurunkan laba PT. BRI (Persero) Tbk. periode waktu 2003-2012?

1.4. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran umum dan profil PT. BRI (Persero) Tbk.

2. Menganalisis perkembangan dan trend variabel yang diduga memengaruhi laba bersih PT. BRI (Persero) Tbk. periode 2003-2012

3. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang secara signifikan memengaruhi laba bersih BRI dalam jangka pendek dan jangka panjang serta seberapa besar faktor-faktor tersebut dalam meningkatkan atau menurunkan laba bersih PT. BRI (Persero) Tbk. periode waktu 2003-2012.

1.5. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna:

1. Bagi perbankan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi bank- bank di Indonesia dalam usaha meningkatkan labanya terutama bagi perbankan yang memiliki kinerja keuangan yang kurang dan terindikasi mengalami kebangkrutan.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan oleh perbankan di seluruh Indonesia terkait usaha peningkatan laba bank masing-masing sebagai salah satu ukuran keberhasilan kinerja keuangannya.

3. Sebagai salah satu bahan referensi bagi penelitian dan kajian ilmiah lain khususnya di bidang keuangan dan perbankan.

1.6. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang secara garis besar diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Bab ini berisi kajian teori, penelitian terkait, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. BAB III : METODOLOGI Bab ini berisi uraian mengenai prosedur pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi uraian analisis dan pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini berisi penarikan kesimpulan dari hasil pembahasan serta saran-saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1. Kajian Teori Pengertian Bank

Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-lain (Dendawijaya, 2008). Selain itu definisi lain mengenai bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2003). Sementara menurut Malayu S.P. Hasibuan (2008) bahwa bank adalah lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilisator moneter serta dinamisator pertumbuhan perekonomian.

Berdasarkan Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud d engan Bank adalah “ Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga keuangan yang memiliki peran vital dalam perekonomian suatu negara karena Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga keuangan yang memiliki peran vital dalam perekonomian suatu negara karena

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia yang berdiri tanggal 16 Desember 1895 yang berfungsi sebagai tempat menabung, menyimpan uang ataupun meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan serta memiliki peran dalam perekonomian Indonesia dengan memfokuskan pembiayaan terhadap perkembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Kinerja Keuangan Perbankan

Menurut Husnan dalam Millatina (2012), kinerja keuangan perusahaan adalah salah satu dasar penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Menurut Moh. Wahyuddin Zarkasyi (2008), kinerja keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan atau hasil kerja yang dicapai dari suatu perusahaan. Sementara menurut Jumingan (2008), kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasa diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank.

Secara keseluruhan, gambaran mengenai prestasi yang dicapai bank dalam kegiatan operasionalnya dalam satu periode, baik menyangkut keuangan, pemasaran, penghimpun dana, dan penyaluran dana, teknologi serta sumber daya Secara keseluruhan, gambaran mengenai prestasi yang dicapai bank dalam kegiatan operasionalnya dalam satu periode, baik menyangkut keuangan, pemasaran, penghimpun dana, dan penyaluran dana, teknologi serta sumber daya

Pengukuran kinerja keuangan perbankan dapat dilakukan dengan menganalisis dan mengevaluasi laporan keuangan perbankan. Analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi keuangan tentang aktiva, kewajiba, hasil usaha, jumlah biaya dan jenis biaya, dan kinerja manajemen dalam periode tertentu. Informasi tersebut bermanfaat bagi pemegang saham dalam memilih tujuan penanaman modalnya, bagi pemerintah dalam memonitoring kinerja perbankan dan membantu kegiatannya, bagi manajemen dalam memperbaiki dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja perbankan, bagi karyawan dalam memberikan motivasi untuk mencapai sasaran organisasi, maupun bagi masyarakat (nasabah) untuk memilih tempat penyimpanan dananya.

Konsep Pendapatan dan Laba

Laba suatu bank merupakan salah satu indikator kinerja keuangan penting yang digunakan sebagai dasar penilaian kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya, sebagai dasar penilaian kamampuan untuk bertahan dalam industri perbankan, dan sebagai dasar penilaian prestasi atau kinerja bank. Pengertian laba menurut Harahap (2001) adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang Laba suatu bank merupakan salah satu indikator kinerja keuangan penting yang digunakan sebagai dasar penilaian kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya, sebagai dasar penilaian kamampuan untuk bertahan dalam industri perbankan, dan sebagai dasar penilaian prestasi atau kinerja bank. Pengertian laba menurut Harahap (2001) adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang

Laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan. Pentingnya laba menurut Harahap (2005) disebabkan berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.

Pengertian Laba Bersih

Menurut Henry Simamora dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis (2000), laba bersih adalah perbedaan antara pendapatan dengan beban, jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya bersih. Sementara menurut Suwardjono dalam bukunya yang berjudul Teori Akuntansi Perekayasaan Akuntansi Keuangan (2004), laba bersih (net income) adalah perubahan dalam kekayaan perusahaan bukan perubahan dalam kekayaan pemilik Menurut Henry Simamora dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis (2000), laba bersih adalah perbedaan antara pendapatan dengan beban, jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya bersih. Sementara menurut Suwardjono dalam bukunya yang berjudul Teori Akuntansi Perekayasaan Akuntansi Keuangan (2004), laba bersih (net income) adalah perubahan dalam kekayaan perusahaan bukan perubahan dalam kekayaan pemilik

Dalam penyajian laporan keuangan, laba bersih diperoleh dengan meggunakan rumus :

Laba Bersih = Laba Sebelum Pajak – Pajak Penghasilan penghasilan

Laba sebelum pajak diperoleh dari pendapatan bersih operasional setelah dijumlahkan dengan pendapatan bersih nonoperasional. Pendapatan bersih operasional diperoleh dari pendapatan operasional bunga dan pendapatan operasional nonbunga setelah dikurangi beban operasionalnya, sementara pendapatan bersih nonoperasional diperoleh dari keuntungan (kerugian penjualan aset tetap dan inventaris, Keuntungan (kerugian) penjabaran transaksi valuta asing, dan Pendapatan (beban) nonoperasional lainnya.

Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah bentuk hubungan antara dua data keuangan yang dinyatakan dalam perbandingan matematis. Menurut Van Horne dan Wachowizs

(1997), rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Menurut Bambang Riyanto (2001), definisi rasio keuangan yaitu ukuran yang digunakan dalam interpretasi dan analisis laporan finansial suatu perusahaan. Sementara menurut Helfert dalam Robert (2008), rasio keuangan adalah instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan.

Analisis rasio keuangan merupakan suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Pengertian analisis rasio keuangan menurut Weston (1995) adalah analisis yang memberikan kerangka hubungan antar pos-pos neraca dan perhitungan laba rugi, memungkinkan seseorang menelusuri sejarah suatu perusahaan dan menilai posisi keuangannya saat ini, serta memungkinkan bagi manajer keuangan mempraktikkan reaksi kreditur atau investor terhadap keadaan keuangan perusahaan dan dengan demikian dapat mencari cara-cara yang tepat untuk mendapatkan dana.

Menurut Munawir (2007), analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio keuangan juga didefinisikan oleh Agus Sartono (2001) sebagai suatu dasar untuk menilai dan mengarahkan prestasi operasi perusahaan.

Disamping itu, analisis rasio keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan.

Menurut Gitman (2000), analisis rasio keuangan mencakup metode perhitungan dan interpretasi angka rasio untuk melihat performance perusahaan atau bank. Tipe perbandingan angka rasio keuangan terdiri atas 3 jenis yaitu:

a. Analisis Cross Section: Membandingkan perusahaan atau bank yang berbeda pada satu waktu yang sama, termasuk membandingkan rasio satu perusahaan terhadap perusahaan lain maupun rasio perusahaan terhadap industri atau rata-rata industri.

b. Analisis Time Series: Evaluasi performance keuangan perusahaan dari satu waktu ke waktu yang lain dengan menggunakan analisis rasio.

c. Analisis Kombinasi: Menggunakan analisis yang menggabungkan antara cross section dan time Series.

Adapun alasan penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat analisis keuangan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang dikemukakan oleh Ress (1992) adalah :

1. Sebagai ringkasan statistik, yaitu untuk menyederhanakan kompleksitas detil laporan keuangan ke dalam bentuk serangkaian rasio.

2. Sebagai identifikasi kondisi suatu industri, perusahaan menggunakan standar industri untuk melihat perbedaan yang tidak normal dengan prestasi perusahaan, sehingga dapat diambil tindakan yang diperlukan.

3. Sebagai masukan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini rasio keuangan digunakan sebagai data tambahan bersama-sama dengan 3. Sebagai masukan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini rasio keuangan digunakan sebagai data tambahan bersama-sama dengan

4. Untuk standardisasi, yaitu sebagai pembanding bagi organisasi yang beroperasi dalam berbagai skala. Selain itu, analisis rasio keuangan yang dikemukakan oleh Harahap (1999)

memiliki berbagai keunggulan dan keterbatasan. Keunggulan analisis rasio keuangan diantaranya : (1) merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca atau ditafsirkan; (2) merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit; (3) mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain; (4) merupakan bahan yang bermanfaat dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi; (5) menstandardisasi size perusahaan; (6) mempermudah perusahaan dengan perusahaan lain untuk melihat perkembangan perusahaan secara periodik; serta (7) mempermudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Sementara itu, beberapa keterbatasan analisis yang menggunakan rasio keuangan menurut Harahap (1999) antara lain : 1) sulit dalam memilih rasio yang tepat dan dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya; (2) keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan dalam menggunakan rasio; (3) tidak tersedianya data untuk menghitung rasio dan (4) Perbedaan teknik atau standar akuntansi yang digunakan dari setiap perusahaan yang akan dianalisis.

Dendawijaya (2001) mengelompokkan rasio keuangan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Rasio Likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap

kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank yaitu: Cash Ratio, Reserve Requirement, Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio, Rasio kewajiban bersih call money (Dendawijaya, 2003).

2. Rasio Solvabilitas Analisis solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Selain itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain diluar model bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Beberapa rasionya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Assets Ratio (Dendawijaya, 2003).

3. Rasio Rentabilitas Rentabilitas adalah kemampuan dalam menghasilkan profit (laba) dari

operasi bank (Abdullah, 2003). Analisis rasio rantabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio- rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos yang terdapat operasi bank (Abdullah, 2003). Analisis rasio rantabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio- rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos yang terdapat

Penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh BI menggunakan seperangkat rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan diantaranya rasio keuangan Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk . Analisis penilaian tingkat kesehatan perbankan dengan menggunakan rasio ini disebut Analisis CAMELS yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Pada PT. BRI (Persero) Tbk., rasio keuangan yang digunakan meliputi: rasio pemodalan (solvabilitas), aset produktif, profitabilitas/rentabilitas, likuiditas, dan kepatuhan. Rasio pemodalan diproksi dengan nilai CAR, aset produktif meliputi aset produktif & non produktif bermasalah terhadap total aset produktif dan aset nonproduktif, aset produktif bermasalah, CKPN aset keuangan terhadap aset produktif, dan kredit bermasalah (NPL Gross), Profitabilitas meliputi ROA, ROE, NIM, dan BOPO, Likuiditas diproksi dengan LDR, dan Kepatuhan meliputi persentase pelanggaran BMPK, persentase pelampauan BMPK, giro wajib minimum, dan posisi devisa netto (Laporan Tahunan Bank BRI). Namun dalam penelitian ini, rasio keuangan yang digunakan adalah ROA, NIM, CER, LDR, dan NPL.

1. Return On Assets (ROA)

Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh earning atau daya pendapatan ataupun keuntungan (laba) secara keseluruhan. Menurut Bank Indonesia, Return On Assets (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata- rata total asset dalam suatu periode. ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pengoperasian aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan atau bank maka semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau bank tersebut. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA yang baik adalah lebih dari 1,5 persen.

Pengukuran ROA sebuah bank dilakukan dengan menjumlahkan total aset produktif yang terdiri dari penempatan surat berharga seperti sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang, penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan pada call money atau money market dan penempatan dalam bentuk kredit (Dendawijaya, 2003).

2. Net Interest Margin (NIM)

Untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih, ukuran rasio keuangan yang digunakan adalah Net Interest Margin (Dendawijaya, 2003). Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari Untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih, ukuran rasio keuangan yang digunakan adalah Net Interest Margin (Dendawijaya, 2003). Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari

Perhitungan NIM yang dilakukan oleh BI adalah dengan mengukur selisih nilai antara pendapatan operasional bank yang berasal dari pendapatan bunga dengan beban operasional bank yang berasal dari biaya atau beban bunga terhadap penimbang total aktiva produktif. Pendapatan bunga merupakan penghasilan pendapatan bank yang diperoleh dari bunga setiap jasa-jasa yang ada yang dijalankan oleh bank. Sedangkan biaya bunga (cost of money) adalah biaya atas dana-dana bank seperti bunga deposito, bunga tabungan, jasa giro, dan bunga pinjaman pada Bank Indonesia (bunga kredit likuiditas, bunga pinjaman antarbank, dan bunga pinjaman pada pihak ketiga lainnya yang bukan bank). Sementara itu, aktiva produkti terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, efek-efek kecuali Sertifikat Bank Indonesia, obligasi rekapitalisasi pemerintah, efek yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, piutang pembiayaan konsumen, tagihan akseptasi, penyertaan saham serta komitmen dan kontingensi dengan risiko kredit.

NIM merupakan salah satu indikator rentabilitas atau profitabilitas rasio keuangan dalam suatu bank untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilias yang dicapai bank yang bersangkutan. Ukuran rasio rentabilitas ini ditetapkan oleh BI di atas dua persen untuk memenuhi syarat kriteria bank yang dikatakan sehat.

Tingginya nilai rasio NIM suatu bank akan memberikan peluang yang besar untuk meningkatkan pendapatan dan laba bank karena tingginya nilai rasio ini menunjukkan tingginya pendapatan bunga suatu bank dimana pendapatan Tingginya nilai rasio NIM suatu bank akan memberikan peluang yang besar untuk meningkatkan pendapatan dan laba bank karena tingginya nilai rasio ini menunjukkan tingginya pendapatan bunga suatu bank dimana pendapatan

3. Cost Efficiency Ratio (CER)

Cost efficiency ratio (CER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar biaya nonbunga yang dikeluarkan suatu bank demi menghasilkan

pendapatan bunga bersih dan pendapatan lainnya selain pendapatan bunga (Timothy & Scott, 2000). Cost Efficiency Ratio adalah perbandingan antara biaya operasional lainnya terhadap Net Interest Income yang ditambah dengan pendapatan operasional lainnya. Biaya operasional lainnya adalah biaya operasional selain bunga yang dikeluarkan oleh bank dan pendapatan operasional lainnya adalah pendapatan selain bunga yang diperoleh oleh suatu bank. Biaya operasional nonbunga atau yang biasa disebut overhead cost terdiri dari penyisihan kerugian atas aktiva produktif dan nonproduktif, biaya tenaga kerja, tunjangan karyawan serta biaya administrasi & umum (biaya listrik, telepon, sewa gedung, kendaraan, pemeliharaan dsb). Sementara pendapatan nonbunga atau sering disebut dengan fee based income terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan lainnya selain pendapatan bunga (Timothy & Scott, 2000). Cost Efficiency Ratio adalah perbandingan antara biaya operasional lainnya terhadap Net Interest Income yang ditambah dengan pendapatan operasional lainnya. Biaya operasional lainnya adalah biaya operasional selain bunga yang dikeluarkan oleh bank dan pendapatan operasional lainnya adalah pendapatan selain bunga yang diperoleh oleh suatu bank. Biaya operasional nonbunga atau yang biasa disebut overhead cost terdiri dari penyisihan kerugian atas aktiva produktif dan nonproduktif, biaya tenaga kerja, tunjangan karyawan serta biaya administrasi & umum (biaya listrik, telepon, sewa gedung, kendaraan, pemeliharaan dsb). Sementara pendapatan nonbunga atau sering disebut dengan fee based income terdiri dari

Rasio CER merupakan indikator efisiensi keuangan suatu bank dimana biaya yang digunakan dalam menghitung rasio ini sebagian besar terdiri dari biaya variabel (variabel cost) yang merupakan jenis biaya yang dapat ditekan, seperti biaya umum, administrasi, dan tenaga kerja. Jika suatu bank mampu memperoleh pendapatan dalam jumlah besar dengan biaya yang relatif kecil, maka dapat dikatakan bahwa bank tersebut mampu untuk mengoptimalkan segala sumber daya yang dimilikinya (Riyadi, 2004). Nilai rasio ini menurut Timothy & Scott (2000) untuk predikat sangat baik adalah 50-55 persen dan semakin besar nilainya semakin tidak efisien.

4. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan kemampuan bank untuk melakukan pembayaran kembali dana yang ditarik dari deposan dan kemampuan

dalam memenuhi permintaan deposan yang sewaktu-waktu ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank dalam membiayai pinjaman kredit kepada masyarakat. Likuiditas suatu bank berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban (Siamat, 2005).

LDR dimaksudkan untuk mengetahui serta menilai seberapa jauh kemampuan suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR dimaksudkan untuk mengetahui serta menilai seberapa jauh kemampuan suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari

5. Non Performing Loan (NPL)

Rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL). Rasio ini dapat menggambarkan kemampuan suatu bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank (Herdiningtyas, 2005). Sementara menurut peraturan bank Indonesia nomor

5 tahun 2003, risiko adalah potensi terjadinya peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian. Risiko kredit didefinisikan oleh Imam Gozali (2007) sebagai risiko yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya (Nusantara Buyung, 2007). Menurut Veizhal Rival (2007) bahwa risiko kredit didefinisikan sebagai risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan dalam memenuhi kewajibannya. Risiko kredit juga didefinisikan oleh Dahlan Siamat (2004) sebagai suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan atau dijadwalkan.

Dalam perhitungan kredit macet (NPL) oleh BI, maka penggolongan kredit yang dicakup adalah kredit kategori 3 yaitu kurang lancar (substandard), kredit kategori 4 yaitu diragukan (doubtful), dan kredit kategori 5 yaitu macet

(loss). Untuk mencapai kinerja keuangan yang baik dalam penilaian tingkat kesehatan perbankan, Bank Indonesia menetapkan rasio NPL dibawah 5 persen

Keterkaitan Rasio Keuangan Terhadap Perolehan Laba

1. Return On Assets (ROA)

Retun on Asset (ROA) rasio keuangan perbankan yang berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Dalam kaitannya dengan perolehan laba, semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan juga mengindikasikan posisi bank dari segi penggunaan aset yang semakin baik. Menurut Dendawijaya (2000), ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset , yang berarti efisiensi manajemen dapat menciptakan laba perusahaan (Hanafi dan Halim, 1995:85). ROA yang tinggi berarti rasio rentabilitas juga tinggi. Dengan tingginya rentabilitas berarti perusahaan sukses dalam menghasilkan laba.

2. Net Interest Margin (NIM)

Sumber pendapatan bank yang terbesar adalah pendapatan operasional yang hampir seluruhnya diperoleh dari pendapatan bunga. Pendapatan bunga bank diperoleh dari selisih antara total biaya bunga pendanaan (kredit yang disalurkan) dengan total biaya pinjaman (sumber dana pihak ketiga). Proksi yang digunakan untuk mengukur pendapatan bunga bersih ini adalah Net Interst Margin (NIM). Dalam hal, ini semakin tinggi NIM suatu bank maka semakin tinggi pula peluang Sumber pendapatan bank yang terbesar adalah pendapatan operasional yang hampir seluruhnya diperoleh dari pendapatan bunga. Pendapatan bunga bank diperoleh dari selisih antara total biaya bunga pendanaan (kredit yang disalurkan) dengan total biaya pinjaman (sumber dana pihak ketiga). Proksi yang digunakan untuk mengukur pendapatan bunga bersih ini adalah Net Interst Margin (NIM). Dalam hal, ini semakin tinggi NIM suatu bank maka semakin tinggi pula peluang

Menurut Hasibuan (2006), NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan kinerja bank tersebut akan semakin baik (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Kinerja bank yang baik pada akhirnya akan memberikan peluang yang besar dalam meningkatkan perolehan laba suatu bank. Namun di sisi lain, rasio ini mencerminkan ketidakefisienan bank dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Hal ini disebabkan semakin tinggi rasio ini maka semakin besarnya selisih antara suku bunga simpanan dengan suku bunga pinjaman. Besarnya selisih tersebut disebabkan oleh rendahnya bunga simpanan atau tingginya bunga pinjaman yang ditetapkan oleh bank, sehingga akan meningkatkan beban masyarakat, meningkatkan terjadinya kredit macet dan mendorong masyarakat untuk melakukan pinjaman kredit ke bank lain yang memiliki bunga kredit yang lebih kecil. Oleh karena itu, tingginya rasio ini di sisi lain justru akan mengurangi pendapatan suatu bank dan berpengaruh negatif pada laba bank tersebut.

3. Cost Efficiency Ratio (CER)

CER merupakan rasio keuangan bank yang cukup efektif digunakan sebagai proksi dalam menentukan sejauh mana suatu bank mampu menciptakan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya, karena rasio ini hanya berfokus pada