Cucu Laelasari, 2013 Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Sekolah X Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
bagan, grafik, diagram berdasarkan hubungan kategori atau sejenisnya, namun bisa juga disajikan dalam bentuk uraian singkat.
Miles dan Huberman yang dikutip Sugiyono 2009:249 menyatakan „ the most frequent form of display data for qualitative
research that in the past has been narrative text ‟ maksudnya “yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”.
Dalam penelitian ini peneliti menyajikan data hasil reduksi data dalam bentuk uraian yang menggambarkan bagaimana
fenomena itu berlangsung, apa, siapa, di mana, dan bagaimana. Seluruh data yang didapatkan dipilah dan dikelompokan sesuai
dengan bidang garapan manajemen sekolah, kemudian dipaparkan agar dapat memberi gambaran dan mempermudah langkah kerja
selanjutnya.
3. Verifikasi Data
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Setelah
data direduksi, kemudian disajikan, maka langkah berikutnya adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan awal, penarikan
kesimpulan ini bersifat sementara, karena kesimpulan awal ini akan berubah bila tidak didukung oleh bukti-bukti pada pengumpulan
data berikutnya, namun apabila bukti-bukti itu konsisten dan valid ketika kembali mengumpulkan data ke lapangan, maka kesimpulan
Cucu Laelasari, 2013 Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Sekolah X Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
sementara yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Sugiyono 2009: 253 mengemukakan bahwa:
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal, atau interaktif, hipotesis, atau teori.
Pada tahap veripikasi ini peneliti dapat menarik kesimpulan sementara bahwa manajemen dibutuhkan dalam segala aktivitas,
apalagi dalam
mengelola pendidikan,
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan bukan hanya
kata-kata indah dalam dokumen, tetapi harus benar-benar dipraktekkan. Setiap komponen manajemen tidak bisa berdiri
sendiri, tidak ada komponen yang lebih penting dan komponen pendukung atau dianggap tidak penting, karena semua komponen
manajemen sekolah memegang peranan yang sangat penting dan harus terintegrasi, karena apabila satu komponen saja lemah maka
akan menjadikan komponen yang lainnya pun lemah pula. Menangani peserta didik memerlukan keseriusan berbagai aspek,
penanganan siswa yang didahului dengan identifikasi, asesmen, dan psikotes lebih memungkinkan seswa mengembangkan potensi
yang dimilikinya karena dengan demikian guru tahu harus bagaimana menangani siswa dengan karakter masing-masing
dengan penanganan yang tepat oleh orang yang tepat. Lingkungan sekolah, dukungan orang tua, dan penerimaan teman membuat
Cucu Laelasari, 2013 Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Sekolah X Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
ABK lebih nyaman dan percaya diri sehingga mereka lebih berkembang.
Gambar 3.3 Komponen dalam Analisis Interactive Model
Data collection
Data Reduction Data Display
Conclusion: drawingverifying
144
Cucu Laelasari, 2013 Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Sekolah X Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari keterangan dan data-data yang diperoleh dari berbagai nara sumber melalui wawancara, observasi langsung, study
dokumentasi dan penggabungan dari ketiga teknik pengumpulan data di atas, kemudian hasil penelitian dianalisis dengan membandingkan
dengan berbagai teori dalam berbagai literatur serta mendiskusikannya dengan ahli, maka dapat penulis simpulkan bahwa Sekolah X beritikad
sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif terbukti pada visi, misi, dan tujuan sekolah secara tersurat yang memenunjukkan
memberi ruang bagi keberagaman peserta didik. Dalam mengelola pendidikan secara umum Sekolah X sudah
menjalankan fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta pengontrolan terhadap setiap
komponen manajemen sekolah, baik manajemen kurikulum, manajemen tenaga pendidik dan kependidikan, manajemen kesiswaan,
manajemen keuangan, manajemen sarana prasarana, maupun manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif, namun ada beberapa fungsi secara khusus belum sepenuhnya dijalankan oleh Sekolah X, berikut ini
disampaikan berdasarkan komponen manajemen sekolah: