Simpulan SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Asep Jolly, 2015 Pengembangan model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model komunitas pembelajaran yang dapat meningkatkan kewirausahaan pada “komunitas ojek” di kota Bandung. Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dirumuskan fokus pada empat kajian yang dideskripsikan, yakni: 1 Kondisi kewirausahaan pada “komunitas ojek” di kota Bandung; 2 Pengembangan model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan pada “komunitas ojek” di kota Bandung; 3 Efektivitas model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan pada “komunitas ojek ” di kota Bandung; 4 Faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan pada “komunitas ojek” di kota Bandung. Mengacu pada tujuan tersebut, setelah mengkaji dan mrnganalisis seperti yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kondisi kewirausahaan pada “Komunitas Ojek” di kota Bandung Model komunitas pembelajaran dapat membangun proses pembelajaran kewirausahaan bagi para pengojek. Hal itu dibangun melalui proses reflekif antar para pengojek. Komunitas pengojek yang terorganisir lebih bisa memanfaatkan waktu untuk mencari penghasilan lain dengan tanpa meninggalkan pekerjaannya sebagai pengojek. Perilaku kewirausahaan “motivasi” untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai pengojek cukup tinggi. “Keberanian mengambil risiko” terutama keamanan dimiliki pengojek yang memilih beroperasi waktu malam. Proses pembentukan perilaku kewirausahaan berlangsung secara alamiah baik melalui pengalaman sendiri maupun melalui pembelajaran di Pangkalan Ojek. Perilaku yang menonjol dari para pengojek adalah “sikap realistis” bekerja sebagai Asep Jolly, 2015 Pengembangan model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pengojek, motivasi, menginginkan hasil nyata dalam setiap tindakan, mandiri dan komitmen. Sedangkan perilaku yang dianggap masih rendah adalah “disiplin, kreatif, inovatif ”. 2. Pengembangan model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan pada “komunitas ojek” di kota Bandung. Pengembangan model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan memiliki lima tahapan yang secara rutin dilakukan yaitu: 1 berbagi pengalaman, 2 refleksi diri, 3 membangun kesadaran secara kritis terhadap realita, 4 komitmen terhadap nilai kewirausahaan, 5 pengelompokan kembali dengan nilai-nilai kewirausahaan. Proses pengembangan model didasarkan pada kerangka teori tentang pembelajaran transformatif, learning community, fakta serta saran para ahli dalam bidang kewirausahaan. Proses tersebut berlangsung terus menerus sampai model dianggap sesuai dengan teori dan praktek-praktek pembentukan perilaku kewirausahaan yang sesuai dengan pekerjaan serta komunitas pengojek. Konseptual model komunitas pembelajaran mengalami perbaikan-perbaikan berdasarkan saran atau masukan dari warga belajarpeserta, pakar, dan teman sejawat. Perbaikan dilakukan baik pada konsep maupun praktek pembelajaran disesuaikan dengan peserta belajar orang dewasa. 3. Efektivitas model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan pada “komunitas ojek” di kota Bandung. Model dinilai efektif untuk mengarahkan perilaku para pengojek lebih berwirausaha. Efektivitas model pembelajaran tidak hanya dilihat dari adanya perubahan perilaku kewirausahaan, tetapi pada saat bekerja maupun dalam kegiatan sehari-hari sebagai pengojek. Sikap warga belajar yang positif terhadap proses pembelajaran merupakan indikator keberhasilan model komunitas 191 Asep Jolly, 2015 Pengembangan model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembelajaran. Perubahan perilaku tidak secara langsung terjadi pada semua dimensi perilaku kewirausahaan. Proses perubahan perilaku memerlukan waktu dan kebiasaan. Efektivitas model komunitas pembelajaran akan lebih baik dengan adanya organisasi yang membentuk norma atau budaya kerja sebagai pengojek. Secara umum perubahan perilaku para pengojek lebih bertanggungjawab dan menyadari realitas sebagai pengojek. Motivasi lebih tumbuh dan tanggung jawab menjadi lebih tinggi terutama pada keselamatan penumpang. 4. Faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan pada “komunitas ojek ” di kota Bandung. Faktor utama yang mendorong meningkatnya kewirausahaan adalah dukungan komunitasorganisasi, sikap pengojek terhadap pembelajaran dan kecenderungan untuk melakukan refleksi terhadap realitas kehidupannya sebagai pengojek. Kematangan usia juga mempengaruhi tingkat pemahaman mengenai kewirausahaan dalam konteks yang lebih luas tidak hanya ojek. Usia yang lebih matang cenderung mempengaruhi bagaimana pandangannya terhadap realitas sebagai pengojek serta motivasinya dalam berwirausaha. Lingkungan komunitas ojek berpengaruh terhadap implementasi praktek-praktek kewirausahaan melalui sistem yang dibangun untuk mengelola komunitas.. Para pengojek yang terorganisir lebih terbentuk perilaku kewirausahaannya dibanding dengan pengojek yang belum terorganisir. Pembagian jadwal kerja, iuran, kegiatan yang terorganisisr untuk menjaga dan memperbaiki fasilitas di lingkungan kerja membentuk para pengojek menjadi lebih disiplin dan bertanggungjawab. Hambatan budaya etnocentris belajar para pengojek masih perlu ditingkatkan. Para pengojek belum terbiasa belajar berdiskusi dan mengkritisi tentang pengalamannya, maupun pengalaman orang lain serta realita kehidupannya. Cara berpikir para pengojek yang masih konservatif artinya ada Asep Jolly, 2015 Pengembangan model komunitas pembelajaran untuk meningkatkan kewirausahaan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pemahaman-pemahaman yang dianggap sebagai sebuah kebenaran yang tidak dapat dibantah seperti nasib. Hambatan psikologis terutama kesadaran dan keyakinan terhadap makna nilai yang terkandung dalam nilai-nilai kewirausahaan tersebut masih perlu ditingkatkan secara terus menerus yang disesuaikan dengan kebutuhan. Uraian di atas, telah membuktikan bahwa validasi ahli telah menghasilkan model komunitas pembelajaran dapat meningkatkan kewirausahaan komunitas ojek di Bandung yang terdiri atas empat komponen, yaitu: input, proses, output, dan outcome. Model ini telah diimplementasikan melalui ujicoba lapangan terbukti dapat meningkatkan kewirausahaan pengojek. Pengembangan model ini dilaksanakan mulai dari menyusun rancangan model, validasi oleh pakar pendidikan luar sekolah, praktisi pendidikan luar sekolah PLS, dan teman sejawat.

B. Implikasi