Sebagai Antibakteri Berkhout, Escherichia Coli Castellani And Chalmers Migula Dan Staphylococcus Aureus Rosenbach

v BIDANG MIKROBIOLOGI 1 Isolasi Dan Seleksi Bakteri Asam Laktat Untuk Biosanitizer Buah Dan Sayur Ekawati Purwijantiningsih 20 2 Kajian Pertumbuhan Artemisia Vulgaris L. Yang Diinokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula FMA Pada Tanah Ultisol Dalam Upaya Pernyediaan Artemisinin Sebagai Anti Malaria Zozy Aneloi Noli, Suwirmen, Kharlina Yuliani 20 3 Perspektif Evolusi Mengenai Dinamika Sulfur Di Tomohon Dan Implikasinya Pada Korosi Mikrobial Frity Lisa Taroreh, Ferry F. Karwur, Jubhar C. Mangimbulude 21 4 Uji Biodegradasi 17 Β-Estradiol Oleh Bakteri Hasil Isolasi Dari Kali Surabaya Tri Puji Lestari Sudarwati, Ni’matuzahroh, Ganden. S 21 5 Potensi Ekstrak Air, Ekstrak Etanol Dan Minyak Atsiri Beberapa Kultivar Bawang Merah Allium Cepa L. Sebagai Antibakteri Terhadap Isolat Bakteri Asal Karies Gigi Ida Indrawati, Aulia Ponny Anggraini 22 6 Senyawa Minyak Sereh Wangi Citronella Oil Dari Tumbuhan Cymbopogon Nardus

L. Sebagai Antibakteri

Welmince Bota, Martanto Martosupono, Ferdy Samuel Rondonowu 22 7 Biotreatment Kandungan Organik Dan Coliform Dalam Lindi TPA oleh Paramaecium Caudatum Ehrenberg, 1822 Pada Variasi pH Dan Oksigen Terlarut Sunardi, Bani Fauziah, Keukeu Kaniawati Rosada 23 8 Keanekaragaman Makrofungi Di Wilayah Lereng Barat Gunung Lawu Rekyan Galuh Witantri, Dafi Al-Anshory, Muhammad Ridwan, Muhammad Arif Romadlon 23 9 Potensi Endosimbiom Tunikata Laut Rhapolea Crassa Sebagai Antibakteri Salmonella Thypi Dan Staphylococcus Aureus Magdalena Litaay, Risco B.Gobel, Zaraswati Dwyana, Nenis Sardiani 24 10 Aktivitas Antioksidan Dan Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Segar Jambu Kaliang Syzygium Cumini L. Skeels Terhadap Candida Albicans , Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus Nanda Oktafiana, Nurmiati, Feskaharny Alamsjah, Periadnadi 24 11 Penggunaan Bakteri Pencernaan Luwak Paradoxurus Hermaphroditus Sebagai Starter Pada Fermentasi Pulp Kakao Theobroma Cacao Dalam Upaya Perbaikan Mutu Biji Kakao Fermentasi Nurmiati, Periadnadi Dan Neny Damayanti 25 12 Aktivitas Antioksidan Dan Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Segar Dandelion Taraxacum Officinale F.H. Wigg Terhadap Candida Albicans

R. Berkhout, Escherichia Coli Castellani And Chalmers Migula Dan Staphylococcus Aureus Rosenbach

Monica Rafles, Nurmiati, Periadnadi 25 vi 13 Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Daun Awar-Awar Ficus Septica Brum.F. Dan Uji Efektivitasnya Terhadap Jamur Colletotrichum Acutatum Sang Ketut Sudirga 26 14 Cemaran Bakteri Susu Sapi Segar Pada Peternakan Rakyat Di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan Farida Nur Yuliati, Ratmawati Malaka, Kusumandari Indah Prahesti, Rian Hari Suharto 26 15 Potensi Ekstrak Kompos Dalam Menekan Perkembangan Penyakit Mosaik Pada Tanaman Cabai Erise Anggraini, Suwandi, Harman Hamidson 27 16 Efektifitas Antibakteria Ekstrak Daun Cakar Ayam Terhadap Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih Mega Utami Kusumawati, Muhammad Rizki Romadhon, Wulan Shofiana, Dewi Novitasari 27 17 Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Streptomyces Sp. Yang Diisolasi Dari Rhizosfer Tanaman Pisang Musa Paradisiaca L Retno Kawuri 28 BIDANG EKOLOGI DAN LINGKUNGAN 1 Spesies Burung Perairan Pesisir Yang Terpapar Merkuri Limbah Penambangan Emas Tradisional Di Kabupaten Pohuwato Gorontalo Ramli Utina, Abubakar Sidik Katili, Mustamin Ibrahim 29 2 Kajian Status Sistem Tiyaitiki Di Perairan Pesisir Teluk Tanah Merah Jayapura Papua Puguh Sujarta 29 3 Studi Lingkaran Tumbuh Pohon Di Kawasan Hutan Taman Nasional Siberut Kepulauan Mentawai Mansyurdin, Tesri Maideliza, Chairul, Ema Susiana 30 4 Transformasi Nitrogen Secara Biologis Di Air Panas Sarongsong Kota Tomohon Frity Lisa Taroreh, Ferry Karwur, Jubhar Mangimbulude 30 5 Pengetahuan Ekologi Lokal Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Di Indonesia Kajian Terhadap Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Utara M. Danang Anggoro, Lies Rahayu Wijayanti Faida, San Afri Awang 31 6 Autekologi Begonia Di Sebagian Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi N.K.E. Undaharta, Sutomo 31 7 Pemilihan Habitat Dari Larva Idionyx Yolanda Odonata: Corduliidae Dengan Karakteristik Morfologinya Diagal Wisnu Pamungkas, Deby Fajar Lestari, Euis Citra Ayu Ruspendi, Mayang Nur Rohmah 32 8 Hubungan Kemelimpahan Komunitas Fitoplankton Dengan Produktivitas Primer Di Kolam Budidaya Air Tawar, Cangkringan, Yogyakarta Khairunnisa Arumsari 32 vii 9 Mewujudkan Eko Kampus: Model Pengelolaan Sampah Terintegrasi Berbasis Masyarakat Kampus Teguh Husodo, Erri N. Megantara, M. Nurzaman, Nurullia Fitriani, M. Sator 33 10 Karakteristik Vegetasi Di Sekitar Mata Air Di Wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Indonesia Wiryanto, Sugiyarto, Fahrur Nuzulul Kurniawati, Rizma Dera Anggraini Putri, Muhammad Ridwan 34 11 Faktor Kondisi Fisik Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Kabupaten Cirebon Tahun 2013-2015 Sri Komalaningsih, Yuyun Siti Nurjanah 34 12 Microbial Fuell Cell, Solusi Alternatif Eutrofikasi Dan Mikroenergi Di Waduk Cirata Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi, Yudi Nurul Ihsan, Indah Riantini, Rega Permana, Rizky Riscahya Pratama Syamsuri 35 13 The Role Of Livestock Biogas Unit And Honey Bee As Greenhouse Gas Reductor Mochammad Junus, Agung Widodo, Wahyono Suprapto, Windy Zamrudy 35 14 Struktur Dan Komposisi Vegetasi Tegakan Hutan Di Kawasan Rph. Nglerak Kph. Surakarta Anisa Septiasari, Irmay Yanti Sari Dewi 36 15 Spesies Burung Perairan Pesisir Yang Terpapar Merkuri Limbah Penambangan Emas Tradisional Di Kabupaten Pohuwato Gorontalo Ramli Utina, Abubakar Sidik Katili, Mustamin Ibrahim 36 16 Struktur Vegetasi Dan Kandungan Karbon Pada Berbagai Kondisi Hutan Di Pulau Siberut Sumatera Barat Chairul, Erizal Muchktar, Mansyurdin, Tesri M, Gusmardi Indra 37 17 Ekologi Dan Potensi Invasif Acacia Decurrens Di Sebagian Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Yogyakarta Sutomo 37 18 Vegetation Analysis Of Weed In Gambir Plantation Uncaria Gambir Hunter Roxb In Penurunan Village, Nagari Kayu Gadang, Sutera Sub-District, Pesisir Selatan District Yastori, Chairul, Solfiyeni 38 19 Diversity Of Plants And Reserves Estimation Carbon Above Ground Level In Forest Areas Bukit Barisan West Sumatra Yastori, Chairul, Syamsuardi 38 BIDANG GENETIKA DAN BIOTEKNOLOGI 1 Perakitan Ikan Lele Clarias Sp. Transgenik Dengan Teknik Elektroforasi Sperma Ibnu Dwi Buwono, Iskandar, M. Untung Kurnia Agung, Ujang Subhan 39 2 Tidak Ada Judul Junessa Palao Kurniadi 39 3 Keragaman Genetik Generasi 2 Jagung Lokal Kabupaten Tana Toraja Dan Selayar Sulawesi Selatan Dengan Jagung Karotenoid Syn 3 Asal Cimmyt Berdasarkan Marka Simple Sequence Repeats Ssr Juhriah, Mir Alam, A. Masniawati 40 viii 4 Root Induction Of Nepenthes Ampullaria Jack. With Several Consentration Of Indole Acetic Acid Iaa By In Vitro Technique Suwirmen, Zozy Aneloi Noli, Anzharni Fajrina 40 5 Cetakan Tempurung Kelapa Menghasilkan Dangke Yang Lebih Aman Dan Disukai Dibandingkan Dengan Stainless Steel Wahniyathi Hatta 41 6 Studi Pendahuluan Variasi Genetik Masyarakat Dayak Di Kota Palangkaraya Kalimantan Tengahberdasarkan Enam Lokus Mikrosatelit Autosom I Ketut Junitha, Lucia Emy Octavia 41 7 Pengaruh Penggorengan Terhadap Kandungan Protein Dan Antioksidan Tempe Laica Alfatika Permatasari, Juplita Rahmani Zukhrufullah, Sopyan Ali, Sugiyarto, Marsusi 42 8 Mutasi Dan Regenerasi Tunas Dari Kalus Sorgum Varietas Kawali, Mandau Dan Super I Endang Gati Lestari, Iswari S. Dewi 42 9 Analisis Keragaman Gen Hormon Pertumbuhan Msp I Sapi Bali Di Kawasan Instalasi Perbibitan Rakyat Ipr Kabupaten Bone Sjamsuddin Garantjang, Ambo Ako, Sutomo Syawal, Farida Nur Yuliati 43 10 Agronomic Characters And Yield Stability Of Doubled-Haploid Upland Rice Lines Developed By Anther Culture Iswari Saraswati Dewi, Heni Safitri, Bambang Sapta Purwoko, Deni S ulaeman, Adin Afiyata, Muhamad Syuku, Desta Wirnas 43 11 Strategi Konservasi Genetik Kayu Kuku Pericopsis Mooniana: Jenis Langka Asal Sulawesi Vivi Yuskianti 44 12 Studi Pembentukan Warna Jingga Pada Beberapa Varietas Kulit Buah Jeruk Asal Bali Pada Elevasi Lahan Yang Berbeda Inanpi Hidayati S., Taruna Shafa Arzam, Roedhy Poerwanto, Darda Efendi, Andria Agusta, Sri Yuliani 44 13 Analisis Bioinformatika Berbasis Web Enzim Levansucrase Dari Genus Bacillus Rahmat Azhari Kemal, Aliyah Purwanti, Ayesha Nilam Aprilyandi, Vira Putri Yarlina, Nada Putri Djihad 45 14 Genetic Polymorphism Analysis Of Candidate Markers For Reproduction Traits In Bali Cattle I Ketut Puja, I Nyoman Sulabda, Nengah Wandia 45 15 Aplikasi Penanda Molekuler Untuk Mempelajari Keragaman Jenis Jamur Endofitik Pada Tanaman Hutan Istiana Prihatini 46 16 Analisis Senyawa Minyak Sereh Wangi Dan Minyak Terpentin Menggunakan Near Infrared Spektroscopy Dan Kromatografi Gas Spektroskopi Massa Welmince Bota, Martanto Martosupono 1 , Dan Ferdy Samuel Rondonowu 1 47 ix POSTER 1 Toksisitas Asam Metoksi Asetat Terhadap Indeks Mitosis Dan Aberasi Kromosom Lini Sel M11 Madihah 48 2 Keanekaragaman Burung Di Kebun Raya Eka Karya Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali Putu Ayu Wiwin Vitrayanthi 48 3 Potensi Jamur Entomopatogen Metarhizium anisopliae dalam Pengendalian Hayati Populasi Nyamuk Aedes aegypti Linnaeus, 1762 Melanie, Hikmat Kasmara, Zelan Dzulhimmatul Aliana, Elly Tiarawati 49 4 Eksplorasi Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Penghasil Minyak Atsiri Di Lombok Timur NTB IG. Tirta 49 5 Perbanyakan Alocasia baginda Kurniawan P.C. Boyce melalui percepatan tunas lateral menggunakan Zat Pengatur Tumbuh BA dan GA3 Siti Fatimah Hanum dan Dewi Lestari 50 6 Inventarisasi jenis-jenis Araceae di sebagian Hutan Gunung Mesehe Kab. Jembrana Siti Fatimah Hanum dan Ni Putu Sri Asih 50 7 Eksplorasi Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Penghasil Minyak Atsiri Di Sumbawa-Ntb I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta dan Ida Bagus Ketut Arinasa 51 8 Eksplorasi Flora Di Hutan Lindung Lombok Timur Dan Taman Nasional Gunung Rinjani I Nyoman Peneng 51 9 Inventarisasijenis-jenisTumbuhanInvasif di Taman Nasional Bali Barat Deden Girmansyah, Sunaryo, Asep Sadili 52 10 Inventarisasi Jenis Tumbuhan yang Digunakan oleh Masyarakat Sebagai Obat Tradisional Diabetes di Desa Karangwangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Desak Made Malini, Fitri Kamilawati 52 11 Kadar Sari Cabe Jawa Piper retrofractum Dengan Beberapa Metode Maserasi Dan Jenis Pelarut Mohamad Nurzaman, Tia Setiawati 53 12 Akumulasi Timbal Pada Sayap Dan Tubuh Kupu-Kupu Eurema blanda Di Taman Kota Bandung Nurullia Fitriani, Iis Wahidah, Melanie 53 13 Analisis Bioinformatika Berbasis Web Enzim Fructansucrase dari Genus Bacillus Rahmat Azhari Kemal, Gabriel Bagus Kennardi 54 14 Usia Menarche Dan Indeks Massa Tubuh Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun Di Kota Surakarta Dan Sekitarnya Tetri Widiyani 1 , Olivia Erness, Noor Soesanti Handajani 54 x 15 Gambaran Kepadatan Spermatozoa Dalam Lumen Tubulus Seminiferus Testis Kelinci Lepus sp. Lokal Yang Diberi Ransum Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod Gadus Morhua Ni Gusti Ayu Manik Ermayanti 55 16 Pengaruh Buangan Limbah Cair Pabrik Tekstil Di Sungai Kawasan Desa Mangun Argakabupaten Sumedang Terhadap Pembelahan Sel Akar Bawang Merah Alliumcepa Annisa, Hana Hunafa Hidayat 55 17 Seleksi Tumbuhan Pakan Oleh Kijang Muntiacus Muntjak Di Taman Nasional Bali Barat I Ketut Ginantra, I.G.A Sugi Wahyuni 56 18 Jenis-Jenis Diatom Di Danau Beratan Sebagai Data Pendukung Analisa Forensik Korban Tenggelam Pararya Suryadipura, Ni Made Suartini, I Ketut Junitha 56 19 Kecepatan Tumbuh Cendawan Yang Menginfeksi Tanaman Buah Naga Hylocereus spp. Secara In-Vitro Meitini W.Proborini 57 20 Kualitas Dan Status Mutu Air Bawah Tanah Di Wilayah Pesisir, Kabupaten Badung. I Ketut Sundra 57 21 Uji Antifertilitas Ekstrak Daun Sirsak Annona muricata Linn Pada Mencit Jantan Mus musculus Ni Nyoman Wirasiti 58 22 Efektivitas MgCl 2 Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Transpirasi Monochoria vaginalis BURM. F Presl Ni Putu Adriani Astiti 58 23 Potensi Streptomyces sp. dalam Menghambat Bakteri Klebsiella pneumoniae Resisten Antibiotik Ampisilin Kadek Desy Kartika 59 24 Aktivitas Mendapatkan Makanan Monyet Ekor Panjang Macaca Fascicularis Raffles Di Uluwatu, Bali Ni Made Dewi Wahyuni 59 25 Pengaruh Penambahan Berbagai Takaran Bijikedelai Terhadap Pertumbuhan Dan Bobot Bibit Indukjamur Enoki Flammulina Velutipes Curt.:Fr.Singer. Betty Mayawatie Marzuki 60 26 Karakter Agronomi Dan Stabilitas Galur Padi Gogo Doubled-Haploid Hasil Kultur Antera Iswari Saraswati Dewi, Heni Safitri, Bambang Sapta Purwoko, Deni Sulaeman, Adin Afiyata, Muhamad Syukur, Desta Wirnas 60 27 Penelusuran Awal Ekstrak Bawang Putih Allium sativum L Untuk Menyembuhkan Luka Melalui Indikator Bakteriostatik dan Bakterisida Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In vitro. Yulita S. Lani, Lukas Seran, Aloysius Djalo 61 28 Identifikasi Karakteristik dan Keanekaragaman Jenis Lamun Seagrass Di Daerah Intertidal Di Pantai Litianak Desa Oelua Kecamatan Rote Barat Laut Kabupaten Rote Ndao Midel D.W Ndolu, Abdul Majid, Marthinus Dethan 61 xi 29 Pengaruh Jarak Pemindahan Terhadap Keberhasilan Kembali Pulang Homing Kodok Buduk Bufo melanostictus Ni Wayan Mery Wintari, I Ketut Artawan, Ida Bagus Jelantik Swasta 62 30 Alokasi Waktu Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang Macacafascicularis Dewasa Di Destinasi Wisata Luhur Uluwatu, Bali Ramdhoani, A. A. Gde Raka Dalem, Deny S. Yusup 62 31 Kondisi Terumbu Karang Di Lokasi Wisata Snorkeling Kawasan Gili Matra, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat Ni Made Martini, Hilman Ahyadi, S.Si, M.Si, dan Dr. I Wayan Suana 63 32 Produksi Bibit Kentang Solanum Tuberosum L. G1 Dari Stek Batang Putu Wina Andriani Lestari, Made Ria Defiani, Ida Ayu Astarini 63 33 Pengaruh Penggunaan Pupuk Organic Cair Mitra Flora dengan konsentrasi berbeda terhadap produksi pare Momordicha charantiae L. Di Daerah Nangahure Kecamatan Alak Kabupaten Sikka Andy Agustina Lande, Sudirman Bandu, Yusnaeni Ganing 64 34 Pengembangan Media Ajar Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemandirian Dan Berfikir Kritis Siswa Pada Materi Monera Kelas X Sma Julian Tambunan, Supramono, Akhmadi 64 35 Pengembangan Modul Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pencernaan Manusia Debora Margareth, Supramono, Suatma 65 36 Efektivitas Ekstrak Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Dan Mempertahankan Jumlah Sperma Pada Tikus Rattus norvegicus L. I Putu Ari Wijana Dipa, Ni Wayan Sudatri, Ngurah Intan Wiratmini 65 37 Identifikasi Jenis-Jenis Ikan Air Tawar Di Danau Tuadale Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang Dicky F.Hanas, Frans Kia Duan, Abdonia W.Finmeta 66 38 Pengaruh Motivasi, Budaya Sekolah Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Disiplin Guru SMA Negeri 1 Lahusa Kecamatan Lahusa Kabupaten Nias Selatan Hasrat Damai Hulu, T. Sihol Nababan, Oloan Simanjuntak 66 39 Induksi Poliploidi Bunga Lili Lilium Longiflorum Thunb. Dengan Pemberian Oryzalin Gusti Ayu Mirah Dwidaputri, Ida Ayu Astarini, Eniek Kriswiyanti 67 40 Analisis Protein Membran Spermatozoa Kambing Peranakan Etawa, Kambing Boer, Dan Kambing Kacang Sebagai Pendekatan Kekerabatan Gustu Widi Kencana Putra, Umie Lestari, Sofia Ery Rahayu 67 41 Identifikasi Pigmen Anthosianin Dari Limbah Kulit Ubi Jalar Ungu Ipomoea Batatas L I Wayan Muda Suta Arta 68 xii 42 Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Umbi Ubi Jalar Ungu Terhadap Penurunan Glukosa Darah Pada Tikus Putih Ratus Norvegicus Yang Diinduksi Dengan Sterptozotocin I Gede Wiranatha 68 43 Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bunga Potong Anthurium sp Ni Luh Suriani 69 PEMAKALAH UTAMA Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc. Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemenristek Dikti xiii PEMAKALAH UTAMA MENELITI MANFAAT BUAH PINANG PADA SISTEM REPRODUKSI DAN PERKEMBANGAN HEWAN Sony Heru Sumarsono, Annisa Martiana, Eka Pasana Pujowati, Prilia Setiorini, Hafizh Sholahudin KK Fisiologi, Perkembangan Hewan dan Sains Biomedika Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung Gedung Labtek XI, Jl ganesha 10, Bandung 40132 Email: sonyherusith.itb.ac.id ABSTRAK Buah pinang Areca catechu L sudah dikenal dan dimanfaatkan sejak jaman dulu sebagai bahan obat dari berbagai jenis penyakit infeksi. Buah pinang mengandung berbagai jenis alkaloid yang kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai bahan antifertilitas, suatu cara pengaturan kelahiran anak dengan memanfaatkan bahan alami. Untuk itu perlu diteliti manfaat buah pinang terhadap sistem reproduksi mamalia. Ekstrak etanol buah pinang disiapkan dengan maserasi dan ekstraksi dengan etanol 96, dikeringkan dan kemudian dilarutkan dalam larutan gum Arab 1. Mencit betina digavage setiap hari dengan 0, 300, 500, dan 700 mgkg berat badan ekstrak biji pinang selama 15 hari, diistirahatkan 5 hari dan dikawinkan. Mencit dibunuh dan dibedah pada umur kebuntingan 3, 9 dan 16 hari, embrio dikumpulkan, dihitung dan diamati jika terjadi kelainan. Mencit jantan digavave setiap hari dengan ekstrak etanol biji pinang dengan dosis 0, 300, 500 dan 700 mgkg berat badan selama 17 dan 35 hari, dibunuh dan diamati perubahan yang terjadi pada testis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak pemberian ekstrak biji pinang pada mencit betina menunjukkan terjadi penurunan kualitas embrio tahap praimplantasi yang dihasilkan yaitu mengalami kelambatan perkembangan pada tahap morula. Pada tahap pasca implantasi tidak ditemukan adanya penurunan kualitas maupun kelainan pada embrio. Pada hewan jantan ekstrak biji pinang dapat menyebabkan tubulus seminiferus tidak tumbuh, testis lebih kecil, hypoplasia spermatogenesis, dan peningkatan apoptosis pada sel-sel spermatogonia. Kata kunci: ekstrak biji pinang, mencit, embrio, spermatogenesis, apoptosis Disampaikan dalam Seminar Nasional Biosains 2 tanggal 19 Nopember 2015 di Denpasar xiv PEMAKALAH UTAMA PENTINGNYA PENELITIAN TAKSONOMI DALAM MENUNJANG PERKEMBANGAN SAIN DAN TEKNOLOGI: STUDI KASUS PADA PENELITIAN SUKU CUCURBITACEAE Rugayah Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI Email: titikrugayahyahoo.com Ringkasan Taksonomi termasuk di dalam salah satu ilmu dasar yang mempelajari tentang pencirian, penggolongan serta penamaan suatu takson. Ilmu tersebut sebenarnya telah melekat dengan sendirinya pada setiap individu tanpa disengaja, karena setiap aktivitas yang kita lakukan selalu mempraktekan apa yang dipelajari di dalam ilmu tersebut. Dengan melakukan pencirian kita bisa menyandra suatu benda, kemudian mengenali, memberikan sebutan atau nama untuk benda tersebut dan menggolong-golongkannya menjadi suatu kelompok tertentu. Nama dapat dikatakan sebagai kunci pembuka khasanah ilmu pengetahuan. Dengan mengenal sebuah nama, kita dapat dengan sendirinya menggambarkan segala suatu yang melekat pada benda yang kita sebutkan. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang ada, istilah taksonomi juga berkembang menjadi Sistematika. Apa yang menjadi topik pembelajarannyapun juga berkembang tidak hanya pencirian, pengolongan dan penamaan saja, namun juga dipelajari hubungan kekerabatan antar takson dengan bukti-bukti evolusinya. Untuk mendapat bukti- bukti tersebut, beberapa pendekatan perlu dilakukan guna mengetahui proses evolusi yang terjadi. Pendekatan-pendekatan tersebut selama ini selaras dengan perkembangan ilmu yang ada, sehingga kita dapat mengenal beberapa istilah keilmuan yang terkait dengan bidang taksonomi ini seperti Sitotaxonomy, chemotaxonomy, Numerical taxonomy, Molecular systematic , dll. Hasil penelitian taksonomi maupun sistematika yang berupa pengungkapan kekayaan jenis maupun genetik berupa varian, dapat dimanfaatkan oleh bidang keilmuan lainnya seperti Ekologi, Etnobotani, Kehutanan, Konservasi, Farmasi, Bioteknologi, Pertanian. Bahkan saat ini prinsip dasar taksonomi juga dapat diaplikasikan di dalam bidang informatika. Terciptanya beberapa program aplikasi komputer yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisis informasi biologi, antara lain seperti program yang dipakai dalam menganalisis hubungan kekerabatan dll, sebagai bukti bahwa taksonomi juga berperan di dalamnya. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara Megadiversity. Berdasarkan informasi kekinian keanekaragaman hayati Indonesia Widjaja, EA dkk, 2014 mencatat sekitar 30.000-40.000 jenis tumbuhan 15.5 , jumlah total tumbuhan yang ada di dunia dan saat ini hanya sekitar 50 tumbuhan berbiji yang telah terungkap. Dengan demikian masih banyak peluang untuk mengungkapkannya. Ironisnya, Indonesia hanya memiliki ahli taksonomi yang sangat sedikit dibandingkan negara maju, sehingga publikasi-publikasi taksonomi masih didominasi oleh peneliti-peneliti asing. Maraknya pemahaman tentang keanekaragaman hanyati genetik, jenis dan ekosistem di awal abad ini, berdampak sangat besar terhadap arti pentingnya peranan taksonomi atau sistematika di dalam pengungkapan keanekaragaman itu sendiri. Penggantian mata ajaran taksonomi menjadi keanekaragaman di beberapa perguruan tinggi di Indonesia melalui berbagai pendekatan yang berbeda dan lebih menarik, juga terbukti dapat xv meningkatkan minat anak didik untuk mengetahui dunia taksonomi ini. Beberapa tahun terakhir, jumlah mahasiswa peminat bidang taksonomi yang tercatat di Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi Biologi di IPB semakin banyak, yang awalnya pada tahun 1991 hanya satu orang menjadi sekitar 8-13 orang pada saat ini. Semakin banyaknya taksonom- taksonom baru yang lulus pendidikan, diharapkan dapat mempercepat terungkapnya kekayaan hayati Indonesia. Kegiatan penelitian yang di lakukan dalam bidang sistematika saat ini di awali dari kegiatan inventarisasi dan eksplorasi, mengenalnya melalui proses identifikasi dan pemberian nama, dianalisis hubungan kekerabatannya dan dikonstrukti pengelompokannya, kemudian data-data tersebut dikemas dan dimanage di dalam suatu program database dan dikomunikasikan ke seluruh dunia. Terjalinnya jejaring data-data tersebut diharapkan akan berakhir pada suatu muara pemanfaatan keanekaragaman yang berkesinambungan atau lestari. Permasalahan kekurangan pangan, munculnya macam penyakit yang memerlukan obat-obatan baru di dunia, dll. diharapkan akan teratasi dengan terbukanya informasi dasar ini. Cucurbitaceae , diketahui merupakan salah satu suku yang memiliki nilai ekonomi penting di dalam kehidupan manusia, dimana banyak anggota jenis dari suku tersebut yang telah dimanfaatkan sebagai sumber pangan buah-buahan, sayuran maupun obat-obatan obat sederhana: cacing, batuk, hingga HIV. Keanekaragaman jenis suku ini telah terungkap, saat ini telah diketahui 900 jenis dari 120 marga tersebar di seluruh dunia terutama di daerah tropik, dan sebagian besar marganya tersebar di Amerika, hanya beberapa di daerah temperate. Di kawasan Malesia dilaporkan sebanyak 132 jenis, termasuk di dalam 39 marga. 29 marga diantaranya tumbuh liar dan 10 marga telah dibudidaya de Wilde Duyfjes, 2010. Di Indonesia diperkirakan sekitar 85 jenis, termasuk beberapa kerabat liar dari jenis-jenis yang dibudidayakan seperti Cucumis melo f.agrestis, Benincasa f. pruriens dll.. Keanekaragaman jenis marga Trichosanthes 25 jenis merupakan yang paling tinggi. Terungkapnya keanekaragaman ini dipakai sebagai data dasar dalam pengembangan selanjutnya. Berbagai penelitian lanjutan pada suku ini masih terus dilakukan. Hasil analisis molekuler menggabungkan beberapa marga seperti Mukia masuk ke dalam marga Cucumis. Perakitan kultivar baru dalam rangka peningkatan kualitas buah melon Apel sebagai kultivar baru yang memiliki buah sebesar buah apel, peningkatan produksi biji Citrulus, Cucurbita , dll, maupun ketahanan terhadap penyakit pada jenis-jenis lainnya; demikian pula penelitian kandungan kimia lain seperti alkaloid pada jenis-jenis Momordica, saponin pada jenis-jenis Cucurbita, Cucumis, Lagenaria dan Momordica. Ditemukannya bahan bioaktif pada jenis-jenis Momordica, Trichosanthes dilaporkan mempunyai kandungan kimia yang dapat dipakai sebagai bahan anti HIV. Kata kunci: taksonomi, sistematika, keanekaragaman, Cucurbitaceae Disampaikan dalam Seminar Nasional Biosains 2 tanggal 19 Nopember 2015 di Denpasar xvi PEMAKALAH UTAMA MENINGKATKAN RELEVANSI PENELITIAN BIOLOGI UNTUK MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN Dewa Ngurah Suprapta Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana Email: biopdps.centrin.net.id ABSTRAK Penduduk dunia saat ini sudah mencapai sekitar 7,2 miliar jiwa dan hampir 1 miliar jiwa mengalami kelaparan dan kekurangan gizi sementara sekitar 2 miliar ketahanan pangannya kurang kuat. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sumber daya global saat ini seperti sumber daya alam, sumber daya manusia dan iptek belum mampu memenuhi kebutuhan dasar penduduk dunia terutama dalam penyediaan pangan secara berkecukupan dan berkeadilan. Penduduk dunia pada tahun 2050 diperkirakan akan mencapai 9 miliar jiwa, dan untuk memenuhi kebutuhan pangan diperlukan peningkatan produksi tanaman pangan sekitar dua kali lipat dari produksi saat ini. Peningkatan produksi tanaman bisa dilakukan melalui ekstensifikasi yaitu memperluas lahan pertanian, dan melalui intensifikasi yaitu penerapan teknologi secara intensif dan efisien. Perluasan lahan pertanian tampaknya sulit bisa dilakukan karena justru lahan pertanian yang ada saat ini cendrung mengalami penyusutan karena adanya alih fungsi. Pilihan yang paling mungkin adalah intensifikasi pertanian melalui penggunaan varietas unggul, pengembangan teknik pengolahan tanah yang tepat, pengelolaan irigasi yang lebih efisien, penggunaan pupuk yang sesuai, pengelolaan hama dan penyakit secara terpadu. Peneliti biologi bisa memberikan kontribusi yang besar pada beberapa aspek dari intensifikasi pertanian terkait dengan pengembangan varietas unggul yang memiliki sifat dengan produktivitas tinggi, umur pendek,nilai gizi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta adaptif terhadap kondisi iklim yang terus berubah. Selain itu, penelitian biologi dasar juga diperlukan untuk menemukan, mengidentifikasi, dan mengembangkan agen hayati atau produknya yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk hayati dan biopestisida dengan kinerja yang lebih baik dari pupuk dan pestisida kimia sintetis. Kegiatan penelitian biologi seharusnya dikelola secara multidisiplin dan transdisiplin melibatkan berbagai ahli terkait, khususnya ahli pertanian, sehingga hasil penelitian biologi memiliki relevansi yang tinggi dan bermuara pada peningkatan kinerja pertanian khususnya dalam memperkuat ketahanan pangan. Kata kunci: relevansi penelitian, ketahanan pangan, multidisiplin, transdisiplin Disampaikan pada Seminar Nasional Biosains 2 tanggal 20 Nopember 2015 di Denpasar 1 KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN ASING INVASIF DI HUTAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIOLOGI HPPB UNIVERSITAS ANDALAS Solfiyeni, Syamsuardi, Chairul Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Padang Email: solfiyenikarimiyahoo.co.id ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang keanekaragaman tumbuhan asing invasif di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi HPPB Universitas Andalas yang bertujuan untuk mengetahui komposisi dan struktur tumbuhan asing invasif di kawasan hutan tesebut. Penelitian ini menggunakan metode kuadrat dengan peletakan plot secara sistematik sampling. Jumlah plot pengamatan sebanyak 90 plot dengan ukuran plot 2 x 2 meter. Hasil penelitian menunjukkan di HPPB ditemukan sebanyak 2056 individu dari 36 jenis tumbuhan asing invasif yang tergolong kedalam 15 famili. Famili yang dominan adalah famili Rubiaceae dengan persentase famili 25,97. Jenis tumbuhan asing invasif yang mendominasi adalah Borreria laevis dan Melastoma malabathricum dengan Nilai Penting NP masing-masingnya 26,96 dan 20,30. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan asing invasif pada kawasan ini tergolong sedang yaitu 2,98. Kata kunci : tumbuhan asing invasif, komposisi, struktur, HPPB KEANEKARAGAMAN LUMUT DI LERENG BARAT GUNUNG LAWU, KABUPATEN KARANGANYAR Krisanty Kharismamurti, Dwi Setyo Kelompok Studi Biodiversitas, Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta Email: krisankharisgmail.com ABSTRAK Gunung Lawu memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah di seluruh bagian hutan. Salah satu keanekaragaman yang tersimpan adalah tumbuhan lumut Bryophyta. Tumbuhan lumut mempunyai berbagai ciri khas dan dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan. Penelitian terkait tumbuhan lumut bertujuan untuk mendata berbagai jenis lumut, sehingga dapat dijadikan sebagai database keanekaragaman hayati Gunung Lawu. Metode yang digunakan adalah metode jelajah. Metode ini dilakukan dengan menelusuri hutan di rentang luasan area 5meter dari jalansetapak di kanan dan kiri. Sampel lumut yang didapatkan kemudian dipreservasi dan di identifikasi. Lokasi penjelajahan dilakukan di dua tempat di lereng barat Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar, yaitu Hutan Segorogunung dan Hutan Parang Ijo. Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 21 spesies berhasil teridentifikasi. Kata kunci: lumut, jelajah, database, Gunung Lawu 2 KEANEKARAGAMAN ANGGREK DI BUKIT TAPAK, TABA NAN-BALI I.G. Tirta, Aninda Retno U.W., I.N. Peneng UPT. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali Email: gttirta90yahoo.com ABSTRAK Anggrek yang termasuk dalam suku Orchidaceae merupakan salah satu suku terbesar dalam Angiospermae dan memiliki keanekaragaman tinggi terutama di hutan hujan tropis. Secara alami di habitat aslinya, anggrek mudah dijumpai dalam habitus epifit dan terestrial. Namun saat ini alih fungsi lahan dan over eksploitasi menyebabkan menurunnya populasi dan tingkat keragaman jenis anggrek. Bukit Tapak termasuk dalam kawasan hutan Batukau, bukit ini telah memiliki jalur pendakian yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemelimpahan dan keragaman anggrek di Bukit Tapak. Penelitian dilakukan dengan metode eksplorasi acak pada jalur pendakian dari Kebun Raya Bali – puncak bukit bulan Agustus 2013, dan jalur pendakian dari Pancasari – puncak bukitbulan Agustus 2014.Hasil penelitian menunjukkan bahwadiBukit Tapak ditemukan sebanyak 50jenisanggrek yang terdiri dari 40 jenis anggrek epifit dan 10 jenis terestrial. Indeks kesamaan jenis Sorrensen terhitung sebesar 40,63, hal ini menunjukkan kedua area jalur pendakian memiliki keragaman jenis yang cukup berbeda. Kata kunci: anggrek, orchidaceae, Bukit Tapak, keanekaragaman, Bali EVALUASI EFIKASI TAKARAN DAN FREKUENSI PEMBERIAN BIOPESTISIDA EKSTRAK ANDROPOGON NARDUS UNTUK MENEKAN SERANGAN PENYAKIT UTAMA BUAH KAKAO DI SUMATERA BARAT Mairawita Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Andalas Email: mairawitamarlisrahmangmail.com ABSTRAK Penyakit utama pada kakao Theobroma cacao. L. di Sumatera Barat adalah Phythopthora palmivora patogenBusukBuahKakaoBBK. Pada penelitian pendahuluan, ekstrak Andropogon nardus mampu menekan penyakit pada utama kakao, yaitu P. palmivora sampai dengan 100. Penelitian ini bertujuan menguji evektifitas biopestisida ekstrak A. nardus di lapangan, terhadap penyakit utama kakao tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Stratified Random Sampling dan dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman pada kebun binaan seluas + 1 ha. Perlakuan ekstrak A. nardus adalah 4 mlL dan 8 mlL untuk tahun pertama. Hasil perlakuan 1 dan 2 pada kakao memperlihatkan kecenderungan pengaruh positif penyemprotan biopestisida terhadap serangan P. palmivora. Perlakuan yang diterapkan pada tahun pertama dimodifikasi dengan adanya kombinasi perlakuan dan frekuensi penyemprotan. Perlakuan yang diterapkan adalah penyemprotan 12 mlL dan 24 mlL, masing-masing dilakukan dengan dua frekuensi penyemprotan yaitu setiap seminggu sekali dan 15 hari sekali, selain itu diterapkan kontrol negatif dan kontrol positif. Hasil pengamatan hingga minggu ke-7 menunjukkan adanya penurunan jumlah buah yang terserang P. palmivora. Dari hasil pengamatan di lapangan terjadi penurunan tingkat serangan, namun grafik menunjukkan adanya fluktuasi yang cukup jelas. 3 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK PADA MEDIA TANAH YANG MENGANDUNG TIMBAL Pb TERHADAP PERTUMBUHAN KANGKUNG DARAT Ipomoea reptans Poir. Ulfah Rahmawati, Listiatie Budi Utami Program Studi Biologi FMIPA, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Email: listiatie _uadyahoo.com ABSTRAK Kangkung darat Ipomoea reptansPoir. merupakan tanaman hiperakumulator terhadap logam timbal Pb, padahal kangkung darat banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kandungan timbale Pb kangkung darat pada berbagai dosis pupuk organik. Selain itu, untuk mengetahui dosis pupuk organik yang paling efektif u tuk meningkatka npertumbuhan dan menurunkan kandungan timbal Pb tanaman kangkung darat. Penelitian dilakukan secara Rancangan Acak Lengkap RAL dengan perlakuan pemberian pupuk organic dengan dosis 0 gram, 50 gram, 100 gram, 150 gram, 200 gram, dan 250 gram dalam 2 kg tanah dari TPA Piyungan, setiap perlakuan 4 kali ulangan. Pengamatan dilakukan selama 4 minggu, meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, panjang akar, dan berat basah tanaman. Setelah minggu ke-4, dilakukan pengukuran kadar timbal Pb dalam daun. Analisis data dilakukan dengan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji BNT 5. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung darat, dosis yang paling efektif untuk pertumbuhan tanaman kangkung darat adalah 200 gram dalam 2 kg tanah. Namun, pemberian pupuk organic tidak dapat menurunkan kandungan Pb dalam tanaman kangkung darat. Kata kunci: pupuk organik, pertumbuhan, timbal Pb, kangkung darat KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU-PAKUAN Pteridophyta DI KAWASAN LERENG BARAT GUNUNG LAWU, JAWA TENGAH Zenita Milla Luthfiya, Nor Liza, Rizma Dera Anggraini Putri Kelompok Studi Biodiversitas, Jurusan Biologi FMIPA, UNS Surakarta Email: Zenitamilla10gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di kawasan barat lereng Gunung Lawu, tepatnya di hutan Segoro Gunung dan hutan Parang ijo Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku-pakuan Pteridophyta di kawasan barat Gunung Lawu, Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jelajah dan metode kuadran plot sampling dengan ukuran 20x20m. Tumbuhan paku memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dan mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang bervariasi. Tumbuhan paku memiliki fungsi ekologis yang penting dalam ekosistem hutan serta pemanfaatan bagi manusia sebagai sumber pangan, tanaman hias, dan obat-obatan. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, di hutan segoro gunung didapatkan sebanyak 30 spesies tumbuhan paku, sedangkan di hutan parang ijo didapatkan 22 spesies tumbuhan paku. Kata kunci: Gunung Lawu, Tumbuhan Paku, Keanekaragaman 4 KAJIAN PENYEBAB GAGALNYA PEMBENTUKAN BIJI JAHE MELALUI BIOLOGI BUNGA Melati 1 , Endah Retno Palupi 2 , Satriyas Ilyas 2 , Anas D. Susila 2 1 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jl. Tentara Pelajar 3, Bogor. 2 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti, Kampus IPB, Dermaga, Bogor. Email: melatinazaryahoo.co.id ABSTRAK Banyaknya OPT tular benih, menjadi kendala dalam penggunaan rimpang sebagai benih untuk perbanyakan tanaman jahe. Benih yang sudah terinfeksi sulit untuk disterilkan dan hal ini dapat menurunkan produksi benih jahe. Penggunaan biji sebagai benih pengganti rimpang menjadi alternatif terobosan yang potensial untuk dikembangkan, namun masih menghadapi kendala karena tidak ditemukan biji jahe secara alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biologi bunga jahe putih besar yang berkaitan dengan pembentukan biji. di dua lokasi dengan ketinggian berbeda. Sampel diambil secara acak di kedua lokasi dan dirata-ratakan. Kegagalan pembentukan biji jahe disebabkan oleh banyak faktor. Posisi antera yang berada di bawah kepala putik menyulitkan untuk terjadinya penyerbukan sendiri. Serbuk sari bersifat lengket, sehingga angin tidak bias menjadi vektor penyerbuk. Tidak ditemukannya serangga sebagai vektor penyerbuk pada saat bunga mekar. Serbuk sari tidak mempunyai pori, exinnya tebal. Sekresi yang terjadi pada saat kepala putik siap menerima serbuk sari terlalu sedikit. Penyerbukan silang buatan belum mampu membentuk tabung serbuk sari dan biji tidak terbentuk. Kata kunci: antera, kepalaputik, serbuk sari, penyerbukan buatan, vektor penyerbuk ANALISIS KOMPOSISI FLORA PADA BEBERAPA JENIS TUMBUHAN INVASIF DOMINAN DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT, BALI Asep Sadili, Sunaryo, Deden Girmansyah Bidang Botani, Puslit Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl. Raya Jakarta–Bogor Km 46, Cibinong 16911 ABSTRAK Penelitian analisis komposisi flora pada beberapa jenis tumbuhan invasif dominan di Taman Nasional Bali Barat dilakukan di tiga lokasi yaitu; di sekitar Banyu Wedang dengan jenis dominan akasia Acacia nilotica; di Resort Menjangan dengan jenis gamal Gliricidia sepium ; di sekitar Prapat Agung dengan jenis kirinyuh Chromolaena odorata, dan jenis krasian Lantana camara. Penelitian dikhususkan bagi kelompok belta dan semai atau herba dengan menggunakan petak, dan hasil pada masing-masing lokasi cukup bervariasi. Kata kunci: analisis, tumbuhan invasif dominan, taman nasional Bali Barat, Bali. 5 APLIKASI PUPUK ORGANIK UNTUK MEREDUKSI PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA BUDIDAYA Ismail Saleh 1 , R. Eviyati 2 , Dodi Budirokhman 1 , Ida Setya Wahyu Atmaja 1 1 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, Jawa Barat, Indonesia 45132 2 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, Jawa Barat,Indonesia 45132, Email: ismail.saleh68gmail.com ABSTRAK Jambu biji merah merupakan salah satu komoditas unggulan di Desa Pajambon Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Mengingat budidaya yang intensif jambu biji di daerah ini maka teknik budidaya yang tepat menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan dapat mengurangi kesuburan tanah sehingga pemberian pupuk organik menjadi aspek penting untuk mengembalikan kesuburan tanah dan perbaikan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pengaturan dosis pupuk anorganik dan pupuk pupuk kandang organik terhadap mutu buah jambu biji merah. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei – Agustus 2015 di Desa Pajambon, Kabupaten Kuningan. Curah hujan di lokasi penelitian yaitu 0 mmhari musim kemarau. Perlakuan disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial. Faktor pertama adalah dosis pupuk anorganik NPK yang terdiri atas tiga taraf yaitu 0, 150, dan 300 gpohon. Faktor ke dua yaitu dosis pupuk kandang yang terdiri atas tiga taraf yaitu 10, 20, dan 30 kgpohon.Hasil percobaan menunjukkan bahwa belum terdapat pengaruh yang signifikan antar perlakuan baik dosis pupuk NPK maupun pupuk kandang terhadap semua tingkat kemanisan, kadar air, kadar vitamin C dan kadar gula total, serta masa simpan buah jambu biji. Tidak adanya hujan selama penelitian menyebabkan proses dekomposisi dari pupuk organik dan penyerapan hara oleh akar tanaman menjadi terganggu. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh dari pengaturan dosis pupuk tersebut di musim penghujan. Kata Kunci: jambu biji, kualitas buah, pupuk organik, vitamin C. KEANEKARAGAMAN JENIS JAHE GENUS Zingiber Zingiberaceae DI KAWASAN BUKIT KAPUR SUMATERA BARAT Nurainas, Zuhri Syam Riki Chandra Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat, Indonesia Email: nas_herbyahoo.com ABSTRAK Genus Zingiber merupakan salah satu genus dari famili Zingiberaceae keluarga jahe-jahean. Zingiber merupakan genus yang paling banyak dalam famili Zingiberaceae yang telah dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat dan bahan bumbu, juga merupakan sumber panghasil minyak esensial, tanaman industri serta tanaman hias. Kawasan bukit kapur limestone mempunyai hutan dengan jenis-jenis flora yang spesifik. Di Sumatera Barat kawasan limestone ini cukup luas, diperkirakan sekitar 30.000 Ha lebih dengan jalur utama dari utara di daerah Payakumbuh sampai ke selatan di daerah Sijunjung. Hasil data specimen herbarium dan studi lapangan terbaru di Sumatera Barat didapatkan 5 species Zingiber yang ditemukan pada kawasan limestone Sumatera Barat yakni Zingiber gracile, Z. kunstleri, Z. montanum, Z. zerumbet dan ZIngiber sp. Kata kunci: Zingiber, Zingiberaceae, Sumatera Barat, keanekaragaman, limestone. 6 PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI TAKARAN BIJI KEDELAI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN BOBOT BIBIT INDUK JAMUR ENOKI Flammulinavelutipes Curt.:Fr.Singer. Betty Mayawatie Marzuki, Tatang Suharmana Erawan, Joko Kusmoro Departemen Biologi FMIPA, Universitas Padjadjaran Email: mayawatiebettyyahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan berbagai takaran biji kedelai terhadap pertumbuhan dan bobot bibit induk jamur enoki flammulina velutipes Curt.:Fr. Singer. mulai bulan Juli sampai bulan Oktober 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan persentase jumlah penambahan kacang kedelai yang tepat untuk menghasilkan pertumbuhan miselium dan bobot bibit induk jamur enoki yang terbaik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap RAL satu faktor yang terdiri dari enam taraf perlakuan yaitu penambahan kacang kedelai P pada media bibit induk jagung, dilakukan empat kali pengulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari komposisi media bibit induk biji jagung 100 ditambahakan kacang kedelai 0 p , 4 p 1 , 8 p 2 , 12 p 3 , 16 p 4 , 20 p 5 . Parameter yang diukur adalah: rata-rata pertambahan panjang miselium jamur enoki umur 28 hari, rata-rata persentase petumbuhan miselium jamur enoki umur 28 hari , dan bobot bibit induk. Hasil penelitian menunjukkan Penambahan kacang kedelai 4 p 1 merupakan perlakuan terbaik untuk semua parameter yang diukur. Kata kunci : jamur enoki, kacang kedelai, pertumbuhan miselium, bobot bibit induk STUDI TANAMAN PEKARANGAN PADA KAWASAN PINGGIR DAN PUSAT KOTA PADANG Zakiah Mustika , Zuhri Syam, Solfiyeni Laboratorium Ekologi Tumbuhan Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163, Indonesia Email: zakiahmustika11gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang Studi Tanaman Pekarangan pada Kawasan Pinggir dan Pusat Kota Padang telah dilakukan pada bulan Mei-September 2015. Tujuan penelitian adalah mengetahui komposisi dan struktur tanaman pekarangan pada kawasan pinggir dan pusat Kota Padang. Penelitian ini menggunakan metode survey pengambilan data langsung di lapangan. Pemilihan plot dilakukan secara purposive sampling dimana pekarangan sebagai plot dan rumah sebagai centre. Hasil penelitian menunjukkan di wilayah pinggir kota ditemukan 69 famili, 204 jenis dan 5660 individu, sedangkan di wilayah pusat Kota Padang, ditemukan 60 famili, 174 jenis dan 4081 individu. Famili yang sering muncul di wilayah pinggir kota adalah Euphorbiaceae dan Araceae, di wilayah pusat kota adalah Poaceae dan Apocynaceae. Data didapat dari 10 total rumah berukuran 400 m 2 di Kota Padang. Analisis data struktur menunjukkan pada wilayah pinggir kota, tanaman yang memiliki indeks nilai penting tertinggi adalah Cordyline fruticosa 5.413 dan Manihot uttilisima 5.072, sedangkan di wilayah pusat kota adalah Tabernaemontana sp. 9.296 dan Euodia ridleyi 9.247. Indeks keanekaragaman tergolong tinggi yaitu 4,83 di wilayah pinggir dan 4,69 di wilayah kota. Indeks kesamaan kedua wilayah memiliki persentase 76.19. Kata Kunci: komposisi, kota padang, pekarangan, struktur, tanaman 7 RAGAM KELAPA Cocos Nucifera L., Amiliaarecaceae DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG Eniek Kriswiyanti, I Ketut Junitha Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Udayana Email: eniek_kriswiyantiyahoo.co.id ABSTRAK Telah dilakukan eksplorasi tanaman kelapa di daerah pantai wilayah kecamatan Nusa Penida kabupaten Klungkung pada bulan September 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada berapa ragam kelapa di Nusa Penida. Penelitian dilakukan dengan wawancara dan observasi karakteristik morfologi dari masing-masing ragam. Berdasar karakter batang, daun, bunga dan buah di Nusa Penida ditemukan 21 ragam kelapa yaitu kelapa:Gadang, Gading, Coklat, Barak, Tuwet, Rangda, Surya, Udang, Mulung, Bulan, Bingin, Buta, Batu, Kacek, Matepat, Be Julit, Bojog tergolong dalam kelapa Dalam Cocosnucifera L. var. typicaada 17 ragam, kelapa Bluluk dengan karangan bunga tongkol spicata termasuk dalam varietas Cocos nucifera L. var. spicata, sedang kelapa genjah gadang, gading dan Bulan, termasuk varietas Genjah Cocosnucifera L. var. nana. Kata Kunci: eksplorasi, ragam kelapa, varietas spicata STUDI PENDAHULUAN SELEKSI POHON PLUS MALAPARI Pongamiapinnata L. Pierre Ni Luh Arpiwi Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali 80361 Email: niluharpiwiymail.com ABSTRAK Malapari adalah tanaman penghasil minyak untuk bahan baku biodiesel. Kandungan minyaknya sangat beragam antar satu pohon dengan pohon lainnya dalam satu populas imaupun antar populasi. Dalam usaha pemuliaan malapari diperlukan pohon plus yaitu pohon yang memiliki beberapa keunggulan fenotif dibandingkan dengan pohon lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pohon plus malapari yang nantinya dijdikan induk perbanyakan vegetatif dalam upaya penyediaan bibit unggul. Survey dilakukan pada tegaka malapari di Pantai Lovina, Desa Kalibukbuk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng untuk memilih pohon kandidat. Kriteria yang digunakan untuk seleksi adalah tinggi pohon, diameter batang setinggi dada, tinggi batang bebas cabang, kondisi kesehatan pohon, produksi buah, dimensi buah dan biji dan kandungan minyak. Metode seleksi adalah menggunakan pohon pembandingya itu membandingkan fenotip pohon – pohon yang tumbuh di sekitar pohon kandidat. Nilai rata-rata pohon kandida tuntuk criteria seleksi harus lebih tinggi dari pada nilai rata-rata pohon pembanding. Dari penelitian pendahuluan ini diperoleh beberapa pohon plus yang nantinya dijadikan sumber benih untuk mendukung upaya budidaya malapari. 8 KARAKTERISTIK DAN ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MALAPARI Pongamia Pinnata L. Pierre SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL MINYAK DI DUA AKSESI Ferliana Febritasari, Ni Luh Arpiwi, I Gusti A. Sugi Wahyuni Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Udayana ABSTRAK Malapari PongamiapinnataL. Pierre adalah tanaman penghasil minyak nabati yang sangat berpotensi untu kbahan baku biodiesel. Hal ini menjadi suatu alas an bahwa tanaman malapari perlu dikembangkan dan dibudidayakan. Malapari tumbuh alami di hutan dataran rendah pada tanah berkapur, batukarang di pantai, sepanjang tepi hutan bakau dan sepanjang aliran dan sung I pasang surut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanaman malapari dan hubungan kekerabatan antar beberapa aksesi yang tumbuh di aksesi Bali Utara Pameron,Umaanyar, Kalisada, Pengulon, Sumber kelampok dan Jawa Timur TN. Alaspurwo, TN. Baluran berdasarkan karakter morfologi dan kandungan minyak. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juli-November 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan pengamatan sifat morfologi serta analisis kandungan minyak dari biji dengan metode ekstrasi minyak,untuk mengetahui hubungan kekerabatan digunakan program Minitab Vis 14. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan karakteristik morfologi malapari diunjukan pada karakter daun, bunga, dimensi buah dan biji yang bervariasi. Hasil analisis kekerabatan di beberapa aksesi malapari pada tingkat kemiripan diatas 80 dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar: kelompok I malapari dari daerah Uma anyar mempunyai tingkat kemiripan sebesar 59,51, kelompok II malapari dari daerah Pengulon mempunyai tingkat kemiripan sebesar 80,16 dan kelompok III Alaspurwo dan 32 individu malapari lainnya yang berasal dari berbagai daerah mempunyai tingkat kemiripan sebesar 84,53. Kata kunci: kekerabatan, pongamia pinnata Pierre, tingkat kemiripan, seleksi, malapari, pohon kandidat, pohon plus, pohon pembanding KEANAKARAGAMAN DAN KEPADATAN SERANGGA BENTIK DI ZONA LITORAL DANAU DI ATAS SUMATERA BARAT Izmiarti Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Andalas Email: izmiarti-saidyahoo.co.id ABSTRAK Penelitian tentang keanekaragaman dan kepadatan serangga bentik di zona litoral Danau Diatas Sumatera Barat telah dilakukan pada bulan Juni 2014. Penelitian dilakukan dengan metoda survei pada 5 stasiun yang ditetapkan berdasarkan kondisi lingkungan disekitar danau. Sampel dikoleksi dengan alat keruk Ekman dredge ukuran 15x15 cm 2 untuk substrat berlumpur, dengan surber net ukuran 30 x 30 cm 2 untuk substrat berbatu, masing-masing stasiun 4 sampel. Serangga akuatik yang ditemukan sebanyak 19 jenis yang tergolong ordo Coleoptera, Diptera, Ephemeroptera, Lepidoptera, Odonata dan Trichoptera. Keanekaragaman jenis berkisar dari 1,31-1,95. Kepadatan total berkisar dari 288,86-6054,95 indm 2 yang tertinggi ditemukan di distasiun Villa dengan jenis dominan Orthocladinae sp.1 sedangkan kepadatan yang terendah di stasiun Muara. Kata kunci: keanekaragaman, kepadatan, serangga bentik, Danau Diatas 9 PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS DENGAN PENINGKATAN SERAPAN KALSIUM Yulinda Tanari 1 , Darda Efendi 2 , Roedhy Poerwanto 2 , Didy Sopandie 2 , Ketty Sukety 2 1 Mahasiswa Pascasarjana Departemen Agronomi dan Hortikultura AGH Institut Pertanian Bogor. Email: yulindatanariyahoo.co.id 2 Staf Pengajar Departemen AGH Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Kalsium berperan secara struktural dalamdinding dan membran sel.Kalsium menentukan kekakuan rigidity dinding sel, sesuai peran ion Ca 2+ sebagai penghubung antara rantai pektin pada dinding sel. Kalsium pada tanaman memiliki peran penting terkait dengan kekuatan mekanik jaringan dan terlibat dalam menentukan kualitas buah. Auksin berperan penting dalam meningkatkan pembelahan dan pembesaran sel. Pembelahan dan pembesaran mengakibatkan sel aktif tumbuh dan membesar, akibatnya buah mempunyai sinkstrenght yang tinggi. Defisiensi kalsium berperan besar dalam pencemaran getah kuning. Percobaan ini dilakukan untuk mengatahui interaksi antara kalsium dan akusin NAA dalam menurunkan cemaran getah kuning manggis. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok 2 faktor. Faktor pertama adalah kalsium dengan 2 taraf yaitu 0 dan 3.2 kgpohon dan faktor kedua adalah konsentrasi NAA yaitu 0, 200, 400 dan 600 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi kalsium dan NAA menyebabkan terbentuknya bidang apoplas baru sehingga meningkatkan serapan kalsium ke dalam sel dan pada akhirnya menyebabkan menurunan cemaran getah kuning manggis. Kata kunci: manggis, getah kuning, kalsium, NAA THE EFFECT OF DIFFERENT SOIL NUTRIENT AND IRRIGATION LEVELS ON PERIWINKLE Chatharanthus sp. AT DIFFERENT ALTITUDES Ni Luh Watiniasih 1 , Putu Sudiarta 2 , Nyoman Semadi Antara 2 1 Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Udayana 2 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana ABSTRACT Madagascar periwinkle Catharanthusroseus is a shrubby perennial plant and widely spread in tropical area. They produce abundant plant bioactive chemical TerpenoidIndole Alkaloids TIAs and two of them, vinblastine and vincristine have been used as cancer chemotherapies. For the production of those chemical, a large amount of leaves are needed because the plant are only able to produce the chemical in small quantity. Therefore this research aims to investigate the effect of nutrient and irrigation level on the plant at different altitude. Early result found that the plant was grown larger at low altitude as the plant height, the number of leaves and flower was produced higher by plant in low altitude, but the leaf area was higher in plant at high altitude. The effects of water and nutrient treatments were varied in both sites. However, in general the high nutrient, but low ground water has a better effect on the plant growth. This early finding suggested that plant was growing better at lower altitude with high soil nutrients. 10 PENGGUNAAN BA, KINETIN DAN THIDIAZURON DALAM PEMBENTUKAN TUNAS KULIM ScorodocarpusborneensisBecc. Martin Joni 1 , Yelnititis 2 1 Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Udayana 2 Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar KM 15 Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Email: johnmartin809ymail.com ABSTRACT Kulim ScorodocarpusborneensisBecc. is one of forestry tree that have multi function. Shoot multiplication of kulim from single node stem explants from mature tree and from seedling was conducted. The objective of this study is to obtain of the best method for shoot multiplication through in vitroculture. Single node stem derived mature tree and seedling were used as explants. The modification of Murashige and Skoog MS basal medium with supplemented with 8 gl agar, 30 grl sucrose and vitamin B was used as growth medium. The study was conducted on two stages. Shoot induction conducted on MS medium supplemented with 0.5-1.5 mgl BA. The observation was conducted on shoot growth percentage, shoot number, shoot height and visual performance of culture. Result showed that the treatment of 0.75 mgl BA was the best treatment for shoot induction from single node explant from mature tree and seedling. The percentage of shoot from those treatment are 33.3 and 80 . The average of shoot from those treatment are 0.2 and 0.8 shoot per explants. The average of shoot obtained is 6.8 cm. The visual performance of shoot is normal. PERAN PENTING KAYU NARA Pterocarpus indicus BAGI MASYARAKAT NGADA PULAU FLORES NUSA TENGGARA TIMUR Vivi Yuskianti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15 Purwobinangun Pakem Sleman DI Yogyakarta E-mail: vivi_yuskiantiyahoo.com ABSTRAK Kayu merah Pterocarpus indicus, dikenal sebagai kayu nara di Ngada berperan penting dalam tradisi masyarakat Ngada. Masyarakat mengenal kayu nara sebagai ‘kayu kualitas’ karena baiknya kualitas kayu yang dihasilkannya. Secara tradisional, kayu nara digunakan masyarakat untuk pembuatan rumah-rumah adat. Saking kuatnya, masyarakat selalu percaya bahwa hanya kayu nara yang dapat digunakan sebagai tiang utama suatu rumah. Bagian rumah lain boleh menggunakan kayu jenis lain tetapi khusus untuk tiang utama mereka harus menggunakan kayu nara. Hal ini didasarkan oleh fakta bahwa kayu jenis ini sangat keras dan daya tahan yang tinggi. Besarnya penggunaan kayu nara ini dalam masyarakat ternyata tidak diringi dengan banyaknya ketersediaan nara di alam. Banyak hutan nara yang sekarang sudah hilang dan berganti menjadi kebun-kebun penduduk. Lamanya masa tebang kayu ini juga mengakibatkan masyarakat kurang tertarik untuk menanam kayu jenis ini. Mereka lebih tertarik untuk menanam kayu dari luar daerah seperti kayu jati dan mahoni. Kondisi ini perlu segera diperbaiki. Perlu ada upaya konservasipenyelamatan jenis ini dari ancaman kepunahan. Makalah ini akan menggambarkan peran penting kayu nara terutama untuk masyarakat Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur dan strategi konservasi yang dapat dilakukan untuk melestarikan jenis ini. Kata kunci: Nara Pterocarpus indicus, Ngada, konservasi 11 UJI POTENSI UMBI KIMPUL Xanthosoma sagittifolium L. Schott. SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNSIONAL ANTIULSER MENGGUNAKAN HEWAN UJI MENCIT Mus musculus L. Triyani Yuliastuti, Marti Harini, Noor Soesanti Handajani, Tetri Widiyani Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta ABSTRAK Umbi kimpul biasa dikonsumsi masyarakat sebagai sumber karbohidrat. Kandungan serat dan mineralnya menyebabkan umbi kimpul berpotensi menjadi sumber pangan fungsional. Kandungan mineral potasium, fosfor, tembaga, besi, magnesium, dan sodium, beberapa diketahui dapat menetralisir asam lambung yang berlebihan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji aktivitas anti ulserogenik umbi kimpul melalui struktur makroskopis mukosa lambung dan pH cairan lambung mencit. Sebanyak 20 mencit jantan umur 2-3 bulan dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok I diberi perlakuan tanpa ulser; kelompok II, III dan IV diberi perlakuan ulser dengan aspirin. Kelompok II diberi akuades kontrol negatif, kelompok III diberi sucralfat kontrol positif dan kelompok IV diberi umbi kimpul masing- masing selama 7 hari. Mencit lalu dipuasakan selama 24 jam dan dikorbankan. Cairan lambung diambil dan diukur pH-nya. Struktur mukosa lambung diamati secara makroskopis dan ditentukan tingkat kerusakannya dengan cara skoring. Hasil penelitian menunjukkan pH cairan lambung mencit kelompok umbi kimpul signifikan lebih tinggi daripada kelompok akuades P0,05 namun tidak berbeda signifikan terhadap kelompok sucralfat. Kandungan mineral umbi kimpul seperti potasium, magnesium dan kalsium diduga dapat berperan seperti antasida yang dapat menetralkan asam lambung. Jika pH meningkat, akan semakin mempercepat penyembuhan luka ulser lambung. Kelompok mencit yang mengkonsumsi umbi kimpul memiliki tingkat kerusakan lambung lebih rendah dibanding kelompok mencit ulser yang hanya diberi akuades, meskipun tidak berbeda signifikan P0,05. Kata kunci: umbi kimpul, mukosa lambung, ulser, pH cairan lambung JENIS-JENIS BURUNG DI KAWASAN HUTAN MONTANA DAN SUB-ALPIN GUNUNG LAWU Fendika Wahyu Pratama, Ahmad Choirunnafi, Teguh Wibowo Kelompok Studi Kepak Sayap, Prodi Biologi FMIPA, Universitas Sebelas Maret Email: fendikawpgmail.com ABSTRAK Wukir Mahendra atau Gunung Lawu merupakan salah satu gunung yang termasuk daerah ekoton, yaitu kawasan peralihan dari iklim kering ke iklim basah. Kondisi itu menjadikan Gunung Lawu kantong biodiversitas yang cukup besar, termasuk burung. Burung memiliki habitat berbeda-beda, salah satunya dipengaruhi oleh ketinggian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman burung berdasarkan perbedaan ketinggian. Penelitian dilakukan di jalur pendakian Cetho, data diambil pada 10-12 Agustus 2015. Pengamatan burung dilakukan pada 6 interval ketinggian: 1400-1700, 1700-2000, 2000- 2300, 2300-2600, 2600-2900 dan 2900-3200 mdpl. Pengamatan menggunakan metode IPA Index Point of Aboundance, dilakukan pukul 06.00-10.00 dan 14.00-18.00 WIB. Analisis data dengan indeks Shanon-Wiener untuk mengetahui indeks keanekaragaman. Data meliputi jenis burung, jumlah dan aktivitasnya. Hasil yang diperoleh tercatat 26 spesies, terdiri dari 13 famili. Terdapat 2 spesies burung yang dilindungi yaitu Sikep Madu Asia Pernis ptilorhynchus dan Elang Hitam Ictinaetus malayensis. Nilai indeks diversitas sebesar 2,3 yang menggambarkan bahwa tingkat keanekaragaman burung sedang. Kata kunci : Burung, gunung lawu, jalur cetho, keanekaragaman. 12 TOKSISITAS AIR LINDI TPA DIAERASI DAN NON-AERASI TERHADAP Daphnia magna Straus, 1982 Sunardi, Maulida Muslimatul Chaeriah, Keukeu Kaniawati Rosada Departemen Biologi Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran Email: sunardiunpad.ac.id ABSTRAK Sampah domestik, khususnya di area perkotaan urban areas, menjadi tantangan besar bagi pembangunan khususnya negara-negara berkembang seperti Indonesia. Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah merupakan salah satu sumber pencemar organik utama serta bersifat toksik bagi organisme perairan. Aerasi adalah salah satu teknik yang digunakan untuk pengolahan air lindi, namun teknik ini tidak banyak dievaluasi apakah dapat menurunkan beban organik sekaligus mengurangi tingkat racunnya terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi apakah aplikasi aerasi memberikan benefit kepada lingkungan melalui penurunan beban organik dan toksisitas limbahnya. Suatu eksperimen toksisitas, baik akut maupun khronis, dilakukan terhadap Daphnia magna dengan basis aerasi lindi 12, 24 dan 48 jam. Uji kronis dilakukan terhadap reproduksi D. magna dengan mengadopsi Rancangan Acak Lengkap RAL pola faktorial terdiri dari 2 faktor, 4 taraf lama waktu aerasi dan 6 taraf konsentrasi air lindi. Parameter yang diukur adalah jumlah neonate yang dihasilkan D. magna selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan toksisitas akut air lindi menurun secara positif dengan durasi aerasi, namun pemberian aerasi pada lindi tidak berpengaruh terhadap peningkatan reproduksi D. magna. Kata kunci: air lindi, aerasi, toksisitas akut, toksisitas kronis, Daphnia magna DISTRIBUSI DAN KEMELIMPAHAN ECHINODERMATA DIZONA INTERTIDAL PANTAI KUKUP DAN POROK, GUNUNG KIDUL, D. I. YOGYAKARTA Shinta Candra Dewi, Suwarno Hadisusanto Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email: shintacandradewigmail.com ABSTRAK Echinodermata adalah hewan bentik yang dapat ditemukan hampir di semua ekosistem laut. Faktor utama yang mempengaruhi distribusi dan kemelimpahan Echinodermata di zona intertidal adalah kondisi substrat, ketersediaan makanan dan parameter lingkungan lain yang saling berinteraksi. Aktivitas manusia seperti wisata dan pemanenan juga menjadi faktor yang mempengaruhi kehadiran Echinodermata di zona intertidal. Penelitian ini bertujuan mempelajari distribusi dan kemelimpahan Echinodermata di zona intertidal Pantai Kukup dan Porok, Gunungkidul, Yogyakarta. Penelitian dilakukan April-Juni 2013 dengan metode transek kuadrat. Pencuplikan sampel dengan kuadrat plot 100x100 cm 2 , di tiap plot dihitung cacah spesies dan cacah individu Echinodermata; estimasi persen penutupan makroalga; diukur temperatur, salinitas, pH air; dan diambil sampel air. Hasil penelitian ditemukan 4 jenis: 3 jenis mewakili kelas Echinoidea Echinometra sp., Heterocentrotus sp., Colobocentrotus sp., 1 jenis mewakili kelas Ophiuroidea Ophiocoma sp.. Echinometra sp. dan Ophiocoma sp. ditemukan dalam jumlah melimpah dan terdistribusi mengelompok. Heterocentrotus sp. dan Colobocentrotus sp. ditemukan dalam jumlah rendah. Cacah spesies dan cacah individu Echinodermata di intertidal Pantai Porok lebih tinggi dibanding Pantai Kukup. Kondisi substrat dan aktivitas manusia menjadi faktor penting yang mempengaruhi distribusi dan kemelimpahan Echinodermata di lokasi kajian. Kata kunci: Echinodermata, distribusi, kemelimpahan, intertidal 13 PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH PADAT PENYAMAKAN KULIT TERHADAP STRUKTUR GINJAL MENCIT Mus musculus L. Nining Ratningsih , YettyYusri Gani, Widi Utami Departemen Biologi Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363, Email: ratningsihniningyahoo.co.id ABSTRAK Limbah padat penyamakan kulit berupa serpihan sisa proses penyamakan diduga banyak digunakan sebagai bahan dasar kerupuk kulit. Bahan ini berbahaya karena banyak mengandung zat berbahaya antara lain logam kromium. Telah dilakukan penelitian pengaruh pemberian limbah padat penyamakan kulit terhadap struktur ginjal mencit M. musculus L. menggunakan metode eksperimental di laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan enam ulangan. Pemberian perlakuan dilakukan secara oral dengan dosis 0,2 gkg berat badan selama 90 hari, terdiri dari 4 perlakuan yaitu kontrol k m , satu kali makan setiap hari k 1 m 1 , satu kali makan setiap dua hari k 2 m 1 dan satu kali makan setiap tiga hari k 3 m 1 . Parameter yang diamati adalah kelainan morfologis dan kerusakan histologis. Hasil penelitian menunjukan pemberian limbah padat penyamakan kulit tidak berpengaruh terhadap struktur morfologis namun berpengaruh terhadap struktur histologis ginjal mencit, ditandai adanya pembengkakan pada glomerulus, kapsula Bowman tidak jelas, ruang Bowman sempit, dan terjadi nekrosis pada sel tubulus kontortus proksimal. Peningkatan frekuensi pemberian limbah padat penyamakan kulit dapat meningkatkan kerusakan histologis hati mencit. Kerusakan paling parah terjadi pada perlakuan satu kali makan setiap hari k 1 m 1 . Limbah padat penyamakan kulit merusak struktur ginjal mencit. Kata kunci: limbah padat, penyamakan kulit, histologis, ginjal, mencit M. musculus L.. KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU INSEKTA: LEPIDOPTERA DI KAWASAN LERENG BARAT GUNUNG LAWU, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Novaria Putri Yudianti , Deby Fajar Lestari, Atika Dewi Purwaningsih, Evi Trirahayu, Windha Ika Maylani Kelompok Studi Biodiversitas, Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Email: putriyudiantiyahoo.co.id ABSTRAK Lereng Barat Gunung Lawu merupakan kawasan yang termasuk dalam KPH Lawu Ds dan BKPH Lawu Wilis Barat. Pada lereng gunung ini, banyak ditemukan biodiversitas makhluk hidup, salah satunya serangga yang belum banyak diteliti dalam kawasan tersebut. Kupu-kupu merupakan serangga polinator yang berperan dalam proses penyerbukan bunga pada tanaman. Serangga ini turut andil dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperbanyak keanekaragaman hayati sehingga perlu untuk dijaga kelestariannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupu-kupu di Lereng Barat Gunung Lawu. Kupu-kupu dikoleksi dengan metode jelajah yang secara acak pada 4 kawasan di Lereng Barat Gunung Lawu dengan teknik sweeping. Ditemukan 23 spesies kupu-kupu yang termasuk 4 famili yaitu Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae dan Lycaenidae. Keanekaragaman jenis kupu-kupu paling banyak ditemukan dari famili Nymphalidae yaitu Ypthima horsfieldi, Hyptolimnas bolina, Melanitis leda, Neptis hylas, Cupha erymanthis, Danaus chrysipppus, Ypthima doleta, Mycalesis janurdana, Heliconius doris, dan Symbrenthia hypatia. Kata kunci : keanekaragaman jenis, kupu-kupu, lepidoptera, gunung lawu 14 KOMPOSISI ZOOPLANKTON PADA KOLAM PEMELIHARAAN IKAN NILA BERUMUR TIGA BULAN DALAM KOLAM PERMANEN DI KEL. BUKIT LAMA, KEC. ILIR BARAT 1 PALEMBANG Effendi Parlindungan Sagala Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya Kampus Unsri Indralaya, Sumatera Selatan, Email: epsagala54gmail.com ABSTRAK Objek penelitian ini adalah menganalisis komunitas zooplankton yang terdapat pada kolam pemeliharaan ikan nila berumur tiga bulan dalam kolam permanen di Kel.Bukit Lama, Kec.Ilir Barat 1, Palembang. Hasil identifikasi diketahui komposisi komunitas zooplankton sebanyak 21 spesies, terbagi menjadi 16 spesies kelompok Flagellata: Carteria crucifera, Carteria globosa, Eudorina elegans, Euglena deses, Monas vivipara, Oicomonas socialis, Polytoma uvella, Trachelomonas abrupta, Trachelomonas cervicula, Trachelomonas crebea, Trachelomonas curta, Trachelomonas intermedia, Trachelomonas oblonga, Trachelomonas scabra, Trachelomonas volvocina, Trachelomonas volxii ; 2 spesies Rhizopoda: Astramoeba radiosa, Centropyxis aculeata ; dan 3 spesies kelompok Ostracoda: Entocythere equicurva, Entocythere humesi, Entocythere talulus . Kelimpahan masing-masing spesies berkisar rata- rata 1-5 individu L air pada 5 seri waktu dari pukul 6.00-18.00. Kelimpahan ini tergolong sangat rendah karena spesies zooplankton ini telah dikonsumsi oleh ikan nila pada kolam itu. Di pihak lain, hasil identifikasi zooplankton pada kolam yang berbeda tanpa ikan terdapat beberapa spesies zooplankton dari kelompok Cladocera Chydorus ovalis dan kelompok Copepoda Cyclops strenuus memiliki kelimpahan 320 dan 515 individuL. Ini membuktikan ikan nila Oreochromis niloticus mengkonsumsi zooplankton terutama spesies Chydorus ovalis dan Cyclops strenuus yang ada pada kolam pemeliharaan. Kondisi lingkungan badan air kolam ikan nila pada penelitian ini cukup mendukung kehidupan akuatik dengan kualitas oksigen terlarut DO 5,10-8,20 ppm, kandungan CO2 bebas 10-82 ppm, penetrasi cahaya 45 cm, temperatur air 27,5-31 o C, kandungan fosfat 1,05 ppm dan nitrat 3,20 ppm. Kata Kunci: zooplankton, ikan nila, kelimpahan, kolam permanen. LAJU KONSUMSI Lymantria Dispar Asiatica LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE: LYMANTRIIDAE TERHADAP BEBERAPA TANAMAN MANGROVE Syafrina Lamin, Mustafa Kamal, Sarno, Tri Marleni Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya. Email: rinapps_unsriyahoo.com ABSTRAK Pembibitan tanaman mangrove di lokasi restorasi Taman Nasional Sembilang, Sumsel mengalami kendala serangan hama Lymantria dispar asiatica Lepidptera: Noctuidae: Lymantriidae sejak 2013, yang sebelumnya belum pernah terjadi di lokasi ini. Faktor penyebab serangan hama adalah pola tanam, jenis tanaman dan musim. Penelitian bertujuan mengetahui tingkat kerusakan beberapa tanaman mangrove akibat serangan hama berdasarkan laju konsumsi dihubungkan dengan kandungan kimia tanaman yang diuji sesuai tingkat palatabilitas serangga hama. Sampel daun Rhyzopora apiculata, R mucronata dan Avecinnia marina diambil di 3 lokasi: boring kecil, borang besar dan solok buntu. Lokasi ditentukan dengan purposive random sampling menurut pola tanam mangrove di tiap lokasi restorasi. Analisis kandungan tanin, alkaloid dan flavonoid dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis KLT. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan kandungan kimia daun terhadap laju konsumsi serangga. Laju konsumsi tertinggi oleh Larva L. dispar adalah R. apiculata dan A. marina. Laju konsumsi larva sangat ditentukan oleh ketebalan daun. Kata kunci: Lymantria dispar, laju konsumsi, Rhizophora apiculata, R. mucronata, Avecinnia marina 15 KEANEKARAGAMAN HEWAN BENTHOS DALAM LOKASI KEGIATAN OPERASI PRODUKSI MIGAS DI KABUPATEN LAHAT PROVINSI SUMATERA SELATAN Endri Junaidi Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya ABSTRAK Kegiatan utama dalam tahap operasi produksi migas adalah proses pemompaan minyak di sumur produksi dan proses pemisahan minyak, air dan gas di stasiun produksi. Pada pengoperasian sumur produksi, minyak disalurkan ke stasiun pengumpul melalui pemipaan. Adanya kegiatan produksi migas ini akan memberikan dampak pada pencemaran air sungai, jika tidak dilakukan pengelolaan secara optimal, sehingga dapat menganggu ekosistem sungai. Penelitian mengenai keanekaragaman hewan benthos pada lokasi kegiatan migas bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan dan keanekaragaman jenis hewan benthos dalam perairan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Februari 2014, dengan metode Purposif Random Sampling dengan 10 lokasi sampling. Hasil penelitian didapatkan komposisi jenis hewan benthos berkisar 5 – 7 jenis dengan kepadatan populasi berkisar 14 – 25 individu400 cm 2 . Jenis hewan benthos yang dominan ditemukan adalah Tubifex sp, larva Chironomous sp dan cacing Annelida spp, dimana ke-3 jenis ini merupakan spesies indikator ekologis perairan, dapat beradaptasi pada perairan yang mengandung bahan organik tinggi. Hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman jenis diperoleh indeks keanekaragaman jenis berkisar 1,367 – 1,761, dimana nilai ini berdasarkan kriteria indeks Shannon –Wiener termasuk kategori sedang, yang berarti bahwa komunitas hewan benthos dalam perairan masih tergolong stabil dan perairan termasuk tercemar ringan sampai sedang. Hasil analisis laboratorium kualitas perairan menunjukkan parameter fisik-kimia dapat memenuhi baku mutu lingkungan yang ditetapkan sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai. Hasil analisis kandungan minyak dan lemak pada air limbah drainase pada sembilan lokasi sangat rendah yaitu berkisar 0,2 – 0,6 mgL BML:15 mgL dan kandungan karbon organik total berkisar 35,5 – 41,5 mgL BML: 110 mgL dengan demikian kualitas air limbah drainase memenuhi baku mutu lingkungan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah danAtau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panasbumi. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh ini menunjukan bahwa kegiatan operasi produksi migas tersebut tidak menimbulkan dampak terhadap komunitas hewan benthos dalam ekosistem perairan. Kata kunci : limbah cair, produksi migas, keanekaragaman benthos 16 PERBANDINGAN MORFOLOGI AMFIBI DI BEBERAPA TIPE HABITAT Windha Ika Maylani 1 , Eka Cahyaningrum 2 , Diagal Wisnu Pamungkas 1 , Ulfah Hasanah 1 1 Kelompok Studi Biodiversitas, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret 2 Kelompok Studi Herpetofauna, Fakultas Biologi, Universitas Gajah Mada. Email: windha9568gmail.com ABSTRAK Gunung Lawu memiliki ketinggian 3.265 mdpl terletak di Pulau Jawa di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lereng barat Gunung Lawu terletak di Desa Gumeng, Kabupaten Karanganyar. Keadaanya yang masih cukup terjaga membuat banyak hewan tinggal di daerah tersebut, salah satunya adalah Amfibi. Amfibi memiliki karakter morfologi yang berbeda sesuai dengan habitatnya. Penyesuaian morfologi amfibi tersebut dapat dilihat dari bentuk kepala, bentuk tubuh, panjang tungkai dan ada tidaknya selaput renang. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan morfologi amphibi berdasar habitat. Sampel diambil di beberapa titik yang mewakili habitat hidup amfibi yaitu daerah aliran sungai, persawahan dan vegetasi di sekitar sumber air. Sampel diambil dengan metode transek dan Visual Encounter Survey VES digabung dengan Time search. Setiap perwakilan spesies diambil dan diawetkan dengan alcohol 70. Hasil yang ditemukan pada amfibi arboreal terlihat ujung jari membentuk diskus untuk perlekatan pada vegetasi serta selaput yang sangat berkembang untuk membantu perpindahan. Pada amfibi terrestrial, ujung jari meruncing dengan lapisan keratin dan selaput tungkai depan tidak berkembang. Amfibi akuatik dan semi akuatik tidak terlalu berbeda. Bagian ujung jari akuatik lebih kuat dan membulat dengan tubuh lebih berisi. Amfibi semi akuatik, ujung jari membentuk sekop untuk membantu pergerakan. Berdasar pengamatan, yang paling berperan mengidentifikasi habitat spesies adalah ukuran dan bentuk selaput yang ada pada sela-sela jari amfibi. Kata kunci: Amfibi, Gunung Lawu, Morfologi, Habitat KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN SEGORO GUNUNG LERENG BARAT GUNUNG LAWU Teguh Wibowo, Inna L. Ani, Ahmad Choirunnafi, Fendika W. Pratama, Firda Amelia, Jeri Y. Satria, Nieko O. Septiana, Agnes A. Krisanti Kelompok Studi Kepak Sayap, Prodi Biologi, F.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Email: kepaksayapscgmail.com ABSTRAK Hutan Segoro Gunung di sebelah barat gunung Lawu merupakan kawasan hutan dengan tujuan khusus, untuk penelitian dan pengembangan serta pendidikan dan pelatihan. Salah satu potensi biodiversitas yang ada di kawasan ini adalah burung. Kehadiran burung dapat dijadikan sebagai indikator keanekaragaman hayati secara keseluruhan dalam suatu kawasan. Keanekaragaman yang tinggi biasanya terdapat pada lingkungan yang optimum. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keragaman burung di hutan lereng barat Gunung Lawu terutama hutan Segoro Gunung. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2015 menggunakan metode Pointcount dengan mengikuti jalur yang ada dan dilakukan pukul 06.00-10.00 WIB dan 14.00-17.00 WIB.Data yang dihasilkan meliputi indeks diversitas Shannon-Wiener H’ indeks kesamarataan J, dan indeks kemelimpahan Di. Hasilnya menunjukkan bahwa hutan segoro gunung ditemukan 46 jenis burung dari 26 famili. Nilai indeks keanekaan menurut Shannon-Wiener di hutan segoro gunung H’ adalah 3,287 dan indeks keseragaman E adalah 0,858. Indeks kelimpahan tertinggi diduduki oleh Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster17,3 dan Walet Linchi Callocalialinchi 9,8. Kata kunci: keanekaragaman, burung, segoro gunung. 17 STUDI KELIMPAHAN, DISTRIBUSI POPULASI DAN DISTRIBUSI EKOLOGI IKAN MEDAKA Oryzias sp. DI SUNGAI MAROS, KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN Irma Andriani, Risnawati, Ruslan Umar Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin. ABSTRAK Ikan medaka bukan ikan konsumsi dan juga bukan ikan hias, namun ikan medaka di beberapa Negara lebih dikenal sebagai hewan laboratorium atau hewan uji. Upaya awal domestikasi ikan endemik di Sulawesi ini dengan studi distribusi populasi, kelimpahan dan ekologi ikan medaka yang terdapat di Sungai Maros, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian dilalukan dengan metode eksplorasi di sepanjang DAS Maros, yang dibagi menjadi 3 stasiun: hulu, tengah dan muara, tiap stasiun terdiri atas 3 substasiun. Sampling dilakukan acak sistematis menggunakan jaring 1x1m pada setiap substasiun. Parameter yang diamati adalah frekuensi keberadaan ikan, kepadatan, kelimpahan dan kualitas air di setiap stasiun. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 famili ikan di sepanjang Sungai yaitu Adrianichthyidae, Hemiramphidae, Atherinidae, Gobiidae dan Cichlidae. Jenis ikan medaka yang ditemukan di DAS Maros adalah Oryzias celebensis dan O.javanicus tersebar dari hulu hingga muara Sungai Maros. Oryzias sp Adrianichthydae memiliki kelimpahan terbesar kedua 43,57 di daerah hulu. Di daerah estuaria didominasi Oryzias sp yaitu 84,54. Perbedaan kualitas air pada ketiga stasiun tidak berpengaruh terhadap frekuensi kehadiran Oryzias, namun pada kecepatan arus2 kmjam Oryzias sp tidak ditemukan. Ikan medaka, baik O. javanicus maupun O.celebensis memiliki kemampuan toleransi yang besar terhadap faktor lingkungan dengan kecendrungan ikan medaka hidup di perairan yang tenang. Kata kunci: Ikan medaka, Sungai Maros, kelimpahan, distribusi populasi, distribusi ekologi PENGARUH EKSTRAK DAUN GULMA KIRINYUH Chromolaena odorata DAN TEMBELEKAN Lantana camara DALAM BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP DAYA REPRODUKSI NEMATODA PURU AKAR Meloidogyne spp. PADA TANAMAN TOMAT Made Sritamin Program Studi:Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana ABSTRAK Tomat merupakan tanaman setahun, buahnya banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan untuk kesehatan, sehingga kebutuhannya terus meningkat. Usaha meningkatkan produksi tomat masih banyak hal hambatan, salah satunya serangan nematoda puru akar Meloidogyne spp. yaitu mikroorganisme yang sangat merusak tanaman dan memiliki sifat kosmopolitan. Nematoda ini menganggu pertumbuhan dan menurunkan produksi tomat. Berbagai penelitian untuk mengendalikan Meloidogyne spp. saat ini masih banyak menggunakan nematisida sintetis yang mahal, juga menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman dan manusia. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh berbagai kosentrasi ekstrak daun gulma kirinyuh dan daun tembelekan terhadap kemampuan reproduksi nematoda pada tanaman tomat, dan mendapatkan konsentrasi efektif bahan nabati untuk menekan reproduksi nematoda tersebut. Pemberian ekstrak daun Kirinyuh Chromolaena odorata terhadap jumlah eggmass massa telur berbeda sangat nyata dengan penekanan 43,2. Pada pemberian ekstrak daun Tembelekan Lantana camara terjadi penekanan 56,8. Konsentrasi yang paling efektif didapatkan pada konsentrasi 200 ccpot tanaman. Kata Kunci: Chromolaena odorata, Lantana camara, Meloidogyne spp, Piper betle, puru akar 18 GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS Rattus norvegivus YANG DIINJEKSI WHITE VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA Ni Wayan Sudatri, Iriani Setyawati, Ni Made Suartini , Dwi Ariani Yulihastuti Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali Email: sudatri_wayanyahoo.com ABSTRAK Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah salah satu vitamin larut air yang berperan dalam menjaga sistem imunitas tubuh, mempercepat proses penyembuhan dan membuat kulit lebih cerah. Namun penggunaan White Vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu lama berpotensi untuk merusak ginjal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek samping injeksi vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu lama terhadap gambaran ginjal hati. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan perlakuan lama penyuntikan vitamin C dosis tinggi yang berbeda yaitu P0 kontrol, P1 lama diinjeksi 30 hari, P2 lama diinjeksi 50 hari, P3 lama diinjeksi 70 hari dan P4 lama diinjeksi 90 hari. Kelainan histologi ginjal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah edema glomelurus, penyempitan kapsula bowman, kongesti glomelurus, endapan protein di tubulus, degenerasi di tubulus, inti piknotik di tubulus, infiltrasi sel radang, dan hemoragi. Edema glomelurus dengan uji ANOVA terdapat perbedaan nyata P=0.01 antara perlakuan dengan kontrol. Penyempitan kapsula bowman dengan uji ANOVA terdapat perbedaan nyata P=0.018 antara perlakuan dan kontrol. Sedangkan kongesti glomerulus dan endapan proten di tubulus dengan uji ANOVA terdapat perbedaan nyata dengan nilai P=0.058 dan nilai P=0.031. Degenerasi tubulus dengan uji ANOVA terdapat perbedaan nyata P=0.000 antara perlakuan dan kontrol. Inti piknotik di sel tubulus dengan uji ANOVA terdapat perbedaan nyata P=0.000 antara perlakuan dan kontrol. Sementara infiltrasi sel radang dengan uji ANOVA terdapat perbedaan nyata dengan nilai P=0.002, dan hemoragi terdapat perbedaan dengan nilai P=0.038. Penyuntikan White Vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu lama meningkatkan persentase kelainan histologis sel-sel ginjal tikus betina. Kata kunci: histologi ginjal, white vitamin c, tikus betina 19 FORAMINIFERA BENTIK SEBAGAI INDIKATOR KONDISI LINGKUNGAN TERUMBU KARANG DI PANTAI WEDIOMBO Shinta Candra Dewi 1 , Andi Mahendra 1 , Nungke Diah 1 , Muh. Ali Fikri 1 , Alfredo Di Stefano 2 , Retno Peni Sancayaningsih 1 1 Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2 Fakultas Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email: shintacandradewigmail.com ABSTRAK Pantai Wediombo yang terletak di Desa Jepitu, Giri Subo, Gunungkidul dirumuskan sebagai kawasan konservasi laut oleh Pemerintah D. I. Yogyakarta karena keanekaragaman hayatinya yang tinggi. Salah satu ekosistem penting yang dijadikan rujukan penetapan wilayah ini sebagai kawasan konservasi laut adalah ekosistem terumbu karang yang ada di dalamnya. Penelitian ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi terumbu karang di wilayah tersebut. Salah satu metode sederhana untuk mengetahuinya adalah melalui pendekatan foraminifera bentik di sekitar terumbu karang, yaitu dengan menghitung Foraminifera in reef Assessment and Monitoring Index FORAM Index. Foraminifera bentik dipilih sebagai indikator lingkungan terumbu karang karena mempunyai kesamaan kualitas air dengan berbagai biota pembentuk terumbu karang, dan siklus hidupnya cukup singkat sehingga dapat menggambarkan perubahan lingkungan yang terjadi dalam waktu cepat. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013 menggunakan metode transek kuadrat. Pencuplikan sampel sedimen menggunakan plot ukuran 30cm x 30cm. Parameter fisikokimia seperti temperatur air, salinitas, pH, kandungan fosfat, nitrat dan kalsium juga diukur pada setiap titik sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 genus foraminifera bentik: Amphistegina, Calacarina, Baculogypsina, Quinqueloculina, Cymboloporetta, Operculina, Pararotalia, dan Textularia. Sebagian besar dari genus tersebut adalah anggota dari foraminifera heterotropik Rotaliida dan Miliolida. Nilai FORAM Index sebesar 2.007 menunjukkan bahwa lingkungan perairan pantai Wediombo memiliki lingkungan yang cukup untuk pertumbuhan terumbu karang namun tidak cukup untuk pemulihannya jika terjadi kerusakan. Kata kunci: Pantai Wediombo, foraminifera bentik, FORAM Index, terumbu karang, konservasi 20 ISOLASI DAN SELEKSI BAKTERI ASAM LAKTAT UNTUK BIOSANITIZER BUAH DAN SAYUR Ekawati Purwijantiningsih Prodi Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta Email: purwijamail.uajy.ac.id ABSTRAK Sanitasi buah dan sayuran segar penting untuk menjaga agar buah dan sayuran segar tidak menjadi sumber penyakit yang disebabkan oleh cemaran mikrobiapatogen dancemaran lain pada permukaan buah dan sayuran. Buah dan sayuran segar yang dikonsumsi mentah memerlukan cara penanganan yang berbedau ntuk menghilangkan atau meminimumkan tingkat cemaran sehingga aman bagi kesehatan. Cara pengolahan minimal buah dan sayuran segar dapat dilakukan dengan cara pencucian dengan menggunakan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat merupakan mikrobia aman untuk aplikasi pada pangan termasuk untuk biosanitizer .Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi supernatan cairan anti mikrobia isolat BAL terseleksi sebagai biosanitizer buah dan sayur. Tahap penelitian meliputi isolasi BAL dari makanan dan minuman fermentasi, selanjutnya seleksi BALpotensial menggunakan metode sumuran serta aplikasi cairan antimikrobia isolat terseleksi untuk merendam buah anggur dan sayuran selada. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap jumlah total mikrobia, jumlah koloni E. coli serta S. aureus. Isolat AB1 yang berasal dari asinan Bogor menunjukkan efek antibakteri tertinggi terhadap bakteri patogen S. aureus dan E. coli.Penggunaanantimikrobia yang berasaldariisolat AB1 dapat diaplikasikan sebagai sanitizer alami atau biosanitizer. Setelah perendaman dengan cairan antimikrobia yang berasal dari isolat AB1, penurunan jumlah total mikrobia serta koloni bakteri patogen pada anggur dan selada berkisar dari 86,1 sampai 99,57. Kata kunci: biosanitizer, buahdansayuran, bakteriasamlaktat KAJIAN PERTUMBUHAN Artemisia vulgaris L. YANG DIINOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA FMA PADA TANAH ULTISOL DALAM UPAYA PERNYEDIAAN ARTEMISININ SEBAGAI ANTI MALARIA Zozy Aneloi Noli, Suwirmen, Kharlina Yulianis Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas Padang Email: zozyayahoo.com ABSTRAK Penelitian tentang Kajian pertumbuhan A vulgaris yang diinokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula pada tanah Ultisol dalam upaya pernyediaan Artemisinin sebagai anti malaria telah dilakukan di kebun pembibitan dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan FMIPA Biologi Universitas Andalas Padang dari bulan April sampai Agustus 2015. Sebagai perlakuan adalah dosis FMA yaitu : 0, 5, 10, 15, 20 dan 25 gtanaman. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun, berat kering dan persentase derajat infeksi. Hasil penelitian menunjukkan inokulasi FMA memberi pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun dan berat kering A. vulgaris. Kriteria persentase derajat infeksi A. vulgaris berkisar dari kurang sampai sangat tinggi. Kata kunci: Fungi Mikoriza Arbuskula, Artemisia vulgaris, Ultisol 21 PERSPEKTIF EVOLUSI MENGENAI DINAMIKA SULFUR DI TOMOHON DAN IMPLIKASINYA PADA KOROSI MIKROBIAL Frity Lisa Taroreh 1 , Ferry F. Karwur 1,2 , Jubhar C. Mangimbulude 3 1 Program Pascasarjana Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana 2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana 3 Program Studi Manajemen Sumberdaya perairan, Fakultas Ilmu Alam dan Rekayasa Teknologi, Universitas Halmahera, Tobelo, Halmahera Utara. Email: christianjubharyahoo.com ABSTRAK Sulfur S atau belerang adalah unsur non-metal, multivalen, tidak berasa dan tidak berbau. Banyaknya valensi sulfur dari S 2+ sampai S 6+ memungkinkan unsur ini berpartisipasi dalam berbagai proses geokimia dan biokimia. Di alam, sulfur ada dimana- mana dan jumlahnya sangat berlimpah, bahkan tersebar luas di bumi dan sistem tata surya. Di bumi ‘purba’ keberadaan sulfur sudah ada yaitu dalam bentuk senyawa H 2 S di atmosfer saat kondisi anoksik. Dalam periode oksik yang dimulai 2,8 milyar tahun lalu, yakni setelah penemuan fotosintesis, sulfur ditemui dalam bentuk senyawa belerang oksida SO x . Tulisan ini mengkaji dan membahas perspektif evolusi mulai dari penciptaan sulfur melalui peristiwa “nucleosynthesis” yang menghasilkan 4 isotop sulfur dengan kelimpahan berbeda 32 S=95,02; 33 S=0,75; 34 S=4,21; 36 S=0,02, catatan geologi dari ∆ 33 S, dinamikanya di atmosfer sejak 2,5 milyar-290 juta tahun lalu sebagai gas vulkanik, SO 2 dan H 2 S serta transformasinya dikondisi oksik hari ini sebagai SO 2 , SO 3, H 2 SO 4 , garam-garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Secara khusus diberi perhatian pada siklus sulfur di alam dalam kaitannya dengan proses vulkanisme. Pada bagian akhir disampaikan dinamika perubahan sulfur dalam konteks geologi di semenanjung utara Sulawesi, khususnya di daerah kota Tomohon. Sebagai penutup disampaikan implikasi korosi mikrobiologi sebagai implikasi dari kehadiran sulfur dalam kehidupan masyarakat modern. Kata kunci: sulfur, siklus sulfur, vulkanisme, korosi mikrobiologis UJI BIODEGRADASI 17 β-ESTRADIOL OLEH BAKTERI HASIL ISOLASI DARI KALI SURABAYA Tri Puji Lestari Sudarwati¹, Ni’matuzahroh², Ganden. S 2 , ¹Akademi Farmasi Surabaya, Email: trij433gmail.com ²Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya, ABSTRAK Eksplorasi terhadap mikroorganisme pendegradasi 17 β-estradiol di Kali Surabaya dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri pendegradasi 17 β-estradiol hasil isolasi dari sedimen Kali Surabaya, respon pertumbuhan bakteri pendegradasi 17 β-estradiol yang dapat tumbuh pada substrat yang mengandung 17 β-estradiol dan kemampuan biodegradasi 3 bakteri potensial terhadap 17 β-estradiol dengan variasi waktu inkubasi menggunakan HPLC, waktu inkubasi hari ke 0-3 menunjukkan bahwa J2 dengan nilai TPC dalam 3 hari adalah 5,8 X 10 8 ; J4 dengan nilai TPC dalam 3 hari adalah 4,3X10 8 dan J9 dengan nilai TPC dalam 3 hari adalah 4,9 X10 8 . Kemampuan biodegradasi 3 bakteri potensial terhadap 17 β- estradiol dengan variasi waktu inkubasi yakni J2 mempunyai kemampuan biodegrasi pada waktu inkubasi 3 hari adalah 45,59; J4 mempunyai kemampuan biodegradasi pada waktu inkubasi 3 hari 31,73; J9 mempunyai kemampuan biodegrasi pada waktu inkubasi 3 hari 68,74. Spesies bakteri potensial pendegradasi 17 β-estradiol pada J2, J4 dan J9 yakni Pseudomonas stutzeri , Bacillus cereusBacillus anthracoide dan Bacillus mycoides. Kata kunci: Kali Surabaya, Bakteri Pendegradasi 17 β-estradiol 22 POTENSI EKSTRAK AIR, EKSTRAK ETANOL DAN MINYAK ATSIRI BEBERAPA KULTIVAR BAWANG MERAH Allium cepa L. SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP ISOLAT BAKTERI ASAL KARIES GIGI Ida Indrawati, Aulia Ponny Anggraini Prodi Biologi FMIPA, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Email: ida.indrawatigmail.com ABSTRAK Pengujian potensi ekstrak air, ekstrak etanol dan minyak atsiri bawang merah kultivar Batu, Maja dan Sumenep terhadap isolat bakteri asal karies gigi telah dilakukan. Metode yang digunakan adalah Kirby-Bauer dengan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 5x16 untuk masing-masing kultivar bawang merah. Faktor satu a adalah bakteri uji terdiri dari 5 taraf Lactobacillus sp., Staphylococcus sp.1, Staphylococcus sp.2, Staphylococcus sp.3, Streptococcus sp.. F aktor dua b adalah antibakteri uji yang terdiri dari 16 taraf ekstrak air, ekstrak etanol dan minyak atsiri bawang merah kultivar Batu, Maja dan Sumenep serta antibiotika vankomisin 30 µg . Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak dua kali. Konsentrasi setiap ekstrak kultivar bawang merah yang digunakan adalah 80, 40, 20, 10 dan 0. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak air bawang merah kultivar Maja konsentrasi 80 dengan pengaruh penghambatan terbaik terhadap Staphylococcus sp.1 dengan menghasilkan rata-rata diameter daerah hambat 37 mm. Interaksi minyak atsiri bawang merah kultivar Batu konsentrasi 80 dengan Lactobacillus sp., Staphylococcus sp.1, Staphylococcus sp.2 dan Streptococcus sp., minyak atsiri kultivar Batu 40 dengan Streptococcus sp., ekstrak air bawang merah kultivar Maja 80 dan 40 dengan bakteri uji dan ekstrak air bawang merah kultivar Sumenep 80 menghasilkan diameter daerah hambat lebih baik dari pada antibiotika vankomisin 30 µg dengan semua bakteri uji. Kata kunci: Lactobacillus, Staphylococcus, Streptococcus, karies gigi, bawang merah, Batu, Maja, Sumenep. SENYAWA MINYAK SEREH WANGI CITRONELLA OIL DARI TUMBUHAN Cymbopogon nardus L. SEBAGAI ANTIBAKTERI Welmince Bota, Martanto Martosupono, Ferdy Samuel Rondonowu Program Pascasarjana Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email: botawelminceyahoo.co.id ABSTRAK Kontaminasi bakteri sehingga menyebabkan penyakit infeksi pada manusia merupakan masalah yang sangat genting saat ini di kehidupan masyarakat. Pola hidup yang tidak teratur dan juga kondisi lingkungan yang tidak bersih serta makanan yang tidak sehat sangat mendukung untuk seseorang terkontaminasi bakteri yang berujung pada penyakit infeksi yang diakibatkan oleh bakteri patogen yang menyerang tubuh. Faktor resiko yang mengikuti ketika seorang terinfeksi bakteri patogen adalah kematian. Senyawa alam diperlukan untuk mengatasi permasalahan kontaminasi bakteri serta penyakit infeksi yang diakibatkannya. Tanaman yang berkhasiat obat menawarkan zat aktif yang mampu menangani permasalahan berbagai penyakit. Sereh wangi penghasil minyak atsiri Citronella Oil menjadi salah satu komoditas senyawa aktif dapat dijadikan sebagai sumber senyawa aktif dari alam. Sitronellal, geraniol, dan sitronellol menjadi senyawa aktif menjanjikan yang terkandung di dalam minyak sereh wangi. Ketiga senyawa tersebut sangat berguna dalam mengatasi masalah kontaminasi bakteri dan penyakit infeksi yang diakibatkan oleh bakteri. Kata Kunci: Citronella Oil, Antibakteri 23 BIOTREATMENT KANDUNGAN ORGANIK DAN COLIFORM DALAM LINDI TPA OLEH Paramaecium caudatum Ehrenberg, 1822 PADA VARIASI pH DAN OKSIGEN TERLARUT Sunardi, Bani Fauziah, Keukeu Kaniawati Rosada Departemen Biologi Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran Email: sunardiunpad.ac.id ABSTRAK Air Lindi TPA dihasilkan terutama oleh adanya Air hujan yang jatuh, meresap dan mencuci sampah yang sedang mengalami dekomposisi dengan potensi dampak bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pengolahan lindi yang ada saat ini di Indonesia masih kurang maksimal sehingga penelitian-penelitian untuk mencari alternaif bagi pengolahan lindi terus dilakukan. Pengolahan biologis biotreatment merupakan proses yang sangat mudah dari sudut teknis dan sangat murah dari sudut biaya untuk mengolah air limbah. Biotreatment lindi dapat dilakukan dengan bantuan P. caudatum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman pH dan oksigen terlarut optimal bagi kehidupan P. caudatum dalam memperbaiki kualitas air lindi. Penelitian ini adalah eksperimental dengan desain Rancangan Acak Rangkap RAL dengan dua faktor, pH dan kondisi oksigen dengan empat kali pengulangan. Parameter utama yang diukur diantaranya BOD dan Coliform. Hasil uji pendahuluan menunjukkan bahwa P. caudatum dapat bertahan hidup pada konsentrasi 50 mLL air lindi. Sedangkan hasil uji biotreatment menunjukkan bahwa pada pH 5 dengan kondisi normoksia merupakan kondisi terbaik untuk pertumbuhan P. caudatum dengan kemampuan reduksi 59,53 kandungan organik, tetapi tidak untuk Coliform. Kata Kunci: air lindi, P. caudatum, BOD, Coliform, pH, Oksigen. KEANEKARAGAMAN MAKRO FUNGI DI WILAYAH LERENG BARAT GUNUNG LAWU Rekyan Galuh Witantri , Dafi Al-Anshory, Muhammad Ridwan, Muhammad Arif Romadlon 1 KS Biodiversitas, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret. Email: rekyangaluhwitantrigmail.com. ABSTRAK. Salah satu wilayah gunung lawu yang berada di dataran tinggi adalah wilayah lereng barat Gunung Lawu. Pada wilayah ini hutan berada pada ketinggian 1200 mdpl, sehingga menyebabkan kondisi hutan yang lembab. Karakteristik tersebut merupakan pendukung bagi kehidupan flora serta fauna didalamnya. Kelembaban yang tinggi memberikan kondisi udara yang ideal untuk organisme saprofit khususnya bagi pertumbuhan Makrofungi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendata keanekaragaman makrofungi yang terdapat pada wilayah hutan lawu bagian barat. Metode yang digunakan adalah metode jelajah yang dipadukan dengan metode plot. Metode yang digunakan adalah metode jelajah disepanjang jalur yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan metode plot menggunakan plot dengan 20 x 20 meter. Data diambil di 3 lokasi yang berbeda yaitu Segoro Gunung, Parang Ijo serta Candi Cetho. Dari data yang diperoleh terdapat 25 spesies yang teridentifikasi, diantaranya adalah Morchella sp., Xylaria sp., Microporus xanthopus, Xylaria longiana, Clitocybe nebularis, Cortnarius arfinaceus Kata Kunci: Biodiversitas, Makrofungi, Wilayah Barat Gunung Lawu. 24 POTENSI ENDOSIMBIOM TUNIKATA LAUT Rhapolea crassa SEBAGAI ANTIBAKTERI Salmonella thypi dan Staphylococcus aureus Magdalena Litaay , Risco B. Gobel, Zaraswati Dwyana, Nenis Sardiani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Hasanuddin Makassar Email: mlitaayfmipa.unhas.ac.id A BSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang potensi tunikata laut Rhopalaea crassa asal perairan pulau Samalona Kepulauan Spermonde sebagai sumbe rinokulum bakteri endosimbion penghasil antibakteri. Penelitian ini bertujuan mendapatkan isolat endosimbion R.ccrassa serta mengetahui potensinya sebagai antibakteri Salmonella thypi dan Staphylococcus aureus. Isolasi dan karakterisasi endosimbion menggunakan metode mikrobiologis baku. Hasil isolasi menunjukkan terdapat dua belas isolat bakteri endosimbion R. crassa. Potensi endosimbion R. crassa ditentukan berdasarkan uji daya hambat terhadap bakteri uji S. thypi dan S. aureus. Hasil uji aktivitas antibakteri memperlihatkan ke-12 isolat bakteri endosimbion tunikata mampu menghasilkan senyawa antibakteri yang bersifat bakteriostatik dalam menghambat pertumbuhan S. aureus dan S. thypi. Kata Kunci: tunikata, bioprospekting, antimikroba, Spermonde AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK SEGAR JAMBU KALIANG Syzygium cumini L. Skeels TERHADAP Candida albicans, Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus Nanda Oktafiana, Nurmiati, Feskaharny Alamsjah, Periadnadi ABSTRAK Penelitian tentang “Aktivitas Antioksidan dan Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Segar Jambu Kaliang Syzygium cumini L. Skeels Terhadap Candida albicans, Escherichia coli dan Staphylococcus aureus” telah dilakukan dari bulan Juli sampai September 2015 di Laboratorium Riset Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dalam pola Nested. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak segar daun Jambu Kaliang memiliki daya hambat terbesar terhadap Candida albicans dengan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk 16,30 mm. Pada Staphylococcus aureus dan Escherchia coli diameter zona hambat terbesar terdapat pada ekstrak daging buah masak dengan diameter zona hambat yang dibentuk masing-masing 23,67 mm dan 26,22 mm. Pada uji aktivitas antioksidan, ekstrak yang memiliki nilai antioksidan tertinggi adalah ekstrak daun Jambu Kaliang dengan nilai IC 50 4,45 dan yang terendah ekstrak buah muda dengan nilai IC 50 829,26. Sedangkan pada uji antosianin kulit buah masak Jambu Kaliang memiliki nilai antosianin 21 mgml. Kata kunci: antioksidan, antimikroba, antosianin, Syzygium cumini L. Skeels 25 PENGGUNAAN BAKTERI PENCERNAAN LUWAK Paradoxurus hermaphroditus sebagai STARTER PADA FERMENTASI PULP KAKAO Theobroma cacao DALAM UPAYA PERBAIKAN MUTU BIJI KAKAO FERMENTASI Nurmiati, Periadnadi dan Neny Damayanti Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Bakteri dari pencernaan luwak Paradoxurus hermaphroditus diaplikasikan sebagai starter dalam fermentasi pulp Kakao Theobroma cacao dalam berbagai konsentrasi dengan tujuan untuk mengdapatkan karakter biji kakao fermentasi yang lebih baik. Perkembangan mikroflora, kadar gula dan nilai pH diamati selma fermentasi. Biji kakao pada pulp, diamati selama fermentasi dan Selama fermentasi diamati profil perkembangan mikrofloranya dan di akhir fermentasi biji kakao diamati secara visual yang meliputi tekstur dan warna biji kakao. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan starter mikroflora pencernaan luwak sebanyak 10 pada fermentasi kakao memperlihatkan pertumbuhan mikroflora yang lebih baik yang dibuktikan dari profil pertumbuhannya selama fermentasi dengan penurunan total kadar gula terbesar terdapat selama 8 hari fermentasi dan pengurangan berat tertinggi pada hari ketiga. Penurunan pH tertinggi terjadi pada perlakuan 15. Perlakuan dengan penambahan starter 10 memiliki visual biji yang lebih baik dibanding perlakuan lain yaitu dengan tekstur yang lebih halus dengan warna coklat tua. Kata kunci: Mikroflora; luwak; starter; Pulp kakao; fermentasi. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK SEGAR DANDELION Taraxacum officinale F.H. Wigg TERHADAP Candida albicans R. Berkhout, Escherichia coli Castellani Chalmers Migula DAN Staphylococcus aureus Rosenbach Monica Rafles, Nurmiati, Periadnadi ABSTRAK Penelitian tentang “Aktivitas Antioksi dan dan Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Segar Dandelion Taraxacum officinale F.H. Wigg terhadap Candida albicans R. Berkhout, Escherichia coli Castellani dan Chalmers Migula dan Staphylococcus aureus Rosenbach” telah dilakukan dilaboratorium RisetMikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan ilmu pengetahuan Alam, Universitas Andalas, bulan Juli sampai Oktober 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dalam pola Nested. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak segar akar dan bunga dandelion memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan ekstrak segar daun dandelion yang memberikan pengaruh yang sama terhadap mikrobauji. Ekstrak segar akar dandelion yang paling baik menghambat pertumbuhan E. coli 12,33 mm, S. aureus 12,27 mm dan bunga tanaman dandelion paling baik menghambat pertumbuhan C. albicans 9,72 mm. Uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa IC 50 bunga, akar dan daun dandelion secara berturut-turut adalah 1,76 bpj , 8,86 bpj dan 30,04 bpj. Aktivitas antioksidan sangat kuat ditunjukkan oleh ekstrak bunga dandelion yang berpotensi dikembangkan sebagai antioksidan. Kata kunci: Dandelion, antimikroba, antioksidan, ekstrak, Taraxacum officinale F.H. Wigg 26 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF EKSTRAK DAUN AWAR-AWAR Ficus Septica BRUM.F. DAN UJI EFEKTIVITASNYA TERHADAP JAMUR Colletotrichum Acutatum Sang Ketut Sudirga Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana. Email: sangketsyahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Daun Awar-Awar Ficus septica Brum.f. dan Uji Efektivitasnya Terhadap Jamur Colletotrichum acutatum . Penelitian dilakukan di Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar dengan metode ekstrasi dan sumur difusi. Penelitian dirancang dengan rancangan acak lengkap RAL terdiri atas 6 perlakuan dengan 4 kali ulangan. Data kualitatif dianalisis secara deskriftif dan data kuantitatif dianalisis dengan program SPSS for Windows versi 17.0 yang dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji fitokimia ekstrak aktif daun awar-awar mengandung senyawa terpenoid, alkaloid, flavonoid dan fenol. Berdasarkan analisis dengan GC-MS fraksi aktif antijamur ekstrak daun awar-awar teridentifikasi mengandung 14 senyawa. Perlakuan ekstrak daun awar-awar pada konsentrasi 1 sampai 5 secara nyata P0,05 dapat menghambat pertumbuhan koloni, pembentukan spora, perkecambahan spora dan biomassa jamur C. acutatum bila dibandingkan dengan kontrol. Kata kunci : isolasi, identifikasi, fitokimia, antijamur, Ficus septica. CEMARAN BAKTERI SUSU SAPI SEGAR PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN ENREKANG, SULAWESI SELATAN Farida Nur Yuliati 1 , Ratmawati Malaka 1 , Kusumandari Indah Prahesti 1 , Rian Hari Suharto 2 1 Lab. Mikrobiologi Hewan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. 2 Balai Karantina Pertanian Kelas II Kendari. Email: faridanuryuliatigmail.com ABSTRAK Susu segar adalah salah satu pangan asal hewani yang mudah rusak dan berpotensi menjadi media pembawa penyakit. Bakteri merupakan pencemar utama pangan asal hewani termasuk susu yang dapat menyebabkan penyakit bagi orang yang mengonsumsinya food borne disease . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cemaran bakteri pada susu sapi segar dari peternakan rakyat di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Sebanyak 30 sampel susu sapi segar diperiksa jumlah cemaran bakteri Escherichia coli E. coli dengan menggunakan media Eosin Methylen Blue Agar EMBA serta penghitungan cemaran total bakteri Total Plate CountTPC menggunakan metode agar tuang pour plate. Rata-rata jumlah total bakteri adalah 1,8 x 10 8 CFUml dan rata-rata jumlah bakteri E. coli adalah 2,2 x 10 6 CFUml. Kedua hasil penghitungan ini melebihi standar yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia SNI 3141.1:2011. Kata kunci: Susu sapi segar, bakteri, Total Plate Count, Escherichia coli, Enrekang. 27 POTENSI EKSTRAK KOMPOS DALAM MENEKAN PERKEMBANGAN PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN CABAI Erise Anggraini, Suwandi, Harman Hamidson Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universotas Sriwijaya Sumatera Selatan, Email: eriseanggrainigmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi Ekstrak Kompos Kulit Udang EKKU, Ekstrak Kompos Media Tanam Jamur Tiram EKMTJ, dan Ekstrak Kompos biji Lerak dan biji Nimba EKLN dalam menekan perkembangan penyakit virus mosaik pada tanaman cabai. Ekstrak kompos yang digunakan ialaha ekstrak kompos dalam formulasi tunggal yaitu EKKU dan EKMTJ serta formulasi campuran ekstrak kompos dengan ekstrak biji tanaman Lerak dan Nimba. Aplikasi ekstrak kompos dilaksanakan dengan tiga kali waktu penyemprotan dengan konsentrasi EKKU 20, EKMTJ 50 dan EKLN 1 dengan interval 7 hari sejak tanaman cabai berumur 2 minggu. Sebagai pembanding control, tanaman diaplikasikan dengan air. Percobaan dilakukan secara mekanis dan inokulasi secara alami yang masing-masing terdiri dari 3 ulangan. Inokulasi secara mekanis dilakukan 2 kali, yaitu pada 24 jam setelah aplikasi pertama ekstrak kompos dan selanjutnya setelah 7 hari kemudian. Seluruh tanaman uji pada inokulasi secara mekanis disungkup dalam kurungan kedap serangga. Pada inokulasi secara alami, tanaman uji dibiarkan tidak disungkup agar vector serangga dapat emnularkan virus. Hasil penelitian menunjukkan penyemprotan EKLN lebih efektif mengendalikan penyakit virus mosaic yaitu dengan nilai penekanan keparahan 64 pada tanaman terinfeksi secara alami dan 54,3 pada tanaman yang diinokulasi secara mekanis. EKMTJ dapat mengurangi penyakit pada tanaman yang diinokulasi secara mekanis dengan nilai penekanan 57,3 tetapi tidak efektif pada tanaman terinfeksi secara alami. EKKU tidak dapat menekan perkembangan penyakit virus mosaic pada tanaman cabai. Kata Kunci: ekstrak kompos, penyakit mosaic, tanaman cabai EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN CAKAR AYAM TERHADAP BAKTERI PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH Mega Utami Kusumawati 1 , Muhammad Rizki Romadhon 2 , Wulan Shofiana 1 , Dewi Novitasari 3 1 Jurdik Biologi FMIPA 2 Jurdik Kimia FMIPA 3 Jurdik Luar Biasa FIP UNY Yogyakrta, Email: muhammadrizkiromadhon94yahoo.co.id ABSTRAK Penyebab paling banyak penyakit yang ada di Indonesia karena bakteri salah satunya adalah Infeksi Saluran Kemih ISK. ISK terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Daun caka rayam diduga memiliki zat antibakteri yang dapat menghambat dan atau membunuh bakteri penyebab ISK.Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh anti bakteri ekstrak daun cakar ayam terhadap aktifitas bakteri penyebab ISK.Penelitian dilakukan dengan variasi konsentrasi ekstrak daun cakar ayamse besar 0, 20, 40, 60, 80, 100 yang diujikan pada bakteri Escherichia coli FNCC 0135 dan bakteri Staphylococcus aureus FNCC 0047.Variabel bebas ialah konsentrasi ektrak daun cakar ayam, sedangkan variable terika tialah zona hambat pertumbuhan bakteri.Hasil penelitian menunjukan ekstrak daun cakar ayam mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab ISK .Konsentrasi minimum untuk menghamabat bakteri penyebab ISK ialah 20 untuk bakteri S. aureus, dan 40 untukbakteriE. coli. Ekstrak daun cakar ayam merupakan anti bakteri lemah, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri penyebab ISK. Kata kunci: infeksi saluran kemih, ekstrak, antibakteri 28 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Streptomyces sp. YANG DIISOLASI DARI RHIZOSFER TANAMAN PISANG Musa Paradisiaca L Retno Kawuri Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana, Bali E-mail: microbiologylaboratoryyahoo.com ABSTRAK Streptomyces selain hidup pada tanah juga hidup pada sebagian besar rhizozfer beberapa tanaman seperti tanaman cabai, tomat, bawang, tanaman legume dan tanaman pisang. Keberadaan Streptomyces pada rhizosfer tanaman dapat berfungsi untuk menjaga tanaman tersebut dari serangan patogen baik jamur maupun bakteri Antibiotik yang dihasilkan oleh genus Streptomyces juga dapat memproteksi tanaman dari patogen yang menyerang tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Streptomyces pada rhizosfer tanaman pisang. Sampel diambil dari rhizosfer tanaman pisang yang sehat di Desa Pendem Kabupaten Jembrana Bali. Isolasi Streptomyces menggunakan Platting Method dan ditumbuhkan pada media selektif Yeast Extract Malt Agar ISP4International Standart Project 4 pewarnaan Gram, uji katalase dan pewarnaan tahan asam Identifikasi secara makroskopik dan mikroskopik serta uji biokimia menggunakan buku kunci determinasi Guide to the Classification and Identification of the Actinomycetes and Their antibiotics dari Lechevalierdan Waksman 1973. Hasil penelitian didapatkan 9 isolat Streptomyces sp dari rhizosfer tanaman pisang sehat dengan karakter makroskopik dan mikroskopik yang berbeda. Seluruh isolat Streptomyces sp adalah termasuk bakteri Gram positif ,katalase positif dan tidak tahan asam. Hasil penelitian ini nantinya akan dipergunakan untuk mengendalikan penyakit layu bakteri yang banyak menyerang tanaman pisang di perkebunan pisang di Desa Pendem Kabupaten Jembrana Bali. Kata kunci: rhizosfer, identifikasi, Streptomyces, tanaman pisang 29 SPESIES BURUNG PERAIRAN PESISIR YANG TERPAPAR MERKURI LIMBAH PENAMBANGAN EMAS TRADISIONAL DI KABUPATEN POHUWATO GORONTALO Ramli Utina, Abubakar Sidik Katili, Mustamin Ibrahim Jurusan Biologi, Universitas Negeri Gorontalo, Kota Gorontalo-96128, Indonesia Pusat Kajian Ekologi Pesisir berbasis Kearifan Lokal UNG, Gorontalo, Indonesia Email: ramliutinayahoo.com ABSTRAK Stabilitas suatu ekosistem dapat dipengaruhi oleh proses yang berlangsung dalam rantai makanan food chain. Gangguan dalam rantai makanan menjadi indikasi adanya permasalahan di suatu ekosistem, seperti masuknya unsur kimia logam berat merkuri Hg dan sianida di ekosostem perairan dari limbah penambangan emas secara tradisional. Burung perairan adalah salah satu organisme puncak pada struktur tropik dalam ekosistem perairan pesisir sehingga burung dapat mengakumulasi logam merkuri dalam tubuhnya. Tujuan penelitian adalah; mengidentifikasi spesies burung perairan yang terpapar logam merkuri, dan mengetahui konsentrasi kadar merkuri yang terakumulasi pada organ tubuh burung. Survey sampel burung perairan dilakukan di kawasan pesisir dan muara sungai Taluduyunu dan sungai Randangan di Kabupaten Pohuwato, dimana kawasan hulu kedua sungai ini menjadi areal penambangan emas tradisional. Sampel burung perairan diidentifikasi untuk menetapkan nama species. Kadar merkuri pada tubuh burung perairan dianalisis pada organ hati, ginjal dan otot dada, menggunakan metode uji laboratorium SNI 01-2896-1998 butir 6. Hasil penelitian ini menemukan tujuh species burung perairan dengan rerata konsentrasi merkuri terpapar dalam organ tubuh, sebagai berikut: Todirhamphus chloris 2,345 ppm, Himantopus leucocephalus 0,576 ppm, Tringa glareola 0,354 ppm, Numenius phaeopus 0,296 ppm, Nycticorax nycticorax 0,248 ppm, Butorides striatus 0,107 ppm, dan Anas gibberifrons 0,096 ppm. Tiga species burung yang disebut di awal secara berurut mengakumulasi logam merkuri rata-rata tertinggi dalam jaringan organ tubuhnya. Penelitian ini merupakan tahap pertama dari dua tahap penelitian yang direncanakan yaitu model prediktif rantai makanan ekosistem pesisir yang tercemar logam merkuri dari limbah penambangan emas tradisional. Kata kunci: burung perairan, merkuri, limbah penambangan emas KAJIAN STATUS SISTEM TIYAITIKI DI PERAIRAN PESISIR TELUK TANAH MERAH JAYAPURA PAPUA Puguh Sujarta Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih Jayapura ABSTRAK Sistem Tiyaitiki merupakan bentuk peran serta masyarakat lokal secara tradisional dalam menjaga kelestarian alam berdasarkan kearifan lokal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengertian sistem Tiyaitiki dan status sistem Tiyaitiki dalam kaidah umum sistem konservasi dalam perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2013 di masyarakat wilayah pesisir Teluk Tanah Merah Jayapura Papua, metode sampling dengan metode wawancara kuisener dan penelusuran pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ini merupakan suatu pengetahuan tradisional, sebagai ilmu, dan merupakan teknologi. Didasarkan dengan kaidah umum sistem ini mempunyai konsep, tujuan, manfaat, sistem zonasi, dan kelembagaan yang sesuai peraturan perundang- undangan. Kata kunci : Tiyaitiki, konservasi, kearifan lokal, Teluk Tanah Merah, Jayapura 30 STUDI LINGKARAN TUMBUH POHON DI KAWASAN HUTAN TAMAN NASIONAL SIBERUT KEPULAUAN MENTAWAI Mansyurdin 1 , Tesri Maideliza 1 , Chairul 1 , Ema Susiana 2 1 Dosen Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Andalas 2 Mahasiswa S2 Prodi Pascasarjana Biologi Fakultas MIPA Universitas Andalas Email: mansyurdingmail.com ABSTRAK Lingkaran tumbuh pohon growth ring terbentuk karena adanya aktivitas pertumbuhan kambium yang dipengaruhi oleh perubahan musim. Tidak semua jenis pohon di daerah tropis menghasilkan lingkaran tumbuh. Hal ini disebabkan karena musim di daerah tropis lebih seragam sepanjang tahun dan tidak memperlihatkan perbedaan yang tajam antara periode curah hujan tinggi dengan pergantian periode curah hujan rendah. Untuk itu telah dilakukan pemeriksaan terhadap beberapa pohon dikawasan hutan Taman Nasional Siberut, Kepulauan Mentawai. Pengoleksian sampel dilakukan dengan teknik bor pada batang utama dengan ketinggian 130 cm. Untuk melihat ada atau tidak lingkaran tumbuh dilakukan pengecekan secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan secara makroskopis dilakukan dengan cara pengamplasan core pohon pada bidang transversal. Spesies pohon yang memiliki lingkaran tumbuh dilanjutkan pengamatan mikroskopis dengan pembuatan sayatan anatomi. Dari 46 spesies pohon yang diperiksa ditemukan 8 spesies yang memiliki lingkaran tumbuh dengan jumlah sel early wood dan late wood yang beragam. Kata kunci: lingkar tumbuh; musim; makroskopis; mikroskopis; anatomi TRANSFORMASI NITROGEN SECARA BIOLOGIS DI AIR PANAS SARONGSONG KOTA TOMOHON Frity Lisa Taroreh 1 , Ferry Karwur 1,2 , Jubhar Mangimbulude 3 1 Program Pascasarjana Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana 2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana 3 Prodi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Alam dan Rekayasa Teknologi, Universitas Halmahera, Tobelo,Halmahera Utara. Emai : christianjubharyahoo.com ABSTRAK Transformasi nitrogen adalah proses perubahan senyawa nitrogen dari satu bentuk ke bentuk lain yang terjadi di alam.Transformasi tersebut dapat saja terjadi pada lingkungan ekstrim sekali pun seperti di mata air panas, dan melalui proses antara lain amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hidrokimiakarakteristik air secara fisik dan kimia serta untuk mengetahui apakah terjadi transformasi nitrogen melalui proses amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi di air panas Sarongsong. Sampel pada penelitian ini diambil dari air panas Sarongsong Kota Tomohon pada tiga stasiun berbeda dan dikelompokkan pada 2 kelompok: aerob dan anaerob. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium CARC magister biologi UKSW, Salatiga. Kadar ammonium, nitrit dan nitrat di tiga stasiun S1,S2,S3 pada awal penelitian diukur. Kadar ammonium, nitrit, dan nitrat berturut-turut pada S1 adalah: 4,85mgL; 0,00mgL; 0,00mgL; pada S2: 2,45mgL; 0,00mgL; 0,00mgL; pada S3: 4,37mgL; 0,00mgL; 0,00mgL. Setelah 7 hari perlakuan, kadar ammonium, nitrit dan nitrat pada S1,S2,S3 dikondisi aerob dan anaerob terjadi perubahan konsentrasi yang merupakan indikasi terjadinya proses transformasi nitrogen proses amonifikasi di air panas Sarongsong Kota Tomohon. Kata Kunci : transformasi nitrogen, amonifikasi, air panas Sarongsong 31 PENGETAHUAN EKOLOGI LOKAL DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA KAJIAN TERHADAP RENCANA PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL KAYAN MENTARANG, KALIMANTAN UTARA

M. Danang Anggoro