5. Inisiasi Menyusui Dini IMD pada Persalinan Caesar
Apabila menjalani operasi Caesar dengan pembiusan secara spinal pembiusan lokal dan ibu tetap sadar selama proses operasi
berlangsung, bayi yang lahir segera dikerigkan tanpa menghilangkan lemak yang menempel ditubuhnya jika ada. Kemudian, bayi akan ditengkurapkan
di perut atau dada ibu. Bayi pun dibiarkan untuk berusaha mencari puting susu ibu, dengan tidak memaksakan meletakkan bayi ke puting susu ibu.
Apabila dilakukan pembiusan anastesi umum, sang ayah dapat melakukan kontak kulit dengan bayi saat menunggu ibu selesai operasi. Bila kontak
ditunda, bayi dapat dimasukkan ke dalam inkubator.IMD ini dapat dilakukan setelah kondisi ibu dan bayi stabil Riksani, 2012.
6. Faktor
– Faktor Penghambat Inisiasi Menyusui Dini IMD pada Persalinan Normal
a. Pada persalinan normal, diharapkan agar setiap ibu dapat mencapai
keberhasilan, mampu melaksanakan program IMD tidak lebih dari 1 jam.
b. Namun pada kenyataannya, ada beberapa ibu yang mengeluhkan
beberapa hal yang menghambat keberhasilan IMD, diantaranya : 1
Kondisi ibu yang masih lemah bagi ibu postpartum normal, dalam kondisi kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan IMD.
2 Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus
kesulitan membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan IMD Maryunani, 2012.
Universitas Sumatera Utara
7. Inisiasi Menyusui Dini IMD yang Kurang Tepat
Saat ini, umumnya praktek IMD seperti berikut : a.
Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering. b.
Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat.
c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus dibedong dengan selimut
bayi. d.
Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu tidak terjadi kontak dengan kulit ibu. Bayi dibiarkan di dada ibu ‘bonding’ untuk
beberapa lama 10-15 menit atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium.
e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukan
puting susu ibu ke mulut bayi. f.
Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan recovery room untuk ditimbang, diukur, dicap, diadzankan oleh ayah,
diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata Roesli, 2012.
8. Fisiologis Oksitosin Pada Fase Laktasi
Oksitosin adalah hormon yang bertanggungjawabuntuk merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan,terutama mempengaruhi otot
polos uterus. Oksitosin disintesisterutama oleh badan sel syaraf nucleus paraventrikularis.Oksitosinmenyebabkan otot polos uterus berkontraksi
dalam stadium akhir kehamilan, selain itu juga memulai kontraksi sel mioepitel pada alveolidan saluran keluar kelenjar mammae.Sinopsis
Histologi dalam Christine, D.D, dkk, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Pelepasan hormon oksitosin berlangsung secara alami, namunterdapat suatu cara untuk mendorongnya lebih cepat. Diantaranya,melalui proses
Inisiasi Menyusui Dini IMD. Meletakkan bayi di atasperut ibu, agar bayi mencari payudara ibunya sendiri, dapatmerangsang pelepasan
oksitosin.Sehingga, wanita disarankan untukmelakukannya secepat mungkin setelah melahirkan, untuk membantukeluarnya plasenta. Jika plasenta gagal
keluar, ibu akan diberikanhormon sintetis yang mereplikasi efek oksitosin untuk membanturahim berkontraksi.Oksitosin juga memainkan peranan
penting di luar prosesmelahirkan. Setiap kali menyusui, ibu akan melepaskan hormon oksitosin. Hal ini, akan membantu rahim menciut dan kembali ke
ukurannormal.Ketika pengeluaran air susu, oksitosin menimbulkan kontraksi sel-sel mioepitel di payudara sebagai respon terhadap penghisapanputing,
berkat reflex neurogenik yang dihantarkan ke hipotalamusmelalui medulla spinalis. Kadar oksitosin meningkat dalam 2 menitpengisapan puting dan
mencapai puncak dalam 10 menit.Oksitosin juga dilepaskan ketika sanggama Ilmu Kandungan, dalam Christine, D.D, dkk, 2012.
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra
uterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang keluar dari kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi
pembuluh darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi perdarahan. Selama 1 sampai 2 jam pertama
postpartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur, karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada
masa ini. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan
Universitas Sumatera Utara
oksitosin karena hisapan bayi pada puting payudara. Selama tahap ke 3 persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta.Selanjutnya bertindak
atas otot yang menahan kontraksi, melepaskan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih melakukan IMD dan menyusui
bayinya maka isapan bayi akan merangsang keluarnya oksitosin Ambarwati 2009, dalam Martini, 2012.
B. Perdarahan Kala IV