Kesejahteraan manusia berorientasi secara sosial, dan untuk meningkatkan kepuasan hidup, individu harus mampu menciptakan hubungan interpersonal yang
sehatpositif. Hubungan interpersonal dikatakan sehat apabila individu dapat terlibat dalam suatu hubungan yang intim dengan orang lain, sementara ia tetap dapat
mempertahankan identitasnya.
3.1 Pengertian
Menurut Townsend 1998 isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI 1998 penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak Carpenito, 1998:. Menurut Rawlins Heacock 1988 isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar
dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,
berprestasi, atau selalu dalam kegagalan. Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif atau mengacam; kelainan interaksi sosial
Universitas Sumatera Utara
adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kuantitas yang tidak cukup atau berlebih atau kualitas interaksi sosial tidak efektif
Townsend.1998 Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
3.2 Faktor pendukungpencetus terjadinya isolasi sosial Rentang Respon Perilaku
Respon adaptif Respon maladaptif
Solitud Kesepian Manipulasi Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Tergantung Narkisisme Saling tergantung
Stuart dan Sundeen, 1998 Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma,
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari : solitud, otonomi, bekerjasama dan saling tergantung. Respon maladaptif
adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan Stuart dan Sundeen, 1998. Respon maladaptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan
narkisisme. Berdasarkan gambar rentang respon sosial diatas, menarik diri termasuk
Universitas Sumatera Utara
dalam transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif.
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen 1998, belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
3.2.1. Faktor predisposisi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor perkembangan Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibupengasuh pada
bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambatterbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek. b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku.
Universitas Sumatera Utara
- Sikap bermusuhanhostilitas - Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
- Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.
- Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi
kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
- Ekspresi emosi yang tinggi - Double bind
Dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat.
c. Faktor sosial budaya Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosial. d. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita
skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah
Universitas Sumatera Utara
diantaranya menderita skizofrenia adalah 58, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8.
Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia. 3.2.2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal, meliputi:
a. Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai,
kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stresor Biokimia
- Teori dopamin Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia. - Menurunnya MAO Mono Amino Oksidasi didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalm otak. Karena salh satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia. - Faktor endokrin
Universitas Sumatera Utara
Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon
adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik. - Viral hipotesis
Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
c. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
d. Stresor psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar.
Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase
simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
Universitas Sumatera Utara
Strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalahsebagai berikut:
- Tingkah laku curiga : proyeksi - Dependency: reaksi formasi
- Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi - Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
- Manipulatif: regrasi, represi, isolasi - Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi
dan regrasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini adalah kerangka hubungan antara konsep- konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
Notoadmojo, 2002. Variabel dependen yaitu kemampuan komunikasi pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa dan variabel independen yaitu terapi modalitas sosialisasi
yang diberikan kepada pasien isolasi sosial. Adapun yang menjadi kerangka penelitian ini dapat dilihat dalam bagan dibawah
ini: Variabel Independen
Variabel dependen
Skema I : Kerangka konsep penelitian
Keterangan :
Variabel yang diteliti Pasien Isolasi
Sosial Terapi
modalitas Kemampuan
komunikasi : -
Baik -
Cukup -
kurang
35
Universitas Sumatera Utara