masyarakat membaca “ dengan menekankan pada penciptaan “ lingkungan membaca untuk semua jenis bacaan pada semua lapisan masyarakat”.
Minat dan kebiasaan membaca merupakan ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan. Dengan demikian minat dan kebiasaan membaca
bukan ketrampilan bawaan, oleh karena itu minat dan kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer membaca diartikan sebagai aktivasi melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta memahaminya
baik dengan melisankan atau hanya dihati.
23
Kegiatan melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis mempunyai bermacam tujuan, namun apapun tujuan seseorang membaca, satu hal yang harus
diingat adalah membaca itu penting, membaca membuat kita mengetahui suatu hal yang sebelumnya tidak kita ketahui. Membaca juga akan memperluas wawasan
dan pengetahuan kita akan suatu hal yang sudah kita ketahui, dengan kata lain membaca merupakan salah satu proses belajar.
1.2 Definisi Membaca
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer membaca diartikan sebagai aktivasi melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta memahaminya baik
dengan melisankan atau hanya dihati.
24
23
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan Jakarata : Gramedia Pustaka Utama,1991
24
Peter Salim dan Salim Yani, Kamus Besar Bahasa Indonesia KontemporerJakarta: Modern English, 1991, h.9
Kegiatan melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis mempunyai bermacam tujuan, namun apapun tujuan seseorang membaca, satu hal yang harus
diingat adalah membaca itu penting, membaca membuat kita mengetahui suatu hal yang sebelumnya tidak kita ketahui. Membaca juga akan memperluas wawasan
dan pengetahuan kita akan suatu hal yang sudah kita ketahui, dengan kata lain membaca merupakan salah satu proses belajar.
Membaca artinya adalah melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti, serta memahaminya dengan melisankan atau dalam hati . Membaca hakikatnya
adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa ketrampilan yaitu, mengamati, memahami dan memikirkannya.
Tarigan mengutip pendapat Sujaya tentang definisi membaca: membaca adalah suatu proses penafsiran dan pemberian makna terhadap lambang oleh
seseorang pembaca dalam usaha memperoleh pesan yang disampaikan penulis melaui kata-kata yang berupa tulisan, jadi membaca berhubungan dengan proses
penyandian
25
. Membaca adalah suatu proses pengenalan lambang atau simbol, dalam hal
ini adalah huruf-huruf yang disusun secara sistematis sehingga mempunyai makna membaca merupakan suatu metode dalam berkomunikasi antara pengarang dan
pembaca untuk mencapai pengertian yang sama mengenai suatu pesan. Membaca merupakan kegiatan individu yang menggunakan pengamatan
untuk menangkap rangsangan bacaan berupa simbolisasi dari suatu pengertian. Oleh sebab itu membaca pada prinsipnya merupakan proses komunikasi idea dari
25
Prof. Henry Guntur Tarigan. Membaca Ekspresif Bandung : Angkasa, 1985
suatu pengarang kepada pembaca melaui simbol-simbol yang dipahami bersama berupa bahasa. Jelas bahwa seberapa jauh intensitas proses komunikasi idea dapat
diperoleh banyak bergantung pada seberapa jauh pembaca dapat memahami masalah pengarang
26
. Membaca merupakan usaha untuk mengetahui sesuatu yang diketahui yang tersimpan dalam suatu sarana bacaan. Banyak ahli yang telah
menulis mengenai hal membaca. Menurut Gray dan Rogers dikatakan bahwa dengan membaca seseorang
akan banyak mendapat keuntungan antara lain: mengetahui yang actual, up to date
, mengetahui lingkungan, dapat memuaskan pribadi-pribadi memenuhi tuntutan praktis dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan minat terhadap
sesuatu lebih lanjut memuaskan tuntutan intelektual, memuaskan tuntutan spiritual, dan lain-lain.
Kegiatan membaca tidak otomatis terhenti ketika seseorang telah menyelesaikan tingkat pendidikan formalnya, karena belajar sesungguhnya
berlangsung seumur hidup. Keadaan ini dalam dunia pendidikan dikenal sebagai proses “ pendidikan seumur hidup “ atau long life education. Konsep ini
mengandung pengertian bahwa setelah seseorang menyelesaikan jenjang formalnya, bukan berarti ia berhenti belajar, ia harus menungkatkan, menambah
dan memperdalam ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh ditingkat pendidikan formal, serta selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, dan
satu-satunya cara untuk mencapai hal ini adalah dengan membaca terus membaca dan selalu membaca.
26
Mulyadi Ahmad Nurhadi, “Pembianaan Minat Baca dan Promosi Perpustkaan “ Berita Perpustakaan Sekolah I 1978, hal 19-24
Tujuan dan Manfaat Membaca
Secara umum tujuan kegiatan membaca dapat digolongkan menjadi dua yaitu tujuan praktis dan tujuan kultural. Tujuan praktis artinya tujuan membaca
untuk memperoleh hasil praktis seperti untuk lulus ujian, memahami sebuah masalah, menambah pengertian akan berbagai hal mengetahui latar belakang
persoalan dan sebagainya. Tujuan kultural artinya tujuan membaca yang sekedar untuk rekreasi rohani belaka atau sebagai hiburan
27
. Dalam dunia pendidikan dan pengajaran formal adalah suatu keharusan
bagi siswa untuk membaca. Menurut Emerly, membaca merupakan kunci bagi keberhasilan siswa dalam studinya. Pentingnya membaca dalam kegiatan belajar
semakin tinggi.
28
Tentang hal ini Zen menyatakan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat ketergantunagn pada guru, sebaliknya
semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah tingkat ketergantungan kepada pendidik. Peran guru TK dan SD jauh lebih besar dibandingkan dengan para
dosen di tingkat Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi dosen diharapkan sebagai pembimbing Mahasiswa dalam menggali ilmu pengetahuan. Tingkat keberhasilan
Mahasiswa lebih banyak tergantung kepada interaksi antara Mahasiswa dengan sumber belajar
29
.
27
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991
28
Donald Emeryl, “ Nead to Read “ School Libraries, no I, 25-30
29
Zulfikar Zen, “Peranan pustakawan bagi civitas akademika dan penelitian khususnya dalam menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi”
Majalah IPI, 17 1 1995, 22-42
Ada beberapa cara yang biasa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan minat baca sekaligus menjadikan siswa aktif, yaitu :
30
1. Sering memberikan tugas yang membuat siswa harus mebaca atau
pergi ke Perpustakaan. 2.
Buat jam pelajaran khusus membaca lalu ciptakan yang nyaman dan menyenangkan.
3. Perkenalkan berbagai jenis literature dan cara mendapatkannya. Akan
lebiah baik bila literature tersebut tersedia di Perpustakaan, khusunya Perpustakaan sekolah.
4. Adakan kegiatan book of the week dan minta siswa untuk memberi
laporan tentang isi buku tersebut dalam format yang mereka senangi 5.
Sesuaikan bahan bacaan dengan tingkat usia siswa sekolah. 6.
Jangan terlalu menekan siswa pada tahap awal dilaksanakannya program untuk menumbuhkan minat baca.
7. Buatlah papan bulletin atau jurnal dengan tema tentang membaca.
Apapun tujuan seseorang membaca, satu hal yang harus diingat adalah membaca itu penting, membaca membuat kita mengetahui suatu hal yang
sebelumnya tidak kita ketahui. Membaca juga akan memperluas wawasan dan pengetahuan kita akan suatu hal yang sebelumnya sudah kita ketahui dengan kata
lain membaca merupakan salah satu proses belajar. Tentang faedah membaca, Gray dan Rogers menyebutkan bahwa dengan
membaca seseorang dapat, antara lain :
31
30
Artikel ini diakses melalui www. Broward,K12.f1.uslearnsourcereadingresearch.htm, dan ditelusur pada 22 oktober 2001
1. Mengisi waktu luang
2. Mengetahui hal-hal aktual yang terjadi di lingkungannya
3. Memuaskan pribadi yang bersangkutan
4. Memenuhi tuntutan praktis kehidupan sehari-hai
5. Meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut
6. Meningkatkan pengembangan diri rendiri
7. Memuaskan tuntutan intelektual
8. Memuaskan tuntutan spiritual dan lain-lain
Tuntutan agar manusia belajar terus sepanjang hayat juga tidak terlepas dari usaha manusia agar mampu menghadapi tantangan dan mampu memecahkan
masalah yang timbul sebagai akibat perubahan kehidupan manusia dan perkembangan masyarakat, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
G. Perpustakaan Sekolah dan Strategi Menumbuhkan Minat Membaca
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana edukatif disekolah yang langsung dibutuhkan untuk mempertinggi daya serap dan kemampuan
penalaran murid dalam proses pendidik serta membantu memperluas cakrawala pengetahuan guru dalam kegiatan mengajar, sehingga perpustakaan sekolah bukan
semata hanya meningkatkan minat baca, lebih lanjut A.S Nasution mengatakan: “Perpustakaan sekolah bukan lagi hanya sekedar melayani selera pelajar
untuk membaca buku-buku pelipurlara. Perpustakaan itu harus dapat membantu para pelajar mengenai masalah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan,
31
Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai sesuatu ketrampilan berbahasa. Bandung : Angkasa, ttn, hal 62-62
juga melahirkan kecekatan. Perpustakaan dapat membantu anak-anak dalam aktivitasnya yang kulikuler maupun kokulikuler “.
32
Maka bahwa koleksi perpustakaan sekolah harus mendukung kurikulum sekolah. Baik tidaknya koleksi itu dapat dilihat dari segi relevan tidaknya koleksi
itu dengan daftar satuan pelajaran yang tertuang dalam kurikulum. Oleh karena itu para pustakawan dan pembinaan sekolah seharusnya mengetahui hal-hal tersebut
diatas. Situasi kini yakni dengan kemajuan ilnu pengetahuan dan teknologi, anak- anak harus disiapkan sedini mungkin melalui pemupukan minat baca yang sesuai
dengan kebutuhan anak, kemampuan anak dan dengan segala konsekuensinya.
33
Faktor dasar timbulnya kebiasaan membaca pada kalangan siswa adalah rasa ingin tahu, kemudian rasa ingin tahu itu harus dibimbing dan diwujudkan
dengan tingkah laku membaca. Apabila setiap orang dapat menyadari rasa ingin tahunya sendiri, maka tidaklah sukar untuk membimbing dan melatih siswa yang
masih duduk dibangku sekolah, untuk meningkatkan kebiasaan membaca. Namun keenggangan anak ke perpustakaan bisa juga karena koleksi yang
tersedia di perpustakaan kurang menarik bagi anak. Dan perlu disadari bahwasannya kebiasaan membaca dikalangan remaja saat ini, khususnya pada
ilmu pengetahuan sangat kurang, mereka sangat suka pada buku-buku fiksi. Untuk mengatasi hal itu kita harus lebih memperhatikan anak-anak yang masih duduk di
Sekolah Dasar. Kemudian guru pada Sekolah Lanjutan Atas harus lebih banyak berperan, terutama dalam menerapkan CBSA sehingga mau tidak mau siswa akan
32
AS. Nasution, dkk Perpustakaan Sekolah Jakarta: Pusat Pembinaan Perpustakaan Depdikbud, 1984, h.2
33
Ibid. h.52
melatih dirinya untuk memulai membiasakan membaca dan juga harus diperkenalkan dengan perpustakaan.
Selain faktor pendorong seperti disebut diatas terdapat pula beberapa faktor penghambat minat baca, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Lingkungan yang tidak seirama atau searah, antara sekolah dengan
keluarga atau rumah tangga sehingga kurang memberikan motivasi atau bimbingan pada anak.
2. Anak malas, hal ini tentu mempunyaimotif bermacam-macam dan ini
sukar diungkap. 3.
Tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau kesanggupan anak. 4.
Terlalu banyak tugas dari guru. 5.
Fasilitas yang kurang, kurangnya tenaga pustakawan,walaupun merupakan tenaga yang non professional.
6. Pelayanan dari perpustakaan dan para pendidik yang kurang paedagogis,
psikologis dan sosiologis. 7.
Kurangnya kerjasama antara guru dan pustakawan. Sekolah dan perpustakaan dapat saling melengkapi dalam usaha
menumbuhkan minat baca. Bahwa perpustakaan merupakan institusi yang berperan dalam mengembangkan minat dan kebiasaan membaca adalah suatu hal
yang wajar, melihat kenyataan bahwa perpustakaan adalah badan yang berhubungan secara langsung denagn berbagai jenis bahan bacaan .
Gerakan minat membaca adalah suatu gerakan dan aktifitas seumur hidup, semua bangsa, bahkan di Negara maju, gerakan ini terus dikumandangkan
walaupun keadaan sastra anak dan remaja jauh lebih banyak. Oleh karena itu untuk gerakan minat baca ini, yang tentunya memerlukan dana, perlu dicarikan
dana secara swadaya. Lebih jauh Bunanta menyatakan bahwa secara berkala koleksi buku pun harus ditambah. Ini bisa dilakukan dengan cara mengajarkan
anak meyisihkan uang sakunya untuk membeli buku atau orang tua bisa memberikan hadiah buku pada saat-saat khusus seperti kenaikan kelas atau pada
hari-hari tertentu seperti hari ulang tahun dan hari besar keagamaan.
Perpustakaan sekolah selain mengoleksi buku-buku pelajaran juga hendaknya memuat buku-buku yang digemari peserta didik remaja masa kini, misalnya “Harry Potter”. Perpustakaan sekolah bisa juga mengoleksi buku
komik, fiksi dan cerita rakyat yang bermuatan positif, menarik dan mendidik. Buku paket pelajaran tetap bisa menjadi koleksi perpustakaan sekolah. Akan lebih baik lagi kalau perpustakaan sekolah juga mengoleksi buku pendamping
pelajaran. Jadi peserta didik mempunyai alternatif bahan bacaan buku pelajaran selain buku paket. Koleksi perpustakaan juga sebaiknya spesifik, yaitu buku yang dibutuhkan peserta didik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar tetapi sulit
diakses oleh peserta didik, baik itu karena harganya mahal atau terbatas.
34
Jika koleksi buku sudah bertambah banyak, ada baiknya keluarga menciptakan perpustakaan keluarga dimana dalam perpustakaan ini tersimpan
tidak saja kumpulan buku-buku koleksi pribadi anggota keluarga, tapi juga menyimpan bahan-bahan seperti kaset cerita, brosur perjalanan tempat-tempat
bersejarah, majalah komik, peta bermacam-macam referensi dan berbagai sumber informasi lainnya, tempatnya tidak harus besar sekali, tetapi memungkinkan
seluruh keluarga untuk bersantai bersama-sama membaca.
35
Ada cara lain dimana seseorang tidak selalu harus membaca untuk mendapatkan informasi, yaitu dengan memanfaatkan media elektronik seperti TV
34
Wahyudiati.”Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Untuk Menumbuhkan Minat Baca”. Artikel ini diakses tanggal 28 Juli 2009 melalui situs
http:pustaka.uns.ac.id?opt=1001menu=newsoption=detailnid=1312
35
Op.cit
dan radio. Televisi dan radio umumnya memberikan informasi sekilas tentang suatu hal yang sifatnya mutakhir dan hal ini merupakan kelebihan dari kedua
media tersebut, namun hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk meninggikan sumber-sumber tercetak, karena bahan-bahan tercetak seperti Koran, majalah dan
lain-lain, selain mampu menyajikan informasi aktual, pemberitaannya juga mencakup wawasan yang lebih berkembang, komprehensif dan lebih mendalam
karena bahan-bahan tercetak pada umumnya menyediakan latar belakang informasi dari berita yang dibahasnya untuk pembaca.
Menyangkut masalah yang berhubungan dengan bacaan anak dan remaja, pustakawan juga harus aktif mencari dan menambah koleksi bukunya. Selain itu
juga, ia juga harus mau menambah pengetahuan dengan membaca buku-buku referensi yang dapat menunjang pengetahuannya tentang anak-anak dan cara
menyelenggarakan program-program. Dan salah satu faktor kelemahan perpustakaan sekolah adalah langkanya pustakawan yang professional, merekalah
yang memiliki pengetahuan cukup untuk mengembangkan perpustakaan sekolah. Kelangkaan ini menyebabkan tidak adanya kepeloporan, bagaimana mungkin
orang yang tidak memiliki pengetahuan perpustakaan akan memiliki dedikasi yang tinggi, oleh karena itu setiap sekolah minimal diperlukan seorang
pustakawan lulusan diploma perpustakaan atau seorang guru yang ditatar ilmu perpustakaan yang memadai.
36
Adapun faktor-faktor pendukung dan penghambat pembinaan minat baca yaitu:
36
Aenudin Nur, Peran dan Fungsi Perpustakaan Sekolah, Media Pustaka , vol.2 no.4 2003, h. 33
1 Faktor Pendukung
a Adanya lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan
tingkat tinggi tempat membina dan mengembangkan minat baca anak didik secara berhasil
b Adanya berbagai jenis perpustakaan di setiap kota dan wilayah di
Indonesia yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan dalam hal jumlah dan mutu perpustakaan, koleksi dan system pelayanannya.
c Adanya lembaga-lembaga media masa yang senantiasa ikut mendorong
minat baca dari berbagai lapisan masyarakat melalui penerbitan surat kabar dan majalah.
d Adanya penerbitan yang memiliki semangat pengabdian dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menerbitkan buku-buku yang bermutu, baik dari segi isi, bahasa, maupun teknik penyajian
e Adanya penulis atau pengarang yang memiliki daya cipta, idealisme dan
kemampuan menyampaian pengalaman atau gagasan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat
f Adanya kebijaksanaan pemerintah yang secara lansung atau tidak lansung
mendorong atau merangsang pertumbuhan dan pengembangan minat baca g
Adanya usaha-usaha perseorangan, organisasi dan lembaga, baik pemerintah maupun swasta yang memiliki prakarsa untuk berperan serta
melalukan kegiatan yang berkaitan dengan minat baca masyarakat.
37
37
Drs. Mudjito MA, Modul 1-6 Pembinaan Minat Baca Jakarta: Universitas Terbuka, 2001, h.99-100
2 Faktor Penghambat
a Derasnya arus hiburan melalui peralatan pandang dengar, missal: TV dan
film dalam taraf tertentu merupakan “persaingan keras” terhadap minat baca masyarakat, karena masyarakat lebih senang mendengar dan melihat
dari pada membaca. b
Kurangnya tindakan hukum yang tegas meskipun sudah ada Undang- Undang hak cipta terhadap pembajakan buku yang merajalela dapat
memberi akibat secara tidak langsung terhadap minat baca c
Kurangnya penghargaan yang memadai dan adil terhadap kegiatan atau kreativitas yang berkaitan dengan pembukuan dapat mengurangi minat
dalam masalah perbukuan d
Kurang meningkatnya mutu perpustakaan, baik dalam koleksi maupun sistem pelayanan dapat juga memberi pengaruh negative terhadap
perkembangan minat baca e
Dalam beberapa taraf kemampuan masyarakat berbahasa Indonesia masih dipermasalahkan
f Tingkat pendapatan masyarakat yang relativ rendah dapat mempengaruhi
daya beli atau prioritas kebutuhan g
Lingkungan keluarga, misalnya kurangnya keteladanan orangtua dalam pemanfaatan waktu senggang dapat memberi dampak terhadap minat baca
sejak masa kanak-kanak.
38
Faktor-faktor tersebut dapat dipelihara melalui sikap-sikap, bahwa dalam diri tertanam komitmen membaca memperoleh keuntungan ilmu pengetahuan,
38
Ibid.
wawasan dan kearifan, terwujudnya kondisi yang mendukung terpeliharanya minat baca. Adanya tantangan dan motifasi untuk membaca, serta tersedianya
waktu untuk membaca, baik di rumah, perpustakaan ataupun di tempat lain.
Untuk mengubah kebiasaan membaca, dari tidak suka membaca menjadi berminat membaca, merupakan upaya pembinaan minat baca. Hal ini dapat dilakukan secara terencana dan terprogram. Dan bukan hanya menjadi tugas
pustakawan saja melainkan melibatkan beberapa pihak yaitu: 1.
PemerintahDepdiknasSekolah dalam hal pendanaan untuk pembinaan koleksi perpustakaan 2.
Guru sebagai pelaksana pendidikan untuk lebih intensif dalam mendorong dan meningkatkan minat baca pada peserta didik
3. Orang TuaWali dari peserta didik sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan si anak
harus menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini di lingkungan keluarga. Orang tua sebaiknya memberikan teladan bagi putra putrinya untuk gemar membaca. Sesuai dengan prinsip psikologi
39
Disekolah guru dapat mengajak peserta didik untuk membaca menelaah buku-buku yang menarik di perpustakaan dan memberi tugas yangsumbernya dicari di perpustakaan. Guru dapat pula mewajibkan peserta didik
membaca sebuah buku setiap minggu, dan orang tua wajib menandatangani laporannya. Guru dibantu pustakawan sebaiknya mengajarkan juga kepada peserta didik bagaimana menggunakan perpustakaan; mengenal, mencari
mengumpulkan, mengorganisasikan informasi, dan menyajikan hasil yang dibutuhkan.
40
Sekolah dapat menumbuhkan minat baca siswa dengan menjadikan perpustakaan bersifat aktif dan kondusif.Perpustakaan sekolah dapat mengadakan kelompok baca, hari baca, wajib baca, jam baca da;am seminggu, bedah
buku, story telling, berbagai macam perlombaan seperti membuat cerpen, membuat puisi, resensi buku. Dan untuk merangsang siswa untuk mengunjungi perpustakaan pihak penyelenggara perpustakaan sekolah juga dapat memberikan
rangsangan berupa pemberian hadiah atau penghargaan bagi pengunjung anggota yang rajin mengunjungi perpustakaan.
39
Wahyudiati.”Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Untuk Menumbuhkan Minat Baca”. Artikel ini ditelusur tanggal 28 Juli 2009 melalui situs
http:pustaka.uns.ac.id?opt=1001menu=newsoption=detailnid=132
40
Ibid.
BAB III GAMBARAN UMUM