Pengaruh Jenis Bahan Office Bleaching Hidrogen Peroksida 35% Dan Karbamid Peroksida 35% Terhadap Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofil

(1)

PENGARUH JENIS BAHAN OFFICE BLEACHING

HIDROGEN PEROKSIDA 35% DAN KARBAMID

PEROKSIDA 35% TERHADAP KEKASARAN

PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFIL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

DISUSUN OLEH : MAHARI LESTARI

NIM.080600036

Oleh :

MAHARI LESTARI NIM : 080600036

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2012

Mahari Lestari

Pengaruh Jenis Bahan Office Bleaching Hidrogen Peroksida 35% Dan Karbamid Peroksida 35% Terhadap Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofil

xii + 66 halaman

Hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% merupakan bahan office bleaching yang sering digunakan saat ini. Bahan bleaching tersebut tidak hanya memberi efek kepada rongga mulut melainkan juga pada restorasi yang terdapat pada gigi yang dibleaching. Resin komposit nanofil merupakan salah satu resin komposit terbaru yang sering digunakan saat ini. Kekasaran permukaan adalah hal yang umum dianalisis untuk mengetahui adanya efek negatif yang ditimbulkan oleh bahan bleaching. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh jenis bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil.

Penelitian dilakukan dengan 30 sampel resin komposit nanofil berbentuk tablet dengan diameter 5 mm dan tebal 2 mm yang telah dipolis dan diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam. Sampel dibagi dalam tiga kelompok, kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan (kelompok I), kelompok yang diaplikasikan


(3)

hidrogen peroksida 35% selama 30 menit (kelompok II), dan kelompok yang diaplikasikan karbamid peroksida 35% selama 30 menit (kelompok III).

Hasil penelitian menunjukkan nilai kekasaran permukaan sampel, yaitu 0,168 ± 0,017 µm pada kelompok kontrol, 0,200 ± 0,029 µm pada kelompok hidrogen peroksida, dan 0,171 ± 0,016 µm pada kelompok karbamid peroksida. Uji anova menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan diantara ketiga kelompok dengan nilai signifikasi 0,005. Analisa data dilanjutkan dengan uji LSD yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok hidrogen peroksida dengan nilai signifikasi 0,003 dan antara kelompok hidrogen peroksida dan karbamid peroksida dengan nilai signifikasi 0,006. Sedangkan antara kelompok kontrol dan karbamid peroksida tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai signifikasi 0,763.

Kata kunci : efek bahan office bleaching, kekasaran permukaan resin komposit Daftar Rujukan : 28 (1995-2011)


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 2 Oktober 2012

OLEH:

Pembimbing I

NIP : 19560105 198203 2 002 Cut Nurliza,drg., M.Kes

Pembimbing II

NIP : 19850626 200912 2 005 Fitri Yunita Batubara,drg

Mengetahui

Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

NIP : 19560105 198203 2 002 Cut Nurliza,drg., M.Kes


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi Berjudul

PENGARUH JENIS BAHAN OFFICE BLEACHING HIDROGEN PEROKSIDA 35% DAN KARBAMID PEROKSIDA 35% TERHADAP KEKASARAN

PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFIL Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NIM : 080600036 MAHARI LESTARI

Telah dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 2 Oktober 2012

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Susunan Tim Penguji Skripsi

Ketua Penguji

NIP. 19560105 198203 2 002 Cut Nurliza, drg., M.Kes.

Anggota Tim Penguji Lain

Nevi Yanti, drg., M.Kes

NIP. 19631127 199203 2 004 NIP. 19450702 197902 1 001 Bakrie Soeyono, drg.

NIP. 19850626 200912 2 005 Fitri Yunita Batubara, drg

Medan, 2 Oktober 2012 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Ketua,

NIP. 19560105 198203 2 002 Cut Nurliza, drg., M.Kes.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta, H. M. Sumarno, BA dan Hj. Margianti yang telah begitu banyak memberikan pengorbanan untuk membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, cinta dan semangat yang tidak dapat terhitung. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada masku, dr. Mahendra Giri Atmaja, mbakku, Mahesti Utami, SP. Msi. dan Mayasari, SH., M.Kn., serta adikku Mukti bima Satria yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Cut Nurliza, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen penasihat akademik yang telah banyak meluangkan


(7)

waktu, tenaga, pemikiran, kesabaran, dukungan, bimbingan dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Fitri Yunita Batubara, drg. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran, kesabaran, dukungan, bimbingan dan semangat kepada penulis.

4. Seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi FKG USU terutama Departemen Ilmu Konservasi Gigi yang telah memberikan bantuan, saran dan bimbingan kepada penulis.

5. Drs. Suparmin, MT. selaku Kepala Bagian Laboratorium Mesin Politeknik Negeri Medan dan Drs. Moch. Agus Zaenuri selaku Kepala Bagian Laboratorium CMC Politeknik Negeri Medan atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan penelitian.

6. Riyanto Sinaga, S.Si., M.Si. selaku kepala Laboratorium Biologi LIDA Fakultas MIPA USU dan M.Ridwan Hrp, S.Si selaku laboran serta Eka Prasetiawan selaku asisten laboratorium atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian.

7. Maya Fitria, SKM., M.Kes. selaku staf pengajar di Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU yang telah memberikan bimbingan mengenai analisa statistika kepada penulis.

8. Kakanda Resty yang selalu memberikan bantuan, masukan, motivasi dan bimbingan yang sangat berguna selama penulis mengerjakan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Eric, Putri, Kak Febby, Yuyu, Ayi, Mina, Hanum, Astri, Bella, Lailan, Tia, Sari, Tika, Runggu, Tio serta teman-teman


(8)

angkatan 2008 yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, harapan dan kebersamaan kita selama penulis mendapat pendidikan di FKG USU ini. 10.Semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dan memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa materi serta pembahasan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua. Akhirnya penulis panjatkan doa kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, semoga melimpah rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Medan, 2 Oktober 2012

Penulis,

Mahari Lestari NIM. 080600036


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemutihan Gigi ... 7

2.2 Resin Komposit ... 16

2.3 Resin Komposit Nanofil ... 20

2.4 Kekasaran Permukaan Restorasi ... 21

2.5 Metode Pengukuran Kekasaran Permukaan ... 23

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 25

3.2 Hipotesa Penelitian ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 28

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

4.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 28


(10)

4.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 33

4.6 Prosedur Penelitian ... 38

4.7 Metode Analisa Data ... 44

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Kekasaran Permukaan Sampel Kelompok I ... 45

5.2 Kekasaran Permukaan Sampel Kelompok II ... 46

5.3 Kekasaran Permukaan Sampel Kelompok III ... 47

5.4 Analisis Hasil Penelitian ... 48

BAB 6 PEMBAHASAN ... 50

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 56

7.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pemilihan Prosedur Pemutihan Gigi ... 11

2. Nilai Kekasaran Permukaan Kelompok I (Kontrol)... 45

3. Nilai Kekasaran Permukaan Kelompok II ... 46

4. Nilai Kekasaran Permukaan Kelompok III ... 47

5. Tabel Hasil Uji Anova ... 48


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ilustrasi mekanisme bleaching oleh agen aktif peroksida ... 8

2. Skema ilustrasi reaksi oksidasi hidrogen peroksida pada kromofor ... 9

3. Lama waktu penguraian bahan pemutih menjadi peroksida ... 15

4. Stylus profilometer mitutoyo surftest sj-201 ... 24

5. Sampel resin komposit nanofil ... 29

6. Master model ... 35

7. a. Semen Stopper ... 35

b. Pinset ... 35

c. Instrumen Plastis ... 35

d. Spuit ... 35

8. a. Enhance ... 35

b. Besi padat 1 kg ... 35

c. Microbrush ... 35

d. Fine finishing bur ... 35

e. Kertas timah ... 35

f. Object Glass ... 35

9. Tempat penyimpanan sampel ... 35

10. Micromotor ... 35

11. Light curing unit ... 35

12. Inkubator ... 36

13. Stylus profilometer ... 36

14. Resin komposit nanofil ... 37

15. Pasta polis resin komposit ... 37

16. Bahan office bleaching hidrogen peroksida 35% ... 37


(13)

18. a. Air destilata ... 37

b. Alkohol 96% ... 37

19. a. Resin komposit nanofil dimasukkan ke dalam mould dengan menggunakan instrument plastis ... 38

b. Resin komposit nanofil dipadatkan ke dalam mould dengan menggunakan semen stopper ... 38

20. a. Cellophane strip ... 39

b. Object glass diletakkan di atas mould yang sudah terisi penuh ... 39

21. Besi padat 1 kg diletakkan selama 30 detik di atas mould ... 39

22. Penyinaran sampel selama 20 detik ... 39

23. a. Permukaan sampel yang disinar dan dipolis ... 40

b Permukaan bawah sampel ... 40

24. a. Sampel dipolis dengan fine finishing bur dengan menggunakan high speed ... 40

b. Sampel dipolis dengan enhance dan pasta polis dengan menggunakan mikromotor ... 40

25. Sampel dimasukkan ke dalam inkubator... 41

26. Pencampuran powder dan liquid dengan menggunakan microbrush .. ... 42

27. Pengaplikasian bahan bleaching di atas permukaan sampel ... 42

28. Penyinaran sampel ... 42

29. Pengaplikasian karbamid peroksida 35% di atas permukaan sampel ... 43


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur pikir ... 62

2. Alur penelitian ... 64

3. Analisis Data Anova Satu Arah ... 65


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa sekarang estetika menjadi pertimbangan utama dalam segala aspek kehidupan. Atas dasar tersebut setiap orang berusaha untuk bisa tampil prima pada setiap kesempatan.Senyum dengan gigi geligi sehat putih cemerlang adalah senyum yang menguatkan citra positif seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.1,2

Keinginan masyarakat untuk mendapatkan senyum yang lebih cerah dan lebih putih menyebabkan kebutuhan pelayanan gigi kosmetik meningkat. Salah satu bentuk pelayanan gigi kosmetik adalah pemutihan gigi (dental bleaching).Pemutihan gigi merupakan alternatif konservatif untuk mengembalikan fungsi estetik dari gigi yang mengalami perubahan warna sehingga dapat dicapai warna gigi yang lebih terang. Perubahan warna gigi terutama gigi permanen anterior merupakan salah satu alasan penderita untuk mencari perawatan gigi estetik. 3-5

Pemutihan gigi vital dapat dilakukan di rumah (home bleaching) dan di praktek dokter gigi (office bleaching). Pada home bleaching sering digunakan karbamid peroksida konsentrasi rendah yaitu 10%-22%, sedangkan pada office bleaching digunakan hidrogen peroksida dan karbamid peroksida konsentrasi tinggi, yaitu 35%-50%. Office bleaching sering dilakukan pada pasien yang tidak mempunyai waktu yang cukup banyak untuk melakukan home bleaching dan menginginkan efek pemutihan gigi yang cepat dan lebih jelas. 6-8


(16)

Hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% merupakan dua agen office bleaching yang sering digunakan saat ini. Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia reaktif yang sangat tidak stabil, jernih, tidak berbau dan bersifat asam. Hidrogen peroksida mengandung unsur hidrogen dan oksigen (H2O2) yang dapat

terurai menjadi radikal bebas. Sedangkan karbamid peroksida yang memiliki struktur kimia CO(NH2)2.H2O2 merupakan senyawa kimia organik yang terdiri dari hidrogen

peroksida dan urea. Karbamid peroksida merupakan keadaan dimana hidrogen peroksida dalam keadaan lebih stabil.1,2,9

Bahan aktif bleaching sangat reaktif dalam mengurai senyawa-senyawa diskolorasi (staining) yang terdapat di ekstrinsik maupun intrinsik struktur gigi. Sifat reaktif dari bahan aktif bleaching ini dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan di dalam rongga mulut termasuk terhadap bahan restorasi yang terdapat di dalam rongga mulut seperti amalgam, porselen, ormocer, glass ionomer, kompomer dan restorasi resin komposit.1,10

Saat ini restorasi resin komposit sangat sering ditemukan pada gigi geligi yang akan dilakukan proses pemutihan, baik pada gigi anterior maupun posterior. Hal ini dikarenakan resin komposit memiliki estetik yang sangat baik, tidak mudah larut dalam cairan mulut, tahan terhadap dehidrasi dan relatif mudah untuk dimanipulasi. Kekurangan dari resin komposit yaitu sifat pengerutan saat polimerisasi dan koefisien termal ekspansinya yang tinggi.2,11,12

Jenis resin komposit terbaru yang sedang dikembangkan saat ini adalah resin komposit nanofil. Resin komposit nanofil memiliki sifat kombinasi antara kekuatan mekanik dengan permukaan polis yang sangat baik. Resin komposit nanofil memiliki


(17)

permukaan yang lebih halus dan mengkilat, pengkerutan (shrinkage) polimerisasi yang lebih minim dan resistensi yang lebih baik serta memiliki daya atrisi yang lebih rendah bahkan dapat digunakan untuk restorasi regio posterior sekalipun. Hal ini menyebabkan resin komposit nanofil banyak digunakan saat ini.13

Sebelum prosedur bleaching dilakukan , sebaiknya karies yang terdapat pada gigi ditumpat terlebih dahulu dan restorasi yang bocor diganti untuk mencegah bahan aktif bleaching masuk melalui tubulus dentin sehingga mungkin dapat mengiritasi pulpa dan menyebabkan gigi sensitif. Perawatan bleaching juga dapat menjadi prosedur pra restoratif sebelum dilakukan prosedur restorasi dengan resin komposit, veneer atau mahkota porselen. 14

Restorasi resin komposit sering diganti setelah proses bleaching dilakukan. Hal ini dikarenakan oleh efek fisik-mekanik negatif yang mungkin terjadi pada restorasi akibat proses bleaching. Perubahan warna pada resin komposit setelah proses bleaching merupakan salah satu alasan yang relevan sehingga perlu dilakukan penggantian restorasi. Pasien disarankan untuk melakukan penggantian restorasi resin komposit setelah warna gigi dan nilai kuat ikatan resin komposit ke enamel telah stabil yaitu minimal 2 minggu setelah proses bleaching dilakukan.13,14

Efek bleaching terhadap restorasi resin komposit dapat bervariasi tergantung pada komposisi resin komposit dan bahan bleaching, serta frekuensi dan lamanya waktu aplikasi bahan bleaching terhadap permukaan restorasi resin komposit. Beberapa penelitian menyatakan bahwa bleaching dapat meningkatkan kekasaran permukaan resin komposit secara signifikan serta mempengaruhi nilai kuat ikatan antara restorasi resin komposit dengan enamel. Bleaching juga dapat menyebabkan


(18)

perubahan kekerasan permukaan dan warna pada resin komposit, serta menimbulkan keretakan dan marginal mikroleakage pada restorasi resin komposit. Perubahan kekerasan dan kekasaran permukaan restorasi resin komposit adalah hal yang umum digunakan untuk menganalisis efek negatif yang mungkin timbul dikarenakan oleh agen aktif bleaching .5,13

Kekasaran permukaan restorasi resin komposit merupakan suatu hal yang penting bagi para peneliti dan praktisi karena kekasaran permukaan berhubungan dengan retensi plak yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva dan awal karies. Kolonisasi bakteri berawal dari keadaan permukaan yang tertimbun plak. Selain itu, warna dari resin komposit dapat menjadi lebih gelap karena adanya permukaan yang kasar dan tidak memantulkan cahaya sehingga mengurangi estetik.2,15

Studi yang dilakukan Wattanapayungkul et al (2004) menunjukkan resin komposit yang telah diaplikasikan bahan pemutih peroksida dengan konsentrasi rendah dapat meningkatkan kekasaran permukaan resin komposit secara signifikan. Namun, karena nilai kekasaran permukaan tidak melebihi 0,2 µm yang merupakan batas kritis untuk retensi dan akumulasi plak, hasilnya tidak terlihat secara signifikan secara klinis.10

Silva et al (2005) menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan tidak terdapat peningkatan kekasaran permukaan yang signifikan secara statistik pada resin komposit nanofil yang telah di bleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida. Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian yang dilakukan Morales et al (2006), hasil penelitian mereka menunjukkan peningkatan kekasaran permukaan yang signifikan secara statistik pada resin komposit nanofil setelah dilakukan perawatan


(19)

bleaching dengan menggunakan karbamid peroksida 10% dan hidrogen peroksida 35%. 5,9

Penelitian Denny et al (2010) menyatakan bahwa terdapat peningkatan kekasaran permukaan pada resin komposit setelah prosedur in office bleaching dengan menggunakan bahan pemutih hidrogen peroksida 25% dan 35% . Kekasaran permukaan yang ditimbulkan oleh bahan pemutih hidrogen peroksida 25% pada resin komposit lebih tinggi dibandingkan hidrogen peroksida 35%. Hal ini dikarenakan kekuatan bahan hidrogen peroksida lebih tergantung pada volume frekuensi pemakaian dibandingkan dengan persentasi volume peroksida. 2

Sharafeddin et al (2010) menyatakan bahwa karbamid peroksida 35% tidak memberikan efek yang signifikan terhadap kekasaran permukaan baik pada komposit nanofil maupun resin komposit mikrofil. Beberapa hasil studi penelitian lainnya menyatakan karbamid peroksida 10% dan 35% memberikan efek ringan terhadap perubahan permukaan resin komposit. Sehingga efek bleaching terhadap kekasaran permukaan resin komposit masih menjadi perdebatan hingga kini.15

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa belum ada penelitian mengenai pengaruh hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil. Perubahan mungkin dapat terjadi pada resin komposit selama proses bleaching dilakukan, sehingga penting untuk dilakukan penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh jenis bahan bleaching yang berbeda terhadap resin komposit nanofil dengan menganalisis perubahan kekasaran permukaan yang timbul pada resin komposit nanofil.


(20)

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah, yaitu :

1. Apakah terdapat pengaruh bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil?

2. Apakah terdapat perbedaan bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui adanya pengaruh jenis bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil.

2. Mengetahui adanya perbedaan jenis bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Menambah informasi mengenai pengaruh jenis bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil.

2. Menambah pengetahuan dan pertimbangan klinis bagi dokter gigi untuk melakukan perawatan pemutihan gigi pada pasien dengan restorasi resin komposit.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Perubahan warna yang terjadi pada gigi anterior sering menimbulkan masalah estetika yang sangat mempengaruhi penampilan, terutama bagi wanita muda dengan profesi yang menuntut penampilan yang prima. Perubahan warna gigi dapat mengakibatkan terjadinya kompleks psikologis dan menimbulkan rasa rendah diri. 3,11

Keinginan penderita untuk mendapatkan senyum yang lebih cerah dan lebih putih menyebabkan kebutuhan pelayanan gigi kosmetik meningkat. Salah satu bentuk pelayanan gigi kosmetik adalah pemutihan gigi (dental bleaching).3

2.1 Pemutihan Gigi

Pemutihan gigi adalah suatu tindakan untuk mencerahkan atau menghilangkan noda pada permukaan gigi secara kimiawi dengan menggunakan aplikasi larutan peroksida yang kuat. Pemutihan gigi merupakan alternatif konservatif dalam mengembalikan nilai estetika gigi. Teknik ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain lebih baik dari segi estetik, tidak mengambil jaringan keras gigi dan teknik perawatan relatif lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan mahkota tiruan. 1,15

Keberhasilan perawatan pemutihan gigi untuk dapat memberikan sensasi warna gigi lebih putih dari sebelumnya sangat tergantung pada jenis stain yang terdapat dalam struktur gigi, lokasi, dan seberapa dalam kemampuan agen aktif bleaching untuk berpenetrasi ke dalam email dan dentin.1


(22)

2.1.1 MekanismePemutihan Gigi

Bahan yang dapat menghasilkan warna dalam larutan atau permukaan merupakan senyawa organik yang memiliki rantai konjugasi yang panjang baik dalam bentuk ikatan tunggal maupun rangkap. Bahan tersebut mengandung heteroatom, karbonil, dan cincin fenil dalam sistem konjugasi dan sering dikenal dengan sebutan kromofor. Pemutihan dan diskolorisasi kromofor dapat terjadi melalui perusakan satu atau lebih ikatan rangkap dalam rantai konjugasi, dengan memotong rantai konjugasi, atau dengan mengoksidasi molekul kimia lainnya dalam rantai konjugasi.16

Bahan pemutih gigi memiliki berat molekul yang sangat rendah sehingga mampu berdifusi ke dalam email dan dentin, selanjutnya peroksida akan mengalami dekomposisi menjadi radikal-radikal bebas tidak stabil yang akan mengganggu molekul-molekul pigmen besar (kromofor) di dalam struktur gigi melalui reaksi oksidasi ataupun reduksi. Proses oksidasi-reduksi mengubah struktur substansi organik yang berinteraksi pada gigi sehingga menghasilkan perubahan warna.1,3


(23)

Radikal bebas merupakan elektron yang tidak berpasangan dan akan terus bereaksi sampai staining terurai menjadi molekul-molekul sederhana yang bersifat sedikit merefleksikan cahaya spesifik dari stain, yaitu terjadi pengurangan atau eliminasi discoloration. Sampai suatu saat akan dicapai suatu titik dimana molekul-molekul sederhana yang terbentuk maksimum, keadaan ini disebut dengan saturation point (titik jenuh). Pada titik ini kerusakan struktur gigi dimulai, kehilangan email menjadi lebih cepat. Oleh karena itu pemutihan gigi harus segera dihentikan ketika titik jenuh dicapai untuk meminimalkan kerapuhan gigi dan meningkatnya porositas. Pemutihan gigi optimum akan memberikan putih maksimum, akan tetapi pemutihan gigi yang berlebihan dapat merusak email.1,16

Oksidasi merupakan reaksi kimia bahan-bahan organik yang diakhir reaksinya akan menghasilkan CO2 dan air. Proses ini dapat dipercepat menggunakan pemanasan

dengan sinar berintensitas cahaya rendah atau sinar dengan intensitas cahaya yang

Gambar 2. Skema ilustrasi reaksi oksidasi hidrogen peroksida pada kromofor1,16


(24)

tinggi, misalnya sinar kuring komposit konvensional, sinar laser, sinar plasma arc dengan intensitas tinggi. Kecepatan reaksi akan meningkat 2-3 kali setiap peningkatan 10°C suhu, sehingga sebaiknya proses bleaching dilakukan di dalam rentang suhu ruangan yang aman (21-24°C). 1,3,6,16

2.1.2 Teknik Pemutihan Gigi

Teknik pemutihan gigi dapat diklasifikasikan menurut vitalitas gigi yaitu pemutihan gigi vital dan nonvital. Intracoronal bleaching dilakukan pada gigi nonvital yang telah dirawat endodontik dengan meletakkan bahan bleaching dalam kamar pulpa. Intracoronal bleaching dapat dilakukan dengan walking bleach dan termokatalitik atau kombinasi kedua teknik tersebut.6

Pemutihan gigi vital dapat dilakukan di klinik dokter gigi (in-office) dan di luar klinik (home bleaching).Home-bleaching dilakukan sendiri oleh pasien di rumah dibawah pengawasan dokter gigi dengan menggunakan teknik nightguard vital bleaching. Teknik ini digunakan pada kasus perubahan warna yang ringan dengan menggunakan alat bantu berupa tray atau custom fitted tray yang fungsinya untuk menahan karbamid peroksida agar dapat berkontak dengan gigi selama proses pemutihan.20

Pada home-bleaching, tray digunakan pada malam hari saat tidur selama 6-8 jam karena pada malam hari aktivitas mulut dan aliran saliva paling sedikit. Proses pemutihan dapat berlangsung 7-14 hari tergantung warna yang dikehendaki. Apabila ada rasa sensitif pada gigi dan gingiva maka pemutihan dapat dihentikan terlebih dahulu sampai sembuh dan pemutihan dapat dilanjutkan.17


(25)

Pada kasus pasien yang tidak` dapat menggunakan prosedur pemutihan di rumah karena berbagai alasan, misalnya waktu perawatan lama, pemakaian sendok cetak yang tidak nyaman dan mengiritasi atau rasa tidak enak, iritasi gingiva atau perut karena bahan pemutih. Pasien disarankan untuk melakukan perawatan di klinik atau office bleaching untuk mendapatkan hasil pemutihan yang lebih cepat tanpa pemakaian sendok cetak yang lama. Bahan office bleaching diaplikasikan dengan ketebalan sekitar 1 mm pada permukaan gigi. 3,11,20

Tabel 1. PEMILIHAN PROSEDUR PEMUTIHAN GIGI 3

Pemutihan gigi di rumah

Pemutihan gigi di klinik Pemutihan gigi di klinik

dengan kombinasi kekuatan sinar

Pilihan penderita

Penderita dengan perubahan warna gigi ringan, ingin diputihkan satu atau dua tingkat dan punya waktu pemakaian di rumah

Penderita dengan perubahan warna gigi ringan sampai akut, ingin efek pemutihan yang lebih nyata

Penderita dengan perubahan warna gigi ringan sampai berat, ingin hasil langsung

Bahan yang digunakan

Carbamide peroxide

(10-22%) atau gel pemutih non peroxide

Carbamide peroxide (34-44%)

Hydrogen peroxide (30-50%)

Lokasi Rumah, 2-4 jam perhari Klinik gigi Klinik gigi Teknik Buat sendok cetak di

klinik.

Sendok cetak dan cairan pemutih dibawa pulang, kembali ke kelinik periodic untuk control perubahan

Carbamide peroxide

diaplikasikan pada sendok cetak, dimasukkan mulut sedikitnya 30 menit tiap perawatan. Aplikasi tambahan dilakukan penderita di rumah

Cairan diaplikasikan pada gigi dan diaktivasi dengan sumber panas atau sinar khusus

Hasil Butuh 3-4 minggu untuk mengukur hasil yang terlihat

Beberapa kasus hasil terlihat setelah 30 menit perawatan

Beberapa kasus tampak perubahan warna langsung setelah 30 menit perawatan Rata-rata

jumlah perawatan

Sekali sehari selama 2-3 jam untuk 4-6 minggu

Dapat digunakan sebagai perawatan pertama untuk perawatan harian dirumah

Satu visit. Pemakaian di rumah disarankan tergantung noda gigi yang akan dihilangkan.


(26)

Pengaplikasian bahan bleaching karbamid peroksida membutuhkan penggunaan tray. Pada tray dibuat reservoir pada bagian bukal sebagai tempat bahan bleaching diaplikasikan, yaitu 1-1,5 mm dari servikal dan 1 mm dari insisal/oklusal. Sedangkan bahan bleaching hidrogen peroksida diaplikasikan dengan ketebalan 0,5-1 mm pada permukaan gigi yang diputihkan.6,20

2.1.3 Bahan Pemutih Gigi

Kandungan utama bahan pemutih gigi tergantung dari produsen pembuatnya, diantaranya hidrogen peroksida, karbamid peroksida atau urea peroksida atau sistem non hidrogen peroksida yang mengandung sodium klorida, oksigen dan natrium fluorida. Beberapa produk mengandung bahan tambahan potasium nitrat dan fluor untuk membantu mengurangi sensitivitas gigi.3,19,20

Bahan pemutih gigi yang umum dipakai adalah hidrogen peroksida dengan berbagai konsentrasi. Natrium perborat dan karbamid peroksida merupakan bahan kimia yang sedikit demi sedikit mengalami degradasi dan melepaskan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida dan karbamid peroksida diindikasikan untuk pemutihan secara eksternal sedangkan natrium perborat dipakai untuk pemutihan secara internal.14

Perawatan home bleaching biasanya menggunakan karbamid peroksida dengan konsentrasi 10%-22%, sedangkan in office bleaching biasanya menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 35%-50%. Bleaching juga dapat menggunakan karbamid peroksida konsentrasi tinggi untuk in office bleaching ataupun hidrogen peroksida konsentrasi rendah untuk home bleaching.6


(27)

a. Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia reaktif yang mengandung unsur hidrogen dan oksigen (H2O2). Bentuk murni berupa likuid tidak berwarna dan

bentuk sediaan komersial berupa larutan dalam air yang mengandung 33-37% hidrogen peroksida murni dan bahan lainnya untuk mencegah produk mengalami dekomposisi.1

Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan mengalami dekomposisi secara perlahan serta melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat larut dalam air dan menyebabkan suasana asam. Hidrogen peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi namun yang paling banyak digunakan adalah konsentrasi 30-35%. Hidrogen peroksida bersifat kaustik dan dapat membuat jaringan terbakar jika terjadi kontak. Hidrogen peroksida juga melepaskan radikal bebas yang toksik, anion perhidroksil, ataupun keduanya. Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi tinggi harus ditangani dengan hati-hati karena bersifat tidak stabil secara termodinamis dan dapat meledak kecuali jika disimpan dalam lemari pendingin dan dimasukkan dalam wadah yang gelap.4,6

b. Karbamid Peroksida

Karbamid peroksida disebut juga urea peroksida karena kombinasi urea dan hidrogen peroksida. Karbamid peroksida tidak berwarna, tidak berbau, tidak toksik, dan berbentuk Kristal putih yang dapat larut dalam alkohol, eter dan air. Karbamid peroksida dapat digunakan dalam dua konsentrasi, yaitu konsentrasi tinggi (30-50%)


(28)

yang dipakai untuk metode in office bleaching dan konsentrasi rendah (10-16%) yang digunakan untuk metode home bleaching.20

Karbamid peroksida telah digunakan sebagai bahan pemutih gigi sejak tahun 1989 dan merupakan bahan yang sering dipakai dalam perawatan pemutihan gigi vital menggunakan teknik home bleaching. Pemutihan gigi menggunakan karbamid peroksida 10% disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika (ADA), Kanada (FDA) dan Eropa (SCCNFP) karena lebih aman, murah dan efektif untuk pemutihan gigi vital.3,20

Bahan pemutihan gigi dengan karbamid peroksida biasanya juga mengandung gliserin atau propilen glikol, sodium stanat, asam fosfat atau asam sitrat, dan zat perasa tambahan. Dalam beberapa bahan, karbopol, polimer asam poliakrilat yang larut air, ditambahkan sebagai bahan pengental serta untuk memperpanjang waktu penyimpanan. Karbopol juga dapat menambah kekentalan dan daya lekat serta memperlambat proses pelepasan oksigen dari karbamid sehingga memungkinkan oksigen bereaksi lebih lama dengan bahan yang menyebabkan pewarnaan.6,20

Karbamid peroksida memiliki rumus kimia CO(NH2)2.H2O2 yaitu senyawa

organik terdiri dari hidrogen peroksida dan urea 1:1. Sedangkan karbamid peroksida merupakan keadaan dimana hidrogen peroksida dalam keadaan lebih stabil. Pada karbamid peroksida 10% mengandung 3,6% hidrogen peroksida dan 6,4% urea, sedangkan pada 35% karbamid peroksida setara dengan 12% hidrogen peroksida.1,20

Urea dalam karbamid peroksida berperan sebagai penstabil agar efek bahan tersebut lebih panjang dan berperan memperlambat proses pelepasan hidrogen peroksida. Agar efek karbamid peroksida maksimal, dibutuhkan waktu yang lama


(29)

untuk berkontak dengan gigi. Urea dalam karbamid peroksida dengan berat molekul yang rendah dapat bergerak bebas ke dalam email dan dentin pada saat proses degradasi ammonia, dan karbondioksida akan dilepas sehingga akan meningkatkan pH. Proses buffer dapat meningkatkan efek pemutihan karena produksi ion perhidrol meningkat sehingga proses oksidasi juga akan bertambah. Selain itu, urea juga mempunyai efek pembersih untuk menetralkan asam dan menghilangkan noda-noda pada gigi. 6,19,20

Perbedaan penting dari hidrogen peroksida dan karbamid peroksida adalah tingkat kecenderungan melepas peroksida. Urea menstabilkan karbamid peroksida sehingga lebih lambat terurai menjadi peroksida daripada hidrogen peroksida. Karbamid peroksida melepaskan sekitar 50% peroksida dalam dua jam pertama, kemudian sisanya dilepaskan selama 6 jam kedepan. Hidrogen peroksida akan terurai melepaskan peroksida sepenuhnya dalam waktu sekitar satu jam pertama sehingga diperkirakan hidrogen peroksida dapat berefek lebih besar terhadap pulpa dibanding karbamid peroksida.12,19


(30)

2.2 Resin Komposit

Resin komposit merupakan bahan tumpatan yang banyak digunakan saat ini karena warnanya yang menyerupai gigi asli, bebas merkuri, tidak menghantarkan panas, dan memiliki ikatan adhesif dengan struktur gigi. Bahan ini juga menunjukkan tingkat estetika, kekuatan, dan keawetan yang sangat baik meskipun tidak dapat melepaskan fluoride.2,11,12

Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen. Kandungan utama yaitu matriks resin, partikel pengisi dan bahan coupling silane. Disamping ketiga bahan tersebut, diperlukan beberapa komponen lain untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan seperti aktivator-aktivator untuk polimerisasi resin dan pigmen untuk memberikan warna pada bahan sehingga sesuai dengan warna gigi. Sejumlah kecil bahan tambahan lain meningkatkan stabilitas warna (penyerap sinar ultra violet) dan mencegah polimerisasi dini (bahan penghambat seperti hidroquinon).12,14,21

2.2.1 Matriks Resin

Bahan komposit banyak menggunakan monomer yang merupakan diakrilat aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis-GMA), Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA) merupakan Dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit. Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada temperatur ruang. Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari pada metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan polimerisasi Bis-GMA dan UDMA merupakan


(31)

cairan yang memiliki kekentalan tinggi karena memiliki berat molekul yang tinggi.14,21

2.2.2 Partikel Bahan Pengisi

Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit, berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan kekerasan.12,21

Ukuran partikel pengisi yang besar cenderung dapat tertarik dari matriks resin ke permukaan restorasi ketika restorasi berada dibawah fungsi atau terkikis oleh makanan dan penyikatan gigi, sehingga menghasilkan keausan dari matriks resin dan permukaan yang kasar pada restorasi. Partikel pengisi yang berukuran lebih kecil tidak mudah tertarik dari matriks resin dan karena itu menyebabkan lebih sedikit keausan akibat pemakaian. Partikel pengisi dengan ukuran yang lebih kecil menghasilkan permukaan yang lebih halus setelah proses finishing dan polis.14

2.2.3 Bahan Pengikat

Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin matriks. Adapun kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik resin, dan untuk menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini akan berkurang ketika komposit menyerap air dari penetrasi bahan pengisi resin. Bahan


(32)

pengikat yang paling sering digunakan adalah organosilanes. Zirconates dan titanates juga sering digunakan.12

2.2.4 Sifat-Sifat Resin Komposit

Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasan dan karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini.12,14

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu.12,14

Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).12,21

Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.12,21


(33)

Resin komposit menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah reaksi kimia yang terjadi ketika molekul-molekul resin dengan berat molekul kecil yang disebut monomer bergabung bersama untuk membentuk rantai panjang. Molekul dengan berat molekul besar yang disebut polimer. Resin komposit light cured merupakan tipe resin komposit yang umum digunakan pada praktek pribadi. Intensitas sinar tampak pada gelombang sinar biru mengaktivasi material ini. Sinar biru dengan panjang gelombang antara 400 nm dan 500 nm mengaktivasi diketon, dengan adanya organik amin, menyebabkan resin terpolimerisasi. Komponen ini keduanya ada dalam komposit dan tidak bereaksi sampai sinar memulai reaksi. Agar polimerisasi sempurna, direkomendasikan ketebalan restorasi resin komposit kurang dari atau sama dengan 2 mm. Kedalaman polimerisasi tergantung pada lokasi dan warna dari restorasi. Area interproksimal mungkin membutuhkan waktu tambahan untuk terpolimerisasi sempurna karena akses yang lebih susah. Warna yang lebih gelap juga membutuhkan waktu yang lebih panjang karena sinarnya lebih mudah diabsorbsi oleh warna gelap dan tidak diteruskan melalui material semudah melalui material yang berwarna lebih terang. Misalnya, warna A4 membutuhkan penyinaran aelama 40 detik sedangkan warna A2 hanya 20 detik. Ketka penyinaran, light curing tip diletakkan sedekat mungkin dengan permukaan resin namun tidak sampai bersentuhan. 14,17

2.2.5 Klasifikasi Resin komposit

Pada tahun 1983 Lutz dan Philips mengklasifikasikan resin komposit dalam beberapa jenis, yaitu :17


(34)

- Komposit tradisional dengan rata-rata ukuran partikel pengisi 8-12 µm

- Komposit berbahan pengisi partikel kecil dengan ukuran partikel berkisar antara 1-5 µm

- Komposit hibrid dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,6-1 µm - Komposit mikrofil dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,04-0,4 µm

Jenis partikel pengisi yang berbeda tetapi memilki rentang ukuran yang sama dianggap berada dalam kategori jenis komposit yang sama.

Pada tahun 1994 dan 1995, untung menghindari keraguan atas klasifikasi resin komposit, Bayne dan Studevant mengklasifikasikan resin komposit kedalam beberapa jenis, yaitu :

- Macrofillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 10-100 µm - Midfillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 1-10 µm - Minifillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,1-1 µm - Microfillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,01-0,1 µm - Nanofillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,05-0,01 µm

2.3 Resin Komposit Nanofil

Nanoteknologi (nanoteknologi molekuler atau teknik molekuler) adalah suatu teknologi yang memproduksi filler yang memiliki ukuran struktur nanometer (nm) dengan menggunakan metode prepolimerisasi. Resin komposit nanofil terbuat dari zirkonium/silika atau nanosilika dengan ukuran 20 nm dan memiliki rata-rata ukuran filler antara 0,6-1,4 µm. Jenis matriks resin yang dikandung adalah Bis-GMA, UDMA, TEGDMA dan Bis-EMA. Resin komposit nanofil terbuat dari


(35)

zirconium/silica atau nanosilika ukuran partikel yang sangat kecil, volume anorganik fillernya 78,5%, mudah dilakukan pemolisan, kekuatan baik dan modulus tinggi. Resin komposit nanofil diperkenalkan dipasaran kedokteran gigi dengan tujuan menyediakan hasil estetik yang lebih baik, permukaan yang lebih halus dan mengkilat, pengkerutan (shrinkage) polimerisasi yang lebih minim dan resistensi serta daya penggunaan yang lebih baik dan daya atrisi yang lebih rendah sehingga resin komposit nanofil lebih banyak dipakai oleh kalangan dokter gigi saat ini.11,17,22

Resin komposit nanofil mempunyai keuntungan pada sifat optisnya dan memiliki nilai estetis yang tinggi. Resin komposit nanofil juga dapat mengurangi kontraksi saat proses polimerisasi sehingga meningkatkan kekuatan mekaniknya.17,22

Terdapat dua jenis partikel pengisi pada resin komposit nanofil, yaitu nanomer dan nanokluster. Nanomer adalah silika yang berukuran sangat kecil, hanya 20-70 nanometer dan berikatan secara sempurna dengan matriks resin. Nanokluster adalah SiO2 dan ZrO2 yang saling berikatan dan berukuran 0,4-1 mikron.17

Resin komposit nanofil memiliki karakteristik yang sama baiknya dengan resin komposit mikrohibrid, nanofil dan mikrofil. Resin komposit nanofil memiliki kekuatan sebaik resin komposit mikrohibrid, permukaan polis sebaik resin komposit mikrofil, sehingga kekuatan dan estetika resin berbasis nanokomposit yang telah teruji dapat digunakan baik restorasi anterior maupun posterior.17,22

2.4 Kekasaran Permukaan Restorasi

Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan yang telah diproses akhir dan dipolis, dan diukur dengan satuan mikrometer (μm). Nilai ini


(36)

merupakan ukuran deviasi vertikal suatu permukaan dari bentuk idealnya. Apabila deviasi ini besar, maka permukaan tersebut kasar apabila deviasi ini kecil, maka

permukaan tersebut halus. Kekasaran dianggap sebagai komponen dari permukaan yang telah diukur dengan frekuensi yang tinggi dan panjang gelombang yang

pendek.12,21

Menurut Willems & lainnya (1991) menyatakan kekasaran permukaan dari restorasi harus sama dengan atau lebih rendah daripada kekasaran permukaan enamel pada enamel-enamel di daerah kontak oklusal (Ra = 0.64micron). Attar dan Chung menyatakan bahwa suatu restorasi dinyatakan halus apabila nilai kekasaran permukaannya kurang dari 1 μm dan mendekati nilai kekasaran enamel 0,64 μm. Quirynen dkk. dan Bollen dkk. menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2 μm atau kurang.10,24

Kekasaran permukaan resin komposit pada dasarnya ditentukan oleh ukuran, kekerasan dan jumlah filler, yang semuanya mempengaruhi sifat mekanik dari resin komposit dan fleksibilitas dari bahan finishing, kekerasan dari abrasif dan ukuran grit juga ikut mempengaruhi. Kontak antara permukaan restorasi yang kasar dengan gingiva dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, iritasi dan resesi jaringan lunak yang perlahan. Selain itu, bahan kedokteran gigi dengan permukaan yang kasar dapat memudahkan perlekatan bakteri dan menyulitkan pengangkatannya dengan cara alami atau bahkan dengan metode-metode pembersihan rongga mulut. Kekasaran permukaan juga mempengaruhi penampilan estetik, stabilitas warna, dan pembentukan biofilm.2,9,24


(37)

Yu, et al (2009) menyatakan bahwa stain lebih mudah timbul pada resin komposit yang sudah mengalami proses bleaching daripada resin komposit yang tidak dibleaching. Peneliti meyatakan proses staining yang terjadi disebabkan oleh adanya perubahan kekasaran permukaan yang terjadi pada restorasi.20

2.5 Metode Pengukuran Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan dapat diukur dengan dua metode, antara lain metode sentuhan (contact method) dan metode tanpa sentuhan (non-contact method). Metode

sentuhan dilakukan dengan menarik suatu stylus pengukuran sepanjang permukaan. Alat untuk metode sentuhan ini disebut profilometer atau profile meter. 9,23

Kekasaran permukaan resin komposit nanofil pada penelitian ini di ukur dengan menggunakan Stylus Profilometer. Stylus profilometer terdiri dari tracer head dan amplifier. Rumah tracer head terbuat dari stylus intan yang mempunyai radius 0,013 mm. Stylus merupakan peraba dari alat ukur kekasaran permukaan yang berbentuk konis rata ataupun radius. Tracer head dapat digerakkan sepanjang permukaan benda kerja secara manual maupun menggunakan motor penggeraknya (secara otomatis).23


(38)

Gambar 4. Stylus profilometer

Mitutoyo Surftest SJ-20123

Permukaan yang tidak teratur akan menyebabkan stylus bergerak. Pergerakan stylus ini akan digambarkan dalam bentuk fluktuasi gelombang elektronik oleh treacer head yang kemudian akan diperbesar oleh amplifier sehingga bentuk kekasaran permukaan dapat dilihat dengan menggunakan mata.23


(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Pemutihan restorasi resin komposit nanofil dengan metode in-office bleaching

Hidrogen peroksida 35%

Karbamid peroksida 35%

melepaskan

Peroksida akan terurai menjadi radikal bebas

Radikal bebas memutus ikatan karbon siklik

Radikal bebas memutus ikatan siloxane

Ikatan matriks resin menjadi lemah dan

terdegradasi

Ikatan partikel pengisi dan matriks resin

terlepas

Pengaruh terhadap kekasaran permukaan restorasi resin komposit

nanofil????

12% Hidrogen Urea

Penstabil agar efek bahan bleaching lebih panjang

memperlambat pelepasan hidrogen peroksida


(40)

Berdasarkan bagan di atas dijelaskan bahwa pada gigi geligi yang akan dilakukan proses pemutihan sering ditemukan adanya restorasi resin komposit. Hal ini dikarenakan restorasi resin komposit memiliki kekuatan dan nilai estetik yang baik. Saat ini salah satu jenis resin komposit yang banyak digunakan adalah resin komposit nanofil. Resin komposit nanofil memiliki kekuatan dan estetika yang sangat baik sehingga dapat digunakan baik untuk restorasi anterior maupun posterior.29 Resin komposit nanofil memiliki permukaan yang lebih halus dan mengkilat, pengkerutan (shrinkage) polimerisasi yang lebih minim dan resistensi yang lebih baik serta memiliki daya atrisi yang lebih rendah dari jenis resin komposit lainnya.2,6,17

Pada in office bleaching, agen aktif bleaching yang sering digunakan adalah hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35%. Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia reaktif yang mengandung unsur hidrogen dan oksigen Karbamid peroksida merupakan senyawa organik yang terdiri dari hidrogen

peroksida dan urea. Urea menyebabkan hidrogen peroksida menjadi lebih stabil dan memiliki efek yang lebih panjang serta berperan memperlambat proses pelepasan hidrogen peroksida.1,4,20

Bahan pemutih gigi tidak hanya bereaksi dengan gigi, melainkan juga pada restorasi resin komposit yang terdapat pada gigi geligi yang mengalami proses pemutihan. Radikal-radikal bebas yang dihasilkan oleh bahan pemutih akan memutuskan ikatan karbon siklik yang terdapat pada matriks resin. Reaksi ini akan merubah ikatan karbon siklik menjadi ikatan ganda yang kemudian akan terputus lagi menjadi ikatan tunggal. Proses ini akan terus berlanjut hingga terjadi oksidasi sempurna. Reaksi inilah yang menyebabkan ikatan Bis-GMA menjadi lemah dan


(41)

terdegradasi. Radikal bebas juga dapat memutuskan rantai siloxane. Rantai siloxane yang putus dapat menyebabkan terlepasnya partikel pengisi dari matriks resin sehingga dapat hal ini dapat menimbulkan microscopic cracks yang menyebabkan meningkatnya kekasaran permukaan resin komposit.2,25

Microscopic craks yang terjadi di antara partikel pengisi dan matriks juga dapat menyebabkan terjadinya penetrasi noda dan diskolorisasi pada resin komposit. Penyerapan air yang berlebihan juga dapat meningkatkan kerentanan perubahan warna pada resin komposit. Dimana jenis resin matriks Bis-GMA dan TEGDMA lebih hidrofilik dibanding UDMA sehingga resin komposit yang memiliki jenis matriks UDMA lebih resisten terhadap perubahan warna.25

Radikal-radikal bebas yang didekomposisikan dari hidrogen peroksida dan karbamid peroksida dimungkinkan dapat merusak ikatan matriks dan siloxane pada resin komposit nanofil sehingga dapat menyebabkan perubahan kekasaran permukaan pada resin komposit nanofil. Sehingga perlu untuk diteliti apakah terdapat pengaruh kedua agen aktif bleaching tersebut terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil, karena kekasaran permukaan restorasi merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam menentukan keberhasilan suatu perawatan konservasi gigi.2,6

3.2 Hipotesa Penelitian

Dari uraian yang telah disebutkan maka hipotesis untuk penelitian ini adalah : tidak ada pengaruh bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil.


(42)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Eksperimental laboratorium komparatif

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

1. Departemen Konservasi Gigi FKG USU 2. Laboratorium Biologi Dasar LIDA USU 3. Laboratorium Mesin Politeknik Medan

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari Oktober 2011- September 2012

4.3. Sampel dan Besar Sampel Penelitian

4.3.1. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah resin komposit nanofil yang berbentuk tablet dengan diameter 5 mm dan tebal 2 mm.


(43)

Kriteria sampel adalah sebagai berikut :

1. Sampel resin komposit memiliki permukaan yang halus serta tanpa poreus.

2. Permukaan sampel yang akan diukur kekasaran permukaannya berbentuk bulat sempurna tanpa ada bagian yang hilang.

3. Sampel bersih dan bebas dari kontaminasi bahan lain maupun debris.

4.3.2. Besar Sampel

Jumlah besar sampel pada penelitian eksperimen secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut : 26,27

(t-1) (r-1) ≥ 15

dimana : t = banyaknya kelompok perlakuan r = jumlah replikasi

Dalam penelitian ini terdapat tiga kelompok sampel. Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel (n) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :

d

t

Gambar 5. Sampel resin komposit nanofil. d= diameter 5 mm t = tebal 2 mm11


(44)

(t-1) (r-1) ≥ 15 (3-1) (r-1) ≥ 15 r ≥ 8,5

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk setiap perlakuan adalah 9 buah. Pada penelitian ini dibuat 10 sampel untuk setiap kelompok perlakuan sehingga total sampel adalah 30 buah.

Kelompok I :

Sampel resin komposit nanofil sebanyak 10 buah yang tidak diberi perlakuan (sebagai kontrol).

Kelompok II :

Sampel resin komposit nanofil sebanyak 10 buah yang dilakukan proses bleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida 35% selama 30 menit.

Kelompok III :

Sampel resin komposit nanofil sebanyak 10 buah yang dilakukan proses bleaching dengan menggunakan karbamid peroksida 35% selama 30 menit.


(45)

4.4. Variabel dan Defenisi Operasional

4.4.1. Variabel Penelitian

Variable bebas

 Agen aktif bleaching : - Hidrogen peroksida

35%

- Karbamid peroksida 35%

Variabel tergantung

Kekasaran permukaan resin komposit nanofil

Variabel terkendali

- Ketebalan dan diameter sampel resin komposit nanofil (2 mm dan 5 mm)

- Lama penyinaran ( 20 detik ) - Jenis sinar (LED)

- Jarak penyinaran (1 mm) - Suhu ruangan (21°-24°C) - Konsentrasi bahan pemutih

(hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35%) - Lamanya bahan pemutih

berkontak dengan resin komposit nanofil (30 menit) - Ketebalan aplikasi bahan

pemutih (1 mm)

- Keterampilan / keahlian operator

Variabel tak terkendali

- Kontraksi polimerisasi dari resin komposit nanofil


(46)

a. Variabel Bebas

- Bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% - Bahan pemutih gigi karbamid peroksida 35%

b. Variabel terikat

Kekasaran permukaan resin komposit nanofil dengan satuan µm

c. Variabel terkendali

- Ketebalan dan diameter sampel resin komposit nanofil (2 mm dan 5 mm) - Lama penyinaran ( 20 detik )

- Jenis sinar (LED)

- Jarak penyinaran (1 mm) - Suhu ruangan (21°-24°C)

- Konsentrasi bahan pemutih (hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35%)

- Lamanya bahan pemutih berkontak dengan gigi (30 menit) - Ketebalan aplikasi bahan pemutih (1 mm)

- Keterampilan / keahlian operator sampel

d. Variabel tak terkendali

- Kontraksi polimerisasi dari resin komposit nanofil - Kelembapan sampel


(47)

4.4.2 Defenisi Operasional

VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR SKALA UKUR Variabel Bebas

1 Hidrogen

peroksida 35%

Senyawa kimia reaktif yang mengandung unsur hidrogen dan oksigen (H2O2). Hidrogen peroksida sangat tidak stabil, tidak berbau dan bersifat asam.

Sesuai sediaan dari pabrik

2 ml hidrogen

peroksida likuid 35% + bubuk aktivator 0,3 gr

Karbamid peroksida 35%

Senyawa organik yang terdiri dari hidrogen peroksida dan urea, dimana hidrogen peroksida dalam keadaan lebih stabil.

Sesuai sediaan dari pabrik

1,3 gr jel karbamid peroksida 35%

4.5 Alat dan Bahan Penelitian

4.5.1 Alat Penelitian

Master model yang terbuat dari stainless steel yang terdiri dari 10 buah mould berbentuk lingkaran dengan diameter 5 mm dan tebal 2 mm

− Instrumen plastis (SMIC)

− Semen stopper (Dentica Stainless steel, Indonesia)

− Pinset (Hanz, Italy)

VARIABEL DEFINISI

OPERASIONAL

CARA UKUR SATUAN ALAT UKUR

Variabel Terikat Kekasaran permukaan resin komposit nanofil Ukuran ketidakteraturan dari permukaan resin komposit nanofil yang telah diproses akhir dan dipolis.

Cara ukur dengan menarik suatu stylus

pengukuran sepanjang permukaan sampel dengan metode sentuhan.

µm Stylus Profilometer


(48)

Cellophan sheet

− Kertas timah

− Besi padat seberat 1 kg

Object glass dengan ketebalam 1 mm

− Tempat penyimpanan sampel resin komposit nanofil

Micromotor (Strong, Korea)

High speed

− Lampu LED / Curing unit dengan intensitas penyinaran : ≥ 800 mW/cm2 (Runyes, Ningbo Runyes Medical Instrument Co. Ltd., China)

Enhance (Enhance System, Dentsply Caulk, USA)

Fine finishing bur (Panadent, USA)

Stylus Profilometer (Mitutoyo SJ 201, Japan)

− Inkubator (Sanyo, Japan)

− Kamera digital (Sony DSC-W570, Japan)

− Sarung tangan (Hanscare, Indonesia)

− Masker (M@xsafe, Indonesia)

Stopwatch


(49)

Gambar 6. Master Model Gambar 7. (a) Semen Stopper (b) Pinset ( c) Instrumen Plastis (d) spuit

Gambar 10. Micromotor a

a b

c

b

c

d e

f

Gambar 8. (a) Enhance (b) Besi Padat 1 kg (c) Microbrush (d) Fine finishing bur (e) Kertas timah (f) Object Glass

Gambar 9. Tempat penyimpanan sampel

Gambar 11. Light curing unit

d mould


(50)

4.5.2 Bahan Penelitian

− Resin komposit nanofil Shade A3 (Filtek Z350 3M/ESPE )

− Bahan pemutih gigi yang mengandung hidrogen peroksida 35% (Pola Office, SDI, Australia)

− Bahan pemutih gigi yang mengandung karbamid peroksida 35% (Pola Zing, SDI, Australia)

− Aquabides

− Pasta polis komposit (Prisma Gloss, Enhance System, Dentsply Caulk, USA)

− Alkohol 96%


(51)

Gambar 14. Resin komposit nanofil Gambar 15. Pasta polis resin komposit

Gambar 16. Bahan office bleaching hidrogen peroksida 35%

Gambar 17. Bahan office bleaching karbamid peroksida 35%

Gambar 18. (a) aquabides (b) alkohol 96%

a


(52)

4.6. Prosedur Penelitian

4.6.1. Pembuatan Sampel Resin Komposit Nanofil

A. Master model terbuat dari stainless steel yang terdiri dari 10 buah mould berbentuk lingkaran dengan diameter 5 mm dan ketebalan 2 mm dibuka lalu dibersihkan dengan menggunakan kapas beralkohol. Cellophane sheet diletakkan pada bagian dasarnya tepat di bagian bawah mould. Master model disatukan kembali, kemudian resin komposit nanofil dimasukkan ke dalam mould dengan menggunakan instrumen plastis, lalu padatkan dengan menggunakan semen stopper. Setelah sepuluh mould terisi dengan sempurna, cellophane sheet dan object glass diletakkan di atas mould tersebut kemudian diberikan beban besi padat seberat 1 kg selama 30 detik. Hal ini bertujuan agar resin komposit nanofil padat secara sempurna di dalam mould. 2,28

Gambar 19. (a) Resin komposit nanofil dimasukkan ke dalam mould dengan menggunakan instrument plastis (b) resin komposit nanofil dipadatkan ke dalam mould dengan menggunakan semen stopper


(53)

B. Sebelum dilakukan penyinaran, kertas timah diletakkan di atas mould yang terletak di kanan dan kiri sampel yang akan disinar. Hal ini bertujuan agar resin komposit dalam mould yang terletak di kanan dan kiri sampel yang akan disinar tidak terkena biasan sinarnya. Lalu letakkan object glass di atasnya. Sampel disinar dengan menggunakan light cure selama 20 detik sesuai dengan petunjuk pabrik. Alat sinar diletakkan tegak lurus di atas object glass yang diletakkan di atas mould sehingga jarak penyinaran sekitar 1 mm (sesuai dengan ketebalan object glass).2,25

Gambar 21. Besi padat 1 kg diletakkan selama 30 detik di atas mould

Gambar 20. (a) Cellophane sheet

(b) Object glass diletakkan di atas mould yang sudah terisi penuh

Gambar 22. Penyinaran sampel selama 20 detik


(54)

C. Setelah sampel mengeras, mould dibuka dan sampel diambil.

D. Bagian bawah sampel yang tidak disinari dan dipolis ditandai dengan perekat berwarna. Hal ini bertujuan agar permukaan sampel yang akan diteliti tidak terbalik.

E. Permukaan resin komposit nanofil dihaluskan dengan menggunakan fine finishing bur dan air lalu dilanjutkan dengan bur polis enhance dengan menggunakan pasta polis komposit sampai permukaannya tampak halus dan mengkilat serta tanpa goresan.25

(a) (b)

Gambar 24. (a) Sampel dipolis dengan fine finishing bur dengan menggunakan high speed (b) Sampel dipolis dengan enhance dan pasta polis dengan menggunakan mikromotor

Gambar 23. (a) Permukaan sampel yang disinar dan dipolis (b) Permukaan bawah sampel


(55)

F. Seluruh spesimen resin komposit nanofil direndam dalam aquabides dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam agar menyerupai keadaan dalam mulut. Perendaman ini bertujuan untuk memastikan polimerisasi yang sempurna.11, 25

4.6.2. Pengaplikasian Hidrogen Peroksida 35% Pada Permukaan Sampel

Sebelum bahan pemutih diaplikasikan, terlebih dahulu dilakukan pencampuran bahan aktivator dan bahan aktif hidrogen peroksida hingga rata dengan menggunakan microbrush. Lalu bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% diaplikasikan pada permukaan sampel resin komposit nanofil dengan menggunakan microbrush hingga ketebalan 1 mm. Kemudian sampel disinari dengan light curing standar dengan arah 90° terhadap permukaan resin komposit nanofil selama 30 detik. Setelah 10 menit, bahan bleaching tersebut dibersihkan dengan kapas lembab. Lalu aplikasi bahan bleaching kembali diulangi hingga total waktu aplikasi mencapai 30 menit. Setelah itu sampel dibersihkan dengan air mengalir selama 1 menit lalu dikeringkan. 2,11


(56)

4.6.3. Pengaplikasian Karbamid Peroksida 35% Pada Permukaan Sampel

Bahan pemutih karbamid peroksida 35% diaplikasikan pada permukaan sampel resin komposit nanofil dengan microbrush dan diratakan hingga ketebalan 1 mm dengan waktu pengaplikasian 30 menit. Setelah itu dibilas dengan air mengalir selama 1 menit lalu dikeringkan. 11

Gambar 26. Pencampuran powder dan liquid dengan menggunakan microbrush

Gambar 27. Pengaplikasian bahan bleaching

di atas permukaan sampel


(57)

4.6.2. Pengukuran Nilai Kekasaran Permukaan Seluruh Sampel

Seluruh sampel resin komposit nanofil pada kelompok I, II dan III diukur kekasaran permukaannya dengan menggunakan Stylus Profilometer Sebelum dilakukan pengukuran, ujung stylus dibersihkan dengan menggunakan kapas beralkohol terlebih dahulu lalu stylus profilemeter dikalibrasikan. Sampel diletakkan di atas meja sejajar alat profilemeter dan alat profilemeter dijalankan. Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan sebanyak dua kali pada permukaan sampel yang dipoles. Pengukuran pertama dimulai dari salah satu tepi permukaan sampel yang telah ditandai dengan spidol, kemudian alat dijalankan dan membentuk suatu garis lurus melewati titik tengah sampel. Setelah hasil pengukuran pertama dicatat, sampel

diputar 90o dan alat dijalankan sehingga garis pengukuran kedua tegak lurus dengan garis pengukuran pertama. Hasil pengukuran kedua dicatat dan rata-rata dari kedua hasil pengukuran dihitung dan dicatat dengan satuan μm.

Gambar 29. Pengaplikasian karbamid peroksida 35% di atas permukaan sampel


(58)

4.6.5. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan uji statistik, yaitu: 1.

Uji analisis varians satu arah (ANOVA), untuk melihat efek bahan aktif

office bleaching hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil.

2. Uji Least Significant Difference (LSD), untuk melihat perbedaan efek antara ketiga kelompok terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil.

Gambar 30. Pengukuran kekasaran permukaan sampel


(59)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Kekasaran Permukaan Sampel Kelompok I

Kelompok I merupakan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Nilai kekasaran permukaan sampel diperoleh dengan menghitung rata-rata pengukuran pertama dan kedua dari setiap sampel kelompok I yang diukur dengan menggunakan alat stylus profilometer. Kekasaran permukaan sampel menunjukkan nilai terbesar 0,190 μm dan nilai terkecil 0,140 μm (Tabel 1 ).

Tabel 1 . NILAI KEKASARAN PERMUKAAN KELOMPOK I (KONTROL)

Sampel Pengukuran 1 (µm) Pengukuran 2 (µm) Kekasaran Permukaan (µm)

1 0,130 0,150 0,140

2 0,190 0,190 0,190

3 0,130 0,170 0,150

4 0,190 0,200 0,180

5 0,130 0,190 0,160

6 0,190 0,190 0,190

7 0,160 0,170 0,180

8 0,140 0,160 0,150

9 0,170 0,170 0,170


(60)

5.1.2 Kekasaran Permukaan Sampel Kelompok II

Kelompok II merupakan kelompok yang diaplikasikan bahan office bleaching hidrogen peroksida 35%. Nilai kekasaran permukaan sampel diperoleh dengan menghitung rata-rata pengukuran pertama dan kedua dari setiap sampel kelompok II yang diukur dengan menggunakan alat stylus profilometer. Kekasaran permukaan sampel menunjukkan nilai terbesar 0,240 μm dan nilai terkecil 0,150 μm (Tabel 2 ). Tabel 2 . NILAI KEKASARAN PERMUKAAN KELOMPOK II

Sampel Pengukuran 1 (µm) Pengukuran 2 (µm) Kekasaran Permukaan (µm)

1 0,150 0,190 0,170

2 0,150 0,150 0,150

3 0,190 0,150 0,170

4 0,180 0,200 0,190

5 0,210 0,230 0,220

6 0,200 0,200 0,200

7 0,250 0,210 0,230

8 0,220 0,220 0,220

9 0,220 0,260 0,240


(61)

5.1.3 Kekasaran Permukaan Sampel Kelompok III

Kelompok III merupakan kelompok yang diaplikasikan bahan office bleaching karbamid peroksida 35%. Nilai kekasaran permukaan sampel diperoleh dengan menghitung rata-rata pengukuran pertama dan kedua dari setiap sampel kelompok III yang diukur dengan menggunakan alat stylus profilometer. Kekasaran permukaan sampel menunjukkan nilai terbesar 0,190 μm dan nilai terkecil 0,140 μm (Tabel 3 ).

Tabel 3 . NILAI KEKASARAN PERMUKAAN KELOMPOK III

Sampel Pengukuran 1 (µm) Pengukuran 2 (µm) Kekasaran Permukaan (µm)

1 0,210 0,170 0,190

2 0,150 0,190 0,170

3 0,170 0,160 0,150

4 0,140 0,140 0,140

5 0,200 0,160 0,180

6 0,190 0,170 0,180

7 0,180 0,140 0,160

8 0,200 0,160 0,180

9 0,210 0,170 0,190


(62)

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Tabel di bawah ini menunjukkan rata-rata nilai kekasaran permukaan dan standard deviasi kelompok I, II dan III.

Tabel 4. TABEL HASIL UJI ANOVA

Kelompok n χ (mm) ± SD p

I 10 0,168 0,017

0,005*

II 10 0,200 0,029

III 10 0,171 0,016

*Terdapat perbedaan yang bermakna pada p<0,05

5.2.1 Uji Anova

Dari tabel Anova diperoleh nilai signifikasi 0,005 (p<0,05) dengan demikian Ho di tolak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata nilai kekasaran permukaan sampel resin komposit nanofil diantara kelompok I, II dan III memang secara signifikan berbeda. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai kekasaran permukaan sampel diantara masing-masing kelompok I,II dan III, dapat dilihat dari uji Least Significant Difference (LSD).


(63)

5.2.2 Uji Least Significant Difference (LSD)

Tabel 5. HASIL ANALISA UJI LSD ANTARA KELOMPOK I, II DAN III

Kelompok P

Kelompok kontrol - Kelompok hidrogen peroksida 0,003* Kelompok kontrol - Kelompok karbamid peroksida 0,763 Kelompok hidrogen peroksida - Kelompok karbamid peroksida 0,006*

*Terdapat perbedaan yang bermakna pada p < 0,05

Pada tabel 5 (hasil uji komparasi ganda) di atas perbandingan kelompok kontrol dan kelompok hidrogen peroksida diperoleh signifikasi sebesar 0,003 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata nilai kekasaran permukaan antara kelompok kontrol dan kelompok yang diaplikasikan hidrogen peroksida 35%. Sedangkan perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok karbamid peroksida diperoleh signifikasi sebesar 0,763 (p>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok yang diaplikasikan karbamid peroksida 35%. Perbedaan yang bermakna juga ditemukan antara kelompok yang diaplikasikan hidrogen peroksida 35% dan kelompok yang diaplikasikan karbamid peroksida 35% dengan nilai signifikasi 0,006 (p<0,05).


(64)

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian ini mengevaluasi efek dari dua bahan office bleaching hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil. Penggunaan hidrogen peroksida dan karbamid peroksida dengan konsentrasi yang tinggi harus disertai dengan kehati-hatian dan kecermatan yang tinggi dari operator serta harus dilakukan di praktek dokter gigi karena bahan bersifat sangat iritan. 14,16

Resin komposit yang digunakan pada penelitian ini adalah resin komposit nanofil yang terbuat dari zirkonium/silika atau nanosilika dengan ukuran 20 nm dan memiliki rata-rata ukuran filler antara 0,6-1,4 µm. Jenis matriks resin yang dikandung adalah Bis-GMA, UDMA, TEGDMA dan Bis-EMA. Resin komposit nanofil ini memiliki volume anorganik filler 78,5%, mudah dilakukan pemolisan, memiliki kekuatan yang baik dan modulus yang tinggi. Saat ini resin komposit nanofil banyak digunakan oleh kalangan dokter gigi untuk memenuhi kebutuhan estetik yang lebih baik, khususnya untuk restorasi gigi anterior. Resin komposit nanofil memiliki permukaan yang lebih halus dan mengkilat, pengkerutan (shrinkage) polimerisasi yang lebih minim dan resistensi yang lebih baik serta memiliki daya atrisi yang lebih rendah dari jenis resin komposit lainnya.11, 25

Bahan office bleaching hidrogen peroksida 35% diaplikasikan oleh dokter gigi di klinik dan bisa dilakukan dengan atau tanpa penyinaran, karena produk ini tidak


(65)

membutuhkan aktivasi. Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan bahwa proses penyinaran dapat mempercepat proses pemutihan dan meningkatkan efek pemutihan gigi secara signifikan. Sehingga pada penelitian ini digunakan penyinaran dengan lampu LED untuk meningkatkan proses pemutihan. Dalam waktu pengaplikasian 30 menit sudah dapat terlihat hasil pemutihan gigi yang signifikan, pasien dapat keluar dari klinik dengan senyum yang lebih putih dan cerah.13

Bahan office bleaching yang mengandung karbamid peroksida 35% diaplikasikan oleh dokter gigi dengan cara menempatkan bahan dalam tray yang akan dipakai oleh pasien selama 30-45 menit ketika berada di tempat praktek. Gigi pasien akan terlihat 3-4 tingkat lebih putih dari sebelumnya. Produk ini dipakai sebelum pasien menggunakan produk home bleaching sehingga dapat memperoleh hasil permutihan yang maksimal.

Dari hasil penelitian diperoleh perbedaan rata-rata hasil nilai pengukuran kekasaran permukaan pada sampel resin komposit nanofil (Tabel 4), yaitu 0,168 ± 0,017 µm pada kelompok kontrol, 0,200 ± 0,029 µm pada kelompok hidrogen peroksida, dan 0,171 ± 0,016 µm pada kelompok karbamid peroksida. Menurut Bollen dkk (1997) batas nilai kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah kurang atau mendekati 0,2 µm. Nilai kekasaran permukaan restorasi yang lebih dari 0,2 µm cenderung secara signifikan dapat meningkatkan adhesi bakteri, memudahkan terjadinya plak gigi dan keasaman yang dapat bereaksi dengan permukaan bahan sehingga meningkatkan resiko karies.10,24

Berdasarkan parameter tersebut, rata-rata nilai kekasaran permukaan kelompok I yaitu 0,168 ± 0,017 µm sebagai kelompok kontrol diterima (Ra ≤ 0,2


(66)

µm). Kelompok II menunjukkan rata-rata nilai kekasaran permukaan yang terbesar yaitu pada permukaan sampel resin komposit nanofil yang diaplikasikan bahan office bleaching hidrogen peroksida 35% dan disinar dengan lampu LED untuk mempercepat proses reaksi bleaching. Nilai kekasaran permukaan pada sampel resin komposit nanofil pada kelompok III yang diaplikasikan bahan office bleaching karbamid peroksida 35% tidak menunjukkan kenaikan nilai kekasaran permukaan yang signifikan.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Sharafeddin dan Jamalipour (2009) yang melaporkan bahwa bahan office bleaching karbamid peroksida 35% tidak menimbulkan efek yang signifikan terhadap kekasaran permukaan resin komposit hibrid dan mikrofil. Hal ini disebabkan pH dari bahan bleaching mendekati netral sehingga memiliki efek yang minimal terhadap kekasaran permukaan dari seluruh spesimen. Hasil penelitian ini mungkin dipengaruhi oleh juga jenis resin komposit yang digunakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa karbamid peroksida 35% memberikan efek minimal terhadap restorasi resin komposit.12

Hasil penelitian ini didukung pula oleh hasil penelitian Denny dkk (2010) yang melaporkan bahwa terdapat kekasaran permukaan pada ketiga bahan resin komposit, baik pada mikrofil, hibrid maupun nanofil setelah prosedur office bleaching dengan menggunakan bahan pemutih hidrogen peroksida 25% dan 35%. Perubahan kekasaran permukaan yang ditimbulkan oleh bahan pemutih hidrogen peroksida 25% pada resin komposit lebih tinggi dibandingkan hidrogen peroksida 35%. Kekasaran permukaan resin komposit nanofil lebih tinggi dibandingkan dengan resin komposit mikrofil dan hibrid. Hal ini dikarenakan resin komposit nanofil


(67)

memiliki volume partikel pengisi yang lebih tinggi pada permukaan restorasi, sehingga radikal bebas yang timbul dari bahan aktif bleaching dapat merusak ikatan-ikatan antar partikel bahan pengisi. Karena ikatan-ikatan yang rusak lebih banyak pada resin komposit nanofil maka kekasaran permukaan yang timbul akan lebih tinggi.2,25

Hasil penelitian Pruthi dkk (2010) menyatakan bahwa terdapat peningkatan kekasaran permukaan pada semua sampel resin komposit yang telah dibleaching dengan menggunakan karbamid peroksida 15%. Pengamatan ini dilakukan secara subyektif dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope). Dalam penelitian ini, resin komposit mikrohibrid menunjukkan kekasaran permukaan yang maksimum, diikuti dengan resin komposit mikrofil dan nanofil. Berbeda dengan hasil penelitian Denny dkk (2010), hasil penelitian Pruthi dkk (2010) melaporkan bahwa resin komposit mikrohibrid yang menunjukkan kekasaran permukaan paling besar dibanding resin komposit mikrofil dan nanofil. Resin komposit nanofil mengalami perubahan topografi yang paling minimal karena memiliki ukuran partikel pengisi yang paling kecil (20 nm). Ukuran partikel pengisi resin komposit mikrohibrid adalah 0,6-0,8 μm, sedangkan mikrofil adalah 0,04-1.2μm . Semakin besar ukuran partikel pengisi maka mikroporositas didalam struktur resin dapat meningkat.25

Penelitian yang dilakukan Linda dkk (2011) menyatakan bahwa bahan bleaching hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 16% dapat mempengaruhi kekasaran permukaan resin komposit mikrofil dan nanofil tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permukaan enamel. Peneliti menarik kesimpulan bahwa kita tidak dapat menegaskan bahwa resin komposit nanofil atau


(68)

resin komposit mikrofil yang lebih resisten terhadap proses bleaching karena hal tersebut tergantung dari bahan dan waktu aplikasi bahan bleaching yang digunakan.13

Penelitian yang dilakukan oleh Randa dkk (2010) melaporkan bahwa kekasaran permukaan resin komposit mikrofil dan mikrohibrid berubah secara signifikan setelah dibleaching dengan menggunakan tiga bahan office bleaching yang berbeda. Hasil nilai kekasaran permukaan yang dihasilkan bervariasi tergantung pada agen bleaching yang digunakan dan jenis serta warna resin komposit.9

Kekasaran permukaan yang timbul pada resin komposit nanofil yang telah dibleaching dapat terjadi karena dua hal, yaitu ikatan matriks yang terputus akibat radikal bebas yang dihasilkan oleh agen bleaching.dan ikatan siloxane yang terputus akibat ion hidrogen. Radikal bebas tersebut dapat menimbulkan dampak pada permukaan partikel pengisi dan menyebabkan terlepasnya ikatan partikel pengisi dengan matriks dari resin komposit, hal ini dapat menimbulkan microscopic cracks yang menyebabkan kekasaran permukaan resin komposit.2

Peroksida merupakan oksidator kuat yang dapat terurai menjadi radikal bebas. Radikal bebas yang dihasilkan ini memiliki elektron yang tidak berpasangan dan tidak stabil, yang dapat berikatan dengan molekul organik lain untuk membuatnya stabil. Radikal bebas tersebut memutuskan ikatan karbon siklik yang terdapat pada Bis-GMA, UDMA, TEGDMA dan Bis-EMA. Reaksi siklik ini akan berubah menjadi ikatan ganda yang kemudian akan terputus lagi menjadi ikatan tunggal. Proses ini akan terus berlanjut hingga terjadi oksidasi sempurna. Reaksi inilah yang menyebabkan ikatan karbon siklik menjadi lemah dan terdegradasi. Faktor lain adalah radikal bebas yang memutus rantai siloxane, putusnya rantai siloxane inilah yang


(69)

menyebabkan terlepasnya partikel pengisi dari matriks resin dan juga membuat meningkatnya kekasaran permukaan resin komposit.2

Beberapa penelitian menyatakan bahwa penyinaran dapat meningkatkan reaksi kimia redoks pada saat proses bleaching dan dapat mempercepat proses penghilangan noda pada gigi sehingga gigi menjadi lebih putih dalam waktu yang lebih cepat.. Linda dkk (2011) menyatakan bahwa penyinaran dapat meningkatkan efek kerja hidrogen peroksida pada kekasaran permukaan bahan restorasi. Laporan tersebut mendukung hasil penelitian ini, dimana kelompok II yang diaplikasikan hidrogen peroksida 35% dan disinar dengan lampu LED menunjukkan kekasaran permukaan yang lebih besar dibanding kelompok III yang hanya diaplikasikan karbamid perosida 35%.9,13

Menurut Willem dkk (1991) kekasaran permukaan restorasi gigi harus kurang atau sama dengan kekasaran permukaan enamel yaitu 0,64 µm. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Kaplan dkk (1996) menunjukkan bahwa kekasaran permukaan yang kurang dari 10 µm tidak terdeteksi secara klinis sehingga kekasaran permukaan restorasi yang kurang dari 10 µm dapat diterima.24

Pada penelitian ini terjadi kenaikan nilai kekasaran permukaan resin komposit nanofil baik pada kelompok II maupun kelompok III setelah office bleaching dilakukan. Namun berdasarkan parameter yang telah ditemukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, rata-rata nilai kekasaran permukaan untuk setiap kelompok sampel masih dapat diterima karena masih mendekati batas nilai kekasaran ideal dan secara klinis tidak terdeteksi.10,24


(70)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bahan office bleaching hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil. Dimana proses office bleaching yang menggunakan hidrogen peroksida 35% dan aplikasi sinar memiliki efek yang lebih besar dalam meningkatkan kekasaran permukaan resin komposit nanofil. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa penyinaran yang dilakukan pada proses bleaching dapat mempengaruhi kerja hidrogen peroksida dalam meningkatkan kekasaran permukaan resin komposit nanofil. Proses office bleaching dengan menggunakan karbamid peroksida 35% tidak memiliki efek yang signifikan dalam meningkatkan kekasaran permukaan resin komposit nanofil sehingga memiliki resiko yang minimal terhadap restorasi resin komposit. Pada penelitian ini rata-rata nilai kekasaran permukaan yang dihasilkan dari tiap kelompok masih dapat diterima karena masih mendekati nilai kekasaran restorasi yang ideal dan tidak terdeteksi secara klinis.


(71)

7.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.

2. Diharapkan penelitian lanjutan dapat meneliti kekasaran permukaan jenis resin komposit lainnya setelah dilakukan proses bleaching dengan menggunakan jenis dan konsentrasi bahan bleaching yang lebih bervariasi.

3. Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih mendalam sehingga dapat diketahui lebih pasti penyebab peningkatan kekasaran permukaan resin komposit nanofil saat diaplikasikan bahan bleaching.

4. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti efek bleaching terhadap timbulnya marginal microleakage pada tepi restorasi resin komposit pada gigi.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

1. Jakfar S. Pengaruh Agen Aktif Bleaching Terhadap Jaringan Keras dan Lunak Mulut Serta Bahan Restorasi Kedokteran Gigi. Cak Dent J 2009 ; 2(1): 62-9.

2. Gandaatmadja D, Mulyawati E, Halim HS, Widyastuti W. Pengaruh Perbedaan Jenis Resin Komposit Dan Konsentrasi Bahan Hidrogen Peroksida Pada Perubahan Kekasaran Permukaan Resin Komposit Setelah Prosedur in Office Bleaching, J. Ked Gi 2010; 1(3) : 129-34.

3. Meizarini A, Rianti D. Bahan Pemutih Gigi Dengan Sertifikat ADA/ISO. Maj. Ked Gigi 2005; 38 (2) : 73-6.

4. Grossman LI, Oliet S, Rio CED. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Edisi ke-11. Alih Bahasa. Rafiah A. Jakarta : EGC, 1995 : 295-7.

5. Dutra RA, Branco JRT, Alvim HH, Poletto LTA, Albuquerque RC. Effect Of Hydrogen Peroxide Topical Application on The Enamel and Composite Resin Surfaces And Interface. Indian J Dent Res 2009 ; 20(1), 65-70.

6. Halim HS. Perawatan Diskolorisasi Gigi Dengan Teknik Bleaching. Jakarta : Universitas Trisakti, 2006 : 1-75.

7. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia. Edisi ke-3. Alih Bahasa. Narlan S. Jakarta : EGC, 1997 : 252-68.


(1)

24.Maria R. The Effect of Various Polishing System on Surface Roughness of Nano and Microhybrid Composite Restoratives : an in Vitro Surface Profilometic Study. IJD 2012;1 : 214-20.

25.Pruthi G, Jain V, Kandpal HC, Mathur VP, Shah N. Effect of Bleaching on Color Change And Surface Topography of Composite Restorations. IJD 2010; 10 : 1-7.

26.Hanafiah KA. Rancangan Percobaan Aplikatif. Edisi ke-1. Jakarta : Rajawali Press, 2005 : 12.

27.Kemas AH. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi. Edisi ke-2. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000 : 6-7.

28.Anggraeni A, Yuliati A, Nirwana I. Perlekatan Koloni Streptococcus Mutans pada Permukaan Resin Komposit Sinar Tampak. Maj. Ked. Gigi 2005 ; 38 (1) : 8-11.


(2)

LAMPIRAN 1 Alur Pikir

- Masa sekarang estetika menjadi pertimbangan utama dalam segala aspek kehidupan. Salah satu aplikasi estetika di kedokteran gigi adalah dental bleaching. (Subhaini, 2009).

- Dental bleaching merupakan alternatif konservatif untuk mengembalikan estetik dari gigi melalui proses penghilangan stain yang terdapat di dalam struktur gigi (email dan dentin) melalui reaksi reduksi - oksidasi secara kimia (Subhaini, 2009; Rodrigo dkk., 2009).

- Metode bleaching dapat diklasifikasikan menjadi vital dan non vital bleaching atau in office bleaching dan home bleaching

(Shafareddin dan Jamalipour, 2009). Dimana jenis bahan office bleaching yang sering digunakan sebagai agen oksidasi di kedokteran gigi yaitu hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% (Subhaini, 2009; Walton ; Endang, 2005).

- Pada pemeriksaan intraoral pasien sering ditemukan adanya restorasi resin komposit pada gigi yang akan dilakukan proses pemutihan (Denny dkk., 2010; Lidya dkk, 2011).

- Jenis resin komposit yang biasa digunakan saat ini adalah resin komposit nanofil dan mikrofil. Resin komposit nanofil merupakan resin komposit terbaru yang sedang dikembangkan saat ini. Resin komposit nanofil memiliki sifat kombinasi antara kekuatan mekanik dengan permukaan polis yang sangat baik sehingga dapat digunakan baik untuk restorasi gigi anterior maupun posterior. (Lidya, dkk, 2011)

- Beberapa penelitian mengatakan bahwa keadaan permukaan restorasi resin komposit akan berubah setelah dilakukannya proses pemutihan. Restorasi dapat menunjukkan peningkatan kekasaran permukaan, perubahan warna, timbulnya keretakan, perubahan microhardness,

serta meningkatnya marginal mikroleakage ( Jessica dkk., 2011)


(3)

- Kekasaran permukaan restorasi resin komposit adalah hal yang umum digunakan untuk menganalisis efek negatif yang mungkin timbul dikarenakan oleh agen aktif bleaching (Linda dkk, 2011)

- Kekasaran permukaan restorasi resin komposit merupakan suatu hal yang penting bagi para peneliti dan praktisi karena kekasaran permukaan berhubungan dengan retensi plak yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva dan awal karies. Kolonisasi bakteri berawal dari keadaan permukaan yang tertimbun plak. Selain itu, warna dari resin komposit dapat menjadi lebih gelap karena adanya permukaan yang kasar dan tidak memantulkan cahaya sehingga mengurangi estetik (Denny dkk, 2010 ; Linda dkk, 2011)

Berdasarkan data yang telah diuraikan, perlu diketahui efek bahan office bleaching hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil.

Rumusan Masalah

Apakah ada efek bahan office bleaching hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efek bahan office bleaching hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil

Judul Penelitian

Pengaruh Bahan Office Bleaching Hidrogen Peroksida 35% dan Karbamid Peroksida 35% Terhadap Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofil


(4)

LAMPIRAN 2 Alur Penelitian

Pembuatan 30 sampel resin komposit nanofil

Sampel resin komposit nanofil direndam dalam aquabides dan disimpan dalam inkubator 37°C selama 24 jam

Kelompok I Kelompok III

Aplikasikan hidrogen peroksida 35% selama

30 menit

Aplikasikan karbamid peroksida 35% selama

30 menit

Ukur kekasaran permukaan dengan stylus profilometer

sebanyak 2 kali.

Pencatatan hasil pengukuran kekasaran permukaan resin komposit nanofil

Analisa statistik

Kesimpulan dan saran Kelompok II


(5)

LAMPIRAN 3 One Way ANOVA


(6)

LAMPIRAN 4