2.2.3. Perubahan Fisik dan Psikologis yang Terjadi pada Wanita Hamil 2.2.3.1. Perubahan fisik
a. Berhenti menstruasi b. Letih dan mudah mengantuk
c. Sering buang air kecil d. Mual dengan atau tanpa muntah
e. Rasa panas dalam perut dan menggangu pencernaan f. Enggan makan dan mengidam
g. Pembesaran pada payudara.
2.2.3.2. Perubahan psikologis a. Emosional, mudah marah, suasana hati yang beragam, cengeng
b. Perasaan was-was, takut, elasi rasa senang yang berlebihan.
2.3. Kehamilan Trimester Pertama
Trimester merupakan periode tiga bulanan yang penting bagi calon ibu. Ketiga periode tiga bulanan itu ditentukan berdasarkan kecepatan pertumbuhan
janin. Secara konvensional, hitungan trimester ini dimulai sejak pembuahan dua minggu setelah menstruasi terakhir. Trimester pertama mewakili 12 minggu
pertama kehidupan janin, trimester kedua berakhir pada 28 minggu, trimester ketiga meliputi sisa minggu kehamilan Stoppard, 2006.
Selama trimester pertama, tubuh menyesuaikan diri terhadap kehamilan. Pada awal kehamilan. Pada awal kehamilan, meskipun kehamilan belum nampak
tetapi aktivitas hormon akan mulai berpengaruh dalam berbagai hal. Pada trimester pertama kehamilan ini, akan terdapat perasaan enek nausea. Mungkin
ini akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang.
Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk resorpsi, akan tetapi
menimbulkan pula obstipasi, yang memang merupakan salah satu keluhan utama
Universitas Sumatera Utara
wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah emesis. Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning
sickness Hanifa, 2007. Banyak perubahan fisik yang akan dialami ibu hamil selama trimester
pertama 3 bulan pertama kehamilan. Periode ini juga merupakan waktu pembentukan sekaligus perkembangan pesat dari semua sistem dan organ tubuh
bayi. Berbagai gejala kehamilan akan datang di trimester pertama kehamilan ini misalnya pembesaran payudara, sering buang air kecil, konstipasi, mual muntah,
merasa lelah, sakit kepala, pusing, emosional, mood akan berubah secara tidak terduga, nafsu makan akan berubah dan cenderung menyukai makanan
lunaklembut Stoppard, 2006.
2.4. Emesis Gravidarum
2.4.1. Pengertian emesis gravidarum Emesis gravidarum adalah muntah-muntah pada wanita hamil. Keadaan ini
biasanya didahului rasa mual Kamus Kedokteran. Baverley O’Brien O’Brien Naber, 1995 menemukan bahwa 70-90
dari semua wanita hamil mengalami mual-mual, sementara 50 mengalami muntah-muntah paling tidak sekali.
Kedua hal itu adalah gejala yang wajar dan sering didapati pada sebagian besar ibu hamil. Kebanyakan mual dan muntah ini terjadi di pagi hari atau biasa
disebut morning sickness, tetapi dapat juga terjadi pada siang hari atau bahkan pada malam hari Llewellyn-Jones, 1997.
Mual dan muntah ini terjadi pada minggu ke-6 setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 12 minggu pertama kehamilan.
William Smellie 1779 mengatakan bahwa keluhan pertama saat kehamilan adalah rasa mual dan muntah-muntah yang pada beberapa wanita
berawal tidak lama setelah pembuahan dan seringkali berlanjut sampai akhir bulan keempat. Sebagian besar wanita sering mengalami masalah karena mual dan
muntah ini, khususnya muntah di pagi hari. Beberapa wanita yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mengalami keluhan-keluhan semacam ini dalam satu kehamilan mungkin akan mengalaminya dengan hebat dalam kehamilan-kehamilan berikutnya.
2.4.2. Penyebab Emesis Gravidarum Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak dapat
diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa perasaan mual disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG Hormon Chorionic
Gonadotrophine dalam serum Wiknjosastro, 1999. Dapue, dkk 1987 menganggap bahwa kadar hormon estrogen yang tinggi
saat hamil muda, mungkin merupakan penyebabnya, wanita yang hamil untuk pertama kalinya dan wanita yang bertubuh besar memiliki hormon estrogen yang
bersirkulasi lebih tinggi dan lebih cenderung mengalami gangguan kehamilan. Dalam kehamilan terjadi kekenduran relative jaringan otot dalam system
pencernaan sehingga pencernaan kurang efisien, dan kelebihan asam dalam lambung. Tetapi pencetus fisik ini belum dapat menjelaskan secara pasti sebab
terjadinya mual dan muntah pada kehamilan, karena sebagian besar hal ini terjadi pada semua kehamilan, namun tidak semua ibu hamil mengalaminya.
Montgomery 1837 menganggap muntah-muntah disebabkan oleh iritasi reflek gravid rahim dan kondisi sistem seksual yang sakit.
Selain faktor fisik, faktor emosional juga dapat menyebabkan mual dan muntah pada kehamilan. Para wanita yang mengalami mual berkepanjangan
kelihatannya mendapatkan dukungan lebih sedikit dari suaminya atau orang tua mereka Wolkind dan Zajicek, 1978.
Dalam masyarakat primitif yang cara hidupnya lebih sederhana, lebih santai dan tidak banyak tuntutan, jarang sekali ditemukan ibu hamil yang
mengalami rasa mual ini. Ketidakstabilan emosi dan keadaan social lingkungan dapat menjadi pemicu terjadinya emesis gravidarum Einsberg dkk, 1985.
Pola makan calon ibu pada minggu-minggu awal kehamilan, serta gaya hidupnya juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis gravidarum ini. Studi
membuktikan bahwa calon ibu yang makan makanan berprotein tinggi namun berkarbohidrat dan bervitamin B rendah lebih berpeluang menderita mual berat.
Universitas Sumatera Utara
Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu. Kurang makan, kurang tidur atau istirahat, dan stress dapat memperburuk rasa mual Panduan
Lengkap Kehamilan : 58. 2.4.3. Tanda dan Gejala Emesis Gravidarum
Tanda-tanda emesis gravidarum berupa: a. Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat pula terjadi setiap saat.
b. Nafsu makan berkurang c. Mudah lelah
d. Emosi yang cenderung tidak stabil. Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat menjadi tidak
normal apabila mual dan muntah ini terjadi terus menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis
gravidarum yang berkelanjutan dapat terkena dehidrasi sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilannya.
2.4.4. Pengaruh Emesis Gravidarum pada Ibu dan Janin Emesis dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negative
terhadap kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan berubah menjadi hiperemesis gravidarum yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya gangguan pada kehamilan. Wanita-wanita hamil dengan gejala emesis gravidarum yang berlebih
berpotensi besar mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh, dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput lender esofagus
dan lambung atau sindroma Mallary Weiss akibat perdarahan gastrointestinal Wiknjosastro, 1999.
Tanda-tanda dehidrasi, adalah: berat badan menurun, denyut nadi meningkat 120xmenit dan terus naik, tekanan darah menurun diastolic 50
mmHg dan terus turun, mata cekung, elastisitas kulit berkurang. Apabila
Universitas Sumatera Utara
ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada ibu hamil maka ia harus segera mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan.
Bayi-bayi dari wanita yang menderita hiperemesis gravidarum sepanjang kehamilan lebih cenderung memiliki kelainan dan pertumbuhan yang sedikit
terbelakang Pettiti, 1986. Pencegahan terhadap emesis gravidarum yang berlebihan perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual
dan muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah pola makan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
2.5. Obat dan Kehamilan