Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan

(1)

Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah

di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan

Pemerintah Kota Padangsidimpuan

Robiatul Adawiyah

101121020

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan”.

Skripsi ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S. Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Wardiyah Daulay, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku dosen pembimbing skripsi saya di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Siti Saidah Nasution, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat, selaku dosen penguji I skripsi saya di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ismayadi, S. Kep, Ns, selaku dosen penguji II skripsi saya di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku dosen yang memvalidkan instrumen penelitian skripsi saya di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(4)

7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika S1 Keperawatan/Ekstensi USU yang telah memberi bimbingan selama perkuliahan, khususnya dosen-dosen mata kuliah riset keperawatan.

8. Terima kasih kepada Ayahanda, Ibunda, Adinda Nisa El Mardiyah, Ali Amar Ma’ruf, dan Riski Hakiki yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman sejawat Program S1 Keperawatan/Ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, 6 Februari 2012


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Abstrak ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Pertanyaan Penelitian ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Konsep Kesehatan Jiwa 2.1.1 Pengertian Kesehatan Jiwa ... 7

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa pada anak Usia Sekolah ... 9

2.1.3 Konsep Model Perawatan Kesehatan Jiwa ... 11

2.1.4 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa ... 13

2.2Konsep Anak Usia Sekolah 2.2.1 Pengertian Anak Usia Sekolah ... 15

2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Sekolah ... 18

2.2.3 Karakteristik Anak Usia Sekolah ... 22

2.2.4 Teori Perkembangan Anak Usia Sekolah ... 23

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1Kerangka Penelitian ... 28

3.2Defenisi Operasional ... 29

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian ... 30

4.2Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi ... 30


(6)

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian ... 31

4.3.2 Waktu Penelitian ... 31

4.4Pertimbangan Etik ... 31

4.5Instrumen Penelitian ... 32

4.6Uji Validitas ... 33

4.7Uji Reliabilitas ... 33

4.8Pengumpulan Data ... 34

4.9Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian 5.1.1 Karakteristik Responden ... 36

5.1.2 Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan ... 38

5.2Pembahasa 5.2.1 Karakteristik Responden ... 39

5.2.2 Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan ... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan ... 43

6.2Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA

INFORM CONSENT

JADWAL TENTATIF PENELITIAN TAKSASI DANA

INSTRUMEN PENELITIAN RIWAYAT HIDUP


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Karakteristik responden berdasarkan umur ... 36 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden

berdasarkan jenis kelamin ... 37 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden

berdasarkan pembagian kelas ... 37 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran


(8)

DAFTAR SKEMA

3.1 Kerangka Penelitian ... 28


(9)

Judul : Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan

Peneliti : Robiatul Adawiyah

Program : Sarjana Keperawatan Ekstensi

Tahun Akademik : 2011/2012

Abstrak

Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang masih menghadapi masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dialami tidak saja masalah kesehatan terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Masalah kesehatan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, pada umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah populasi sebanyak 477 orang dan sampel diambil secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak. Sampel yang digunakan berjumlah 48 orang. Tekhnik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji reliabilitas dengan uji cronbach’s alpha dan diperoleh hasil 0,763. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang sehat sebanyak 77,08%, responden yang beresiko gangguan kesehatan jiwa sebanyak 22,92% dan tidak ada responden yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Umur responden rata-rata 9 tahun dengan mayoritas jenis kelamin perempuan sebanyak 72,9%.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan umumnya responden sehat tetapi cukup banyak yang beresiko gangguan kesehatan jiwa sehingga perlunya peningkatan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga, dan komunitas, penambahan materi mata kuliah keperawatan jiwa tentang kesehatan jiwa khususnya pada anak usia sekolah, melakukan penelitian yang berhubungan dengan gambaran kesehatan jiwa pada remaja, dan perlunya guru seperti halnya orangtua, memperhatikan perkembangan psikologis dan sosial anak serta orangtua sama-sama bertanggung jawab untuk membantu anak memperoleh prestasi sehingga anak yang beresiko mengalami gangguan menjadi sehat bukan menjadi gangguan.


(10)

Title : The Description of Mental Health in School Age Children in SD Negeri 200208 South Padangsidimpuan The Government of Padangsidimpuan City

Researcher : Robiatul Adawiyah

Program : Bachelor of Nursing Extension Academic Year : 2011/2012

Abstract

Indonesia is a developing country is still facing health problems. Health problems not only related to physical health problems but also a community mental health problems. Mental health problems in children is a lot going on, are generally not diagnosed and treatment is inadequate. This study aims to determine the description of mental health in school age children in SD Negeri 200208 South Padangsidimpuan the Government of Padangsidimpuan City.

This study used a descriptive design. The number of people and a population of 477 samples taken in simple random sampling is random sampling. The sample used amounted to 48 people. Techniques of data collection using questionnaires. Reliability testing with Cronbach's alpha and test results obtained 0.763. Data processing results are presented in tabular form the frequency distribution and percentage.

The results of this study indicate that healthy respondents as much as 77.08%, of respondents who are at risk of mental health disorders as much as 22.92% and no respondents who experience mental health disorders. Age of the respondents an average of 9 years with the majority of the female sex as much as 72.9%. The results obtained showed that respondents are generally healthy but many were at risk of mental health disorders that need improvement and soul of nursing care to individuals, families, and communities, the addition of life-course materials about mental health nursing, especially in school-age children, conducting research related with a picture of mental health in adolescents, and the need for teachers as well as parents, pay attention to psychological and social development of children and parents are equally responsible for helping children acquire some achievements so that children who are at risk of disruption to be healthy rather than a nuisance.


(11)

Judul : Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan

Peneliti : Robiatul Adawiyah

Program : Sarjana Keperawatan Ekstensi

Tahun Akademik : 2011/2012

Abstrak

Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang masih menghadapi masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dialami tidak saja masalah kesehatan terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Masalah kesehatan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, pada umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah populasi sebanyak 477 orang dan sampel diambil secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak. Sampel yang digunakan berjumlah 48 orang. Tekhnik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji reliabilitas dengan uji cronbach’s alpha dan diperoleh hasil 0,763. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang sehat sebanyak 77,08%, responden yang beresiko gangguan kesehatan jiwa sebanyak 22,92% dan tidak ada responden yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Umur responden rata-rata 9 tahun dengan mayoritas jenis kelamin perempuan sebanyak 72,9%.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan umumnya responden sehat tetapi cukup banyak yang beresiko gangguan kesehatan jiwa sehingga perlunya peningkatan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga, dan komunitas, penambahan materi mata kuliah keperawatan jiwa tentang kesehatan jiwa khususnya pada anak usia sekolah, melakukan penelitian yang berhubungan dengan gambaran kesehatan jiwa pada remaja, dan perlunya guru seperti halnya orangtua, memperhatikan perkembangan psikologis dan sosial anak serta orangtua sama-sama bertanggung jawab untuk membantu anak memperoleh prestasi sehingga anak yang beresiko mengalami gangguan menjadi sehat bukan menjadi gangguan.


(12)

Title : The Description of Mental Health in School Age Children in SD Negeri 200208 South Padangsidimpuan The Government of Padangsidimpuan City

Researcher : Robiatul Adawiyah

Program : Bachelor of Nursing Extension Academic Year : 2011/2012

Abstract

Indonesia is a developing country is still facing health problems. Health problems not only related to physical health problems but also a community mental health problems. Mental health problems in children is a lot going on, are generally not diagnosed and treatment is inadequate. This study aims to determine the description of mental health in school age children in SD Negeri 200208 South Padangsidimpuan the Government of Padangsidimpuan City.

This study used a descriptive design. The number of people and a population of 477 samples taken in simple random sampling is random sampling. The sample used amounted to 48 people. Techniques of data collection using questionnaires. Reliability testing with Cronbach's alpha and test results obtained 0.763. Data processing results are presented in tabular form the frequency distribution and percentage.

The results of this study indicate that healthy respondents as much as 77.08%, of respondents who are at risk of mental health disorders as much as 22.92% and no respondents who experience mental health disorders. Age of the respondents an average of 9 years with the majority of the female sex as much as 72.9%. The results obtained showed that respondents are generally healthy but many were at risk of mental health disorders that need improvement and soul of nursing care to individuals, families, and communities, the addition of life-course materials about mental health nursing, especially in school-age children, conducting research related with a picture of mental health in adolescents, and the need for teachers as well as parents, pay attention to psychological and social development of children and parents are equally responsible for helping children acquire some achievements so that children who are at risk of disruption to be healthy rather than a nuisance.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang masih menghadapi masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dialami tidak saja masalah kesehatan terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Sesuai dengan defenisi sehat sebagaimana yang tertuang dalam UU Kesehatan No.23 tahun 1992 yang menyebutkan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Defenisi kesehatan tersebut diatas mengatakan bahwa manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh dari unsur badan, jiwa dan sosial yang tidak dititikberatkan pada penyakit tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dari kesejahteraan dan produktifitas sosial ekonomi. Kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis (serasi), memperhatikan semua segi kehidupan manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Oleh karena itu, kesehatan jiwa mempunyai kedudukan yang penting di dalam pemahaman kesehatan, sehingga tidak mungkin kita berbicara tentang kesehatan tanpa melibatkan kesehatan jiwa.

Prevalensi gangguan kesehatan jiwa di Indonesia menurut hasil studi Bahar, dkk (1995) adalah 18,5%. Hal ini berarti dari 1.000 penduduk terdapat sedikitnya 185 penduduk dengan gangguan kesehatan jiwa atau tiap rumah tangga terdapat seorang anggota keluarga yang menderita gangguan kesehatan jiwa. Jika hasil studi ini dapat dijadikan dasar, tidak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi


(14)

peningkatan angka gangguan kesehatan jiwa yang semula berkisar antara 20-60 per 1.000 penduduk, seperti yang tercantum pada Sistem Kesehatan Nasional.

Khusus untuk anak dan remaja, masalah kesehatan jiwa perlu menjadi fokus utama tiap upaya peningkatan sumber daya manusia, mengingat anak dan remaja merupakan generasi yang perlu disiapkan sebagai kekuatan bangsa Indonesia. Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40% dari total pepulasi terdiri atas anak dan remaja berusia 0-16 tahun. Ternyata 7-14% dari populasi anak dan remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa (Achir Yani, 2008).

Masalah kesehatan jiwa mempunyai lingkup yang sangat luas dan kompleks serta saling berhubungan satu dengan lainnya. Apabila kita mengangkat data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan pada tahun 1995, yang antara lain menunjukkan bahwa gangguan mental Remaja dan Dewasa terdapat 140 per 1000 anggota rumah tangga, gangguan mental Anak Usia Sekolah terdapat 104 per 1000 anggota rumah tangga. Dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir ini, data tersebut dapat dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan gejolak-gejolak lainnya di seluruh daerah, bahkan masalah dunia internasionalpun akan ikut memicu terjadinya peningkatan. Menghadapi hal seperti ini tentu tidak semata-mata menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi sangat diperlukan adanya partisipasi aktif dari semua pihak dan lapisan masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 220 / MENKES / SK / III / 2002).


(15)

adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22 % anak-anak dan yang mendapat pengobatan jumlahnya kurang dari 20% (Isaaac, 2004). Jika dilihat angka dari Badan Litbang Departemen Kesehatan yakni angka gangguan mental yang dialami anak usia sekolah yakni 104 per 1000 anggota keluarga jika diartikan maka dalam 1000 keluarga ada sekitar 104 anak yang mengalami gangguan mental.

Angka tersebut tentu saja mengkhawatirkan karena usia sekolah merupakan usia yang sangat penting dalam perjalanan hidup anak, masa usia sekolah merupakan cerminan kesuksesan anak di masa selanjutnya. Pada usia inilah pertama sekali anak diperkenalkan dengan dunia pendidikan formal, dimana dalam pendidikan formal anak sudah dituntut mampu menerapkan intelektualnya. Dalam masa ini juga anak mengalami pertumbuhan fisik serta perkembangan emosional dan sosial, anak senang berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan sosialisasi. Rentang umur usia sekolah antara enam sampai dua belas tahun sesuai dengan pendapat Nasution (1993, dalam Djamarah, 2008).

Anak usia sekolah dikatakan mengalami masalah kesehatan jiwa apabila perilaku anak tidak sesuai dengan tingkat usia sekolah, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi. Tugas perkembangan pada usia sekolah ini menurut Erickson adalah menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan, mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan teman sebaya, mempunyai sahabat karib, dan berperan dalam kegiatan kelompok. Sedangkan penyimpangan perkembangan pada anak usia sekolah tidak mau mengerjakan tugas sekolah atau


(16)

membangkang pada orangtua, tidak ada kemauan untuk bersaing, terkesan malas, tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok dan memisahkan diri dari sekolah dan teman-teman sepermainan.

Penanganan dini terhadap anak-anak yang mengalami masalah kesehatan jiwa menjadi penting, terutama jika gejala-gejala sudah muncul sejak usia kanak-kanak. Karena kecenderungannya, gangguan jiwa yang muncul sejak usia dini dan tidak ditangani dengan baik akan makin memburuk seiring bertambahnya usia. Tetapi kenyataannya masalah kesehatan jiwa anak masih belum mendapat perhatian dari semua pihak. Untuk itu perlu upaya penanganan yang serius untuk menanggulanginya, karena jika tidak kondisi itu akan memperburuk kualitas perkembangan generasi muda yang pada akhirnya dapat menambah beban sosial ekonomi bagi masyarakat.

Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu peningkatan sarana layanan di bidang kesehatan jiwa anak, meningkatkan kepedulian pemerintah serta edukasi dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa anak. Sekolah Dasar Negeri 200208 merupakan sekolah yang berada di Padangsidimpuan Selatan yang kebanyakan siswa-siswi di sekolah tersebut diasuh oleh kakek dan nenek mereka sementara orangtua para anak tersebut merantau demi memperoleh kehidupan yang lebih layak. Pola asuh dari kakek dan nenek menyebabkan anak lebih dimanja dibanding anak yang diasuh oleh orangtua. Pada dasarnya keadaan seperti ini mempengaruhi kesehatan jiwa anak-anak tersebut.

Dan sebelum dilakukan intervensi perlu didapatkan jumlah siswa dan data akurat tentang kondisi kesehatan jiwa di kota Padangsidimpuan khususnya SD


(17)

Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan. Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan maka diperoleh jumlah siswa/siswi SD Negeri 20020 8 Padangsidimpuan Selatan yaitu 477 orang yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 94 orang (19,7%), kelas 2 sebanyak 82 orang (17,19%), kelas 3 sebanyak 72 orang (15,09%), kelas 4 sebanyak 72 orang (15,09%), kelas 5 sebanyak 73 orang (15,3%) dan kelas 6 sebanyak 84 orang (17,61%). Hasil wawancara dengan guru masih banyak anak yang tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah atau tinggal kelas, mencontek di kelas, dan tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru. Pernyataan di atas merupakan masalah-masalah kesehatan jiwa pada anak usia sekolah yang sering terjadi.

Dalam upaya mendukung kesehatan jiwa pada anak usia sekolah dan untuk dapat mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam mendukung kesehatan jiwa anak usia sekolah perlu diketahui atau diteliti mengenai bagaimana gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah.

Berdasarkan fenomena di atas tersebut peneliti tertarik untuk mengeksplorasi gambaran yang lebih jelas mengenai kesehatan jiwa pada anak usia sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan. Selain itu dapat digunakan bagi penelitian berkelanjutan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan jiwa.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan?


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada siswa dengan masalah kesehatan jiwa

b. Bagi pendidikan keperawatan

Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap siswa gangguan kesehatan jiwa di sekolah dasar.

c. Bagi penelitian keperawatan

Sebagai informasi tambahan bagi peneliti berikutnya dalam menganalisa gambaran kesehatan jiwa pada remaja.

d. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pola asuh orangtua dan guru dalam memahami anak dan memperhatikan perkembangan psikologis dan sosial anak.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kesehatan Jiwa

2.1.1 Pengertian Kesehatan Jiwa

Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas.

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif,


(20)

sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009).

Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang melatar belakangi timbulnya suatu gangguan. Pengetahuan dan pengalaman yang cukup dapat membantu seseorang untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut. Semakin dini kita menemukan adanya gangguan maka akan semakin mudah penanganannya. Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia sekolah dasar sangat membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat. Masalah kesehatan jiwa yang sifatnya ringan dapat dilakukan penanganan di sekolah oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena penyebab permasalahan dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga yang tidak ingin dibicarakan oleh orang tua, mungkin pula anak mempunyai masalah dengan teman (Noviana, 2010).

Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi individu sangat kompleks sehingga perlu penanganan oleh suatu program kesehatan jiwa yang bersifat kompleks pula. Masalah-masalah kesehatan jiwa dapat meliputi: 1) perubahan fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada individu (distres) dan atau


(21)

hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya; 2) masalah psikososial yang diartikan sebagai setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis maupun sosial yang memberi pengaruh timbal balik dan dianggap mempunyai pengaruh cukup besar. Sebagai faktor penyebab timbulnya berbagai gangguan jiwa.

Psikososial yang dapat berupa masalah perkembangan manusia yang harmonis, peningkatan kualitas hidup, upaya-upaya kesehatan jiwa diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut yang meliputi upaya primer, sekunder dan tersier yang ditujukan untuk meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia agar dapat hidup lebih sehat, harmonis, dan produktif (Dalami, 2010).

2.1.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa pada Anak Usia

Sekolah

Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia sekolah menurut Depkes RI (2001, dalam Noviana, 2010) antara lain:

a. Guru

Perilaku guru menunjukan suatu pengaruh yang besar dan kuat terhadap iklim atau suasana sekolah, baik sosial maupun emosional. Keberhasilan guru dalam mengajar dan mendidik, khususnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak.

b. Teman sebaya

Sehari-hari anak bergaul dengan teman sekolah atau teman di luar sekolah. Orang tua dan guru harus mengetahui kelompok teman bermain anak baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di rumah anak berada dalam “dunia dewasa”,


(22)

yang penuh dengan norma dan nilai yang harus dipatuhi, sedangkan di luar rumah anak dalam “dunia usia sebaya”, yang penuh dengan kebebasan.

c. Kondisi fisik sekolah

Anak tidak akan tenang belajar, apabila sekolah terletak di dekat pasar, perkampungan yang padat, dekat pabrik, atau disekitar tempat hiburan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perilaku anak.

d. Kurikulum

Kurikulum sekolah merupakan pedoman proses pembelajaran yang sangat penting. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 sudah menggariskan jenis dan muatan kurikulum, khususnya kurikulum nasional yang cukup fleksibel menampung keperluan khusus setempat dalam bentuk muatan lokal.

e. Proses pembelajaran

Suasana sekolah yang menantang dan merangsang belajar, akan menentukan iklim sekolah. Hal ini tergantung pada kemampuan guru mengajar, serta tata tertib yang berlaku di sekolah. Sekolah terasa nyaman dan menarik, sehingga anak senang berada di sekolah dan guru pun bergairah dalam mengajar.

f. Keluarga

Keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian anak secara dini yang pertama dan utama. Orang tua yang bersifat otoriter, tidak sabar, mudah marah, selalu mengatakan “tidak”, selalu melarang, sering memukul, akan sangat berpengaruh buruk terhadap perkembangan kepribadian anak.


(23)

2.1.3 Konsep Model Perawatan Kesehatan Jiwa 1. Model Psiko Analisa

Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa anak.

2. Model Interpersonal

Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Teori ini meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal. 3. Model Sosial

Menurut Caplain situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Teori ini mengemukakan pandangan sosial terhadap perilaku bahwa faktor sosial dan lingkungan menciptakan stress yang menyebabkan ansietas yang akan menimbulkan gejala perilaku menyimpang.

4. Model Eksistensi

Teori ini mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Keasingan diri dari lingkungan dapat terjadi karena hambatan pada diri individu. Individu merasa putus asa, sedih, sepi, kurangnya kesadaran diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan/tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya


(24)

5. Model Komunikasi

Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pasien tidak dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa dapat digunakan merusak makna, pesan dapat pula tersampaikan mungkin tidak selaras. Fase komunikasi ada 4 yaitu: pra interaksi, orientasi, kerja, dan terminasi.

6. Model Perilaku

Dikembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini meyakini bahwa perubahan perilaku akan mengubah kognitif dan afektif.

7. Model Medical

Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan sistem saraf pusat. Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia dipengaruhi oleh transmisi impuls neural serta gangguan sinap yaitu masalah biokimia. Faktor sosial dan lingkungan diperhitungkan sebagi faktor pencetus. 8. Model Keperawatan

Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial dengan model pendekatan berdasarkan teori sistem, teori perkembangan, teori interaksi, pendekatan holistik, teori keperawatan Fokus pada rentang sehat sakit, teori dasar keperawatan, tindakan keperawatan, dan hasil tindakan (Wahyu dkk, 2009)


(25)

2.1.4 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa

Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjalankan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya.

Dalam upaya mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting, untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami beberapa konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan jiwa.

Para perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan spesifik. Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi.

1. Pelaksana asuhan keperawatan

Perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas. Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep perilaku manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas.

Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.


(26)

2. Pelaksana pendidikan keperawatan

Perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa.

3. Pengelola keperawatan

Perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa.

Dalam melaksanakan perannya ini perawat:

a. Menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa

b. Menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa

c. Berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus seperti mengorganisasi, koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi individu maupun keluarga

d. Mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan

4. Pelaksana penelitian

Perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa (Dalami, 2010).


(27)

2.2 Konsep Anak Usia Sekolah

2.2.1 Pengertian Anak Usia Sekolah

Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam hingga kira-kira usia duabelas tahun. Karakteristik utama usia sekolah adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik (Untario, 2004).

Selanjutnya seorang anak mulai bersekolah dimana ia akan memperoleh pendidikan secara formal dari guru/pengajar/pendidik. Sekolah adalah tempat sesudah keluarga dimana anak akan memperoleh pendidikan. Oleh karena itu sekolah merupakan lembaga yang sangat penting didalam pembentukan kepribadian anak dan menentukan mutu anak tersebut dikemudian hari. Menurut Nasution (1993, dalam Djamarah, 2008) masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau duabelas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai masa sekolah oleh karena pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal, tetapi bisa juga dikatakan bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa matang untuk belajar karena anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu, sedangkan disebut masa matang untuk sekolah karena anak sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya dan


(28)

anak sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan dari sekolah.

Masa usia sekolah dianggap oleh Suryabrata (2008) sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Tetapi dia tidak berani mengatakan pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar. Kesukaran penentuan ketepatan umur matang untuk masuk sekolah dasar disebabkan kematangan itu tidak hanya ditentukan oleh umur semata, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya seperti yang sudah dibahas sebelumnya.

Defenisi-defenisi yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli di atas, jika disimpulkan mengatakan bahwa usia sekolah adalah usia yang sangat penting dalam perjalanan hidup anak, karena usia inilah pertama sekali anak diperkenalkan dengan dunia pendidikan formal, dimana dalam pendidikan formal anak sudah dituntut mampu menerapkan intelektualnya. Dalam masa ini juga anak mengalami pertumbuhan fisik serta perkembangan emosional dan sosial, anak senang berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan sosialisasi. Rentang umur usia sekolah antara enam sampai dua belas tahun sesuai dengan pendapat Nasution (1993, dalam Djamarah, 2008).

Sekolah berperan sebagai agens untuk mentransmisikan nilai-nilai masyarakat pada setiap generasi selanjutnya dan mengatur berbagai hubungan dengan teman sebaya. Sebagai agens sosialisasi kedua setelah keluarga, sekolah memberikan pengaruh besar pada perkembangan sosial anak.

Masuk sekolah menyebabkan terputusnya struktur dunia anak. Bagi sebagian besar anak, masuk sekolah merupakan pengalaman pertama mereka


(29)

untuk menyesuaikan diri dengan pola kelompok yang dipaksakan oleh orang dewasa selain orang tua dan yang memiliki tanggung jawab terhadap banyak anak secara konstan mengawasi anak per individu. Anak ingin pergi ke sekolah dan biasanya menyesuaikan diri terhadap kondisi yang baru dengan sedikit kesulitan. Penyesuaian yang berhasil secara langsung berhubungan dengan kematangan fisik dan emosional anak, dan kesiapan orangtua dalam menerima perpisahan karena anak sudah masuk sekolah. Selain itu sebagian besar anak telah memiliki pengalaman dari perawatan sehari-hari, pengalaman prasekolah (mis, playgroup dan taman kanak-kanak).

Guru dalam hal ini memfasilitasi transisi dari rumah ke sekolah, guru harus memiliki karakteristik kepribadian yang memungkinkan mereka memenuhi kebutuhan anak yang lebih kecil. Guru seperti halnya orangtua, memperhatikan kesejahteraan psikologis dan emosional anak. Walaupun fungsi guru dan orangtua berbeda, keduanya memberikan batasan perilaku dan keduanya berada pada posisi untuk menguatkan standar perilaku. Namun, tanggung jawab utama guru adalah menstimulasi dan membimbing perkembangan intelektual anak, dan bukan memberikan kesejahteraan fisik anak diluar lingkungan sekolah. Guru bersama-sama orangtua memberi pengaruh dalam menentukan sikap dan nilai anak. Guru yang membuat pernyataan pendukung yang meyakinkan atau memuji anak menggunakan pernyataan yang dapt diterima dan jelas yang membantu anak memperhalus ide dan perasaanya, serta memberikan bimbingan yang membantu anak mecahkan masalahnya sendiri untuk memperluas dan mengembangkan konsep diri positif pada anak usia sekolah (Wong, 2008).


(30)

Orangtua sama-sama bertanggung jawab untuk membantu anak memperoleh petensi maksimalnya. Menanamkan tanggung jawab merupakan tujuan dari bantuan orangtua. Bertanggung jawab terhadap tugas sekolah mambantu anak belajar menepati janji, memenuhi tenggang waktu, dan berhasil dipekerjaannya saat ia menjadi orang dewasa. Istilah latchkey children digunakan untuk menggambarkan anak usia sekolah dasar yang ditinggalkan untuk merawat dirinya sendiri sebelum atau sesudah sekolah tanpa pengawasan orang dewasa.

Meningkatnya orangtua tunggal dan ibu bekerja, bersamaan dengan kurangnya perawatan anak yang memadai, telah menyebabkan kondisi yang mencetuskan stres pada anak sekolah. Tanpa pengawasan orang dewasa yang adekuat setelah pulang sekolah menyebabkan anak berisiko tinggi terhadap cedera dan perilaku yang nakal. Latchkey children lebih merasa kesepian, terisolasi, dan lebih penakut daripada anak-anak yang memiliki seseorang yang merawat mereka. Untuk menangani rasa takut dan ansietas ketika sendirian, anak-anak ini dapat menggunakan strategi seperti bersembunyi, menyalakan televisi dengan suara keras, atau bermain dengan binatang peliharaan sebagai sesuatu yang membuat nyaman (Wong, 2008).

2.2.2 Tugas – tugas Perkembangan pada Masa Sekolah

a) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan

Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat. Pada masa sekolah anak sudah sampai pada taraf penguasaan otot, sehingga sudah dapat berbaris, melakukan senam pagi


(31)

dan permainan-permainan ringan, seperti sepak bola, loncat tali, berenang, dan sebagainya.

b) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis

Hakikat tugas ini ialah (1) mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan; (2) mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif.

c) Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya

Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan anak di sekolah atau teman sebayanya mungkin diwarnai perasaan senang, karena secara kebetulan temannya itu berbudi baik, tetapi mungkin juga diwarnai oleh perasaan tidak senang karena teman sepermainannya suka mengganggu atau nakal.

d) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya

Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainnan khas yang laki-laki, seperti main kelereng, main bola, dan layang-layang. e) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung

Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang


(32)

untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam masyarakat yang berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah dasar (SD), karena dari sekolah dasar anak sudah memperoleh keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.

f) Belajar mengembangkan sikap sehari-hari

Apabila kita sudah melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium, dan mengalami, tinggallah suatu ingatan pada kita. Ingatan mengenai pengamatn yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan). Demikianlah kita mempunyai tanggapan tentang ayah, ibu, rumah, pakaian, buku, sekolah, dan juga mengenai gerak-gerik yang dilakukan, seperti berbicara, berjalan, berenang, dan menulis. Bertambahnya pengalaman akan menambah perbendaharaan konsep pada anak. Tak perlu diuraikan lagi bahwa dalam kehidupan sangat banyak konsep yang dibutuhkan. Semakin bertambah pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Tugas sekolah yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan sebagainya. Untuk mengembangkan tugas perkembangan anak ini, maka guru dalam mendidik/ mengajar di sekolah sebaiknya memberikan bimbingan kepada anak untuk:

1. Banyak melihat, mendengar, dan mengalami sebanyak-banyaknya tentang sesuatu yang bermanfaat untuk peningkatan ilmu dan kehidupan bermasyarakat.


(33)

2. Banyak membaca buku-buku atau media cetak lainnya. Semakin dipahami konsep-konsep tersebut, semakin mudah untuk memperbincangkannya dan semakin mudah pula bagi anak untuk mempergunakannya pada waktu berpikir.

g) Mengembangkan kata hati

Hakikat tugas ini ialah mengambangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan terhadap peraturan agama (moral) disertai dengan perasaan senang untuk melakukan tau tidak melakukannya. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan masalah benar-salah, boleh-tidak boleh, seperti jujur itu baik, bohong itu buruk, dan sebagainya.

h) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi

Hakikat tugas ini adalah untuk dapat menjadi orang yang berdiri sendiri dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan orang lain.

i) Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga

Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai hak orang lain. Umpamanya, mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tengggang rasa, mau bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan menghargai hak orang lain (Yusuf, 2006).


(34)

2.2.3 Karakteristik Anak Usia Sekolah

Karakteristik pada masa usia sekolah ini dapat diperinci menjadi 2 fase : 1) Masa kelas rendah sekolah dasar (6 - 9 tahun) dengan karakteristik :

a. Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan.

c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.

e. Jika tidak dapat menyelesaikan sesuatu maka sesuatu tersebut tidak dianggap penting, misalnya dalam mengerjakan soal, jika soal tersebut tidak mampu dijawab maka soal itu dianggap tidak penting.

f. Anak menghendaki nilai-nilai (angka rapor, skor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. 2) Masa kelas tinggi sekolah dasar (9 - 13 tahun), dengan karakteristik :

a. Adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. b. Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus.

d. Membutuhkan bantuan guru atau orang dewasa lainnnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.

e. Anak memandang nilai (angka rapor) adalah ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolahnya.

f. Gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama dan sering membuat peraturan sendiri.


(35)

Karakteristik- karakteristik ini diperjelas lagi oleh beberapa teori dari ahli psikologi, dimana para ahli memandang anak dari beberapa sudut pandang dan dalam bahasan ini akan peneliti uraikan dari aspek psikososial saja karena berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

2.2.4 Teori Perkembangan Anak Usia Sekolah

1) Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson.

Menurut Erickson (2000, dalam Keliat, 2006) perkembangan psikososial anak usia sekolah adalah peningkatan kemampuan anak usia 7-12 tahun dalam berbagai hal, termasuk interaksi dan prestasi belajar dalam menghasilkan suatu karya berdasarkan kemampuan diri sendiri. Tantangan psikososial untuk tahun-tahun sekolah inilah yang disebut Erikson industry versus inferiority (ketekunan versus perasaan rendah diri). Anak mulai melihat hubungan antara ketekunan dan perasaan senang bila sebuah pekerjaan selesai. Kemampuan anak untuk berpindah-pindah antara dunia rumah, lingkungan tempat tinggal, dan sekolah serta untuk menguasai hal-hal akademis, kegiatan kelompok dan teman-teman akan menumbuhkan perasaan kompeten. Kesulitan dalam menghadapi tantangan ini dapat menghasilkan perasaan rendah diri. Dengan kata lain pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap dirinya. Hambatan atau kegagalan mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah diri.

Hubungan dengan teman sebaya sehari-hari memberikan interaksi sosial paling penting untuk anak usia sekolah. Untuk pertama kalinya, anak mampu bergabung dalam aktivitas kelompok dengan antusiasme yang tidak terbatas dan


(36)

partisipasi yang mantap. Pengalaman berharga dipelajari dari interaksi sehari-hari dengan teman sebaya. Pertama, anak belajar menghargai beberapa perbedaan sudut pandang yang ditunjukkan dalam kelompok teman sebaya. Pada saat anak berinterakasi dengan teman sebaya yang memandang dunia ini secara berbeda, anak mulai menyadari bahwa sudut pandang mereka memiliki keterbatasan. Dampaknya, anak belajar untuk berdebat, membujuk, berunding, bekerjasama, dan berkompromi untuk mempertahankan persahabatan.

Kedua, anak bertambah sensitif terhadap norma sosial dan tekanan dari kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya menetapkan standar untuk menerima dan menolak, dan anak-anak mungkin ingin memodifikasi perilaku mereka agar dapat diterima kelompok. Kebutuhan untuk diterima teman sebaya menjadi pengaruh kuat untuk penyesuaian.

Ketiga, interaksi diantara teman sebaya berperan penting dalam pembentukan hubungan persahabatan dengan teman sesama jenis. Periode usia sekolah adalah waktu ketika anak memiliki “sahabat” yaitu teman tempat berbagi rahasia, lelucon pribadi, dan petualangan; mereka saling membantu jika temannya menghadapi masalah. (Wong, 2008)

Erickson (2000, dalam Keliat, 2006) mengatakan bahwa anak usia sekolah tertarik terhadap pencapaian hasil belajar. Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun pada usia ini membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya


(37)

sendiri, sehingga dapat mengakibatkan kesulitan belajar pada anak (Untario, 2004).

Tugas perkembangan pada usia sekolah ini menurut Erickson adalah menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan, mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan teman sebaya, mempunyai sahabat karib, dan berperan dalam kegiatan kelompok. Sedangkan penyimpangan perkembangan pada anak usia sekolah tidak mau mengerjakan tugas sekolah atau membangkang pada orangtua, tidak ada kemauan untuk bersaing, terkesan malas, tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok dan memisahkan diri dari sekolah dan teman-teman sepermainan Nasution (1993, dalam Djamarah, 2008).

Menurut Paris dan Cunningham (1996, dalam Woolfolk, 2009), cara anak menghadapi tantangan-tantangan ini memiliki implikasi pada pengalaman sekolah selanjutnya. Dua diantara prediktor terbaik untuk drop out dari sekolah adalah rata-rata nilai yang rendah di kelas 3 dan pernah tinggal kelas di SD. Kemudian Entwisle dan Alexander (1998, dalam Woolfolk, 2009) mengemukakan “Seberapa sukses anak di Sekolah Dasar penting bagi kesuksesan mereka di masa depan dibanding prestasi sekolah di waktu-waktu lainnya”. Oleh karena itu, anak usia sekolah harus lebih diperhatikan sehingga pada masa dewasa anak tidak mengalami hambatan dalam prestasi dan sosialisasi.

2) Teori Perkembangan Kognitif Piaget.

Piaget (1985, dalam Woolfolk, 2009) mengidentifikasi tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak pada usia sekolah adalah tahap


(38)

operasional kongkrit. Pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berpikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit dan mampu melakukan penilaian terhadap sesuatu hal yang kongkrit, atau dengan kata lain prinsip bahwa jumlah atau banyaknya sesuatu tetap sama meskipun penataan atau penampilannya diubah, selama tidak ada yang ditambahkan atau diambil. Operasi penting lain yang dikuasai pada tahap ini adalah pengelompokan. Pengelompokan bergantung pada kemampuan anak untuk memfokuskan perhatiannya pada salah satu karakteristik objek diantara sejumlah karakteristik (misalnya,warna) yang ada dan mengelompokkan objek-objek menurut karakteristik itu. Anak pada tahap ini juga memiliki kemampuan mengurutkan, artinya membuat anak mampu melakukan penataan urut mulai dari besar sampai kecil atau sebaliknya. Pemahaman tentang ini memungkinkan anak untuk mengonstruksikan rangkaian-rangkaian logis yang A < B < C (A lebih kecil daripada B lebih kecil daripada C).

Kemampuan yang dimiliki anak untuk menangani operasi-operasi seperti penilaian, pengelompokan dan pengurutan pada tahap operasional kongkrit dapat mengembangkan sistem berpikir yang lengkap dan sangat logis. Akan tetapi sistem berpikir ini masih dikaitkan dengan realitas fisik. Logikanya didasarkan pada situasi-situasi kongkrit yang dapat diorganisasikan, dikelompokkan atau dimanipulasi.

Perkembangan afektif utama selama tahap operasional kongkrit adalah penilaian perasaan. Perkembangan tersebut merupakan peningkatan cara berpikir efektif. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penyusunan konsep pada anak


(39)

muncul dari suatu penilaian terhadap kondisi yang memungkinkan anak untuk meyakini bahwa motif akan mampu membuat keputusan moral.

Bertitik tolak pada perkembangan psikososial dan kognitif anak usia sekolah tersebut, menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, dimana proses berpikirnya belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah masih berpijak pada prinsip yang sama dimana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang diamati. Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di lingkungan masyarakat.

Seperti dikatakan Darmodjo (1992, dalam Djamarah, 2008) anak usia sekolah adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan fisik, dimana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari tiga aspek tersebut. Dengan perbedaan karakteristik tersebut diharapkan praktisi pendidikan dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada anak didik sehingga semua anak dapat memahami materi pelajaran walaupun adanya perbedaan tersebut, karena tidak dapat dipungkiri perkembangan anak berhubungan erat dengan proses belajarnya.


(40)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kesehatan jiwa anak usia sekolah. Dengan variabel yang diteliti adalah tugas perkembangan anak usia sekolah (teori perkembangan psikososial Erik Erikson.

Skema 1. Kerangka konsep penelitian gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah

Teori perkembangan psikososial Erik Erikson 1. Mampu menyelesaikan tugas dari

sekolah/rumah

2. Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih juara pertama

3. Senang berkelompok dengan teman sebaya

4. Mempunyai sahabat karib

5. Berperan dalam kegiatan kelompok

Resiko mengalami gangguan

Sehat


(41)

3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala

1. Kesehatan jiwa

anak usia sekolah (6-12 tahun)

Kondisi anak usia 6-12 tahun terkait tumbuh kembang psikososialnya yang mencakup Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah,

mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih juara pertama, senang

berkelompok dengan teman sebaya, mempunyai sahabat karib, berperan dalam kegiatan kelompok

Kuesioner Skor 15-30 = gangguan Skor 31-45 = resiko

mengalami gangguan Skor 46-60 = sehat


(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif untuk mengetahui bagaimana gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan (Sastroasmoro, 2008).

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak sekolah yang berusia 6-12 tahun yang sedang menjalani pendidikan di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan sebanyak 477 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2008). Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak. Cara ini dipakai jika anggota populasi dianggap homogen. Penentuan jumlah sampel diambil dengan cara 10% dari jumlah populasi. Maka pada penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 48 orang. Dari 48 sampel dibagi 12 kelas dan diperoleh hasil 4 orang per kelas kemudian peneliti memberikan kertas undian kepada seluruh siswa per kelas yang bertuliskan angka


(43)

1-4 dan sebagian lagi dikosongkan dimana siswa yang mendapat angka 1-4 itulah yang dijadikan sebagai sampel.

Kelas Jumlah Keterangan

I 94 2 kelas

II 82 2 kelas

III 72 2 kelas

IV 72 2 kelas

V 73 2 kelas

VI 84 2 kelas

Total 477 12 kelas

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah sekolah dasar tersebut merupakan salah satu sekolah yang memiliki siswa yang banyak mengalami masalah kesehatan jiwa di Padangsidimpuan Selatan dan sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – Nopember 2011.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Sekolah SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan. Setelah mendapat izin dalam pengumpulan data, maka peneliti memberikan kuesioner pada siswa-siswi di sekolah tersebut. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden


(44)

pada lembar data (kuesioner) yang diisi oleh peneliti. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Informasi yang diperoleh peneliti dijaga kerahasiaannya.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Lembar kuesioner terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner untuk mengidentifikasi gambaran kesehatan jiwa anak usia sekolah. Data demografi meliputi umur, jenis kelamin, dan kelas.

Bagian kedua kuesioner yang berisi sejumlah pernyataan yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan. Kuesioner penelitian ini dibuat berdasarkan tinjauan pustaka menurut teori Erik Erikson sebanyak 15 pernyataan yang terdiri dari pernyataan negatif pada pernyataan nomor 2, 3, dan 13 serta pernyataan positif pada pernyataan nomor 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, dan 15. Kuesioner ini menggunakan skala likerts. Dimana nilai jawaban pernyataan positif 4 (selalu), 3 (sering), 2 (kadang), dan 1 (tidak pernah), sedangkan nilai jawaban pernyataan negatif 4(tidak pernah), 3 (kadang), 2 (sering), dan 1 (selalu). Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 15 dan nilai tertinggi 60. Berdasarkan rumusan statistika Sudjana (2002).

kelas Banyak

Rentang


(45)

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Rentang kelas sebesar 45 dan banyak kelas 3 yaitu sehat, resiko mengalami gangguan, dan gangguan. Sehingga diperoleh P=15. Dengan P= 15 dan nilai terendah 15 sebagai batas bawah kelas pertama, maka kesehatan jiwa anak usia sekolah dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut: 46-60 sehat, 31-45 resiko mengalami gangguan, 15-30 gangguan.

4.6 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas instrumen ini dikonsultasikan kepada staf pengajar yang ahli pada bidang Keperawatan Jiwa di Departemen Keperawatan Komunitas – Jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Sebagian pernyataan dari instrumen penelitian yaitu pernyataan nomor 4, 7, 9, 11, 12, dan 13 dimodifikasi agar sesuai dengan tujuan penelitian dan mempermudah responden untuk memahami kalimat dalam instrumen tersebut.

4.7 Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen. Tujuan dilakukan uji reliabilitas instrumen ini adalah untuk mengetahui tingkat reliabilitas setiap pernyataan kuesioner serta untuk mengetahui konsistensi instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan uji


(46)

reliabilitas yaitu dengan memberikan kuesioner terhadap 20 siswa yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian.

Menurut Polit & Hungler (1995) suatu instrumen yang baru reliabel dengan uji Cronbach’s Alpha bila koefisiennya 0.70 atau lebih diperoleh dengan komputerisasi. Hasil dalam uji reliabilitas yang telah dilakukan adalah 0,763. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

4.8 Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan. Adapun prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu : pada tahap awal peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian permohonan izin yang telah diperoleh dikirim ke SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti menentukan responden yang ingin diteliti sesuai yang telah ditentukan sebelumnya, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tersebut tentang tujuan, manfaat penelitian, kemudian calon responden tersebut diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Selanjutnya peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian. Peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan kuesioner kepada responden.


(47)

4.9 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian mengklarifikasi data dengan mentabulasi data yang telah dikumpulkan, tabulasi dilakukan dengan memberi skor pada item - item pernyataan dan memberi kode (coding) terhadap item - item tersebut dan mentabulasi data untuk memperoleh hasil dalam bentuk angka. Data disusun untuk disajikan dan dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif. Data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, persentase. Sedangkan data gambaran kesehatan jiwa anak usia sekolah disajikan dalam bentuk persentase dengan kategori sehat, resiko mengalami gangguan, dan gangguan.


(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilakukan pada bulan Oktober dengan jumlah responden 48 orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini akan meliputi data demografi dan gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan.

5.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden berada pada umur 9 tahun.

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur (n = 48)

Data demografi Mean Median Standar

Deviasi Minimum Maximum


(49)

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas jenis kelamin responden 72,9% perempuan.

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin (n = 48)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 13 27,1

Perempuan 35 72,9

Total 48 100

Penelitian ini dilakukan di 6 kelas. Pada masing-masing kelas terdiri dari 2 kategori yaitu A dan B.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pembagian kelas (n = 48)

Kelas Frekuensi Persentase

Kelas I A = 4

8 16,67

I B = 4 Kelas II A = 4

8 16,67

II B = 4 Kelas III A = 4

8 16,67

III B = 4 Kelas IV A = 4

8 16,67

IV B = 4 Kelas V A = 4

8 16,67

V B = 4 Kelas VI A = 4

8 16,67

VI B = 4


(50)

5.1.2 Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan (n = 48)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sehat sebanyak 77,08%, sebanyak 22,92% mengalamsi resiko gangguan kesehatan jiwa dan tidak ada responden yang mengalami gangguan.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah

Gambaran Kesehatan Jiwa

pada Anak Usia Sekolah Frekuensi Persentase

Sehat 37 77,08

Resiko Gangguan 11 22,92

Gangguan 0 0

Total 48 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang selalu mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah sebanyak 87,5%, responden yang selalu mempunyai rasa bersaing sebanyak 75%, sebanyak 77,1% responden yang selalu senang berkelompok dengan teman sebaya, sebanyak 41,7% responden yang selalu mempunyai sahabat karib, dan responden yang selalu berperan dalam kegiatan kelompok sebanyak 68,8%.

Pada hasil penelitian responden yang mencontek dan tidak mengerjakan tugas kalau tidak mengerti sebanyak 6,3%, sebanyak 2,1% responden tidak pernah belajar bersungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang baik dan tidak pernah berusaha menjadi juara jika ada perlombaan. Sebanyak 6,3% responden yang tidak pernah membahas tentang pelajaran dengan teman-teman di waktu luang,


(51)

sebanyak 39,6% responden yang tidak pernah menceritakan masalahnya kepada sahabatnya dan responden lebih suka mengerjakan tugas sendiri daripada kerja kelompok sebanyak 16,7%.

5.2 PEMBAHASAN

5.2.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan responden di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan (72,9%) dan rata-rata berada pada umur 9 tahun. Tugas perkembangan usia sekolah pada umur tersebut meliputi belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan, belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis, belajar bergaul dengan teman-teman sebaya, belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya, belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung, belajar mengembangkan sikap sehari-hari, mengembangkan kata hati, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi, dan mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga (Yusuf, 2006).


(52)

5.2.2 Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan

Pada penelitian ini terdapat 77,08% responden yang dalam keadaan sehat. Sesuai dengan pendapat Sumiati, dkk (2009), bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Hasil penelitian ditemukan 22,92% responden yang beresiko gangguan kesehatan jiwa. Pada responden yang beresiko gangguan kesehatan jiwa harus dilakukan penanganan berupa pengembangan rasa percaya diri terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Jika responden yang beresiko gangguan kesehatan jiwa tersebut tidak diatasi, maka responden tersebut akan berpotensi mengalami gangguan kesehatan jiwa. Menurut Noviana (2010), deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia sekolah dasar sangat membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat. Hasil penelitian tidak ditemukan responden yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi atau terpecahkan.


(53)

Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang melatar belakangi timbulnya suatu gangguan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang selalu mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah sebanyak 87,5%, responden yang selalu mempunyai rasa bersaing sebanyak 75%, sebanyak 77,1% responden yang selalu senang berkelompok dengan teman sebaya, sebanyak 41,7% responden yang selalu mempunyai sahabat karib, dan responden yang selalu berperan dalam kegiatan kelompok sebanyak 68,8%. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan tugas perkembangan psikososial Erik-Erikson yaitu menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan, mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan teman sebaya, mempunyai sahabat karib, dan berperan dalam kegiatan kelompok. Erickson (2000, dalam Keliat, 2006) mengatakan bahwa anak usia sekolah tertarik terhadap pencapaian hasil belajar.

Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. interaksi diantara teman sebaya berperan penting dalam pembentukan hubungan persahabatan dengan teman sesama jenis. Periode usia sekolah adalah waktu ketika anak memiliki “sahabat” yaitu teman tempat berbagi rahasia, lelucon pribadi, dan petualangan mereka saling membantu jika temannya menghadapi masalah (Wong, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan responden yang selalu mencontek dan tidak mengerjakan tugas kalau tidak mengerti sebanyak 6,3%, sebanyak 2,1% responden tidak pernah belajar bersungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang baik dan tidak mau berusaha menjadi juara jika ada perlombaan. Sebanyak


(54)

6,3% responden yang tidak pernah membahas tentang pelajaran dengan teman-teman di waktu luang, sebanyak 39,6% responden yang tidak pernah menceritakan masalahnya kepada sahabatnya dan responden lebih suka mengerjakan tugas sendiri daripada kerja kelompok sebanyak 16,7%.

Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Nasution (1993, dalam Djamarah, 2008) bahwa penyimpangan perkembangan pada anak usia sekolah tidak mau mengerjakan tugas sekolah atau membangkang pada orangtua, tidak ada kemauan untuk bersaing, terkesan malas, tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok dan memisahkan diri dari sekolah dan teman-teman sepermainan. Menurut Depkes RI (2001, dalam Noviana, 2010) masalah-masalah kesehatan jiwa tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu guru, teman sebaya, kondisi fisik sekolah, kurikulum, proses pembelajaran, dan keluarga.

Guru dalam hal ini memfasilitasi transisi dari rumah ke sekolah, guru harus memiliki karakteristik kepribadian yang memungkinkan mereka memenuhi kebutuhan anak yang lebih kecil. Guru seperti halnya orangtua, memperhatikan kesejahteraan psikologis dan emosional anak. Walaupun fungsi guru dan orangtua berbeda, keduanya memberikan batasan perilaku dan keduanya berada pada posisi untuk menguatkan standar perilaku. Namun, tanggung jawab utama guru adalah menstimulasi dan membimbing perkembangan intelektual anak, dan bukan memberikan kesejahteraan fisik anak diluar lingkungan sekolah. Guru bersama-sama orangtua memberi pengaruh dalam menentukan sikap dan nilai anak (Wong, 2008).


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan umumnya sehat tetapi cukup banyak responden yang beresiko gangguan kesehatan jiwa yang dibuktikan sebanyak 77,08% responden yang sehat, sebanyak 22,92% responden yang mengalami resiko gangguan kesehatan jiwa dan tidak ada responden yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.

6.2 Saran

1. Untuk pelayanan keperawatan

Diperlukan peningkatan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga, dan komunitas.

2. Untuk pendidikan keperawatan

Melalui institusi pendidikan perlu penambahan materi mata kuliah keperawatan jiwa tentang kesehatan jiwa khususnya pada anak usia sekolah.


(56)

3. Untuk penelitian selanjutnya

Pada penelitian ini menggambarkan bahwa gambaran kesehatan jiwa anak usia sekolah mengalami resiko gangguan kesehatan jiwa. Penelitian berikutnya diharapkan melakukan penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia sekolah. 4. Untuk sekolah

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa perlunya guru seperti halnya orangtua, memperhatikan perkembangan psikologis dan sosial anak serta orangtua sama-sama bertanggung jawab untuk membantu anak memperoleh prestasi sehingga anak yang beresiko mengalami gangguan menjadi sehat bukan menjadi gangguan.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Dalami, Ermawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media

Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar. Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta

Isaacs. 2004. Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta: EGC

Keliat, et al. CMHN. 2007. Modul Intermediate Course Community Mental Health Nursing. Jakarta WHO: FIK UI

Noviana, Nuryanti. 2010. Gambaran Kesehatan Jiwa Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) di Sekolah Dasar Negeri Semeru 7 Kota Bogor (Bab I).

Diambil 11 Maret 2011 dari

Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nasution, S. 2007. Metode Research: Penelitian Ilmiah Edisi 1 Cetakan 9. Jakarta: Bumi Aksara


(58)

Polit, D. F & Hungler, B. P. 1995. Nursing Research; principles and methode. (5th edition). Philadelphia: J. B. Lippincott Company.

Sastroasmoro, Sudigdo. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto

Sudjana. 2002. Metode Statistika. (Edisi 6). Bandung: Tarsito

Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja & Konseling. Jakarta: Trans Info Media

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Edisi 5. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa

Untario, Silvia. 2004. Kesulitan Belajar. Diambil 11 Maret 2011 dari

Wahyu, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika Press

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychologi Active Learning Edition. Tenth Edition. Boston. Allyn and Bacon

Yani, Achir. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yusuf, Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset


(59)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 200208

Padangsidimpuan Selatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan

Robiatul Adawiyah 101121020

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan.

Saya mengharapkan partisipasi Anda yang menjadi subjek dalam penelitian ini dengan menjawab pernyataan-pernyataan yang ada di kuesioner. Identitas dan jawaban Anda akan dijamin kerahasiannya dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan. Anda dapat memilih untuk menghentikan atau menolak berpartisipasi dalam penelitian ini kapan pun tanpa ada tekanan.

Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, tolong perhatikan petunjuk pengisian kuesioner dalam pernyataan-pernyataan yang ada dan menandatangani formulir persetujuan ini. Terimakasih atas perhatian dan partisipasi yang Anda berikan.

Medan, Oktober 2011

Peneliti Responden,


(60)

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No Kegiatan Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 September 2011

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1. Mengajukan judul penelitian 2. Revisi judul penelitian 3. Konsultasi Bab 1 dan Bab 2 4. Revisi Bab 1 dan Bab 2 5. Konsultasi Bab 2, Bab 3, dan

Bab 4

6. Revisi Bab 2, Bab 3, dan Bab 4

7. Revisi Bab 3 dan konsultasi instrumen penelitian 8. Revisi instrumen penelitian 9. Revisi instrumen penelitian 10. Sidang proposal 11. Revisi Proposal 12. Uji Validitas 13. Uji Reliabilitas 14. Pengambilan Data 15. Pengolahan Data 16. Konsultasi Bab 5, Bab 6, dan

Abstrak 17. Sidang Skripsi


(61)

No Kegiatan

Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Februari 2012

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II II

I I V 1. Mengajukan Judul

Penelitian 2. Revisi Judul Penelitin 3. Konsultasi Bab 1 dan Bab 2 4. Revisi Bab 1 dan Bab 2 5. Konsultasi Bab 2, Bab 3,

dan Bab 4 6. Revisi Bab 2, Bab 3, dan

Bab 4

7. Revisi Bab 3 dan konsultasi instrumen penelitian 8. Revisi instrumen penelitian 9. Revisi instrumen penelitian 10. Sidang proposal 11. Revisi Proposal 12. Uji Validitas 13. Uji Reliabilitas 14. Pengambilan Data 15. Pengolahan Data 16. Konsultasi Bab 5, Bab 6,

dan Abstrak 17. Sidang Skripsi


(62)

TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal

• Biaya tinta dan kertas print proposal Rp 150.000

• Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 120.000

• Biaya pembelian buku Rp 200.000

• Biaya internet Rp 50.000

• Penjilidan Rp 10.000

• Konsumsi Rp 50.000

2. Pengumpulan Data

• Surat izin penelitian Rp 100.000

• Transportasi Rp 250.000

• Penggandaan kuesioner Rp 25.000

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Hasil

• Biaya kertas dan tinta print Rp 150.000

• Penjilidan Rp 10.000

• Penggandaan laporan penelitian Rp 100.000


(63)

(64)

(65)

(66)

KODE KUESIONER PENELITIAN

Lembaran ini adalah instrumen untuk penelitian “Gambaran Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 200208 Padangsidimpuan Selatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan”.

1. Data Demografi Kode (diisi peneliti)

Umur : ... tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Kelas :

2. Kuesioner Kesehatan Jiwa Anak Usia Sekolah

Jawablah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda check list ( √ ) pada salah satu kolom yang menurut Anda benar !

No Pernyataan Selalu Sering Kadang Tidak

Pernah 1 Jika guru memberikan tugas atau PR,

akan saya kerjakan tepat pada waktunya

2 Tugas yang diberikan oleh guru, saya contek dari teman

3 Jika tugas atau PR yang tidak saya mengerti, saya tidak mengerjakannya

4 Jika guru memberikan belajar


(1)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 6 TAHUN 4 8.3 8.3 8.3

6.5 TAHUN 4 8.3 8.3 16.7

7 TAHUN 5 10.4 10.4 27.1

8 TAHUN 12 25.0 25.0 52.1

9 TAHUN 7 14.6 14.6 66.7

10 TAHUN 4 8.3 8.3 75.0

11 TAHUN 10 20.8 20.8 95.8

12 TAHUN 2 4.2 4.2 100.0

Total 48 100.0 100.0

JENISKELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 13 27.1 27.1 27.1

PEREMPUAN 35 72.9 72.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

KELAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KELAS I 11 22.9 22.9 22.9

KELAS II 10 20.8 20.8 43.8

KELAS III 6 12.5 12.5 56.3

KELAS IV 6 12.5 12.5 68.8

KELAS V 7 14.6 14.6 83.3

KELAS VI 8 16.7 16.7 100.0

Total 48 100.0 100.0

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KADANG 1 2.1 2.1 2.1

SERING 5 10.4 10.4 12.5

SELALU 42 87.5 87.5 100.0


(2)

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SELALU 3 6.3 6.3 6.3

KADANG 4 8.3 8.3 14.6

TIDAK PERNAH 41 85.4 85.4 100.0

Total 48 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SELALU 3 6.3 6.3 6.3

SERING 8 16.7 16.7 22.9

KADANG 5 10.4 10.4 33.3

TIDAK PERNAH 32 66.7 66.7 100.0

Total 48 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK PERNAH 5 10.4 10.4 10.4

KADANG 2 4.2 4.2 14.6

SERING 5 10.4 10.4 25.0

SELALU 36 75.0 75.0 100.0

Total 48 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK PERNAH 1 2.1 2.1 2.1

KADANG 2 4.2 4.2 6.3

SERING 11 22.9 22.9 29.2

SELALU 34 70.8 70.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK PERNAH 1 2.1 2.1 2.1

KADANG 3 6.3 6.3 8.3

SERING 8 16.7 16.7 25.0

SELALU 36 75.0 75.0 100.0


(3)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK PERNAH 2 4.2 4.2 4.2

KADANG 7 14.6 14.6 18.8

SERING 10 20.8 20.8 39.6

SELALU 29 60.4 60.4 100.0

Total 48 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK PERNAH 1 2.1 2.1 2.1

KADANG 2 4.2 4.2 6.3

SERING 8 16.7 16.7 22.9

SELALU 37 77.1 77.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK PERNAH 3 6.3 6.3 6.3

KADANG 8 16.7 16.7 22.9

SERING 12 25.0 25.0 47.9

SELALU 25 52.1 52.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK PERNAH 7 14.6 14.6 14.6

KADANG 21 43.8 43.8 58.3

SERING 7 14.6 14.6 72.9

SELALU 13 27.1 27.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK PERNAH 2 4.2 4.2 4.2

KADANG 13 27.1 27.1 31.3

SERING 13 27.1 27.1 58.3

SELALU 20 41.7 41.7 100.0


(4)

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK PERNAH 19 39.6 39.6 39.6

KADANG 13 27.1 27.1 66.7

SERING 5 10.4 10.4 77.1

SELALU 11 22.9 22.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SELALU 3 6.3 6.3 6.3

SERING 2 4.2 4.2 10.4

KADANG 8 16.7 16.7 27.1

TIDAK PERNAH 35 72.9 72.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

P14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK PERNAH 8 16.7 16.7 16.7

KADANG 9 18.8 18.8 35.4

SERING 16 33.3 33.3 68.8

SELALU 15 31.3 31.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KADANG 4 8.3 8.3 8.3

SERING 11 22.9 22.9 31.3

SELALU 33 68.8 68.8 100.0


(5)

Pernyataan

Selalu

Sering

Kadang

pernah

n

%

n

%

n

%

n

%

1.

Jika guru memberikan

tugas atau PR, akan

saya kerjakan tepat

waktu

42

87,5

5

10,4

1

2,1

0

0

2.

Tugas yang diberikan

oleh guru, saya contek

dari teman

3

6,3

0

0

4

8,3

41

85,4

3.

Jika tugas atau PR

yang tidak saya

mengerti, saya tidak

mengerjakannya

3

6,3

8

16,7

5

10,4

32

66,7

4.

Jika guru memberikan

belajar tambahan, saya

akan mengikutinya

36

75,0

5

10,4

2

4,2

5

10.4

5.

Saya belajar

bersungguh-sungguh

untuk mendapatkan

nilai yang baik

34

70,8

11

22,9

2

4,2

1

2,1

6.

Jika ada perlombaan

antar kelas di sekolah,

saya berusaha menjadi

juara

36

75,0

8

16,7

3

6,3

1

2,1

7.

Saya bermain dengan

teman sekelas di

lapangan

29

60,4

10

20,8

7

14,6

2

4,2

8.

Saya mempunyai

teman bermain dan

belajar

37

77,1

8

16,7

2

4,2

1

2,1

9.

Jika ada waktu luang,

saya dan teman-teman

membahas tentang

pelajaran


(6)

10.

Saya dan teman

berangkat ke sekolah

bersama-sama

13

27,1

7

14,6

21

43,8

7

14,6

11.

Saya mempunyai

sahabat yang bersedia

membantu setiap saya

membutuhkannya

20

41,7

13

27,1

13

27,1

2

4,2

12.

Jika saya ada masalah,

saya menceritakannya

kepada sahabat saya

11

22,9

5

10,4

13

27,1

19

39,6

13.

Jika ada tugas

kelompok, saya tidak

ikut serta

mengerjakannya

3

6,3

2

4,2

8

16,7

35

72,9

14.

Saya lebih suka

mengerjakan tugas

sendiri daripada kerja

kelompok

15

31,3

16

33,3

9

18,8

8

16,7

15.

Jika ada tugas

kelompok dari sekolah,

saya akan semangat

mengerjakannya

bersama teman-teman