Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan

(1)

54

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya Yuli Hariati Siregar/ 141121085, mahasisiwi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan siswa SMA Negeri 4 untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Saya mohon kesediaan Siswa SMA Negeri 4 Padangsidimpuan untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan siswa SMA Negeri 4 Padangsidimpuan.

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga anda bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi yang anda berikan dalam penelitian ini.

Medan, Januari 2016

Responden


(2)

Lembaran ini adalah instrumen untuk penelitian “Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan” yang berada di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu: data demografi dan kuisioner pengetahuan remaja tentang kesehatan jiwa. Pengisian kuisioner dengan menggunakan tanda (� )

1. DATA DEMOGRAFI

Kode (diisi oleh peneliti) : Umur : ... tahun Jenis Kelamin : ( ) 1. Laki-laki

( ) 2. Perempuan Agama : ( ) 1. Islam

( ) 2. Protestan ( ) 3. Katolik ( ) 4. Hindu ( ) 5. Budha Suku Bangsa : ( ) 1. Batak

( ) 2. Melayu ( ) 3. Jawa

( ) 4. Dll, sebutkan Jumlah Saudara :


(3)

56

2. Kuisioner Penelitan Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja Petunjuk pengisian:

- Menjawab setiap pertanyaan/ pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda silang (√) pada tempat yang disediakan.

- Menjawab semua pertanyaan yang ada.

- Mengisi setiap pertanyaan dengan satu jawaban. - Bertanya kepada peneliti bila saudara kurang mengerti.

No. Pertanyaan Ya Tidak

1 Saya suka meninggalkan tanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan

2 Saya bingung hal apa yang menjadi kekuatan dalam diri saya

3 Peran saya dalam keluarga masih rancu atau kurang jelas 4 Saya percaya diri dapat melakukan segala hal

5 Saya dapat menerima kekurangan yang ada di dalam diri saya

6 Saya mudah menerima pelajaran

7 Saya mengikuti les tambahan agar mudah memahami pelajaran

8 Saya terus berusaha belajar walaupun banyak hambatan untuk menerima pelajaran

9 Saya malas untuk belajar.

10 Saya belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita.


(4)

13 Saya sering berkata kasar kepada teman

14 Saya menghindar dari teman-teman saya jika diajak bolos sekolah.

15 Saya pernah mencuri barang teman saya.

16 Saya pernah mencium tangan lawan jenis di depan umum. 17 Saya pernah mengkhayal tentang berpelukan dengan

lawan jenis.

18 Saya menolak jika disentuh atau menyentuh lawan jenis. 19 Saya menghindari perilaku penyimpangan seksual. 20 Saya pernah menonton video yang kurang senonoh


(5)

58

RELIABILITAS PADA SMA NEGERI 2 PADANGSIDIMPUAN

no kuisioner gambaran masalah kesehatan jiwa remaja tota

l p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20

1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 7

2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 15

3 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 15

4 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 6

5 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14

6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 15

7 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 15

8 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 8

9 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 16

10 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 15

11 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 10

12 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18

13 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

14 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 16

15 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 10

16 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 11

17 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 7

18 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 11

19 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 7


(6)

23 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 7

24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 16

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 16

26 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 14

27 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 17

28 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 14

29 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 6

30 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 13

31 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18

32 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 14

33 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 16

34 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 15

35 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 7

36 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 14

37 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 10

38 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 9

39 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 10

40 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 6


(7)

60

p 0,65 0,3 5 0,7 8 0,52 5 0,6 8 0,5

8 0,45 0,72

5 0,77

5 0,8 0,77

5 0,8

3 0,5

8 0,7 0,7 8 0,7 5 0,4 3 0,4 5 0,6 3 0,42 5 q 0,35

0,6 5 0,2 3 0,47 5 0,3 3 0,4

3 0,55 0,27

5 0,22

5 0,2 0,22

5 0,1

8 0,4

3 0,3 0,2 3 0,2 5 0,5 8 0,5 5 0,3 8 0,57 5 pq 0,22 8 0,2 3 0,1 7 0,24 9 0,2 2 0,2 4 0,24 8 0,19 9 0,17 4 0,1 6 0,17 4 0,1 4 0,2 4 0,2 1 0,1 7 0,1 9 0,2 4 0,2 5 0,2 3 0,24 4

k 20

k-1 19 var 15,2 8 mea n 12,6 3 KR2 1 0,73 2


(8)

no

Kuisioner Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA NEGERI 4 Padangsidimpuan

total p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10

p1

1 p12 p13 p14 p15 p1

6 p17 p18 p19 p20

1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 8

2 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 11

3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 13

4 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 13

5 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 7

6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17

7 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 13

8 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 9

9 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 6

10 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 11

11 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13

12 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16

13 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 10

14 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 16

15 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 6

16 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 8

17 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19


(9)

62

19 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 12

20 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 9

21 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 6

22 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17

24 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 15

25 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 8

26 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 15

27 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 11

28 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 14

29 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 7

30 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16

31 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 8

32 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 10

33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 18

34 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 13

35 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 14

36 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 10

37 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 13

38 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 9

39 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 13

40 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 11

41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 16

42 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16


(10)

46 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 11

47 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 14

48 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 14

49 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 12

50 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4

51 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 9

52 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17

53 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 14

54 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 9

55 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 8

56 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 6

57 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 15

58 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 16

59 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18

60 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 8

61 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 16

62 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6

63 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 10

64 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 9

65 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 15


(11)

64

67 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8

68 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 13

69 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18

70 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 7

71 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16

72 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 15

73 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 10

74 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6

75 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 11

76 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 15

77 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 16

78 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15

79 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 8

80 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6

81 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 8

82 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5

83 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17

84 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17

85 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 8

86 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17

87 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 16

88 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 14

89 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7

total 59 20 46 45 82 44 23 75 65 71 72 64 51 71 55 65 23 37 41 22 105


(12)

p 0, 7 0,2 2 0, 5 0, 5 0,9 2 0,4 9 0, 3 0,8 4 0,7

3 0,8 0,8 0,7

2 0,5

7 0,8 0,6

2 0,7 0,2 6 0,4 2 0,4 6 0,2 5 q 0, 3 0,7 8 0, 5 0, 5 0,0 8 0,5 1 0, 7 0,1 6 0,2

7 0,2 0,2 0,2

8 0,4

3 0,2 0,3

8 0,3 0,7 4 0,5 8 0,5 4 0,7 5 pq 0, 2 0,1 7 0, 2 0, 2 0,0 7 0,2 5 0, 2 0,1

3 0,2 0,1

6 0,2 0,2 0,2

4 0,1

6 0,2

4 0,2 0,1 9 0,2 4 0,2 5 0,1 9

k 20

k-1 19

var 15

mean 12

KR2 1

0, 7


(13)

66

LAMPIRAN 9

Master Tabel Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan

No

Jenis Kelamin

Umur Suku Agama

Urutan Anak

Jlh Saudara

Masalah Kesehatan Jiwa Remaja

Total Masalah Bingung Peran Kesulitan Belajar Kenakalan Remaja Perilaku Seksual

1 laki-laki 17 batak islam 3 2 2 3 2 1 8

2 laki-laki 16 batak islam 5 4 3 3 3 2 11

3 laki-laki 16 batak protestan 1 3 4 4 3 2 13

4 laki-laki 15 batak islam 7 6 2 3 5 3 13

5 laki-laki 18 minang islam 2 3 2 1 3 1 7

6 perempuan 16 batak islam 3 2 5 4 5 3 17

7 laki-laki 16 batak protestan 1 3 2 4 3 4 13

8 perempuan 17 batak islam 1 5 3 3 3 0 9

9 laki-laki 15 batak islam 1 2 1 2 3 0 6

10 perempuan 16 batak islam 2 3 4 2 4 1 11

11 laki-laki 15 batak islam 2 1 2 3 4 4 13

12 laki-laki 17 batak islam 4 4 4 4 4 5 16

13 laki-laki 17 batak islam 1 3 3 3 3 1 10

14 perempuan 16 jawa islam 1 4 4 5 4 3 16

15 laki-laki 16 batak protestan 1 3 1 1 4 0 6

16 perempuan 15 batak protestan 4 3 2 1 2 3 8

17 perempuan 16 batak protestan 1 1 5 4 5 5 19

18 perempuan 16 batak protestan 1 3 3 4 5 4 16

19 laki-laki 15 batak islam 7 6 2 3 4 3 12


(14)

23 perempuan 15 minang islam 3 2 5 5 4 3 17

24 laki-laki 16 jawa islam 2 2 3 5 4 3 15

25 laki-laki 17 batak islam 2 4 2 2 3 1 8

26 perempuan 16 sunda islam 1 3 3 4 5 3 15

27 laki-laki 17 batak islam 4 5 4 2 3 2 11

28 perempuan 16 batak islam 6 5 4 4 4 2 14

29 laki-laki 17 batak islam 1 1 4 0 2 1 7

30 perempuan 16 batak islam 4 4 3 4 5 4 16

31 laki-laki 16 batak islam 1 2 3 2 2 1 8

32 laki-laki 16 batak islam 1 2 2 1 5 2 10

33 perempuan 15 batak islam 1 1 5 5 5 3 18

34 laki-laki 15 batak islam 2 2 4 5 3 1 13

35 perempuan 15 batak islam 1 3 3 3 5 3 14

36 laki-laki 15 jawa islam 4 4 2 3 3 2 10

37 perempuan 17 melayu islam 4 3 3 4 4 2 13

38 laki-laki 16 minang islam 3 3 3 3 2 1 9

39 perempuan 15 batak islam 4 3 3 3 4 3 13

40 laki-laki 17 batak islam 4 3 2 3 5 1 11

41 perempuan 15 jawa islam 2 2 5 5 4 2 16

42 perempuan 17 batak islam 3 3 4 4 4 4 16


(15)

68

44 perempuan 17 batak islam 1 2 2 3 2 1 8

45 laki-laki 17 batak islam 6 5 2 1 4 0 7

46 laki-laki 16 batak islam 3 3 4 3 2 2 11

47 laki-laki 16 batak islam 1 3 4 4 5 1 14

48 perempuan 16 minang islam 1 3 4 5 3 2 14

49 laki-laki 15 batak islam 1 4 3 4 3 2 12

50 laki-laki 17 batak katolik 4 4 1 1 1 1 4

51 laki-laki 17 batak islam 1 1 2 3 4 0 9

52 perempuan 15 batak islam 4 4 5 4 5 3 17

53 perempuan 16 batak islam 4 4 4 2 4 4 14

54 laki-laki 15 batak islam 5 4 1 5 2 1 9

55 perempuan 17 batak islam 5 6 2 3 2 1 8

56 laki-laki 15 batak islam 1 1 1 1 4 0 6

57 perempuan 16 batak islam 1 2 4 3 5 3 15

58 perempuan 17 batak islam 1 0 4 5 5 2 16

59 perempuan 17 batak islam 4 3 4 5 5 4 18

60 laki-laki 18 batak islam 1 2 2 3 3 0 8

61 laki-laki 17 jawa islam 4 3 4 4 5 3 16

62 laki-laki 15 batak islam 2 2 1 1 3 1 6

63 laki-laki 17 batak islam 1 4 4 2 2 2 10

64 laki-laki 18 batak islam 5 5 2 3 3 1 9

65 perempuan 16 batak islam 2 3 4 3 5 3 15

66 perempuan 14 melayu islam 2 2 3 4 5 5 17

67 perempuan 16 batak islam 1 2 3 2 2 1 8


(16)

71 perempuan 16 batak islam 1 2 4 3 5 4 16

72 laki-laki 15 batak islam 2 2 3 4 5 3 15

73 perempuan 16 batak islam 4 3 2 3 4 1 10

74 laki-laki 16 batak islam 1 3 2 1 2 1 16

75 perempuan 16 batak islam 5 4 4 3 3 1 11

76 laki-laki 15 batak islam 1 1 4 4 5 2 15

77 perempuan 17 batak islam 4 4 3 4 4 5 16

78 perempuan 16 batak islam 4 3 2 4 5 4 15

79 laki-laki 15 batak islam 1 1 2 3 2 1 8

80 laki-laki 18 batak katolik 1 2 1 2 3 0 6

81 laki-laki 16 batak islam 6 5 2 1 4 1 8

82 laki-laki 18 batak islam 9 9 2 1 2 0 5

83 perempuan 17 batak islam 2 2 4 4 5 4 17

84 laki-laki 18 batak islam 2 1 5 4 5 3 17

85 laki-laki 16 batak islam 3 2 1 3 3 1 8

86 perempuan 17 melayu islam 8 7 5 4 4 4 17

87 perempuan 14 batak islam 1 0 5 4 4 3 16

88 perempuan 17 melayu islam 5 4 3 4 4 3 14


(17)

70


(18)

(19)

72


(20)

(21)

74


(22)

(23)

76


(24)

(25)

78


(26)

(27)

80


(28)

Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Terhadap Kuesioner Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4

Padangsidimpuan

No Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

f % f %

1. Saya suka meninggalkan tanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan

59 66.3 30 33.7 2. Saya bingung hal apa yang menjadi kekuatan

dalam diri saya

20 22.5 69 77.5 3. Peran saya dalam keluarga masih rancu atau

kurang jelas

60 67.4 29 32.6 4. Saya percaya diri dapat melakukan segala hal 45 50.6 44 49.4 5. Saya dapat menerima kekurangan yang ada di

dalam diri saya

82 92.1 7 7.9 6. Saya mudah menerima pelajaran 44 49.4 45 50.6 7. Saya mengikuti les tambahan agar mudah

memahami pelajaran

23 25.8 66 74.2 8. Saya terus berusaha belajar walaupun banyak

hambatan untuk menerima pelajaran

75 84.3 14 15.7

9. Saya malas untuk belajar. 65 73 24 27

10. Saya belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita.

71 79.8 18 20.2 11. Saya berteman tanpa menggunakan kekerasan 72 80.9 17 19.1 12. Saya pernah ikut tawuran di sekolah 64 71.9 25 28.1 13. Saya sering berkata kasar kepada teman 51 57.3 38 42.7 14. Saya menghindar dari teman-teman saya jika

diajak bolos sekolah.

71 79.8 18 20.2 15. Saya pernah mencuri barang teman saya. 65 73 24 27 16. Saya pernah mencium tangan lawan jenis di

depan umum.

65 73 24 27 17. Saya pernah mengkhayal tentang berpelukan

dengan lawan jenis.

23 25.8 66 74.2 18. Saya menolak jika disentuh atau menyentuh

lawan jenis.

37 41.6 52 58.4 19. Saya menghindari perilaku penyimpangan

seksual.

41 46.1 48 53.9 20. Saya pernah menonton video yang kurang

senonoh


(29)

82


(30)

(31)

84


(32)

(33)

86

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yuli Hariati Siregar

Tempat, Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 26 Juli 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Panca Budi II No.12 Padangsidimpuan

No.Telepon/ HP : 085361042640

Orangtua (Ayah) : H. Kali Maulana Siregar

Orangtua (Ibu) : Hj. Faridah Rangkuti

Riwayat Pendidikan

• 1997-1999 : TK Aisiyah Bustanul Alfa Padangsidimpuan • 1999-2005 : SD Negeri 26 Padangsidimpuan

• 2005-2008 : SMP Swasta Nurul’ Ilmi Padangsidimpuan • 2008-2011 : SMA N 4 Padangsidimpuan

• 2011-2014 : D-III Keperawatan USU • 2014-2016 : Program Sarjana Keperawatan


(34)

1. Persiapan Proposal

• Biaya tinta dan kertas print proposal Rp 150.000

• Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 120.000

• Biaya pembelian buku Rp 200.000

• Biaya internet Rp 50.000

• Penjilidan Rp 10.000

• Konsumsi Rp 150.000

2. Pengumpulan Data

• Surat izin penelitian Rp 100.000

• Transportasi Rp 320.000

• Penggandaan kuesioner Rp 50.000

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Hasil

• Biaya kertas dan tinta print Rp 200.000

• Penjilidan Rp 12.000

• Penggandaan laporan penelitian Rp 50.000


(35)

88 JADWAL PENELITIAN No . Aktivitas penelitian

Maret April Mei Juni September Oktober November Desember Januari Februari Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan Judul

2. Menyusun Bab 1

3. Menyusun Bab 2

4. Menyusun Bab 3

5. Menyusun Bab 4

6. Menyerahkan proposal penelitian

7. Ujian sidang proposal

8. Revisi proposal penelitian

9. Uji Validitas & Reliabilitas

10. Pengumpulan data responden

11. Analisa data

12. Pengajuan sidang skripsi

13. Ujian sidang skripsi

14. Revisi skripsi

15. Mengumpulkan skripsi


(36)

Anindyajati. 2013. Status Identitas Remaja Akhir: Hubungannya Dengan Gaya Pengasuhan Orangtua dan Tingkat Kenakalan Remaja. ejournal.unesa.ac.id. Dikutip tanggal 08 Februari 2016.

Anonim. 2009. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Yogyakarta; Pustaka Mahardika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta.

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor; Ghalia Indonesia.

Dirgantoro.W. 2012. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Konsentrasi belajar Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi Tahun Ajaran 2011/ tanggal 07 Februari 2016.

Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Indarjo, S. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja. Hal: 49. Universitas Negeri Semarang. http://journal. unnes.ac.id/index.php/kemas. dikutip pada tanggal 15 Maret 2015.

Jahja, Y. 2011. Psikologi Perkembangan Edisi Pertama Cetakan Ke-1. Jakarta; Prenada Media Group.

Lestari, H, dan Sugiharti. 2011. Perilaku Beresiko Remaja di Indonesia Menurut Survey Kesehatan reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2007. http: lib://fkm.ui.ac.id. dikutip pada tanggal 22 januari 2016.

Nevid, J.S, et.all,. 2003. Psikologi Abnormal edisi Kelima Jilid-2 . Jakarta; Erlangga.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Bandung; Salemba Medika.

Papilia, et.all,. 2011. Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian V s/d IX Cetakan ke-2. Jakarta; Prenada Media Group.


(37)

53

Pieter, H.Z, dan Lumongga,N. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta; Kencana.

Retnowati,S. 2008. Remaja dan Permasalahannya. Hal:21. Fakultas Psikologi UGM, Jogjakarta. permasalahannya.html. Dikutip pada tanggal 15 Maret 2015.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung; Alfabeta.

Riskesdas. 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013. Maret 2015.

Sadri,J. 2009. Tinjauan Tentang Perilaku Menyimpang Remaja di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia. http:www.usu.ac.id. Dikutip tanggal 08 Februari 2016.

Santrock, J. W. 2007. Remaja Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta; Erlangga.

Saputri,N.D, dan Susetyo. Remaja dan Seks Pranikah id/jurnal/files/journals/5/article/200/submission/original/200-620-1-SM.pdf. Dikutip pada tanggal 22 Januari 2016.

Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada. Slavin, R.E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktik Edisi Kesembilan Jilid

Ke-1. Jakarta; PT. Indeks.

Soejoeti,S.Z. 2001. Perilaku Seks di Kalangan Remaja dan Permasalahannya. Ejournal.litbang.depkes.go.id/../1648. Dikutip tanggal 25 Desember 2015. Sumiati, et all,. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja. Jakarta; Trans Info Medika.

Willis, S.S. 2014. Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung; Alfabeta.


(38)

Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan tentang masalah kesehatan jiwa remaja. Yang mana variabel yang diteliti adalah masalah kesehatan jiwa remaja. Kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan pada skema 3.1. dibawah ini :

Keterangan Gambar:

: Variabel yang diteliti

Skema 3.1: kerangka konseptual gambaran masalah kesehatan jiwa remaja Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja (Sumiati, 2009):

a. Bingung Peran b. Kesulitan Belajar c. Kenakalan Remaja d. Perilaku Seksual Pengaruh Lingkungan Terhadap

Perkembangan Jiwa Remaja - Lingkungan Keluarga - Lingkungan Sekolah - Lingkungan Teman Sebaya - Lingkungan Masyarakat


(39)

34

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Gambaran

tentang masalah kesehatan jiwa remaja

Suatu keadaan pada siswa remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan

ditinjau dari masalah kesehatan jiwa remaja yang meliputi bingung peran, kesulitan belajar, kenakalan remaja, perilaku seksual.

Kuisioner Dalam persentase setiap butir item.

Ordinal

Table 3.1 Defenisi Operasional


(40)

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang masalah kesehatan jiwa remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas X,XI,XII yang di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan. Jumlah populasi di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan adalah 840 orang.

4.2.2 Sampel

Pengambilan sampel menggunakan Strativite Random Sampling dimana sampel memiliki kelas atau golongan. Sampel dalam penelitian ini menggunakan ketepatan absolute dan menggunakan rumus: � = �

1+�()2

Keterangan:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0.10) Jadi sampel dalam penelitian ini adalah:

Diketahui : N = 840 d = 0,10


(41)

36

sehingga:

=

1+�(�)2

=

840

1+840 (0.10)2

=

840

9.40

=

89 orang.

Tehnik pengambilan sampel ini dengan cara menjumlahkan siswa perkelas dikalikan dengan jumlah sampel yang di tentukan kemudian dibagikan dengan jumlah populasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pengumpulan data ini adalah, menyebarkan seluruh kuisioner kepada semua remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan, kemudian kuisioner perkelas dipisah-pisahkan, peneliti mengambil sampel sesuai dengan urutan angka yang di ambil secara acak. Dengan jumlah sesuai yang dibutuhkan setiap kelasnya.

4.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan dengan pertimbangan bahwa SMA Negeri 4 Padangsidimpuan merupakan salah satu sekolah yang siswanya masalah kesehatan jiwanya tidak terlalu baik dan tidak pernahnya dilakukan penelitian tentang masalah kesehatan jiwa di SMA Negeri 4 (Data 2014/2015 SMA Negeri 4 Padangsidimpuan). Lokasi sekitar sekolah adalah lokasi persekolahan dan sedikitnya rumah penduduk. Lapangan belakang SMA Negeri 4 berbatasan dengan sawah, kebun dan juga rumah warga sekitar.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat surat etic clirens yang menyatakan bahwa peneliti berhak meneliti dengan instrumen yang ada, dan kemudian mendapat izin dari Fakultas Keperawatan dan Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Padangsidimpuan, setelah mendapatkan persetujuan mengambil data, maka peneliti menemui responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.


(42)

Responden mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini setiap saat tanpa ada tekanan ataupun paksaan, dan peneliti akan menghormati hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan, maka kuisioner yang diberikan kepada responden diberi kode tertentu tanpa nama dan hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi tersebut.untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantukan nama responden pada lembar data (kuisioner) yang diisi oleh peneliti. Lembar tersebut hanya diberi nomer atau kode tertentu. Informasi yang diperoleh peneliti dijaga kerahasiaannya (Nursalam, 2003).

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data maka digunakan instrument. Instrument yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu pada awal instumen penelitian berisi data demografi, dan selanjutnya kuesioner yang berisi tentang gambaran masalah kesehatan jiwa remaja.

4.5.1 Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi yang memberikan data mengenai responden yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, jumlah saudara kandung, urutan anak. Kuesioner ini hanya digunakan untuk melihat distribusi demografi dari responden.

4.5.2 Kuesioner Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja

Kuesioner ini bertujuan untuk mendapatkan hasil ataupun data tentang gambaran masalah kesehatan jiwa remaja. Kuesioner ini dibuat sendiri oleh


(43)

38

peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner ini disusun dalam bentuk tertutup dengan menggunakan skala Gutman (Riduwan, 2010).Yang mana jika pernyataan positif jawabannya “Ya” diberi nilai 1, “Tidak” diberi nilai 0. Sedangkan pernyataan negatif jika jawaban “Ya” diberi niai 0, jika jawaban “Tidak” diberi nilai 1. dan dalam kuesioener pernyataan positif berada pada nomor 4,5,6,7,8,10,11,14,18,19, dan pernyataan negatif berada pada nomor 1,2,3,9,12,13,15,6,17,20. Pernyataan tentang bingung peran berada pada nomor 1,2,3,4,5,. Dan pernyataan tentang kesulitan belajar berada pada nomor 6,7,8,9,10. Pernyataan tentang kenakalan remaja berada pada nomor 11,12,13,14,15. Dan perilaku seksual pernyataannya berada pada nomor 16,17,18,19,20.

4.6 Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat ke validan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau yang sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Arikunto, 2013).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Penguji menguji validitas instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris dan validitas berdasarkan pengalaman. Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut dengan kegiatan


(44)

sudah valid (Arikunto, 2013). Kuisioner yang saya gunakan sudah dinyatakan valid dengan CVI (Content Validity Index) bernilai 1.

4.7 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur memperlihatkan hasil yang relatif sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama. Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran tersebut. Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel. Uji reliabilitas dilakukan pada 40 orang di SMA Negeri 2 Padangsidimpuan. Karena sekolah tersebut memiliki karakteristik siswa yang sama dengan siswa SMA Negeri 4 Padangsidimpuan. Uji reliabilitas dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan K-R 21 (Kuder dan Richardson). Dan telah dilakukannya pada tanggal 18 Januari 2016. Didapatkan hasil dari reliabilitas pada siswa SMA Negeri 2 Padangsidimpuan adalah 0,73, dan dinyatakan reliabilitas.

4.8 Pengumpulan Data

Setelah mendapat izin penelitian dari kepala sekolah SMA Negeri 4 Padangsidimpuan, lalu peneliti mendatangi lokasi penelitian, setelah itu peneliti menemui responden sesuai ketentuan. Sebelum peneliti membagi kuisioner peneliti memperkenalkan diri kepada responden dan menjelaskan tentang tujuan,


(45)

40

manfaat, dan proses pengisian kuisioner serta waktu yang diberikan sebanyak 5-10 menit.

Kemudian peneliti meminta responden untuk menandatangani surat persetujuan lalu mempersilahkan untuk mengisi kuisioner yang diberikan serta diberi kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti, mengingatkan responden untuk mengisi kuisioner secara teliti dan cermat serta tidak ada hal yang terlewatkan. Setelah semua responden mengisi kuisioner tersebut maka kuisioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Setelah data terkumpul semua maka dilakukan pengelolaan data berdasarkan computer lalu di analisa.

4.9 Analisa Data 4.9.1 Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Editing adalah kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuisioner yang telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban dan tulisan.

b. Coding

Coding adaalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah memberikan kode untuk jawaban yang diberikan oleh responden.

c. Processing

Processing adalah memasukkan data ke dalam komputer untuk di proses.


(46)

yang telah dimasukkan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui apakan ada kesalahan ketika memasukkan data.

e. Komputerisasi

Komputerisasi digunakan untuk mengolah data di dalam komputer.

4.9.2 Tehnik Analisa Data

Data yang terkumpul di analisis dengan menggunakan analisis univariat (analisis deskriptif), yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendesrikpsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Statistika univariat digunakan untuk menyajikan data-data demografi remaja meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, jumlah saudara kandung, urutan anak. Hasil dari demografi akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentasenya (Notoatmodjo, 2010).


(47)

42 BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai gambaran masalah kesehatan jiwa remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan, melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada bulan Januari 2016 dengan jumlah responden 89 orang pada seluruh kelas. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi deskripsi karakteristik responden dan gambaran masalah kesehatan jiwa remaja pada SMA Negeri 4 Padangsidimpuan.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Remaja

Deskripsi karakteristik responden telusuri dari umur, urutan anak, jumlah saudara kandung, jenis kelamin, suku, dan agama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 48 orang (46.1%) remaja yang berjenis kelamin laki-laki, 58 orang (65.2%) remaja tergolong pada remaja tengah, dan 72 orang (80.9%) remaja bersuku batak, 81 orang (91.0%) remaja menganut agama islam, urutan remaja yang paling dominan adalah anak sulung yaitu 33 orang (37.1%), dan jumlah saudara yang paling dominan adalah 0-3 yaitu 62 orang (69.7%).

Karakteristik Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin

- Perempuan 41 53.9

- Laki-Laki 48 46.1

Umur

- Remaja Awal 0 0

- Remaja Tengah 58 65.2

- Remaja Akhir 31 34.8

Suku

- Batak 72 80.9


(48)

- Sunda 1 1.1

Agama

- Islam 81 91.0

- Katolik 2 2.2

- Protestan 6 6.7

Karakteristik Anak

- Sulung 33 37.1

- Tengah 28 31.5

- Bungsu 26 29.2

- Tunggal 2 2.2

Jumlah Saudara

- 0-3 62 69.7

- 4-6 25 28.1

- 7-9 2 2.2

Tabel 5.1 Karakteristik remaja berdasarkan jenis kelamin, umur, suku, agama, urutan anak, jumlah saudara (n=89)

5.1.2 Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan

Pada penelitian ini didapatkan hasil dari gambaran masalah kesehatan jiwa remaja didapatkan hasil dari setiap pertanyaan pada bingung peran remaja memiliki masalah terhadap peran dalam keluarga yang masih belum jelas yaitu 60 orang (67.4%), pada masalah kesulitan belajar remaja memiliki masalah yang lebih banyak yang tidak mengikuti les tambahan sebanyak 66 orang (74.2%), pada masalah kenakalan remaja banyak siswa yang mencuri barang temannya yang mana 65 orang (73%) mengatakan bahwa pernah mencuri barang milik temannya sendiri. Dan pada masalah seksual, didapatkan hasil bahwa remaja pernah menciu tangan lawan jenis di depan umum yaitu 65 orang (73%).


(49)

44

No Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

f % f %

1. Saya suka meninggalkan tanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan

59 66.3 30 33.7

2. Saya bingung hal apa yang menjadi kekuatan dalam diri saya

20 22.5 69 77.5

3. Peran saya dalam keluarga masih rancu atau kurang jelas

60 67.4 29 32.6

4. Saya percaya diri dapat melakukan segala hal 45 50.6 44 49.4 5. Saya dapat menerima kekurangan yang ada di

dalam diri saya

82 92.1 7 7.9

6. Saya mudah menerima pelajaran 44 49.4 45 50.6

7. Saya mengikuti les tambahan agar mudah memahami pelajaran

23 25.8 66 74.2

8. Saya terus berusaha belajar walaupun banyak hambatan untuk menerima pelajaran

75 84.3 14 15.7

9. Saya malas untuk belajar. 65 73 24 27

10. Saya belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita.

71 79.8 18 20.2

11. Saya berteman tanpa menggunakan kekerasan 72 80.9 17 19.1 12. Saya pernah ikut tawuran di sekolah 25 28.1 64 71.9 13. Saya sering berkata kasar kepada teman 51 57.3 38 42.7 14. Saya menghindar dari teman-teman saya jika

diajak bolos sekolah.

71 79.8 18 20.2

15. Saya pernah mencuri barang teman saya. 65 73 24 27 16. Saya pernah mencium tangan lawan jenis di depan

umum.

65 73 24 27

17. Saya pernah mengkhayal tentang berpelukan dengan lawan jenis.

23 25.8 66 74.2

18. Saya menolak jika disentuh atau menyentuh lawan jenis.

37 41.6 52 58.4

19. Saya menghindari perilaku penyimpangan seksual. 41 46.1 48 53.9 20. Saya pernah menonton video yang kurang

senonoh

22 24.7 67 75.3

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Terhadap Kuesioner


(50)

Padangsidimpuan

Pada penelitian ini didapatkan hasil yang mana dalam masalah bingung peran, remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan paling banyak memiliki masalah terhadap perannya di dalam keluarga yang masih rancu, remaja yang mengatakan ya sebanyak 60 orang (67.4%). Kebingungan identitas (kebingungan peran) merupakan tahap pertama perkembangan psikososial, dimana remaja berusaha mengembangkan perasaan akan eksistensi diri yang koheren, termasuk peran yang dimainkan dalam masyarakat (Papalia,et.al, 2011).

Tidak sejalan dengan penelitian oleh Anindyajati (2013) yang berjudul status identitas remaja akhir: hubungan dengan gaya pengasuhan orang tua dan tingkat kenakalan remaja, yang mana hasil yanng didapatkan bahwa remaja yang status identitasnya tidak/belum tercapai berjumlah 18 orang dari 40 orang sebagai sampelnya. Sedangkan pada penelitian ini didapatkan bahwa remaja identitas yang belum tercapai (bingung peran) lebih tinggi yang mana klasifikasi responden adalah remaja tengah.

Menurut Erikson dalam Papalia,et.al, 2011, bahaya utama dari kebingungan peran dapat memperlambat pencapaian kedewasaan psikologis, dan dapat mengatasi krisis identitasnya pada pertengahan usia dua puluhan. Remaja dapat menunjukkan kebingungan dengan mundur ke masa kanak-kanak untuk menghindari pemecahan konflik atau dengan melibatkan diri mereka secara impulsif ke dalam serangkaian tindakan yang buruk.


(51)

46

Dan pada penelitian ini didapat bahwa anak sulung atau anak pertama lebih banyak dibanding anak tengah dan anak bungsu yaitu 33 orang (37.1%), menurut Hurlock (1999) bahwa posisi sebagai anak sulung ataupun anak bungsu merupakan posisi yang istimewa dalam keluarga. Dalam beberapa pendapat dijelaskan bahwa anak sulung dan anak bungsu sama-sama mendapatkan curahan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan dari orang tua bila dibandingkan dengan anak-anak diantara keduanya, anak tengah. Anak sulung berperilaku secara matang, karena berhubungan dengan orang-orang dewasa, dan diharapkan untuk memikul tanggung jawab. Anak sulung biasanya memiliki perasaan kurang aman dan perasaan benci sebagai akibat dari lahirnya adik yang sekarang menjadi pusat perhatian orang tuanya.

Pada masalah kesulitan belajar, remaja paling banyak mengatakan tidak mengikuti les tambahan, yaitu 66 orang (74.2%). Kesulitan belajar adalah suatu keadaan (kondisi) dimana remaja tidak menunjukkan prestasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Tanda-tanda kesulitan belajar menurut Sumiati, et.al, (2009), salah satunya adalah menolak bersekolah, yang mana dalam penanggulangan kesulitan belajar adalah memberikan pendidikan untuk perkembangan yang spesifik.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dirgantoro (2012) yang berjudul evektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi tahun ajaran 2011/2012. Yang mana hasil 6 siswa yang termasuk kategori rendah dan sangat rendah dari 14 orang jumlah siswa yang menjadi sampelnya. Bimbingan kelompok efektif untuk meingkatkan kemandirian belajar siswa, adanya


(52)

Faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar adalah faktor internal dan eksternal. Faktror internal yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurangan maupun psikofisik siswa yang terdiri dari bersifat kognitif (ranah cipta), afektif (ranah rasa), dan bersifat psikomotor (ranah karsa). Dan faktor eksternal yakni hal-hal yang datang dari luar diri siswa, yakni lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah.

Dalam perkembangan belajar, lingkungan sekolah berpengaruh yang cukup kuat, yang mana diantaranya adalah suasana sekolah, baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin sekolah. Suasana sekolah berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja, yaitu dalam hal kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri (Sumiati, et.al, 2009).

Pada masalah kenakalan remaja, rata-rata remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan pernah mencuri barang temannya, yaitu 65 orang (73%). Kenakalan remaja adalah tingkah laku yang melampaui batas toleransi orang lain dan lingkungannya, tindakan ini dapat merupakan perbuatan yang melanggar hak azasi manusia sampai melanggar hukum. Menurut Sunarwiyati dalam Sumiati, et.al, (2009), kenakalan remaja menurut bentuknya dibagi tiga tingkatan, yaitu kenakalan biasa, kenakalan yang menjurus pada pelanggaran, dan kenakalan khusus. Dan mencuri merupakan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran.


(53)

48

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadri (2009), Yng berjudul tinjauan tentang perilaku menyimpang remaja di kelurahan sari rejo kecamatan medan polonia, yang mana remaja yang pernah mencuri adalah 45 orang dari jumlah sampel yang teliti adalah 45 orang, dengan katalain 100% remaja pernah melakukan pencurian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja diantaranya adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan kualitas lingkungan di sekitar tempat tinggal (Santrok, 2007). Dalam penelitian di dapatkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak dibanding dengan remaja perempuan. Yang mana menurut Santrok, 2007 bahwa pada remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan.

Pada masalah perilaku sekual, remaja mengatakan bahwa pernah mencium tangan lawan jenis di depan umum, yaitu sebanyak 65 orang (73%). Dalam perilaku seksual terjadi antara aspek-aspek fisiologis, sosiopsikologis, dan budaya. Perilaku seksual meliputi empat tahap, bersentuhan (touching) mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan, berciuman (kissing), bercumbuan (petting), dan berhubungan kelamin (sexual intercourse).

Sedangkan jika di perhatikan pada penelitian sebelumnya yang di teliti oleh Saputri dan Susetyo (2011) yang berjudul remaja dan seks pranikah. Yang mana dari hasil penelitian mereka didapatkan hasil dari 50 responden, 24 orang reponden telah melakukan hubungan badan, 16 diantarannya hanya sebatas ciuman, dan 10 lainnya hanya sebatas raba-raba. Yang mana dari hasil yang


(54)

Menurut Kinsey,et.al, 1965 dalam Soejoeti (2001), perilaku seksual meliputi 4 tahap sebagai berikut. Besentuhan (touching), mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan. Berciuman (kissing), mulai dari ciuman singkat hingga berciuman bibir. Bercumbu (Petting), menyentuh bagian sensitif dari tubuh pasangan dan mengarah pada pembangkitan seksual, bersentuhan kelamin.


(55)

50 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil anallisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai gambaran masalah kesehatan jiwa remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan remaja yang mengalami ataupun yangng masih bingung terhadap perannya di dalam keluarga ada 60 orang dari jumlah keseluruhan 89 orang, dan yang mengalami masalh pada kesulitan belajar yang khususnya yaitu tidak mengikuti les tambahan yaitu 66 orang, dan pada masalah kenakalan remaja, remaja yang mengatakan pernah mencuri barang temannya yaitu 65 orang, dan pada masalah perilaku seksual, didapatkan hasil remaja yang cenderung mengkhayal tentang berpelukan dengan lawan jenisnya yaitu 66 orang.

6.2 Saran

6.2.1 Untuk pelayanan keperawatan

Diperlukan pelayanan kesehatan jiwa pada remaja untuk meningkatkan kesehatan jiwa remaja yang semestinya. Pemberian pendidikan kesehatan mengenai masalah kesehatan jiwa remaja.

6.2.2 Untuk pendidikan keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan jiwa lebih dikembangkan dan lebih mendalam, khusunya tentang keperawatan jiwa pada remaja.


(56)

melengkapi dan dapat membandingkan tingkat kesehatan jiwa remaja SMA yang berbeda-beda.

6.2.4 Untuk sekolah

Dengan hasil penelitian yang sudah tertera di atas, sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan dan juga lebih mengembangkan kesehatan jiwa remaja, dengan cara mencegah siswa menunjukkan salah satu gejala ataupun mengantisipasi siswa mengalami kesulitan dan kegagalan dalam menangani masalah.


(57)

5 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa didefenisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras denngan keadaan orang lain, bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati,et.al, 2009).

Menurut UU No 18 Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Anonimus, 2009).

Kesehatan jiwa remaja merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas bangsa. Remaja yang tumbuh dalam lingkungan kondutif dan mendukung


(58)

tindakan nyata dengan cara mempersiapkan generasi muda yang kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai macam tantangan hidup. Agar dapat melalui masa remajanya dengan baik, sangat penting peran orang tua, guru, tokoh masyarakat dan masyarakat sekitarnya dalam memberikan bimbingan dan teladan. ( Indarjo, 2009).

2.2 Defenisi Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa Latin yaitu adolescene yang berartii to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefenisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Papilia dan Olds (2001), tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence) ( Jahja, 2011).

Masa remaja merupakan masa peluang sekaligus resiko. Para remaja berada dipertigaan antara kehidupan cinta, pekerjaan, dan partisi pasi dalam masyarakat dewasa. Dan masa remaja adalah masa dimana para remaja terlibat dalam perilaku yang menyempitkan pandangan dan membatasi pilihan mereka (Papalia, 2011).

Menurut WHO dalam buku Sarwono(2002), mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.


(59)

7

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

2.3 Ciri-Ciri Masa Remaja

Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1999), adalah: a. Masa remaja adalah masa peralihan

Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa dan merupakan masa yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya. b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi ambivalen.

c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sullit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain sehingga kadang-kadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.


(60)

apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya. e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena peran orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai dan menimbulkan pertentangan antara orang tua dengan remaja serta membuat jarak diantara keluarga.

2.4 Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas-tugas perkembangan masa remaja diantaranya adalah: menerima keadaan jasmani yang sebenarnya dan memanfaatkan, memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya antara dua jenis kelamin, memperoleh kebebasan emosional dari orang tua, mendapatkan perangkat nilai hidup dan falsafah hidup, memiliki citra-diri yang realistis.Remaja diharapkan memiliki gambaran diri yang realistis, tidak lagi berdasarkan khayal (fantasi) tentang gambaran yang muluk-muluk seperti apa yang sering kali mereka pikirkan dan alami pada masa pubertas atau masa kanak-kanak (Pieter dan Lumongga, 2010).


(61)

9

Tugas-tugas perkembangan remaja menurut William Kay dalam Jahja (2011) adalah sebagai berikut:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.

d. Menentukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip,-prinsip, atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

2.5 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja

Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, di satu pihak remaja mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial.

Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang awalnya belum pernah ada, juga harus menyesuaikan diri


(62)

baru. Ia harus mempertimbangkan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, membentuk kelompok sosial baru dan nilai-nilai baru dalam memilih teman .

2.5.1 Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan

anak. Usia 4-5 tahun dianggap sebagai titk awal proses identifikasi diri menurut jenis kelamin. Peranan ibu dan ayah atau orang tua pengganti (nenek, kakek, dan orang dewasa lainnya)sangat besar. Apabila proses identifikasi ini tidak berjalan dengan lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah. Banyak penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitar Hurlock (1973) dalam Sumiati,et.al (2009).

Menambahkan anak yang mempunyai penyesuaian diri yang baik di sekolah, biasanya memiliki latar belakang keluarga yang harmonis, menghargai pendapat anak dan hangat. Hal ini disebabkan karena anak yang berasal dari keluarga yang harmonis akan mempersepsikan rumah sebagai suatu tempat yang membahagiakan karena semakin sedikit masalah antara oranngtua, maka semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya berntakan atau kurang harmonis maka ia akan terbebani dengan masalah yang sedang dihadapi oleh oarangtuuanya tersebut, Tallent (1978) dalam Sumiati,et.al (2009).


(63)

11

Lingkungan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja adalah:

a. Pola Asuh Keluarga

Setiap orang tua bertanggung jawab memikirkan san menguasahakan agar senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu hubungan antara orangtua dengan anak yang baik, efektif dan menambah kebaikan dan keharmonisan hidup dalam keluarga, sebab telah menjadi bahan kesadaran para orangtua bahwa hanya dengan hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan efektif dan juga dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis (Papalia, 2011).

Gaya pengasuhan otoritatif masih yang tebaik dalam pengasuhan remaja. Orang tua otoritatof akan bersikapptegas terhadap nilai penting pengaturan, norma, dan nilai tetapi bersedia mendengar, menjelaskan, dan bernegosiasi. Mereka melatih kontrol yang tepat terhadap perilaku anak tetapi tidak mengatur pemahaman eksistensi diri sang anak. Orang tua menunjukkan ketidaksetujuan terhadap kesalahan perilaku remaja akan lebih efektif memotivasi mereka untuk berperilaku yang benar ketimbang orang tua yang menghukum mereka dengan kejam. Remaja dengan tua yang ketat cenderung mengembangkan kontrol diri, disiplin diri, dan pelajaran dan kebiasaan personal yang baik. Mereka yang memberikan otonomi psikologid oleh orang tuanya cenderung menjadi percaya diri dan kompeten dalam bidang akademis dan sosial (Papalia, 2011).

b. Kondisi Keluarga

Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak. Sebaliknya


(64)

misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa remaja (Sumiati,et.al, 2009).

Problem utama dalam keluarga berorang tua tunggal adalah kekurangan uang. Kemiskinan dapat merumitkan hubungan keluarga dan juga membahayakan perkembangan remaja melalui pengaruhnya terhadap kondisi emosional orang tua (Papilia, 2011).

c. Pendidikan Moral Dalam Keluarga

Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai-nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak di rumah. Pengertian budi pekerti mengandung nilai-nilai:

1. Keagamaan yaitu sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan.

2. Kesusilaan yaitu meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain, misalnya sopan santun, kerjasama, tenggang rasa, saling menghayati, saling menghormati, menghargai orang lai, dsb.

3. Kepribadian memiliki nilai dalam kaitan pengembangan diri, misalnya keberanian, rasa malu, kejujuran, kemandirian, dsb.

2.5.2 Lingkungan sekolah

Pengaruh yang juga cukup kkuat dalam perkembangan remaja adalah lingkunngan sekolah. Umumnya orang tua menaruh harapan yang besar pada


(65)

13

pendidikan di sekolah. Oleh karena itu dalam memilih sekolah, orang tua perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Suasana Sekolah

Persyaratan terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajr mengajar adalah suasana sekolah. Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin sekolah. Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja, yaitu dalam hal kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri (Sumiati,et.al, 2009).

b. Bimbingan Guru

Untuk menyalurkan minta, bakat, dan hobi siswa perlu dikembangkan kegiatan ekstrakulikuler dengan bimbingan guru. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak sekedar mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kurikulum terlutis, melainkan juga memberikan nilai yang terkandung di dalamnya (hidden curriculum), misalnya kerjasama, sikap empati mau mendengarkan orang lain, menghargai dan sikap orang lain yang dapat membuahkan kecerdasan emosional.

2.5.3 Lingkungan Teman Sebaya

Ketika anak-anak memasuki masa remaja, perubahan hakikat persahabatan juga terjadi. Pada umumnya, jumlah waktu yang dihabiskan bersama teman meningkat tajam, remaja menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebaya mereka daripada bersama anggota keluarga atau sendirian, menurut Ambert (1997) dalam Slavin (2011).


(66)

mempunyai kemampuan sosial yang lebih matang, dan bekinerja lebih baik di sekolah daripada remaja yang tidak mempu nyai persahabatan yang mendukung (Slavin, 2011).

Selain teman-teman dekat mereka, kebanyakan remaja juga memberikan nilai yang tinggi kepada kelompok sebaya yang lebih luas sebagai sumber gagasan, nilai, persahabatan dan hiburan. Hakikatnya hubungan dengan teman sebaya pada masa remaja dicirikan berdasarkan status sosial dan pertemanan akrab sebaya. Status sosial, atau tingkat penerimaan teman oleh teman sebaya, dipelajari dalam kaitannya dengan kelompok status yang sama, yang diidentifikasikan pada masa anak- anak pertengahan. Seperti pada anak-anak usia sekolah dasar, remaja yang populer dan diterima dengan baik cenderung memperlihatkan penyelesaian konflik dan kemampuan akademis yang positif, perilaku prososial dan sifat kepemimpinan (Slavin, 2011).

2.5.4 Lingkungan Masyarakat

Tanggapan positif dari lingkungan terhadap keadaan remaja akan menimbulkan rasa puas dan menerima keadaan dirinya, sedangkan tanggapan negatif dari lingkungan akan menimbulkan perasaan tidak puas pada dirinya dan individu cenderung tidak menyukai dirinya yang nantinya akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Sumiati,et.al, 2009).


(67)

15

Lingkungan masyarakat menurut Sumiati,et.al (2009) terdiri dari: a. Sosial Budaya

Bagi remaja yang sedang dalam mencari identitas dan penyesuaian sosial, situasi ini merupakan titik kritis, yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik kejiwaan pada sebagian remaja. Kebudayaan memberikan pedoman arah, persetujuan, pengingkaran, dukungan, kasih sayang, dan perasaan aman kepada remaja, tetapi mereka juga mempunyai keinginan untuk madiri yang berbeda dari tolak ukur orang dewasa. Mereka membuat kebudayaannya sendiri yang berbeda dari kebudayaan masyarakat pada umumnya. Kebudayaan yang menyimpang inilah yang dikenal sebagai kebudayaan anak muda (Youth culture). Nilai yang dominan dalam budaya anak muda adalah keunggulan dalam olahraga, disenangi teman, senang hura-hura, senang pesta, tidak dianggap pengecut,dsb.

b. Media Massa

Kemajuan tekhnologi yang luar biasa membawa kegembiraan yang menyenangkan serta wawasan yang lebih luas. Tetapi juga membawa kesedihan, betapa tidak, krena hubungan antara manusia bergeser menjadi hubungan antar mesin. Hubungan antar keluarja menjadi minim. Komunikasi dalam keluarga yang bisa menumbuhkan saling pengertian, kasih sayang, kerja sama menjadi surut. Tidak sekedar kehilangan waktu luang yang berharga, tetapi remaja lebih rugi karena menikmati program yang sering kurang mendidik, misalnya tayangan kekerasan dan kehidupan seksual.

2.6 Masalah Kesehatan Jiwa Remaja

Pada masa transisi ini, kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi


(68)

dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan atau norma yang ada di masyarakat. Diantaranya adalah bingung peran, kesulitan belajar, kenakalan remaja, perilaku seksual yang menyimpang (Sumiati, 2009).

Adapun beberapa konflik ataupun masalah yang dialami oleh remaja adalah konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka, konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan kepada orang tua, konflik antara kebutuhan seks dan agama serta nilai sosial, konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja ketika kecil dahulu dengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari, konflik menghadapi masa depan (Jahja, 2011).

2.6.1 Bingung Peran

Bingung peran adalah karakteristik penyimpangan perilaku yang menunjukkan terjadinya resolusi negatif pada seorang remaja ketika mengalami bingung, ragu-ragu dan perilaku anti sosial. Penyebab terjadinya penyimpangan perkembangan psikososial/bingung peran adalah tidak menemukan ciri khas (kekuatan dan kelemahan) dirinya, tidak diterima lingkungan pada setiap tahapan usia. Masalah-masalah yang sering di hadapi remaja, diantaranya adalah keliru dengan peran dan tanggung jawab dirinya sendiri, sering merasa disalahkan, merasa dirinya di layani secara tidak adil, tidak di pedulikan, sukar memahami emosi dirinya sendiri, susah membuat keputusan (Sumiati,et.al, 2009).


(69)

17

Usaha remaja untuk memahami diri bukan “sejenis rasa tidak nyaman akibat menjadi dewasa”. Tugas utama masa remaja adalah memecahkan “krisis” identitas versus kebingungan identitas (atau identitas versus kebingungan peran), untuk dapat menjadi orang dewasa unik dengan pemahaman akan diri yang utuh dan memahami peran nilai dalam masyarakat. “Krisis identitas” ini jarang teratasi pada masa remaja. Remaja tidak membentuk identitas mereka dengan meniru orang lain, sebagaimana yang dilakukan anak yang lebih muda, tetapi dengan memodifikasi dan menyintesis identifikasi lebih awal ke dalam “struktur psikologi baru yang lebih besar”, Menurut Erikson (1950) dalam Papalia (2011).

Ciri-ciri individu yang memiliki identitas diri yakni individu tersebut memiliki karakteristik seperti konsep diri, evaluasi diri, harga diri, efikasi diri, kepercayaan diri, tanggung jawab, komitmen, ketekunan, kemandirian (Dariyo,2004).

a. Konsep diri, yakni gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun psikologis yang pengaruh pada perilaku individu dalam penyesuaian diri dengan orang lain. Sejauh mana individu menyadari dan menerima segala kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya, maka akan mempengaruhi pembentukan konsep dirinya. Kalau dia mampu menerima kelebihan dan kekurangan tersebut, dalam diri individu akan tumbuh konsep diri positif, sebaliknya bagi yang tak mampu menerimanya, maka cenderung menumbuhkan konsep diri yang negatif. Konsep diri yang baik, akan mempengaruhi kemampuan individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya dengan baik. Sebaliknya, yang konsep dirinya negatif, cenderung menghambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya.


(70)

mengevaluasi potensi diri sendirinya. Kemampuan evaluasi diri tumbuh karena ada kesadaran akan segala potensi yang dimilikinya. Justru mereka yang memiliki konsep diri yang baik, karena memang ia telah mampu mengevaluasi/ menilai aspek-aspek dalam dirinya.

c. Harga diri, seseorang yang memiliki harga diri yang baik akan dapat menghargai diri secara proporsional. Ia tidak akan mengukur dirinya lebih tinggi dari yang seharusnya, kalau memang saat ini belum saatnya. Namun penghargaan dirinya tidak serendah dari apa yang seharusnya. penghargaan diri yang wajar dan proporsional merupakan tindakan yang tepat bagi seseorang individu yang mempunyai identitas diri matang.

d. Efikasi-diri, kemampuan menyadari, menerima dan mempertanggung jawabkan semua potensi, keterampilan atau keahlian secara tepat. Orang yang memiliki self-efficacy, akan menempatkan diri pada posisi yang tepat. Efikasi diri akan mendorong individu untuk menghargai dan menempatkan diri pada posisi yang tepat. Karena itu, ia tahu dimana dan kapan ia harus mempertanggungjawabkan kapasitas bakat-bakatnya dengan baik.

e. Kepercayaan diri ialah keyakinan terhadap diri sendiri bahwa ia memiliki kemampuan dan kelemahannya, dan dengan kemampuan tersebut ia merasa optimis dan yakin akan mampu menghadapi masalah dengan baik. Dengan kepercayaan diri, seseorang dapat berfikir dan bertindak antisipatid, artinya apa yang dipikirkan cenderung melihat kearahg masa depan.


(71)

19

f. Tanggung jawab, seseorang yang bertanggung jawab biasanya melaksanakan kewajiban dan tugas-tugasnya sampai selesai. Ia tidak akan mundur atau melarikan diri dari tanggung jawab tersebut. Dengan selesainya tanggung jawab tersebut akan menumbuhkan harga diri, kebanggaan dan kepuasan batin, kesenangan, dan kebahagiaan hidup.

g. Komitmen, yakni tekad atau dorongan internal yang kuat untuk melaksanakan suatu janji, ketepatan hati yang telah disepakati sebelumnya sampai benar-benar selesai dengan baik.

h. Ketekunan, untuk meakukan suatu tanggung jawab dan komitmen sampai tuntas, dibutuhkan sifat yang setia dan tekub untuk tetap bertahan pada kewajibannya.

i. Kemandirian, merupakan salah satu sifat dalam diri orang yang memiliki identitas diri (jati diri). Kemandirian sifat yang tidak bergantung pada diri orang lain. Ia akan berusaha menyelesaikan masalah dalam hidupnya sendiri.

Ada 4 status identitas remaja menurut James Marcia dalam Papalia (2011), yaitu:

1. Identity Achievement (krisis yang mengarah kepada komitmen). Seorang individu dikatakan telah memiliki identitas (jati diri), kalau dalam dirinya telah mengalami krisis dan ia dengan penuh tekad mampu menghadapinya dengan baik. Justru, adanya krisis akan mendorong dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu menyelesaikannya dengan baik. Walaupun dalam kenyataannya, ia harus mengalai kegagalan, tetapi bukanlah akhir dari dari upaya untuk mewujudkan potensi pribadinya.


(72)

Sehingga orang ini, seringkali banyak angan-angan yang akan dicapai dalam hidupnya, tetapi seringkali tidak sesuai dengan kenyataan masalah yang dihadapinya. Akibatnya, orang tipe ini ketika dihadapkan dengan masalah realitas, tidak akan mampu menghadapi dengan baik.

3. Moratorium (krisis tanpa komitmen). Orang dengan tipe ini, ditandai dengan adanya krisis, tetapi ia tidak memiliki kemauan kuat (tekad untuk) menyelesaikan masalah krisis tersebut. Ada 2 kemungkinan tipe orang ini yaitu, individu yang menyadari adanya suatu krisis yang harus diselesaikan tetapi ia tidak mau menyelesaikannya, dan individu yang memang tidak menyadari tugasnya namun juga tidak memiliki komitmen.

4. Identity diffusion (tidak ada komitmen, tidak ada krisis). Orang tipe ini, yaitu orang yang mengalami kebingungan dalam mencapai identitas. Ia tidak memiliki krisis dan juga tidak memiliki kemauan (tekad, komitmen) untuk menyelesaikannya.

2.6.2 Kesulitan Belajar

Pelajar yang mengatur pembelajarannya sendiri menentukan target yang menantang dan menggunakan strategi yang tepat untuk mencapainya. Mereka berusaha keras, bertahan di hadapan kesulitan, dan mencari bantuan jika memang diperlukan. Siswa yang tidak yakin akan kemampuan mereka untuk sukses cenderung menjadi frustasi dan tertekan perasaan yang membuat kesuksesan sulit untuk dicapai. Beberapa faktor termasuk keyakinan dan praktik orang tua, status sosioekonomi, dan pengaruh teman sebaya, mempengaruhi kekuatan orang tua


(73)

21

dalam menguatkan prestasi anak. Pengaruh teman sebaya mungkin dapat menjelaskan penurunan tren dalam motivasi dan prestasi akademis yang bagi banyak siswa dimulai pada awal masa remaja. Dalam studi longitudinal terhadap siswa yang memasuki sekolah menengah urban setelah tingkat ke enam, motivasi dan peringkat mengalami penurunan, secara rata-rata, sepanjang tingkat ketujuh. Akan tetapi, siswa dengan kelompok teman sebaya yang sangat menerima menunjukkan penurunan pada prestasi yang lebih sedikit dan menikmati sekolah, sedangkan mereka yang diasosiasikan dengan low achiever menunjukkan penurunan yang besar (Papalia,et.al, 2011).

Penggunaan waktu, motivasi akademis dan keyakinan akan kecakapan diri mungkin memengaruhi cara remaja tersebut menggunakan waktu mereka. Sebagian di antara mereka tampak terlalu sibuk dengan aktivitas ekstrakkulikuler, pekerjaan rumah tangga, dan dan pekerjaan sampingan ketimbang harapan untuk mendapatkan peringkat yang baik. Tetapi banyak yang kekurangan waktu dapat dan benar-benar berhasil dalam studi, sedangkan banyak murid yang tampak memiliki banyak waktu luang justru ridak terlalu berprestasi (Papalia,et.al, 2011).

Status sosioekonomis dan lingkungan keluarga. Status sosioekonomi bisa menjadi faktor kuat dalam prestasi melalui pengaruhmya terhadap atmosfer keluarga, pemilihan lingkungan sekitar, dan pada caraorang tua membesarkan anak. Anak-anak miskin, dengan orang tua yang tidak berpendidikan, memiliki kecenderungan yang lebih besar merasakan atmosfer negatif keluarga dan sekolah serta peristiwa yang menekan. Lingkungan yang dapat diberikan oleh keluarga secara umum menentukan kualitas pendidikan dan peluang terhadap pendidikan yang lebih tinggi, dan ketersediaan peluang seperti itu, bersama dengan sikap


(74)

Keterlibatan orang tua dan gaya pengasuhan,. Orang tua dapat memengaruhi prestasi pendidikan anak dengan melibatkan diri dalam pendidikan anak; bertindak sebagai penasihat bagi anak-anak mereka dan memberi kesan pada guru dengan keseriusan target pendidikan keluarga. Siswa dengan orang tua yang amat terlibat dalam kehidupan sekolah dan memonitor perkembangan mereka biasanya menjadi siswa yang terbaik di sekolah menengah atas.

Kesulitan belajar adalah suatu keadaan (kondisi) dimana remaja tidak menunjukkan prestasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kesulitan belajar atau “Learning Disabilities (LD)” adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akan akademik yang seharusnya dicapai. Hali ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat minimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung. Bila tidak ditangani dengan baikdan benar akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional (psikiatrik) yang akan berdampak buruk bagi perkembangan kualitas hidupnya di kemudian hari (Sumiati,et.al, 2009).

Adapun faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar adalah:

a. Faktor internal siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurangan maupun psikofisik siswa yang terdiri dari bersifat kognitif (ranah cipta) seperti merendahkan kapasitas intele ktual/ inteligensi siswa, bersifat afektif (ranah rasa) antara lain labilnya emosi dan


(75)

23

sikap, bersifat psikomotor (ranah karsa) anatara lain terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran ( mata dan telinga).

b. Faktor eksternal siswa, yakni hal-hal ata keadaan yang datang dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa, yang terdiri dari lingkungan keluarga, contohnya ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat, contohnya wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal, lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang kurang berkualitas.

Kesulitan belajar kadang-kadang tidak terdeteksi dan tidak dapat terlihat secara langsung. Setiap individu yang memiliki kesulitan belajar sangatlah unik. Seperti misalnya, seorang anak “dyslexia”, yang sulit membaca, menilis dan mengeja, tetapi sangat pandai dalam matematika. Pada umumnya, individu dengan kesulitan belajar memiliki intelegensi rata-rata bahkan diatas rata-rata. Seseorang terlihat “normal” dan tampak sangat cerdas tetapi sebaliknya ia mengalami hambatan dan menunjukkan tingkat kemampuan yang tidak semestinya dicapai dibandingkan dengan yang seusia dengannya.

2.6.3 Kenakalan remaja

Kenakalan remaja adah salah satu masalah yang paling berbahaya pada masa remaja ialah permulaan kenakalan serius. Masalah tersebut jauh lebih umum ditemukan dikalangan pria daripada perempuan. Anak-anak nakal biasanya adalah orang yang berpencapaian rendah yang diberi sedikit alasan untuk percaya bahwa mereka dapat berhasil dengan mengikuti jalur yang ditentukan bagi mereka oleh


(76)

aktif subkelompok yang nakal (Slavin, 2011).

Kenakalan remaja adalah tingkah laku yang melampaui batas toleransi orang lain dan lingkungannya. Tindakan ini dapat merupakan perbuatan yang melanggar hak azasi manusia sampai melanggar hukum. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran situs sehingga tindakan kriminal, menurut Kartono (2003) dalam buku Sumiati,et.al (2009).

Remaja terlibat dalam perilaku kekerasan diakibatkan karena ketidak dewasaan otak para remaja, khususnya prefrontal cortex, yang merupakan bagian penting untuk melakukan menilai dan memicu kekerasan. Remaja yang berkecenderungan melakukan kekerasan sering kali menolak mendengarkan figur otoritas seperti orang tua dan guru; mengacuhkan perasaan dan hak orang lain; memperlakukan orang lain dengan tidak benar, bergantung kepada kekerasan atau ancaman kekerasan untuk menyelesaikan masalah, dan percaya bahwa kehidupan telah memperlakukan mereka dengan tidak adil (Papalia, 2011).

Mereka sering kali tampak lebih tua dari teman sebaya mereka. Mereka berkelakuan buruk di sekolah seperti cut classes (cabut dari kelas) atau bolos sekolah, tidak naik kelas atau ditunda kenaikannya atau keluar dari sekolah,


(1)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka menyelesaikan studi Sarjana Keperawatan. Judul dari skripsi ini adalah

“Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan

studi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp,. MNS selaku pembantu Dekan I dan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp,. MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

4. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep., sebagai dosen pembimbing saya dalam mengerjakan proposal ini, serta sebagai dosen penguji I.

5. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, M.Kep., sebagai penguji II.

6. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns, M.Kep., sebagai dosen penguji III

7. Ibu Mahnum Lailan Nst, S.Kep., Ns., M.Kep., sebagai dosen Uji Validitas Instrumen


(2)

8. Ayahanda tercinta H. Kali Maulana Siregar, S.T. dan Ibunda tercinta Hj. Faridah Rangkuti, S.Pd. yang telah memberikan kasih sayang, doa, motivasi, dan kesabaran yang tiada batas kepada penulis.

9. Saudara tersayang Juni Arnita Siregar, S.Farm., Apt., Hasan Basri Siregar, S.T dan saudara kembar saya Yuli Hariani Siregar, SP. yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil dalam menyelesaikan tugas akhir penulis.

10. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan, Pegawai Tata Usaha dan Pegawai Perpustakaan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

11. Teman-teman Ekstensi 2014 lainnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, Februari 2016

Yuli Hariati Siregar 141121085


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Jiwa ... 5

2.2 Defenisi Remaja ... 6

2.3 Ciri-Ciri Masa Remaja ... 7

2.4 Tugas-Tugas Perkembangan ... 8

2.7 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja ... 10

2.7.1 Lingkungan Keluarga ... 10

2.7.2 Lingkungan Sekolah ... 13

2.7.3 Lingkungan Teman Sebaya ... 14

2.7.4 Lingkungan Masyarakat ... 15

2.8 Masalah Kesehatan Jiwa Remaja... 16

2.8.1 Bingung Peran ... 17

2.8.2 Kesulitan Belajar ... 21

2.8.3 Kenakalan Remaja ... 25

2.8.4 Perilaku Seksual ... 30

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 35

3.2 Definisi Operasional ... 36

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 37

4.2 Populasi dan Sampel ... 37

4.2.1 Populasi ... 37

4.2.2 Sampel ... 37


(4)

4.5.2 Kuesioner Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja ... 40

4.6 Uji Validitas Instrumen ... 40

4.7 Reliabilitas Instrumen ... 41

4.8 Pengumpulan Data ... 42

4.9 Analisa data ... 43

4.9.1 Pengolahan Data ... 43

4.9.2 Tehnik Analisa Data ... 44

BAB 5. TINJAUAN PUSTAKA 5.1 Hasil Penelitian ... 45

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Remaja ... 45

5.1.2 Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja ... 46

5.2 Pembahasan ... 48

5.2.1 Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja ... 48

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Hasil Penelitian ... 53

6.2 Saran ... 53

6.2.1 Untuk Pelayanan Keperawatan ... 53

6.2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan ... 53

6.2.3 Untuk Penelitian Selanjutnya ... 54

6.2.4 Untuk Sekolah ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Instrument Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Validitas Lampiran 4 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Lampiran 5 : Hasil Penelitian

Lampiran 6 : Master Tabel Lampiran 7 : SPSS Demografi

Lampiran 8 : SPSS Kesehatan Jiwa Remaja

Lampiran 9 : Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Lampiran 10 : Surat Etik Clirens

Lampiran 11 : Surat Selesai Reliabilitas Instrumen Lampiran 12 : Surat Selesai Penelitian


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Tabel 4.2. Jumlah Sampel

Tabel 5.1 Karakteristik Berdasarkan Umur,U.Anak, J.Saudara

Tabel 5.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin, Suku, Dan Agama Tabel 5.3 Frekuensi dan Persentase Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Tabel 5.4 Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis Masalah


(6)

DAFTAR SKEMA