pokok pemerintah adalah untuk melakukan pelayanan terhadap masyarakat dan melakukan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan
pemberian hak otonomi. Dilatarbelakangi oleh permasalahan dalam meningkatkan kemandirian keuangan
daerah dan dihubungkan dengan pertumbuhan ekonomi daerah, untuk membiayai pengeluaran tersebut pemerintah harus mencari sumber-sumber penerimaan. Salah
satu sumber penerimaan daerah bersumber dari pendapatan pajak daerah dan penerimaan dari pendapatan lain-lain. Untuk membiayai pengeluaran tersebut
pemerintah harus mencari sumber-sumber penerimaan, salah satu sumber penerimaan daerah bersumber dari pendapatan pajak daerah, perimbangan dan pendapatan lain-
lain.
1.2 Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana posisi kemampuan keuangan daerah Propinsi Sumatera Utara dalam
era otonomi daerah?. 2.
Bagaimana elastisitas, efisiensi, dan efektifitas dari Pendapatan Asli Daerah?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk menganalisis perkembangan posisi kemampuan keuangan daerah Propinsi Sumatera Utara dalam era otonomi daerah.
2. Untuk mengevaluasi kemampuan dan sekaligus mengukur keuangan dari sisi
penerimaan dan pengeluaran Pemerintah daerah Sumatera Utara. 3.
Untuk mengetahui potensi sumber-sumber pendapatan daerah dan konstribusinya sebagai sumber pembiayaan terhadap pembangunan regional.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai syarat bagi Penulis dalam menyelesaikan studi pada program pasca sarja
di Universitas Sumatera Sumatera Utara 2.
Sebagai masukan bagi pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam mengambil keputusan mengenai potensi sumber yang dapat dijadikan sumber pembiayaan
pembangunan dalam pelaksanaan otonomi daerah, serta kemampuan pembiayaan pembangunan yang bersumber dari penerimaan daerah dan sumber lainnya dalam
kaitannya dengan pembangunan ekonomi regional. Disamping sebagai alat untuk mengukurmengevaluasi kinerja keuangan daerah.
3. Sebagai acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat
meneliti masalah keuangan daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Sistem Otonomi Daerah
Otonomi Daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004 merupakan hak, wewenang
dan kewajiban daerah otonom utuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dalam UU ini pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota didasarkan pada asas desentralisasi yang dilaksanakan
secara luas, nyata dan bertaggung jawab. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia pada dasarnya merupakan amanat pasal
18 Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, landasan pemberian otonomi kepada daerah dan pembentukan Daerah Otonom adalah Undang-Undang Dasar
1945, khususnya pasal 18 yang berbunyi “ Pembagian daerah Indonesia atas dasar daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
undang-undang dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat
istimewa”. Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 18, ditetapkan antara lain Tri Nurmani
Ariyanti, 2002
1. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi, dan propinsi akan dibagi
pula dalam daerah yang lebih kecil. 2.
Di daerah-daerah yang bersifat otonom atau bersifat administrasi belaka semua menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang.
3. Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan badan perwakilan daerah,
oleh karena di daerahpun pemerintah akan bersendi atas dasar permusyawaratan. Dari uraian tersebut, jelas terlihat bahwa UUD 1945 merupakan landasan yang
kuat untuk menyelenggarakan otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah dibuka saluran baru bagi pemerintah Propinsi dan Kabupaten untuk mengambil
langsung tangguang jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Penyesuaian kewenangan dan fungsi penyediaan pelayanan antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupatenkota sudah memusat tujuan politis maupun teknis.
Secara politis, desentralisasi kewenangan pada masing-masing daerah menjadi perwujudan dari suatu tuntutan reformasi seperti direfleksikan dalam garis besar
haluan negara. Secara teknis masih terdapat sejumlah besar persiapan yang harus dilakukan untuk menjamin penyesuaian kewenangan dan fungsi tersebut secara
efektif. Untuk menjamin proses desentralisasi berlangsung dan berkesinambungan pada
prinsipnya acuan dasar dan otonomi daerah telah diwujudkan melalui undang-undang
nomor 22 tahun 1999 dan undang-undang nomor 25 tahun 2000, peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000, peraturan pemerintah nomor 84 tahun 2000, dan
ketentuan lainnya yang relevan. Dalam acuan dasar tersebut setiap daerah harus membentuk suatu paket otonomi
yang konsisten dengan kapasitas dan kebutuhannya. Dalam negara yang majemuk seperti indonesia, satu ukuran belum tentu cocok untuk semua penyusunan paket
otonomi dalam perancangan. Dalam proses ini komonitas-komonitas lokal perlu dilibatkan oleh masing-masing pemerintah kabupaten kota termasuk DPRD untuk
menjamin proses desentralisasi secara lebih baik dan bertanggung jawab, dimana mereka sebagai salah satu stakeholder yang memiliki kepentingan mendalam untuk
mensukseskan otonomi daerah.
2.2 Prinsip Otonomi Daerah