Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik

Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Berdasarkan hasil analisis bivariat memperlihatkan hubungan antara pengetahuan responden dengan penerapan SOP teknik menyuntik. Responden dengan pengetahuan tinggi yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan kategori baik sebanyak 41 orang 97,6, dan 1 orang 2,4 yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan kategori cukup, sedangkan yang berpengetahuan rendah yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan kategori baik sebanyak 14 orang 77,8 dan kategori cukup sebanyak 4 orang 22,2. Kalau dilihat dari nilai P ternyata didapatkan P = 0,025 P 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden terhadap penerapan SOP teknik menyuntik. Dengan pengertian bahwa semakin tinggi pengetahuan responden maka semakin besar kemungkinan dapat menerapkan SOP teknik menyuntik. Meskipun demikian dalam penelitian ini masih ditemukan responden memiliki pengetahuan rendah. Sehubungan dengan hal tersebut maka responden dengan pengetahuan rendah perlu meningkatkan pengetahuannya dalam praktik keperawatan khususnya dalam tindakan menyuntik sebagai upaya pencegahan infeksi. Sementara responden yang berpengetahuan tinggi tetap mempertahankan dan meningkatkan pengetahuannya agar dapat lebih bertanggungjawab untuk menerapkan SOP praktik keperawatan dalam bekerja. 51 Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur SOP Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008 Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal dan informal, misalnya melalui bimbingan dan pelatihan, pengarahan, mencari informasi, diskusi dan berbagi pengalaman, sehingga semakin banyak memperoleh pengetahuan tentang penerapan SOP khususnya teknik menyuntik maka semakin besar responden dapat menjaga kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sekaligus mencegah terjadinya infeksi melalui jarum suntik seperti yang pernah terjadi pada 4 empat orang tenaga perawat dan 1 satu orang mahasiswa kedokteran yang terpajan jarum suntik dan jarum infus penderita HIVAIDS dan mereka tidak memakai sarung tangan saat bekerja. Menurut pengamatan peneliti, rata-rata responden berpendidikan diploma tiga keperawatan, dengan demikian diharapkan responden lebih mudah menerima informasi dan pengetahuan yang baru baik dari dalam maupun dari luar lingkungan Rumah Sakit. Tinggi atau rendahnya pendidikan formal seseorang tidak menentukan sempit atau luasnya pengetahuan, tetapi makin tinggi pendidikan seseorang maka makin luaslah pengetahuannya. Secara teoritis menurut Machfoed et al 2005 cara orang yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban baik lisan atau tertulis. Seseorang memiliki pengetahuan tinggi apabila mampu mengungkapkan informasi dari suatu objek dengan benar, bila seseorang hanya mampu mengungkapkan sedikit informasi dari suatu objek dengan benar maka dikategorikan memiliki pengetahuan rendah tentang objek tersebut. Pengetahuan dengan mudah dapat diakses melalui berbagai media massa yang dapat memberikan informasi baru bagi individu sehingga menambah pengetahuan dan wawasan responden. Sejalan pendapat yang dikemukan oleh Azwar 1995 bahwa ”Adanya Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur SOP Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008 informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut”. Dengan demikian informasi yang berasal dari berbagai media massa memberi pengaruh besar terhadap perubahan pengetahuan responden dalam menanggapi sesuatu khususnya dalam penerapan SOP teknik menyuntik. Tindakan menyuntik merupakan wewenang dokter yang dapat didelegasikan oleh dokter kepada perawat. Tindakan menyuntik mempunyai risiko terhadap keselamatan perawat jika tidak dilakukan dengan hati-hati dapat menimbulkan masalah misalnya tertusuk jarum pada saat bekerja. Yang berarti bahwa pengetahuan responden terhadap penerapan SOP teknik menyuntik yang baik dapat memberikan gambaran bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan yang baku dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya infeksi melalui jarum suntik serta mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bekerja. Kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan tindakan keperawatan dipengaruhi oleh pengetahuan responden. Pengetahuan responden yang baik tentang SOP teknik menyuntik dapat mempengaruhi penerapannya dengan baik pula atau dengan kata lain pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sebaliknya pengetahuan responden yang rendah dapat mempengaruhi penerapan SOP dan keberhasilan berlangsungnya SOP praktik keperawatan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru. Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur SOP Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008 Berdasarkan ruang lingkup pekerjaan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan kepada pasien khususnya tindakan menyuntik, pihak Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru sudah memberlakukan ketentuan SOP sebagai pedoman dalam melaksanakan praktik keperawatan, namun keberhasilan mengimplementasikannya menjadi tanggungjawab responden untuk meningkatkan pengetahuannya serta komitmen tim penilai untuk mengawasi proses penerapan SOP praktik keperawatan dalam upaya mencapai keselamatan dan kesehatan kerja serta upaya pencegahan infeksi melalui jarum suntik. Penelitian yang dilakukan oleh Masdalifa Pasaribu 2006 tentang analisis pelaksanaan SOP pemasangan infus terhadap kejadian plebitis di ruang rawat inap Rumah Sakit Haji Medan, hasilnya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pelaksanaan SOP pemasangan infus terhadap kejadian plebitis dengan nilai P = 0,001. Meskipun ada perbedaan pada SOP praktik keperawatan antara teknik menyuntik dengan teknik pemasangan infus, namun disini peneliti hanya melihat pengetahuan responden terhadap penerapan SOP praktik keperawatan. 5.2 Hubungan Sikap Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Berdasarkan hasil analisis bivariat memperlihatkan tidak ada hubungan antara sikap responden dengan penerapan SOP teknik menyuntik. Responden dengan kategori sikap baik yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan baik sebanyak 14 orang 87,5 sebanyak 2 orang 12,5 yang menerapkan SOP teknik Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur SOP Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008 menyuntik dengan cukup, sedangkan responden dengan kategori sikap sangat baik menerapkan SOP teknik menyuntik dengan baik sebanyak 41 orang 93,2 dan yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan cukup sebanyak 3 orang 6,8. Bila dilihat dari nilai P = 0,403 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan penerapan SOP teknik menyuntik. Dengan pengertian bahwa sikap responden cenderung tidak mendukung terhadap pelaksanaan penerapan SOP teknik menyuntik. Menurut teori Bogardus, et al 1931 yang dikutip oleh Azwar 1995 menyatakan ” bahwa sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon”. Namun pada hasil penelitian ini sikap yang ditemukan tidak mendukung respon individu pada objek atau stimulus yang dihadapi atau yang diketahuinya. Sejalan dengan pendapat Louis Thrustone, et al 1928 dikutip oleh Azwar menyatakan ”bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut”. Dengan kata lain responden yang mempunyai pengetahuan yang baik seharusnya dapat bersikap baik dan cenderung mendukung penerapan SOP praktik keperawatan yang sudah diberlakukan oleh pihak Rumah Sakit. Berdasarkan informasi kepala ruangan medikal dan surgikal, bahwa ada kecenderungan responden bekerja menurut pengalaman dan pengaruh orang lain. Sejalan pendapat yang Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur SOP Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008 dikemukakan oleh Azwar 1995 ”bahwa dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapinya, diantaranya adalah pengalaman pribadi dan pengaruh orang lain”. Dalam pengertian responden bekerja berdasarkan pengalaman dan pengaruh orang lain misalnya pengalaman pribadi merupakan sesuatu yang telah dan sedang kita alami yang membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial sedangkan pengaruh orang lain merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita, misalnya ada tidaknya perawat lain yang sedang bertugas menerapkan SOP sebagai pedoman melaksanakan praktik keperawatan. Menurut peneliti pembentukan sikap yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan pengaruh orang lain tidak dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan SOP praktik keperawatan, karena hanya berdasarkan perkiraan tanggapan responden dan adanya unsur suka dan tidak suka terhadap individu yang menjadi objek sikap dan bukan berdasarkan standar yang sudah dibakukan. Dengan demikian sikap responden belum mencerminkan rasa tanggungjawab terhadap penerapan SOP teknik menyuntik dalam praktik keperawatan dan cenderung dapat menyebabkan kecelakaan kerja seperti yang terjadi pada perawat dan mahasiswa kedokteran yang terpapar jarum suntik penderita HIVAIDS dan pada saat bekerja tidak memakai sarung tangan. Penelitian yang dilakukan oleh Ariani, et al 2000 tentang pengetahuan, sikap dan tindakan perawat dalam upaya pencegahan risiko tertular Hepatitis B di RSUD Singaraja, hasil penelitiannya 84 responden berpengetahuan cukup, dan 90,6 bersikap positif. Meskipun penelitian Ariani et, al tentang sikap tidak mendukung terhadap hasil Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur SOP Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008 penelitian ini, namun ada kesamaan dalam variabel yang akan diukur tentang pengetahuan dan sikap serta data mengenai kecelakaan kerja yang dilakukkan oleh perawat. Data 3 bulan sebelumnya ditemukan penularan hepatitis B pada perawat umumnya terjadi karena tusukan jarum suntik dan kontaminasi mukosa mata atau mulut oleh cairan pengidap hepatitis B. Kecelakaan yang sering terjadi adalah tertusuknya jari tangan saat memasang penutup jarum yang habis dipakai reccaping. Kemudian juga ditambahkan bahwa sebagian besar responden pernah mengalami tindakan berisiko seperti robek sarung tangan 73,3, tertusuk jarum suntik 66,7 dan kontak langsung dengan darah 100. Meskipun penelitian Ariani tidak mendukung penelitian ini karena masalahnya berbeda, tetapi hasil penelitian ditemukan adanya hubungan pengetahuan responden dengan pencegahan risiko infeksi serta kejadian tertusuk jarum suntik sebanyak 66,7. Kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan tindakan keperawatan dipengaruhi oleh pengetahuan responden. Pengetahuan responden yang baik tentang SOP teknik menyuntik dapat mempengaruhi penerapannya dengan baik pula atau dengan kata lain pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sebaliknya pengetahuan responden yang rendah dapat mempengaruhi penerapan SOP dan keberhasilan berlangsungnya SOP praktik keperawatan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru. Berdasarkan ruang lingkup pekerjaan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan kepada pasien khususnya tindakan menyuntik, pihak Rumah Sakit Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur SOP Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008 Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru sudah memberlakukan ketentuan SOP sebagai pedoman dalam melaksanakan praktik keperawatan, namun keberhasilan mengimplementasikannya menjadi tanggungjawab responden untuk meningkatkan pengetahuannya serta komitmen tim penilai untuk mengawasi proses penerapan SOP praktik keperawatan dalam upaya mencapai keselamatan dan kesehatan kerja serta upaya pencegahan infeksi melalui jarum suntik.

5.3 Keterbatasan Penelitian