1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senatiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju
mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitann erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya, karena itu Al-
Qur’an dalam menyebut kegitan dakwah dengan Ahsanu Qaula. Dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa
kegiatan dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, tidak dapat dibayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami
kelumpuhan yang disebabkan oleh beberapa faktor terlebih pada era globalisasi sekarang ini, dimana berbagai informasi masuk begitu cepat dan
instan yang tidak dapat dibendung lagi. Umat Islam harus dapat memilah dan menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Islam.
1
Menurut Prof. Max Muller yang seorang ahli perbandingan agama, Islam termasuk Missionary Religious yaitu agama yang menugaskan
kepada para pemeluknya sebagai suatu kewajiban suci sacred duty untuk menyebar luaskan ajaran-ajaran agamanya itu, baik melalui pikiran, kata-kata,
1
M. Munir, Metode Dakwah, Edisi Revisi, Cet. ke 2, ed. Jakarta: Kencana, 2006, h. 4.
dan perbuatan kepada orang lain agar apa yang menjadi keyakinan itu dapat dipahami dan diterima oleh orang lain.
2
Sesuai dengan pernyataan di atas maka, hanya dengan kegitan dakwahlah ajaran Islam akan tersampaikan kepada pemeluknya, sebagai
bentuk pembendungan terhadap informasi maupun propaganda yang dilakukan kaum kafir yang berusaha untuk menyesatkan kaum muslimin yang
memandang kaum muslim sebagai musuh yang harus dihancurkan, merupakan fakta bahwa arus informasi memang dikuasai oleh mereka dan kaum muslimin
secara umum tidaklah memiliki suatu media massa yang memadai untuk menyalurkan aspirasi dan memperjuangkan serta menegakan nilai-nilai Islam,
bahkan kaum muslimin hanya menjadi konsumen. Tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan
agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga orang menjadi baik. Menjadikan orang
baik itu berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, dan kebodohan, dari kemiskinan, dan dari keterbelakangan.
3
Walaupun pada hakikatnya dakwah tidak hanya diperuntukan bagi orang yang telah memeluk Islam, orang yang
diluar Islam merupakan objek dakwah karena pada fitrahnya manusia adalah tunduk terhadap Allah sebagai Tuhannya hanya setelah manusia terlahir
karena pengaruh lingkungan yang buruk, tidak islami telah membawa manusia
2
Ruslan Abdulgani, “Sejarah Dakwah Islam di Indonesia dan Perkembangannya”,
dalam Seminar Sehari: Dakwah Sebagai Ilmu T.tp.: Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1992, h. 22.
3
Andy Darmawan Dkk, Metodelogi Dakwah, Yogyakarta: LESFI, 2002, h. 8.
terhadap kesesatan maka dakwah berusaha mempertemukan fitrah manusia tadi kepada ketundukan kepada Sang Khalik.
Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai agama, ada kecenderungan membuat agama menjadi tidak
berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup berbagai bidang.
Hal ini juga mungkin menerpa umat Islam bila agama tidak berfungsi secara efektif dalam kehidupan kolektif. Tentu saja keadaan seperti ini dapat
berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk memberi peradaban alternatif yang benar dan dituntut oleh setiap perubahan sosial yang terjadi.
4
Di samping itu kita bisa melihat pada saat ini, kehidupan umat manusia sedikit banyak dipengaruhi oleh modernisme yang terkadang
membawa kepada nilai-nilai baru yang tentunya tidak sejalan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
5
Pengaruh modernisme telah membawa manusia semakin jauh dengan Tuhan, bahkan melupakan Tuhan. karena dalam dunia ini manusia
telah terjebak dalam budaya hedonismekesenangan dan munculnya budaya permisifismemudah masuknya budaya-budaya yang bertentangnan dengan
nilai-nilai Islam. dimana disini juga manusia seolah telah mempertuhankan teknologi yang merupakan hasil dari modernisme dan menjauhkan dirinya dari
Tuhan yang hakiki.
4
Munir. Metode dakwah, h. 3-4.
5
Ibid., h. 4.
Tak heran bila dalam perkembangannya modernisme memberikan tempat dan penghargaan yang terlalu tinggi terhadap materi. Implikasinya
adalah kekuatan iman yang selama ini mereka miliki semakin mengalami degradasi. Puncaknya ialah kenyataan yang melanda sebagian umat Islam
sekarang ini semakin terjerat oleh kehampaan spiritual.
6
Melihat fenomena di atas, sudah barang tentu kita khususnya umat Islam dilanda keprihatinan yang dapat merusak moral keimanan sehingga mau
tidak mau harus dicarikan solusi terbaik yang dikehendaki oleh umat Islam yaitu melakukan dakwah secara efektif dan efisien seta berkesinambungan.
Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar selalu menyamapaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas
yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya
7
Hakikat dakwah adalah terciptanya manusia yang hidupnya dilandasi nilai-nilai agama Islam yang akan membawa pada kebaikan duniawi berupa
terciptanya ketentramankeamanan, kenyamanan, kemakmurankesejahteraan dan mendapat kebahagian yang hakiki di akhirat berupa surga dan masuk
kedalamnya dalam ridha-Nya. Islam disebarluaskan dan diperkenalkan kepada umat manusia
melalui aktivitas dakwah yang simpatik, dakwah tidak dijalankan melalui kekerasan, pemaksaan, atau kekuatan senjata Islam tidak membenarkan
6
Ibid
7
Ibid., h. 5.
pemeluk-pemeluknya melakukan pemaksaan terhadap umat manusia agar mereka mau memeluk agama Islam.
8
Tidak bisa dipungkiri dari sejak diperkenalkan Islam oleh Rasulullah bahwa beliau menyebarkanmendakwahkan Islam dengan tanpa
kekerasan tapi dengan akhlak yang mulia berupa sifat sidik, amanah, tabligh, fathonah yang merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh para rasul sebagai
pembawa misirisalahnya Allah. sehingga kaum kafir waktu itu bisa menerima ajaran Islam. Dan akhlaklah yang memang dikedepankan dalam dakwah Islam
yang harus dilakukann oleh para da’i. Islam harus disebarkan kepada seluruh umat manusia, dengan demikian umat Islam bukan saja berkewajiban
melaksanakan ajaran-ajaran Islam dalam keseharian hidupnya, melainkan juga harus menyampaikan kebenaran ajaran Islam terhadap orang lain.
Para pemeluk ajaran Islam diberi gelar sebagai umat pilihan, sebaik- baiknya umat khairu ummah, yang mengemban tugas dakwah, yaitu
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Oleh karena itu aktivitas dakwah harus menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang
muslim
9
Dalam Islam tidak diperkenankan seseorang benar dalam keseharian dan hidupnya dan nantinya masuk surga hanya dirinya saja, akan
tetapi orang lain pun harus ikut dan diajak, dan ajakan tersebut dalam Islam dikenal dengan dakwah. Karena dalam dakwah mengajak orang untuk
8
Munir. Metode Dakwah, h. 64.
9
Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Persepektif Al- qur’an, Bandung : Pustaka Setia, 2002,
Cet.1
melakukan yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, sebagaimana sabda nabi SAW
ق ع ها يضر ير ح ا يعس يبا ع :
وقي م سو ي ع ها ي ص ها وسر تع س :
م يب ريغي ف اًر م م م ي ار
, اس بف عطتسي م اف
, ب قبف عطتسي م اف
, ا ياا فعضا ك ؤ
م سم اور
Artinya: “Dari Abi Said al-Khudri RA. Berkata : saya mendengar Rasulullah SAW. Bersabda : barang siapa diantara kamu melihat
kemungkaran kemaksiatan maka cegahlah hal itu dengan tangannya kekuasaanya, jika tidak mampu maka dengan lisannya ucapan, jika
masih tidak mampu, maka cegahlah dengan hatinya, dan inilah selemah- lemahn
ya Iman” HR. Muslim.
10
Sebagaimana hadits tersebut di atas bahwa dakwah adalah termasuk
merubah kemaksiatankejahatan yang terjadi dan merupakan fenomena di masyarakat, dirubah dengan kekuasaan, dengan lisan dan dengan hati. Dalam
hal ini menjadi medan juang dakwah yang harus merubah penyakit-penyakit sosial di masyarakat.
Dakwah merupakan
sebuah aktivitas
yang bersentuhan dengan manusia dan kemanusiaan. Oleh sebab itu dakwah
mebutuhkan seorang pengarah atau da’i yang berwawasan luas dan memiliki pemahaman yang dalam akan perangkat yang dibutuhkan.
11
Aktivitas dakwah merupakan perwujudan atau proses berjalannya sistem dakwah, dimana sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling
berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud.
12
Karena hanya dengan aktivitaslah dakwah benar-benar
dilaksanakan.dimana aktivitas ini merupakan penggabungan dari unsur-unsur
10
Imam An-Nawawi, Terjemah Hadits Arba’in Hadits ke 34. Jakarta : Sholahuddin
Press, 2009, h. 56.
11
Agustin Intan Permata, Aktivitas Dakwah H. Ida Farida A.S. Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2008 h. 4.
12
Hasanuddin, Manajemen Dakwah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, hal 55.
dakwah. Sistem akwah adalah kebulatan dari unsur-unsur dimana unsur-unsur dakwah yang terdiri dari doktrin Islam, materi, da’i, mad’u, dan tujuan yang
saling berinteraksi dalam model yang terdiri dari masukan, konvensi, keluaran, umpan balik dan lingkungan dalam mencapai tujuan organisasi
dakwah secara bertingkat.
13
Adapun sistem dakwah terdiri dari unsur- unsur da’i, mad’u, materi
dakwah, media dakwah, metode dakwah dan tujuan dakwah
14
. Dan sistem tersebut tidak akan berjalan jika memang tidak adanya aktivitas yang benar-
benar real dilakukan. Dakwah lewat podium yang muncul dalam bentuk khotbah atau
ceramah masih dominan saat ini. Walaupun sebetulnya masih banyak cara lain yang bisa dilakukan seperti berdialog, diskusi yang penyebarannya bisa
memanfaatkan media elektronik TV atau Radio. Belakangan ini juga dakwah dilakukan lewat koran, bulletin, dan buku
bahkan melalui media alternatif semisal internet dan media seluler.
15
Pendekatan dakwah adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses dakwah, umumnya pendekatan didasarkan pada mitra dakwah dan
suasana yang melingkupinya. Sjahudi Siradj mengatakan tiga pendekatan dakwah, yaitu pendekatan budaya, pendekatan pendidikan dan pendekatan
psikologis. Pendekatan-pendekatan ini melihat lebih banyak pada kondisi
13
Ibid., h. 55.
14
Ibid
15
Murtadha Mutahhari, Cet. Ke I Perspektif Al- quar’an Tentang Manusia dan Agama,
Bandung : CV Pustaka Setia, 2002, h.23.
mitra dakwah. Oleh karenanya pendakwah, metode dakwah, pesan dakwah, dan media dakwah harus menyesuaikan pada kondisi mitra dakwah atau
mad’u . Seperti yang dikemukakan oleh Toto Tasmara bahwa pendekatan dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang mubaligh
komunikator untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang.
16
Dimana hikmah diartikan dengan penyeruan atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh
kesabaran, dan ketabahan, sesuai dengan risalah An-Nubuwwah dan ajaran- ajaran Al-Qur
’an atau wahyu Illahi.
17
Salah satu pendekatan dakwah adalah melalui pendekatan dakwah secara kulturalsosial budaya dengan membangun moral masyarakat melalui
kultur mereka, misalnya dengan memberdayakan ekonomi masyarakat, memberikan pendidikan yang memadai untuk membentuksumber daya
manusia yang berkualitas dan sebagainya.
18
Pendekatan dakwah secara kultural yaitu melalui pengembangan masyarakat, kebudayaan, sosial, dan bentuk non formal lainnya.
19
Dakwah secara struktural berarti gerakan dakwah yang berada dalam kekuasaan. Aktivitas dakwah ini bergerak mendakwahkan ajaran Islam dengan
16
Moh. Ali Azis Ilmu Dakwah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009, h. 347.
17
Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al- Qur’an, h. 164.
18
Ibid h., 348
19
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: AMZAH, 2009, h. 109.
memanfaatkan struktur sosial, politik, maupun ekonomi yang ada guna menjadikan Islam sebagai ideologi negara.
20
Menurut Ali Musthafa Yakub, strategi pendekatan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. setidak-tidaknya ada 6 yaitu :
pendekatan personal, Manhaj As-Sirri, pendekatan pendidikan Manhaj At- Ta,lim, pendekatan penawaran Manhaj Al-Ardh, pendekatan missi Manhaj
Al-Bitsah, pendekatan korespondensi Manhaj Al-Mukatabah, pendekatan diskusi Manhaj Al-Mujadalah.
21
Salah satu sosok dai yang melakukan aktivitas dakwah dengan pendekatan lembaga pendidikan yaitu DR.HC KH. Abdullah Hasby, dimana
beliau berdakwah melalui semua kegiatan-kegiatan yang diadakan di Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry yang meliputi dakwah Bi al-Lisan meliputi :
pengajian Kuliyatul Mualimin, Majlis Taklim Maratus Shalihah dan Tabligh Akbar. dakwah Bi al-Hal meliputi : Majlis TarbiyahPendidikan, Majlis
IqtisodiyahPerekonomian, Majlis
Al-Biahlingkungan, Majlis
Ijtimaiyahsosial kemasyarakatan. Sedangkan Bi al-Qalam adalah melalui tulisan-tulisan dalam bentuk makalah yang dibagikan kepada para
jama’ah.
Melihat pemaparan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul
“DAKWAH DR. HC. KH.
20
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, Menjawab Tantangan Zaman, Kajian Ontologis, Efistimologis dan Aksiologis, ed., Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Walisongo Press,
2007, h. 27.
21
Ibid h., 108
ABDULLAH HASBY DI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL- BASHRY KECAMATAN KALAPANUNGGAL
SUKABUMI”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah