RETORIKA DAKWAH KH. ABDUL RAHMAN AL MADI

RETORIKA DAKWAH KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH DI PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

HARI HARYANTO NIM. 106051001821

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 22 Agustus 2010

Hari Haryanto

RETORIKA DAKWAH KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH DI PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

HARI HARYANTO NIM. 106051001821

Pembimbing:

DRS. WAHIDIN SAPUTRA. M.A

NIP. 197009031996031001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H/2010 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul RETORIKA DAKWAH KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH DI PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 31 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 31 Agustus 2010

Sidang Munaqasah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota

Dr. Arief Subhan, MA Umi Musyarrofah, MA

NIP. 19660110 199303 1 004 NIP. 19710816 199703 2 002

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Study Rizal, LK, MA

H. Zakaria, MA

NIP. 19700903 199613 1 022 NIP. 19720807 200312 1 003

Pembimbing

Drs. Wahidin Saputra, MA

NIP. 19700903 199603 1 001

ABSTRAK

Hari Haryanto Retorika Dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah Di Pondok Pesantren al- Hidayah

Berdakwah pada dasarnya merupakan aktifitas lisan baik yang disampaikan secara formal melalui berbagai forum resmi ataupun sekedar berbicara dengan orang-perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah SWT. Namun dalam berdakwah seorang da’i dituntun agar memahami betul apa yang dimau oleh mad’u agar dakwah yang disampaikan benar-benar sampai kepada masyarakat sehingga dapat merubah jalan pikiran orang lain ke dalam perbuatan yang lebih baik yang sesuai dengan ajaran islam. Dengan ilmu retorika dakwah maka kita akan bisa mengajak mereka kepada jalan yang diridhoi oleh Allah. KH. Abdul Rahman al-Madinah mampu merekrut jamaah dengan banyak bahkan jamah beliau selalu bertambah setiap harinya, sebagaimana bertambahnya santri setiap tahunnya yang ingin belajar di pondok pesantren al-hidayah.

Dari uraian di atas timbul beberapa pertanyaan yaitu; Apa konsep retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah? Bagaimana konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah? Bagaimana penerapan retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam berdakwah?

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representative dalam penelitian ini maka, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis. Dengan cara mengumpulkan data seperti, observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode yang mendeskripsikan gagsan primer yang diperoleh dari hasil wawancara yang akan menafsirkan penafsiran penulis.

Mengetahui apa konsep retorika menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah serta penerapannya dalam berdakwah, mengingat medan dakwah yang bermacam- macam jenisnya. Dan Mengetahui konsep dakwah KH. Abdul Rahman al- Madinah

Dari beberapa kali pengamatan penulis pada retorika dakwah yang beliau gunakan terbilang cukup bagus, dikemas dengan menarik sehingga materi dakwahpun mudah dipahami oleh jamaah. Dakwah yang beliau gunakan bersifat information,yaitu memberi informasi atau pengetahuan pada jamaah. education, yatu memberi pendidikan, terbukti dengan pondok pesantren dan beberapa majlis talim yang beliau asuh. Persuasion, mampu mengemas materi dakwah dengan menarik agar jamaah tertarik untuk melaksanakan apa yang dimaksud oleh da’i. dan entertainment,dalam berdakwahpun beliau menggunakan canda agar dakwah terlihat lebih santai. Dengan keempat landasan tersebut dakwah beliau dapat dinikmatioleh semua lapisan masyarakat.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah SWT dari lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya, serta dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang mulia, yang baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di Dunia dan di Akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn Abdillah ibn Abdul Muthallib.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, baik itu berupa sifat malas, dan lalai dan. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walau mungkin masih banyak kekurangan. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta motivasi kepada penulis.

Penulis persembahkan segalanya kepada ayahanda Moh. Somad. S.Pd dan kepada ibunda tersayang Wina Suryanih, yang dengan ketegaran hatinya dalam menghadapi hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi penulis serta air susunya yang telah menjadi daging dalam tubuh ini, yang dengan keringat dan air matanya telah menyatu dalam jiwa penulis. Adikku Apriyati, Kakak-Kakakku Moh. Yusuf, Dewi Astuti. Kakak Iparku, Hartanto, Nurjanah serta Keponakanku, Silvia Salsabila, Nayla Mudrika, dan Awfa Detan, yang selalu mendoakan penulis agar penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam menyelesaikan penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak H. Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku

ii

Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni. M.Si. Dan Kepada Sekertaris Jurusan Ibu Hj. Umi Musyarrofah. M.A

3. Bapak. Drs. Wahidin Saputra, M.A sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia dan sabar membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam masa perkuliahan.

5. Bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan dalam mengerjakan skripsi ini.

6. Pengasuh Podok Pesantren al-Hidayah, bapak KH. Abdul Rahman al- Madinah beserta keluarga, hormat dan ta’dzim penulis kepada beliau yang telah memberikan waktu luang untuk wawancara walau di tengah kesibukan.

7. Ustad Muhammad Zaelani. S.Ag, Ustad Muhammad Romli, dan Ustad Rofi’uddin.S.t.h.i. Para santri Pondok Pesantren al-Hidayah dan jama’ah majelis Dzikir Watta’lim Nahdhotus Suybban. Serta semua pihak yang telah membantu memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.

8. Annisa Balqis beserta keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis serta teman-teman dari B4 community yang selalu mewarnai keceriaan hari-hari penulis.

9. Sahabat tercinta, Mukhtar Fauzi, Dafik, Deni Sopiansyah, Dian Putra, Fikri Rifa’i, Eko Maulana, Badru Tamam, Uut Muthiah, Arsil, Afaf Sholihin, Devi Epok, Lukmanul Hakim, Rahmat SB, Kiki Maulana, Dasuki, Dedi Kurniasyah, Said Mukhsin, yang banyak memberikan motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

iii

10. Keluarga Besar KPI B angkatan 2006, Badru, Deni Sofiasyah, Dafik Nurul Fitron, Fikri Rifa’i, Hamiludin Isma’il, Fachmi Ali, Denhas, Dedi Kurniasyah Putra, Asep Fais Muis, Dian Putra, Didi Rustandi, Hambali Rusman, Nurhasanah, Nisfi Ramadiyati, Dian Komalasari, Besse Hermawati, Fatonah, Fitri Susilawati, Seli Elvira Ria, Eki Susanti, Eri Wita Widuri, Desti Eka Sari Putri, Dini Utami, Ida Nurul Huda, Fitriyani, Gita Andini, dan umumnya KPI angkatan 2006, yang sudah memberi keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi keluarga serta inspirasi bagi penulis.

11. Keluarga Besar KKS Puraseda-Leuwiliang-Bogor tahun 2009. Semoga tali silaturahmi ini tidak pernah putus.

12. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini. Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta. Amin ya Rabbal Alamin.

Jakarta, 22 Agustus 2010

Hari Haryanto

iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah Agama yang menyerukan kepada Amar Ma’ruf Nahyi Munkar, atau dengan kata lain Islam adalah agama dakwah. Dakwah mengandung arti. ajakan, atau seruan baik lisan, tulisan maupun tingkah laku. Dakwah merupakan kewajiban individu muslim kapanpun dan di manapun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan melainkan harus dengan metode, karena yang diseru

adalah manusia yang mempunyai pendirian. 1 Oleh karena itu bagi para da’i harus mengemas dengan baik tema yang akan di sampaikan oleh khalayak.

Adapun pengertian dakwah nenurut Prof. HM. Toha Yahya Umar, yaitu, mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sebagaimana

perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan didunia dan akhirat. 2

Allah berfirman dalam al-Qur’an:

1 H. Naan Rukmana, masjid dan dakwah (Jakarta: Al-mawardi Prima, 2002), Cet Ke-1, hal. 164.

2 Rafiuddin, dkk, Prinsip-Prinsip Dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia,1997) hal. 31.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (an-Nahlu: 125)

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diajak kepada agama Allah melalui tiga cara, Dakwah dengan Hikmah, Mauizhah Hasanah dan al-Jidal (perdebatan). 3

Hikmah adalah al-Burhan al-Aqli (argumentasi yang logis). Maksudnya argumentasi yang masuk akal, yang tidak dapat dibantah. Argumentasi yang memuaskan, yang bisa mempengaruhi jiwa siapa saja. Karena manusia tidak dapat menutupi akalnya dihadapan argumentasi-argumentasi yang pasti serta pemikiran yang kuat.

Mauizhah Hasanah atau peringatan yang baik. itu berarti mempengaruhi perasaaan manusia tatkala akal mereka diseru dan mempengaruhi pemikiran mereka tatkala pemikirannya diseru, sehigga pemahaman mereka terhadap apa yang mereka dakwahkan senantiasa diliputi oleh semangat untuk melakksanakannya serta beraktifitas untuk meraihnya.

Adapun cara yang ketiga, al-jidal (perdebatan) dengan cara yang baik dengan bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan. Yaitu diskusi terbatas pada ide. Dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan argumentasi-argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi yang jitu dan benar.

3 Anonim, Islam,Dakwah Dan Politik (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002) Cet. Ke-1, hal. 33-36.

Salah satu tujuan yang paling utama dalam berdakwah adalah, bagaimana pesan yang disampaikan oleh da’i dapat dipahami dan dijalani dengan baik oleh mad’u. Banyak orang yang gagal di atas mimbar, karena tidak mempunyai persiapan. Persiapan adalah salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki bagi para da’i yang ingin meraih sukses dalam berpidato, oleh karena itu peran da’i sangatlah penting untuk menentukan hasil dalam berdakwah.

Tujuan lain dilaksanakannya dakwah adalah, mengajak manusia kejalan Allah SWT, jalan yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak, agar

manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. 4

Ada beberapa kemungkinan menurut Ahmad Mubarok untuk keberhasilan dakwah. kemungkinan pertama, Karena pesan dakwah yang disampaikan seorang da’i memang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang merupakan suatu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehingga mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias.

Kemungkinan kedua, Karena faktor seorang da’i, yaitu da’i tersebut memiliki daya tarik dan pesona yang menyebabkan masyarakat sudah dapat menerima pesan dakwahnya meski kualitas dakwahnya bisa jadi sederhana saja.

4 Rafiuddin Dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip-Prinsip Dan Strategi Dakwah (Bandung: CV. Pustaka Setia,1997) Cet. Ke-1, hal. 32.

Kemungkinan ketiga, Karena kondisi psikologi masyarakat yang sedang haus terhadap siraman rohani dan mereka terlanjur memiliki persepsi positif pada setiap da’i, sehingga pesan dakwah sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran jelas.

Kemungkinan keempat, Karena faktor keemasan yang menarik, masyarakat yang semula acuh tak acuh terhadap agama dan juga terhadp da’i setelah paket dakwah yang diberi keemasan lain, maka paket dakwah berhasil menjadi stimuli yang

menggelitik persepsi masyarakat dan akhirnya merekapun merespon positif. 5

Menguasai materi saja belum cukup untuk meraih sukses dalam dunia pidato tanpa dibarengi dengan keindahan bahasa. Rangkaian kata dan susunan bahasa yang indah dan berirama dalam pidato merupakan akar dalam retorika. Hitler mampu menggiring manusia dalam kancah perang dunia kedua, Napoleon Bonaparte berhasil menguasai duapertiga daratan Eropah, dan Bung Tomo yang terkenal dengan Arek- Arek Soroboyo. Semuanya itu kalau kita kaji dan analisa tidak lain bersumber dari sebuah pidato serta keindahan bahasa yang mampu mengerakan hati manusia. Dengan pidato bisa membakar semangat banyak orang agar mau maju ke medan perang.

Sering sekali retorika disamakan dengan Public Speaking, yaitu suatu bentuk komunikasi lisan yang disampaikan kepada kelompok orang banyak, tetapi sebenarnya retorika itu tidak sekedar berbicara di hadapan umum, melainkan,

5 Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999) Cet. Ke-1, hal.161.

merupakan suatu gabungan antara seni berbicara dan pengetahuan atau masalah tertentu untuk meyakinkan pihak orang banyak melalui pendekatan persuasif. 6

Dalam bahasa arab disebut Fannul Khitabah yaitu seni pidato atau berbicara. 7 Seorang da’i dituntut agar bisa memilah-milih kata yang digunakan dalam berdakwah

dengan struktur kata-kata yang teratur dan rapi agar dapat dimengerti oleh masyarakat yang mendengarkannya, walaupun ayat dan hadits yang mereka gunakan sama tetapi tidak semua da’i dapat menyusun pesan dakwahnya dengan baik. Maka retorika digunakan sebagai ilmu yang memandu atau membimbing untuk merancang atau menampilkan kata yang baik dan persuasif memiliki relevansi yang tinggi dan memiliki peran yang besar dalam berdakwah.

Pada saat ini banyak para da’i yang muncul di tengah-tengah masyarakat, yang menyampaikan dakwahnya dengan metode-metode khusus sehingga memberikan perhatian pada masyarakat. Seiring dengan harapan kehadiran para da’i di tengah masyarakat dapat memberikan nuansa baru dalam berdakwah agar masyarakat mau menjalankan ajaran Islam yang semakin bermakna bagi masyarakat.

KH. Abdul Rahman al-Madinah adalah sosok mubaligh yang terbilang sukses dalam penyampaian dakwahnya, dengan sisitem penyampaian yang baik beliau dapat merekrut begitu banyak kalangan mad’u dari berbagai status, beliaupun berhasil

6 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1999), hal. 9.

7 H. Basrah Lubis, Metodologi Dan Retorika Dakwah Petunjuk Praktis Khutbah Dan Pidato, (Jakarta:PT. Tursina,1999) hal. 59.

menyampaikan dakwahnya melalui bidang pendidikan yaitu tepatnya di Pondok Pesantren al-Hidayah yang berada di daerah Jakarta Timur.

Beliau adalah salah satu kyai yang disegani di daerah pondok kelapa dan sekitarnya, dakwah beliau dijadikan contoh oleh para da’i atau ustad, khususnya yang berada di daerah pondok kelapa Jakarta Timur. Di antara kyai yang tidak asing di daerah pondok kelapa dan mengikuti gaya dakwah beliau, yakni, Kyai Ihya Ulumuddin (kyai jaka tingkir), Kyai Nur Fadiilah (kyai tile).

Berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagaimana yang telah diuraikan di atas dan dikuatkan juga oleh pernyataan bahwa retorika adalah suatu ilmu yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang da’i dalam proses pelaksanaan dakwahnya agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. dari sebab itulah penulis tertarik untuk membahas sosok kyai yang memiliki cita-cita luhur untuk menegakkan dan memajukan Agama Allah. untuk membahas lebih dalam tentang cara yang digunakan oleh KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam menyampaikan dakwah Islam pada sebuah skripsi yang berjudul “Retorika Dakwah KH. Abdul Rahman al-

Madinah di Pondok Pesantren al-Hidayah”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Karena luasnya tentang pembahasan retorika, agar lebih terfokus. maka,

penulis membatasi pada penelitian ini, tentang bagaimana retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah di Pondok Pesanten al-Hidayah dan sekitarnya yang terletak di penulis membatasi pada penelitian ini, tentang bagaimana retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah di Pondok Pesanten al-Hidayah dan sekitarnya yang terletak di

1. Bagaimana konsep retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah?

2. Bagaimana konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah?

3. Bagaimana penerapan retorika dalam berdakwah menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah?

C . Tujuan Penelitian Dalam setiap penelitian pasti ada tujuan di dalamnya, berdasarkan pokok permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana konsep retorika menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah.

2. Mengetahui bagaimana konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah.

3. Mengetahui bagaimana penerapan retorika dakwah yang digunakan beliau dalam berdakwah

D . Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif, khususnya untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan umumnya bagi yang lain yang terjun pada dunia dakwah. yang berkaitan tentang retorika sebagai alat utama dalam menyiarkan dakwah islami.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan agar menjadi bahan tambahan bagi para dai yang menyampaikan dakwahnya dengan se-efektif mungkin, agar dakwahnya dapat diterima oleh khayalak khususnya yang berkenaan dengan retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah.

E. Metodologi Penelitian

1. Metodologi Penelitian Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representative dalam penelitian ini maka, penulis menggunakan metode Kualitatif Deskriptif Analisis, yaitu metode

yang memiliki beberapa langkah penerapan. 8 Langkah pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi bahan utama. Langkah kedua, adalah

membahas gagasan primer yang pada hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis tehadap gagasan yang dideskripsikan.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang

berarti tidak mengajukan peranyaan-pertanyaan. 9 Teknik pada penelitian ini

8 Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tujuan Antar Disiplin Ilmu,(Bandung:Pusjarlit Dan Nuansa, 1998). Cet. Ke-1, hal. 45.

9 Lexy j. Moleong, Metodologi Penilitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. Ke-1, hal. 186.

penulis mendatangi ustad yang bermukim di lingkungan Pondok Pesantren al- Hidayah serta mengikuti dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah, guna memperoleh data yang kongkrit tentang hal-hal yang berkaitan tentang retorika. Penulis melakukan kegiatan penelitian dari bulan Mei sampai Agustus 2010, kurang lebih sebanyak 12 di antaranya:

1. Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Musholla Assa’adatul Abadiyah, Bekasi.

2. Haul KH. Hasbullah, Caman, Jakarta Timur. Pada Tanggal 14 Juli 2010.

3. Haul KH. Madinah, di Pondok Pesantren al-Hidayah. Pada tanggal

06 Agustus 2010.

4. Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Kemayoran Pada Tanggal 28 Juli 2010.

5. Tentang Keutamaan Sholat Dan Mengaji. Di Majelis Daaruus As- Sa’idah. Pada Tanggal 6 Agustus 2010.

6. Tabligh Akbar. Di Lapangan Kampung Tipar. Pondok Kelapa.

7. Pentingnya Menuntut Ilmu. Di Sekolah SD. Negeri 1. Bekasi.

b. Wawancara Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan

kepada informan. 10 penulis melakukan wawancara secara langsung dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah, Ust. Moh. Zaelani, Ust. Moh. Ramli, Ust.

Rofi’uddin, dan beberapa santri juga jama’ah beliau dari beberapa Majelis Ta’lim. Guna mendapatkan informasi tentang penerapan retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam ceramahnya, serta wawancara ini juga bertujuan untuk melengkapi data, guna menjawab perumusan masalah yang penulis ajukan.

c. Dokumentasi Dalam hal ini penulis mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan tentang dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah dan Pondok Pesantren Al- Hidayah, baik berupa buku, tulisan atau juga foto beliau ketika berdakwah dan berkas-berkas lain yang berkaitan dengan retorika dakwah. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan.

Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang oleh CeQDA (Center For Quality Develoment And Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta.

10 Joko Subagyo, Metode Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta Rhineka Cipta,1991), Cet Ke-1.

F. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, maka langkah pertama adalah meninjau pustakaan serta menelaah skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai objek dan subjek penelitian yang hampir sama. Ternyata ada beberapa judul skripsi yang membahas tentang retorika, baik di Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatulloh maupun di Perpustakaan Dakwah UIN Syarif Hidayatulloh. Antara lain.

1. Retorika Dakwah KH. Habib Ali Alwi Bin Thohir. Karya Syarifah Sa’diyah. Angkatan 2003.

2. Penerapan Retorika Dakwah Ustadz Yusuf Mansur. Karya Sulnah Syafitri. Angkatan 2003.

3. Retorika Nasaruddin Umar Pada Pengajian Rutin Di Masjid Agung Sunda Kelapa. Karya Tiara Zulharbi, Angkatan 2001. Walaupun skripsi ini terlihat agak sama namun jika diteliti lagi akan

mendapatkan perbedaan. Yang menjadi perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang lain adalah skripsi ini membahas retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah di Pondok Pesantren al-Hidayah. Jika skripsi-skripsi yang lalu membahas retorika di pengajian atau di majelis ta’lim maka skripsi ini membahas retorika di lingkungan pesantren al-Hidayah. Namun, tidak menutupi kemungkinan penelitipun meneliti retorika beliau di luar pondok pesantren.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini ditulis secara sistematis, dan terbagi menjadi lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub, adapun sistematikanya sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan

BAB II : Landasan teoritis retorika dan dakwah, terdiri dari ruang lingkup retorika, yang membahas pengertian retorika, tujuan dan fungi retorika, lima hukum retorika dan teknik pelatihan berbicara. Ruang lingkup dakwah, yang membahas pengertian dakwah, metode dakwah, unsur-unsur dakwah dan bentuk-bentuk dakwah

BAB III : Profil dan aktivitas KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam berdakwah serta gambaran Pondok Pesantren Al-Hidayah BAB IV : Hasil dan Analisis, yang terdiri dari perepsi KH. Abdul Rahman al- Madinah tentang retorika dan dakwah, serta penerapannya dalam berdakwah

BAB V : Yang merupakan bagian terakhir dari skripsi ini, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Retorika

1. Pengertian Retorika

Di tinjau dari segi bahasa retorika berasal dari bahasa yunani yaitu rhetor yang berarti seorang juru pidato, yang mempunyai sinonim orator. 1 Dalam bahasa

arab disebut fannul khitabah, sedangkan retorika menurut encyclopedia britania, seperti yang dikutip Datuk Tombak Alam, retorika adalah kesenian menggunakan bahasa untuk menghasilkan kesan yang diinginkan terhadap pembaca dan

pendengar. 2

Definisi retorika menurut kamus besar bahasa indonesia adalah, keterampilan berbahasa secara efektif dalam karang mengarang atau seni

berpidato yang muluk-muluk dan bombastis. 3 Dalam arti yang sempit berarti retorika adalah bagaimana seseorang meggunakan tutur bahasa yang baik dan

jelas agar dapat mempengaruhi orang lain dengan tujuan dan maksud tertentu.

Banyak para pakar yang mengungkapkan definisi retorika dari segi istilah, beberapa pendapat antara lain:

Jalaluddin Rahmat mengatakan dalam bukunya retorika modern pendekatan praktis, bahwa retorika adalah pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni

1 M.H. Israr, Retorika Dan Dakwah Islam Era Modern, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), Cet. Ke-.1, hal. 10.

2 Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan Dan Dakwah, (Jakarta: PT. Rhineka Cipta), hal. 36.

3 Departemen Pendidikan Nasioanal, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Edisi ke-3, Cet. Ke-2, hal. 953.

rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran. 4

I Gusti Ngurah Oka mengatakan bahwa retorika adalah ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha efektif dalam persuasi penataan dan penampilan kultur untuk membina saling pengertian, dan kerjasama serta kedamaian dalam

kehidupan masyarakat. 5

Wahidin Saputra, mengatakan bahwa retorika adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana betutur kata di hadapan orang lain dengan

sistematis, logis, untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain. 6

2. Tujuan Dan Fungsi Retorika

a. Tujuan Retorika ketika Aristoteles di sekitar abad ke-4 SM, menampilkan retorika sebagai ilmu yang berdiri sendiri, dikatakan bahwa tujuannya adalah persuasi, yang dimaksudkan persuasi dalam hubungan ini adalah yakinnya penanggap tutur akan kebenaran gagasan topik tutur.

Secara retorika bertujuan berbicara kepada massa itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

4 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), hal. 5.

5 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, (Bandung: Terate, 1976), Cet. Ke-1, hal. 13.

6 Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan, (Teknik Khitabah), (Buku Ajar Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta: Dakwah Pres 2006), hal. 2.

a) to inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada massa, guna memberikan penerangan yang mampu menanamkan pengertian dengan sebaik-baiknya.

b) to convine, yaitu meyakinkan atau menginsafkan.

c) to inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem penyampaian yang baik dan bijaksana.

d) to entertain, yaitu menggembirakan, menghibur atau menyenangkan dan memuaskan.

e) to actuate (to put into action), yaitu menggerakan dan mengarahkan mereka untuk bertindak merealisir dan melaksanakan ide yang telah

dikomunikasikan oleh orator di hadapan massa. 7

b. Fungsi Retorika Menurut Plato, retorika bertujuan untuk memberikan kemampuan dalam menggunakan bahasa yang sempurna, dan merupakan jalan bagi seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang luas. 8 Sedangkan menurut Aristoteles, menampilkan retorika sebagai ilmu yang

beridri sendiri, yang dikatakan tujuannya adalah untuk mempengaruhi orang (persuasif). 9

7 T,A Lathief Rosydy, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, (Medan: PT.Firma Rinbow,1939), hal. 234-235

8 Onong Uchana Effendi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003), hal. 55

9 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, hal. 63

Aristoteles menyebutkan tiga cara untuk mempengaruhi orang lain:

a. Ethos: anda harus bisa dan sanggup menunjukan pada khalayak bahwa anda memiliki pengetahuan yang luas dan status terhormat.

b. Phatos: anda mampu menyentuh hati, khalayak (perasaan, emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang mereka).

c. Logos: anda harus meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti. Pada situasi ini anda harus mendekati khalayak melalui otak atau pola

pikir mereka. 10

I Gusti Ngurah Oka mejelaskan bahwa retorika adalah untuk:

a. Menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama dalam hubungan kegiatan bertuturnya, termasuk ke dalam gambaran ini antara lain gambaran proses kejiwaan ketika ia terdodong untuk bertutur ketika ia mengidentifikasi pokok persoalan dan retorika bertutur ditampilkan.

b. Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang bisa diangkat menjadi topik tutur, misalnya gambaran tentang hakikatnya, strukturnya, fungsi dan sebagainya.

c. Mengemukakan gambaran yang terperinci tentang masalah tutur misalnya, dikemukakan tentang hakikatnya, strukturnya, bagian-bagian dan sebagainya.

d. Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas disiapkan pula bimbingan tentang:

a) Cara memilih topik.

10 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, t.t), hal. 156

b) Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk

menentukan sasaran ulasan yang persuasif dan objektif.

c) Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang hendak dicapai.

d) Pemilihan materi bahasa serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat yang padu, utuh, mantap, dan bervariasi. Pemilihan gaya bahasa

dan gaya tutur dalam penampilan tuturnya. 11

Setelah bahan pidato dipersiapkan, untuk selanjutnya adalah mengatur materi dakwah dan menyusunnya dengan menarik. Banyak cara menyusun pidato, akan tetapi semuanya harus didasari pada tiga prinsip yaitu:

1) Kesatuan (unity) komposisi yang baik adalah merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan sifat. Dalam isi maksudnya adalah gagasan tunggal harus mendominasi uraian, mengenai tujuanpun harus jelas, apakah tujuan pidato itu untuk menghibur, memberitahukan dan mempengaruhi, begitupun sifat pembicara apakah serius, informal, formal atau bermain-main dengan demikian akan jelas apa yang akan disampaikan dalam pidato tersebut.

2) Pertautan-pertautan (coherency) ini menunjukan urutan bagian yang berkaitan satus ama lain, pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu ke pokok yang lainnya secara lancar.

11 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, hal.65

3). Titik berat (emphasis), bila kesatuan dan pertauatn membantu pendengar untuk mengikuti dengan mudah jalannya pembicaraan, maka titik berat

menunjukan mereka pada bagian-bagian yang penting patut diperhatikan. 12 Jika kita memahami arti fungsi retorika agak sejalan dengan fungsi dari

komunikasi, yaitu pada umumnya fungsi komunikasi ada empat yakni:

1) Mass Information, yaitu untuk memberi dan menerima informasi kepada khayalak. Komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan dan menerima informasi. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang dengan pengetahuannya. Tanpa komunikasi informasi tidak dapat disampaikan dan diterima.

2) Mass Education, yaitu member pedidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan.

3) Mass Persuasion, yaitu untuk mempengaruhi. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang mencari dukungan. Dan ini lebih banyak digunakan oleh orang yang bisnis, dengan cara mempengaruhi melalui iklan yang dibuat.

4) Mass Entertainment, yaitu untuk menghibur, biasanya dilakukan oleh amatir radio, televisi ataupun orang yang mempunyai professional

menghibur. 13

12 Jaluddin Rahmat, Retorika Modern, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-6, hal, 32-34

13 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta:UIN Jakarta Press,2007), Cet. Ke-1, hal. 52

3. Lima Hukum Retorika

Ada lima tahap penyusunan pidato atau yang sering dikenal dengan (the five connons rethoric) atau lima hukum retorika. Menurut Aristoteles dalam buku diksi dan gaya bahasa yang ditulis oleh Gorys Keraf, berikut penjelasannya.

a. Invention atau Heuresis, yaitu penemuan atau penelitian materi-materi. Langkah ini sebenarnya mencakup kemampuan untuk menemukan, mengumpulkan, menganalisis dan memilih materi yang cocok untuk pidato, Menurut Aristoteles argumen-argumen harus dicari melalui rasio, moral, dan afeksi. Karena ini dianggap sebagai bagian yang sangat penting.

b. Disposition atau Taxis atau Oikonomia, adalah penyusunan dan pengurutan materi (argumen) dalam sebuah pidato.

c. Elocutio atau lexis, yaitu pengungkapan atau penyajian gagasan dalam bahasa yang sesuai. Ada tiga hal yang menjadi dasar elucutio, yaitu komposisi, kejelasan, dan langgam bahasa dari pidato; kerapian, kemurnian, ketajaman, dan kesopanan dalam bahasa; kemegahan, hiasan pikiran dengan upaya retorika.

d. Memoria atau Mneme yaitu menghafalkan pidato, latihan untuk mengingat gagasan-gagasan dalam pidato yang sudah disususn.

e. Actio atau Hypokrisis, yaitu menyajikan pidato, penyajian efektif dari sebuah pidato akan ditentukan juga oleh suara, sikap, dan gerak-gerik

tubuh. 14

4. Pembinaan Teknik Berbicara

Teknik berbicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan teknik berbicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas,

teknik mengucap, bina suara, teknik berbicara dan bercerita. 15 Setiap orang bisa menyampaikan pidato, karena pidato adalah satu hal

yang dapat dipelajari asalkan dia mau mengetahui dan mempelajari serta mempraktekkan tiga prinsip pidato atau yang biasa disebut trisila pidato, yaitu:

a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak).

b. Gunakan lambang-lambang audiktif atau usahakan agar suara anda memberikan makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda (olah vokal).

c. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda: dengan wajah, tangan, dan tubuh anda (olah visual). 16

Dari tiga prinsip pidato di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa pidato adalah satu bakat yang dapat dipelajari dengan menguasai trisila pidato tersebut.

14 Gorys Keraf, Diksi Dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1984), Cet. Ke-7, hal.9-10

15 P. Rudi Wuwur Hedrikus, Retorika, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), hal. 16-17

16 A.H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan, (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982), hal.5

B. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk isim masdar dari kata da’a-yad’u-da’watan yang artinya menyeru,

memanggil, mengajak dan menjamu. 17 Toha Yahya Umar menegaskan, bahwa dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti, seruan, panggilan atau undangan,

adapun dakwah di Islam dimaksudkan adalah, mengajak dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah, untuk kemaslahatan dan

kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. 18

Di dalam al-Qur’an ada beberapa ayat yang menunjukan kata tersebut, antara lain, dalam surat Yunus ayat 25 yang berbunyi

“Allah menyeru manusia ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)”. (Yunus: 25)

Sedangkan menurut istilah, mengandung beberapa makna yang berbeda namun tujuan dan arti dari dakwah itu sendiri sama, di bawah ini ada beberapa pengertian istilah dakwah menurut para pakar ilmu dakwah, antara lain:

M. Arifin menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kajian dalam seruan, baik dengan lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan

17 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah, 1973), hal.127

18 Toha Umar Yahya, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya,1983), Cet. Ke-.3 , hal.1

berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur

paksaan. 19

Karena dakwah adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan, oleh karena itu dalam dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata, akan tetapi mencakup sekuruh aktivitas lisan maupun perbuatan yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan

terhadap Islam. 20 Artinya tujuan dakwah adalah bagaimana kita mengajak orang lain agar senantiasa mengamalkan yang diperintahkan oleh Allah SWT, yang

timbul dari kemauan mereka sendiri. Allah berfirman

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran. Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.( al-Maidah: 8).

19 M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal.6

20 Ahmad Mubarok, Dakwah Islam, (Bogor: Thariqul Izzah, 2002), Cet. ke-. 1, hal. 13

Quraish Shihab berpendapat, bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan kepada jalan keinsyapan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi lebih

baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. 21

Sedangkan dakwah menurut H.N.S Nasrudin Latif, dakwah artinya setiap usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariah serta akhlak islamiyah.

2. Unsur-Unsur Dakwah

a. Dai Da’i secara bahasa diambil dari bahasa arab, bentuk isim fa’il dari asal kata da’a-yad’u-da’watan, artinya orang yang melakukan dakwah. Secara terminologi, da’i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (akil baligh) dengan

kewajiban dakwah. 22 Seorang da’i tidak hanya harus mengetahi dan hapal berbagai macam hadits melainkan seorang da’i dituntut harus menguasai ajaran-

ajaran Islam, penuh kewibawaan dan wawasan yang tinggi karena selayaknya da’i memahami berabagai aspek sendi kehidupan.

Menurut DR. Musthafa Ar-rafi’i dalam bukunya yang berjudul potret juru dakwah. Syarat-syarat dan sifat yang harus dipenuhi sosok juru dakwah adalah, pertama, Amal dan kegiatannya harus ikhlas karena mencari ridha Allah dan karena ingin meraih pahalanya. Kedua, Seorang juru dakwah harus menjadi teladan dalam amal soleh. Ketiga, Menempuh cara hikmah (bijaksana) terhadap orang-orang terpelajar dan intelek, dan melakukan metode “mauizhah hasanah” (nasihat yang baik) dalam mengahadapi orang awam dan orang biasa. Keempat,

21 Quraish Shihab,Membumikan Al-Quran Fungsi Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke, .XIX, hal. 194

22 Idris A Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, (Uin Syarif Hidayatulloh Jakarta, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, 2004), hal.6

Seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ilmu yang sesuai dengan jamannya dan menguasai teori dari berbagai aliran pemikiran. Kelima, Seorang juru dakwah harus lembut dalm menyampaikan nilai-nilai dan pandangan serta lembut dalam mengingkari kesesatan. Keenam, Dalam dakwahnya ia bertujuan menarik manfaat dan menghilangkan kemudharatan. Ketujuh, Harus sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan. Kedelapan, Harus mengetahui tabiat kejiwaan jama’ahnya. Kesembilan, Sang juru dakwah harus menggunakan kekuatan apabila

cara hikmah, jidal dan mauizhah hasanah tidak mempan. 23

Dewasa ini banyak para da’i yang menyiarkan agama Allah dengan cara yang bermacam-macam, dengan satu tujuan amar ma’ruf nahyi munkar.banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang pentingnya amar maruf nahyi munkar, seperti yang tertera dalam surat al-Imron ayat 104.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.(al-Imron:104)

Setiap muslim berkewajiban melakukan dakwah dengan caranya masing- masing, karena ayat di atas menjelaskan agar kita menyeru orang lain terhadap kebaikan. Menyeru terhadap yang ma’ruf dan mencegah terhadap yang munkar.

Pentingnya subjek dakwah dalam mendidik diri pribadi dengan kesabaran dan keteguhan hati serta kemauan yang keras untuk berbuat baik dan berupaya agar selalu kembali kepada Allah SWT, mendidik diri supaya berbudi luhur, baik hati, bersifat murah hati, dermawan dan lebih mementingkan diri orang lain dan berinfak dengan ikhlas tanpa dilingkupi keragu-raguan dan kebimbangan sama sekali.

23 Mustthafa ar-Rafi’I,Potret Juru Dakwah, (Jakarta: CV. Pustaka al-Kautsar, 2002), hal. 38-50

b. Mad’u Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara

keseluruhan. 24 Objek dakwah adalah manusia yang dijadikan sasaran untuk menerima

dakwah yang sedang dilakukan oleh da’i. Keberadaan objek dakwah yang sering dikenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideologi, pendidikan, status

sosial, kesehatan dan sebagainya. 25 Menurut Muhammad Abduh dalam buku manajemen dakwah karangan M.

Munir dan Wahyu Ilahi mad’u menjadi tiga golongan 26 , yaitu:

a) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan

b) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian- pengertian yang tinggi

c) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahas secara mendalam.

Sedangkan mad’u menurut Imam Habib Abdullah Haddad dapat dikelompokan dalam delapan rumpun, yaitu 27 :

24 M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), edisi ke-1, Cet. Ke-2, hal.23

25 Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta, Grafindo,2005), Cet. Ke-1, hal.107

26 Muhammad Munir Dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 23-24

a. Para ulama

b. Ahli zuhud dan ahli ibadah

c. Penguasa dan pemerintah

d. Kelompok ahli perniagaan, industri dan sebagainya

e. Fakir miskin dan orang lemah

f. Anak, istri dan kaum hamba

g. Orang awam yang taat dan berbuat maksiat

h. Orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasulnya

c. Materi Dakwah Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang dapat mempelajari realitas masyarakat dan kepercayaan mereka serta menempatkan mereka pada tempatnya masing-masing, kemudian ia mengajak mereka bedasarkan kemampuan akal, pemahaman, tabiat, tingkat keilmuan dan status sosial mereka, dan seorang da’i

yang bijak adalah yang mengetahui metode yang akan dipakainya. 28 Materi (maddah) dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang

disampaikan da’i dan mad’u, pada dasarnya bersumber dari al-Qur’an dan hadits sebagai sumber utama yang meliputi akidah, syari’ah, dan akhlak. 29 Yang perlu

dipahami dakwah tidak hanya berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah, akan tetapi lebih dari itu, bagaimana memberikan kesadaran yang dalam agar mad’u dapat mengaktualisasikan akidah, syari’ah, dan akhlak dalam kehidupan sehari- hari.

27 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Prenada Media,2006), Cet. Ke-2, ed.rev, hal. 106.

28 Sa’id al-Qathani, Menjadi Da’i Sukses, (Jakarta:Qisthi Press, 2005), Cet Ke-1, Hal. 97. 29 Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal. 109.

Seyogyannya seorang da’i harus mampu membaca kondisi dan situasi mad’u agar materi yang disampaikan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh mad’u. di sinilah. Peran materi sangat dibutuhkan guna menunjang keberhasilan dalam berdakwah.

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu. 30

Pertama, masalah akidah (keimanan), masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah aqidah islamiyah, aspek akidah ini yang akan membentuk moral manusia. Karena akidah bersifat sentral pada diri manusia dan sangat erat hubungannya dengan rukun iman maka yang dibahas pada akidah tidak hanya tertuju iman akan teteapi mencakup apa yang dilarang seperti syirik.

Kedua, masalah syari’ah, hukum atau syariah disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau memberika informasi yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang berifat wajib, mubah, makruh, dan haram.

Ketiga, masalah mu’amalah, Islam merupakan agama yang melakukan urusan mu’amalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Ibadah dalam mu’amalah di sini, diartkan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah SWT dalam rangka mengabdi padanya.

30 M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 24-30

Keempat, masalah akhlak. Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik dengan ukuran yang bersumber pada Allah. Sebagaimana telah diaktualisasikan oleh Rasulluloh SAW. Apa yang menjadi sifat dan digariskan baik olehnya dapat dipastikan baik secara esensial oleh akal manusia. Dalam al-Quran dikemukakan bahwa kriteria baik itu, antara lain bertumpu pada sifat Allah SWT.

d. Metode Dakwah Metode adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Efektif artinya antara biaya, tenaga, dan waktu dapat seimbang. Sedangkan efisien atau sesuatu yang berkenaan dengan pencapaian suatu hasil. Jadi metode dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk mencapai

suatu tujuan dakwah yang efektif dan efisien. 31 Sekurang-kurangnnya ada tiga metode yang digambarkan dalam al-Quran

yang tertera dalam surat an-Nahl:

☺ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(an-Nahl: 125)

31 Asmuni Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,1993), hal.21

Dakwah dengan hikmah, menurut pendapat M. Abduh dalam buku metode dakwah yang dikarang oleh Munzier Suparta dan Harjani Hefni 32 bahwa. Hikmah

adalah mengetahui rahasia-rahasia dan faedah di dalam arti ucapan yang sedikit lafazh akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya.

Dakwah dengan nasehat yang baik, menurut para pakar bahasa, nasehat mengandung arti teguran atau peringatan. Menurut Ashfani, dengan mengutip

pendapat Imam Khalil yang ditulis oleh A. Ilyas Ismail 33 , menyatakan bahwa nasehat adalah memberikan peringatan (al-tadzkir) dengan kebaikan yang dapat

menyentuh hati. Jadi, makna terpenting dari nasehat adalah mengingatkan (tadzkir) dan membuat peringatan (dzikra) kepada umat manusia. Menurut Sayyid Qutub nasehat yang baik adalah, nasehat yang dapat masuk dalam jiwa manusia serta dapat menyejukan hati, bukan nasehat yang dapat memerahkan telinga karena penuh dengan kecaman dan caci-maki yang tidak pada tempatnya.

Dakwah dengan dialog yang baik, perdebatan dengan cara yang baik dengan bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan. Yaitu diskusi terbatas pada ide. Dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan argumentasi- argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi yang jitu dan

benar. 34 Menurut Qutub, dakwah yang baik (jadal husna) adalah jadal yang tidak mengandung unsur penganiayaan karena adanya unsur pemaksaan kehendak, juga

tidak mengandung unsur merendahkan dan melecehkan lawan dialog.

32 Munzier Suparta dan Harjani, Hefni metode dakwah, hal. 8 33 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qutub, (Jakarta, Pemadani, 2006), Cet. Ke-

1, hal. 249-250 34 Anonim, Islam,Dakwah Dan Politik, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), Cet. Ke-

1, hal. 33-36

e. Media Dakwah Media dakwah menjadi salah satu unsur dalam berdakwah, karena bagaimanapun media dapat membantu da’i dalam menyampaikan isi pesannya agar menjadi efektif. Banyak media yang dapat dimanfaatkan oleh juru dakwah, termasuk di dalamnya adalah semua jenis media masa, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya. Di samping itu masih banyak lagi media dakwah yang lainnya mengingat media itu dapat berupa orang, tempat, kondisi tertentu

dan sebagainya. 35 Pada saat ini masih banyak para da’i yang menggunakan media

dakwahnya dengan menggunakan mimbar, dan tabligh akbar, walaupun cara ini terbilang tradisional namun cukup efektif dan masih dipertahankan sampai saat ini.

Dalam buku yang berjudul studi tentang ilmu dakwah, karangan Anwar Mas’ari. Dia menyebutkan beberapa media dan sarana yang diperlukan oleh juru dakwah antara lain:

a) Mimbar dalam khitabah

b) Qalam dalam khitabah

c) Pementasan dan drama

d) Seni suara dan bahasa

e) Medan dakwah

f) Alat bantu perlengkapan

35 Asmuni Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, hal. 163

Dokumen yang terkait

TEACHING TECHNIQUE USED BY THE TEACHER IN TEACHING ENGLISH AT AL KAUTSAR KINDERGARTEN PASURUAN

0 30 14

i PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SINETRON KOMEDI (Analisis Isi Pada Sinetron Preman Pensiun 2 Karya Aris Nugraha di RCTI Episode 1-20)

5 43 55

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

HUBUNGAN ANTARA BERMAIN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR SISWA DI PLAY GROUP AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2010-2011

0 23 16

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DENGAN PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK SEKOLAH DASAR (SD) (Studi di SDN Jember Kidul 3, SDN Kepatihan 2, SD Shinta dan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif (MIMA) KH. Shiddiq Kelurahan Jember Kidul Kabupaten Jember)

0 24 23

JAR AK AT AP P UL P A T E RHAD AP T E P I I N S I S AL GI GI I NSI S I VU S S E NT RA L P E RM AN E N RA HAN G AT AS P AD A S UB RA S DE UT ROM E L AY U ( T in j au an L ab or at o r is d an Radi ol ogis )

0 35 16

Peran KH. Muhammad Khollil dalam mengembangkan Islam di Bangkalan Madura

5 67 88

Pembaruan pendidikan islam KH. A. Wahid Hasyim ( Menteri Agama RI 1949-1952)

8 109 117

Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit Macet Pada Kendaraan Bermotor (BPRS AL Salaam Cabang Cinere)

0 32 0

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V C SD AL KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

2 43 45