dalam ransum maka tingkat konsumsi ransum ayam pedaging semakin rendah. Dalam penelitian ini level tertinggi penggunaan bungkil inti sawit termodifikasi sebesar 4.
Pemberian bungkil inti sawit termodifikasi yang di uji tantang E. coli terhadap konsumsi ransum ayam pedaging dapat dilihat pengaruhnya dengan
melakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis keragaman konsumsi ransum ayam pedaging selama penelitian
SK DB
JK KT
Fhitung Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 2
8908.79 4454.40
2.25
tn
3.88 6.93
Galat 12
23780.51 1981.71
Total 14
32689.31
Ket: KK = 10.16 Ket: tn = tidak berbeda nyata
Hasil analisis keragaman pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian bungkil inti sawit BIS termodifikasi oleh enzim hemicell® dalam ransum ayam
pedaging memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata P0,05 terhadap konsumsi ransum ayam pedaging.
Secara statistik, analisis keragaman konsumsi ransum ayam pedaging menunjukan tingkat konsumsi ransum yang relatif sama atau tidak ada perbedaan
yang mencolok dari semua perlakuan. Peneliti berasumsi bahwa hasil yang tidak berbeda nyata ini disebabkan karena faktor cuaca yang terlalu ekstrim, yakni cuaca
yang terlalu panas pada siang hari yang mencapai suhu 34 - 36 C dan suhu udara
yang terlalu rendahdingin disertai dengan tingginya tingkat kelembapan di dalam kandang yang terlalu tinggi pada malam hari. Kondisi yang demikian menyebabkan
ternak sangat rentan menjadi stres. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gellispie 1987
Universitas Sumatera Utara
yang menyatakan bahwa temperatur tinggi berpengaruh besar terhaadap konsumsi ransum harian. Konsumsi rendah apabila temperatur tinggi dan meningkat bila
temperatur rendah.
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan dihitung setiap minggu berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan minggu sebelumnya dalam satuan gramekorminggu.
Rataan pertambahan bobot badan ayam pedaging yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan pertambahan bobot badan ayam pedaging selama penelitian gekorminggu
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
1 2
3 4
5
R 253.66
254.33 283.84
285.99 250.05
1327.87 265.57
R
1
267.38 249.16
272.19 281.36
256.36 1326.45
265.29 R
2
245.87 241.05
207.63 253.22
235.92 1183.69
236.74 Total
766.90 744.54
763.66 820.57
742.34 3838.02
Rataan 255.63
248.18 254.55
273.52 247.45
255.87
Tabel 9 menunjukan hasil rataan pertambahan bobot badan ayam pedaging selama penelitian adalah 255.87 gekorminggu. Rataan pertambahan bobot badan
tertinggi terdapat pada perlakuan R ransum tanpa BIS termodifikasi yaitu sebesar
265.57 gekorminggu, sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan R
1
BIS termodifikasi yang direndam dengan larutan 2 enzim hemicell® selama 3 hari yaitu sebesar 236.74 gekorminggu.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh pemberian bungkil inti sawit termodifikasi yang di uji tantang E. coli terhadap pertambahan bobot badan ayam pedaging dapat diketahui dengan
melakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis keragaman pertambahan bobot badan ayam pedaging selama
penelitian
SK DB
JK KT
F
hitung
F
tabel
0.05 0.01