Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Bentuk ini juga mengacu pada kode
ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek, atau register.
Norm or interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya,
dan mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara.
Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.
Berdasarkan keterangan di atas, maka peneliti dapat melihat betapa kompleksnya peristiwa tutur yang yang telah terlihat, atau dialami sendiri dalam
kehidupan kita sehari-hari.
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai tindak tutur sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Hasibuan 2005. Dalam penelitiannya, Hasibuan mengkaji secara teoritis mengenai
perangkat tindak tutur yang terdapat dalam bahasa Mandailing. Ia juga mengemukakan penggunaan tindak tutur, walaupun terbatas hanya dalam lima jenis
tindak tutur utama yang dikemukakan oleh Searly, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur
deklaratif. Selain itu, ia juga membahas jenis tindak tutur langsung dan tidak langsung dan mengaitkan tindak tutur dengan kesantunan bahasa.
Sedangkan penelitian tentang film yang menggunakan teori tindak tutur juga pernah dilakukan oleh Hartyanto 2008. Dalam penelitian ini, Hartyanto
menggunakan teori tindak tutur yang dimajukan oleh JL. Austin, yaitu: tindak tutur
Universitas Sumatera Utara
lokusi, ilokusi dan perlokusi terhadap dialog film Berbagi Suami karya Nia Dinata. Ia juga menggunakan batasan lokusi yang dikemukakan oleh Keraf dalam Hartyanto,
2008, antara lain: naratif, deskriptif, dan informatif, batasan mengenai ilokusi yang dikemukakan oleh Bach dan Harnish dalam Setiawan, 2005 : 22-25, yaitu:
konstantif, direktif, komisif, dan Acknowledgement. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti lebih mengutamakan sisi pengujaran
yang dituturkan oleh para pelakon yang bermain dalam film Perempuan Punya Cerita. Hal ini berkaitan dengan masalah yang akan diungkapkan dari film tersebut,
yaitu berupa makna tindak tutur dialog film Perempuan Punya Cerita. Untuk itu, peneliti menggunakan teori J. L. Austin yang berkaitan dengan analisis tindak tutur
dalam memecahkan masalah penelitian tersebut. Menurut J.L. Austin dalam A. H. Hasan Lubis,1991:9, secara analitis tindak
tutur dapat dibagi atas 3 macam bentuk, yaitu: 1 Tindak lokusi lecutionary act, yaitu kaitan suatu topik dan penjelasan dalam sintaksis. 2 Tindak ilokusi
illecutionary act, yaitu pengucapan suatu pertanyaan, tawaran, janji, pertanyaan, dan sebagainya. 3 Tindak perlokusi perlocutionary act, yaitu hasil atau efek yang
ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN