DASAR TEORI GAMBARAN UMUM OPERASI DASAR PLTU BELAWAN PEMBAHASAN PENUTUP GAMBARAN UMUM OPERASI DASAR PLTU BELAWAN

I.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan, penyusun membuat sistematika penulisan dengan urutan sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, batasan permasalahan, serta sistematika penulisan.

BAB II. DASAR TEORI

Bab ini menguraikan tentang teori-teori dasar yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, yaitu rangkaian logika yang berupa gerbang AND, gerbang OR, gerbang NOT, sistem kontrol yang berupa pengelempokan sistem kontrol, elemen dan variabel sistem kontrol,alat-alat kontrol, transduser.

BAB III. GAMBARAN UMUM OPERASI DASAR PLTU BELAWAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum operasi dasar PLTU Belawan, komponen- komponen PLTU Belawan, karakteristikm PLTU Belawan serta fungsi dan kondisi uap pembantu Auxiliary Steam.

BAB IV. PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang Prinsip Kerja Auxiliary Steam Pressure Control

BAB V. PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran tentang Tugas akhir Universitas Sumatera Utara

BAB II TEORI

II.1. Sistem Kontrol

Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran Variabel,Parameter agar berada pada suatu harga tertentu disebut dengan sistem control. Pengontrolan ini mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan optimasi yang dapat diperoleh berdasarkan fungsi sistem control itu sendiri: yakni pengukuran measurement, perbandingan Comparison, penghitungan computation, perbaikan correction dan pencatatan.

II.1.1. Pengelompokan Sistim Kontrol

Sistem kontrol pada umumnya dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok antara lain : a. Sistem kontrol dengan lintasan tertutup dan terbuka. Sistem kontrol dengan jaringan tertutup adalah sistem kontrol yang besaran outputnya memberikan pengaruh terhadap harga yang diinginkan melalui suatu indikator atau alat pencatatan recorder. Kemudian selisih harga yang terjadi antara besaran yang dikontrol dan pertunjukan alat pencatat digunakan sebagai koreksi yang pada gilirannya akan merupakan sasaran pengontrolan. Sistem kontrol dengan jaringan terbuka adalah sistim kontrol yang besaran outputnya tidak memberikan pengaruh terhadap besaran input.Oleh karena itu variabel yang dikontrol tidak dapat dibandingkan terhadap harga output yang diinginkan. b. Sistim kontrol manual dan otomatis Universitas Sumatera Utara Sistem kontrol manual adalah sistem kontrol yang pengontrolannya dilakukan oleh manusia yang bertindak sebagai operator, sehingga sering disebut dengan sistim kontrol dengan operator Sedangkan sistim kontrol otomatis adalah sistim kontrol yang pengontrolannya dilakukan oleh mesin-mesin atau peralatan yang bekerja secara otomatis dan operasinya diawasi langsung oleh manusia. c. Sistim kontrol servo dan regulator Sebuah rgulator adalah bentuk lin daripada servo. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan sistim yang mana terdapat harga keadaan mantap steady state konstan untuk sinyal input yang konstan.Perbedaan utama adalah bahwa regulator diberikan sinyal tambahan sinyal gangguan sehingga akan menghasilkan output yang berbeda dengan servo. d. Sistem kontrol menurut sumber penggeraknya. Sistim kontrol ini adalah pengontrolan berdasarkan elektris yang berupa rangkaian listrik, pengotrolan pneumatis yang memanfaatkan tekanan udara atau angin, pengontrolan hidraulik yang menggunakan cairan sebagai sarana kontrol dan pengontrolan mekanis yang memanfatkan alat-alat mekanis sebagai sarana pengontrolannya. e. Sistem kontrol Analog dan Digital Sistem kontrol analog atau pengontrolan yang berkesinambungan adalah sistem kontrol yang pengontrolannya dilakukan dengan menggunakan komponen-komponen analog seperti Proporsional, Integrator dan Diferensiator yang seluruh prosesnya bekerja analog. Sedangkan sistim kontrol digital atau pengontrolan yang tidak berkesinambungan adalah sistem kontrol yang aksi pengontrolannya dilakukan Universitas Sumatera Utara oleh komponen -komponen digital yang biasanya terdiri dari susunan algoritma program-program dari sistim pengontrolan secara analog.

II.1.2. Elemen Sistim dan Variabel Sistim Kontrol

Elemen sistim kontrol merupakan sebuah unit yang membentuk proses kontrol yang didalamnya terdapat komponen-komponen sistem. Suatu proses kontrol secara fungsional dapat dinyatakan oleh diagram blok yang bentuknya tergantung pada jumlah elemen. Diagram blok yang umum ditunjukkan pada Gambar 2.5 GV G1 H G2 V r e m u c c Gambar 2.1. Elemen-elemen Sistim Kontrol Loop Tertutup Elemen sistim kontrol rangkaian tertutup di atas terdiri dari: a. Elemen input referensi Elemen ini berfungsi untuk mengubah besaran yang dikontrol menjadi sinyal masukan acuan r bagi sistim kontrol b. Elemen pengontrolG1 Elemen berfungsi untuk memproses kesalahan error,e yang terjadi. Setelah error tersebut dilewatkan melalui elemen pengontrol, akan dihasilkan sinyal yang berfungsi untuk mengontrol proses. c. Elemen proses G2 Elemen ini berupa proses mekanis, elektris, pneumatis maupun kombinasinya. Universitas Sumatera Utara d. Elemen umpan balik H Elemen ini berfungsi untuk mengukur keluaran yang dikontrol dan kemudian merubahnya menjadi sinyal umpan balik feedback signal. d. Elemen jalur maju Elemen ini adalah untuk sistem kontrol tanpa elemen umpan balik. Berdasarkan jumlah elemen yang menyusunnya suatu sistim kontrol terdapat beberapa variabel pengontrolan antara lain: a. Set Point Command input,v Harga yang diinginkan bagi variabel yang dikontrol selama pengontrolan. b. Masukan acuan reference input, r Sinyal aktual actual signal yang masuk kedalam sistim kontrol. M Sinyal ini diperoleh dengan menyetel harga v melalui Gv, misalnya melalui sebuah sakelar pemilih atau selector switch. c. Keluaran yang dikontrol Controled output, c Suatu harga atau nilai yang akan dipertahankan bagi variabel yang dikontrol dan merupakan harga yang ditunjukkan oleh alat pencatat. d. Variabel yang dimanipulasi manipulated variable, m Sinyal yang keluar dari elemen pengontrol controller dan berfungsi sebagai sinyal pengontrol tanpa adanya gangguan. e. Sinyal umpan balik feed back sinyal, b Sinyal yang merupakan fungsi dari keluaran yang dicatat oleh oleh pencatat. f. Kesalahan error, actuating signal, e Selisih antara sinyal acuan r dan sinyal umpan balik b. Sinyal ini dimasukkan ke elemen pengontrol G1 dan harganya diinginkan sekecil mungkin.Sinyal e Universitas Sumatera Utara ini menggerakkan unit pengontrol untuk menghasilkan output pada harga yang diinginkan . g. Sinyal gangguandisturbance, U Sinyal yang terkadang dibutuhkan pada suatu elemen pengontrol agar sistem selalu menghasilkan sinyal kesalahan yang tidak sama dengan nol seperti pada regulator, yang membutuhkan sinyal error untuk mempertahankan output tetap pada keadaan yang dinamis.

II.1.3 Alat Kontrol

Pengontrol atau Controller berfungsi untuk memproses sinyal kesalahan error agar menghasilkan sinyal pengontrol proses. Pada Auxiliary Steam Pressure Control hanya menggunakan jenis Pengontrol ProporsionalP dan Pengontrol Proporsional Integral PI. Dengan demikian disini akan diulas mengenai Proporsional P, Integral I dan Proporsional Integral PI. a. Kontroller Proporsional P Kontroller Proporsional adalah suatu alat kontrol yang berfungsi untuk menguatkan sinyal error pada suatu level yang dikehendaki. Pada kontrol proporsional ini diperoleh suatu hasil keluaran output yang berbanding lurus dengan konstanta proporsional K. Salah satu contoh rangkaian proporsional pada Gambar2.6 Universitas Sumatera Utara Rf Vo Ri Vi Input Output Vo = + Vi Ri Rf . Kp = Ri Rf atau = Kp.Vi Gambar 2.6. Alat Kontrol Tipe Proporsional b. Integral Kontroller I Integral kontroller merupakan suatu pengontrol yang berfungsi untuk meniadakan osilasi pada sinyal error atau sinyal kesalahan. Output kontroller ini akan menghasilkan keluaran berupa tegangan berbentuk tanjakan tipa ramp yang menuju ke suatu harga tak terhingga. Dalam hal ini maksimalnya adalah menuju ke harga saturasi dari op-amp yakni mendekati harga tegangan catu daya VCC. Satu dari rangkaian kontroller Integral ditunjukkan pada Gambar2.7. Universitas Sumatera Utara Cf Vo Output Ri Vi Input Vo = -  Vidt RiCf 1 Gambar 2.7. Rangkaian Alat Kontrol Tipe Integrator. c. Proporsional Integral Kontroller PI Proporsional Integral Kontroller adalah suatu alat kontrol yang berfungsi untuk menghilangkan kesalahan posisi dalam kondisi mantap steady position error. Kontroller ini merupakan gabungan dari alat kontrol Proporsional dan Integral yang bekerja secara berpadanan sesuai dengan kerjanya masing-masing. Kontroller proporsional melakukan pengangkatan secara spontan sedngkan Integral melakukan perubahan yang bertambah secara perlahan yang bergantung pada besaran waktu. Alat kontrol tipe Proporsional Integral ditunjukkan pada Gambar2.8 Universitas Sumatera Utara Rf Vo Ri Vi Input Vo = -   Vidt RiCf Vi Ri RF 1 Gambar 2.8. Alat Kontrol Tipe Proporsional Integral II.2.Rangkaian Logika Harga pengubah variabel logika, pada dasarnya hanya dua, yaitu benar true atau salah false. Dalam persamaan logika, umumnya simbol 1 dipakai untuk menyatakan benar dan simbol 0 dipakai untuk menyatakan salah. Dengan memakai simbol ini, maka keadaan suatu logika hanya mempunyai dua kemungkinan, 1 dan 0. Kalau tidak 1, maka keadaan itu harus 0 dan kalau tidak 0 maka keadaan itu harus 1

II.2.1 Gerbang Logika OR

Gerbang Logika OR adalah suatu rangkaian Logika dasar yang menyatakan bahwa outputnya akan mempunyai Logika “1” atau semuanya mempunyai logika “1”. Dalam aljabar Boole, operasi yang dilakukan oleh gerbang OR disimbolkan dengan operator “ +” dan dibaca OR atau “ ATAU “. Kalau INPUT kita beri tanda A,B dan C Universitas Sumatera Utara untuk outputnya diberi tanda Q, maka symbol dari kalimat di atas menurut Aljabar Boole dapat dinyatakan seperti pada gambar,sedangkan dalam bentuk matematikanya dapat dikatakan bahwa Logika outputnya sama dengan jumlah Logika input-inputnya. Q=A+B+C…………………………….2-1 Umumnya Gate : Logika ini dapat digambarkan dalam bentuk dua cara, yaitu masing- masing menurut InggrisEropa dan menurut Amerika Gambar 2.1 menunjukkan symbol dari Or Gate beserta Truth Table-nya Tabel Kebenarannya. Simbol menurut Simbol menurut InggrisEropa Amerka       B A inputnya inputnya       B A   Q outputnya   Q outputnya a Tabel II-1 Truth Table OR Gate A B Q Universitas Sumatera Utara 1 1 1 1 1 1 1 b Gambar 2.1 a Simbol OR Gate dan ,b. Truth Tabelnya Dengan mengambil contoh kalimat yang sangat sederhana itu, maka kita dapat membuat Truth Tabelnya serta symbol yang mempunyai 3 input seperti Gambar 2-2 berikut ini. Tabel II-2. Truth Table Or Gate A B C D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1   Q C B A         Inputnya Outputnya a b Tabel Gambar 2.2. a. OR Gate dan b. Truth Tabelnya

II.2.2. And Gate

And Gate adalah suatu rangkaian Logika dimana outputnya akan mempunyai Logika “1” bila semua input-inputnya diberi Logika “1”. Jika salah satunya diberi Universitas Sumatera Utara Logika “0” nol, walaupun input lainnya “1” maka outputnya akan mempunyai Logika “0” nol. Dalam prakteknya pemberian Logika “1” pada input dilakukan dengan memberi tegangan +5 V melalui sebuah tahanan R dan pemberian Logika “0” nol dengan menghubungkan ketanah atau melalui tahanan. Sedangkan pada output keadaan Logika “1” berarti ada tegangan atau 0nol Volt. Secara matematiknya dapat dikatakan bahwa Logika outputnya adalah merupakan perkalian Logika input- inputnya. Dengan mengingat bahwa output hanya ada jika seluruh dari inputnya ada, maka kita dapat membentuk Truth Table-nya. Dibawah ini diberikan 2 contoh dari Truth Table untuk And Gate dengan 2 dan 3 input lihat Gambar 2.3. a Tabel II-4 And Gate 3 Input Tabel II-3 And Gate 2 Input Universitas Sumatera Utara b A B C Q 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 A B Q 1 1 1 1 1 Gambar 2.3 a. Simbol And Gate dan b. Truth Tablenya.

II.2.3. Not Circuit atau Inverter

Not Circuit sering juga disebut “Complementary Circuit” atau Inverter. Dimana circuit ini adalah rangkaian. Logika dasar yang mempunyai 1 satu out put dan 1satuinput.Sifat dari rangkaian Logika Note Gate ini adalah : outputnya akan selalu mempunyai Logika yang berlawanan dengan inputnya yang biasanya hanya satu .Jelasnya jika inputnya diberi tegangan maka outputnya tidak ada , sebaliknya jika inputnya dihubungkan singkat tidak ada tegangan maka pada outputnya akan terbentuk. Sebagai contoh : bila input = 0 nol maka outputnya = 0 nol maka inputnya =1 Untuk memudahkan ingatan kita maka Gambar 2.4 dilukiskan tanda-tanda untuk NOT GATE menurut Inggris Eropa dan Amerika serta Truth Tablenya. Universitas Sumatera Utara Rangkaian NOT GATE yang dihubungkankesalah input GATE Logika atau outputnya bisa disederhanakan simbolnya dengan memberi tanda bulatan pada input atau output yang bersangkutan. Simbol menurut InggrisEropa Truth Tablenya Tabel II-5 Truth Table Not Circuit. A Q=A 1 1 Simbol InggrisEropa a Simbol menurut Amerika Truth Tablenya Tabel II-6 Truth Table Not Circuit A Q 1 1 A A Simbol Amerika b Gambar 2.4 a Simbol Not Circuit dan Truth Tablenya dan b. Simbol Not Circuit dan Truth Tablenya Universitas Sumatera Utara II.3.Transduser Transduser adalah merupakan suatu komponen yang bekerja untuk mengubah parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat diterima oleh sistem pengolah sinyal. Beberapa parameter fisis yang sering dikenal diubah menjadi sinyal listrik antara lain : tekanan, temperatur, percepatan, pergeseran, kecepatan, dan sebagainya. Pada Auxiliary Steam Pressure Control ini hanya menggunakan tranduser tekanan dan temperature, maka disini dijelaskan kedua tranduser tersebut. 1. Transduser Kapasitif Untuk merubah parameter tekanan menjadi sinyal listrik pada pengontrolan ini digunakn tranduser kapasitif. Kapasitansi dari sebuah kapasitor pelat parallel diberikan oleh G = . farad d AEo k ……. 1 Dimana: A = luas masing-masing pelat, dalam m² d = jarak kedua pelat, dalam m Eo = 9,85 x 10¹² dalam Fm K = Konstanta dielectrik Universitas Sumatera Utara Gambar 2.9 Transduser Kapasitif 2. Transduser termokopel Tranduser ini paling banyak digunakan untuk mengukur temperature berdasarkan pengubahan temperature menjadi sinyal listrik. Termokopel ini bekerja berdasarkan pembangkit tenaga listrik pada titik sambu logam yang tidak sama. Tegangan ini sebanding dengan temperatur sambungan. Gambar 2.10. Skema Pengukuran dengan Termokopel Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN UMUM OPERASI DASAR PLTU BELAWAN

III.1. Gambaran Fisik PLTU Belawan Gambaran Fisik PLTU Belawan secara keseluruhan dapat terlihat pada gambar dibawah ini dan lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran 2 : III.2 Komponen-komponen Utama PLTU Belawan Secara umum komponen utama PLTU Belawan terdiri dari : 1. Kondenser : Pemadat uap menjadi air 2. Condenser Pump : Pompa pemadat 3. LPH : Pemanas bertekanan rendah 4. HPH : Pemanas bertekanan tinggi 5. FWT : Tangki pengumpul air 6. Economiser : Pemanas awal 7. Boiler :Tempat memasak uap menjadi air 8. Turbin : Untuk memutar generator Universitas Sumatera Utara 9. Generator : Mengubah energi mekanik menjadi energi listrik 10. Evaporator : Untuk memanaskan uap. III.3. Gambaran Umum Operasi Dasar PLTU Belawan Prinsip dasar dari pembangkit dengan menggunakan tenaga uap adalah perubahan energi panas yang berbentuk uap diubah menjadi energi mekanik. Energi panas tersebut diubah melalui sudu-sudu yang terdapat pada turbin sehingga berbentuk uap yang kemudian menggerakkan turbin. Perputaran turbin tersebut digunakan untuk memutar rotor dari generator sehingga menghasilkan energi listrik. Untuk memutar atau menggerakkan turbin yang ada di PLTU sektor Belawan, diperlukan adanya uap dengan temperatur dan tekanan yang tinggi. Uap dengan temperatur dan tekanan yang tinggi berasal dari sumur bor, yang mana air yang digunakan adalah air murni yang telah mengalami pemurnian terlebih dahulu atau air yang tidak mengandung garam-garam, gas termasuk oksigen, karbon dioksida dan sebagainya. Didalam kondensor air tersebut dipompakan oleh Condensat Pump dan diberikan ke Low Pressure Heater 1 yang kemudian diteruskan ke Low Pressure Heater2 dan Low Pressure Heater 3 secara bertahap untuk dipanaskan. Pemanasan pada Low Pressure Heater 1, 2 dan Low Pressure Heater 3 dilakukan dengan cara memanfaatkan uap Extraction dari turbin Extraction 1, 2 dan 3 yang dialirkan kedalam Low Pressure 1, 2 dan Low Pressure Heater 3 tanpa berhubungan langsung dengan air yang dipanaskan. Selanjutnya air tersebut diberikan kedalam Feed Water Tank FWT untuk dipanaskan kembali dengan cara yang sama seperti pada Low Peressure Heater 1, 2 dan Low Pressure Heater 3. Selain berfungsi untuk membuang O pada air, Feed Water Tank juga berfungsi sebagai tempat menyimpan air. Dengan bantuan pompa Boiler Feed Water Pump BFP air tersebut dipompakan ke Boiler 2 Universitas Sumatera Utara Drum melalui High Pressure Heater HPH diteruskan ke Economizer untuk dipanaskan. Setelah mengalami pemanasan pada High Pressure Heater dan Economizer yang juga memanfaatkan uap Extraction dari turbin, air tersebut selanjutnya dimasukkan ke Boiler Drum. Pemanasan pada Boiler dilakukan dengan pembakaran. Dimana untuk melakukan pembakaran diperlukan adanya bahan bakar, api dan udara. Pada proses pembakaran tersebut menggunakan bahan bakar solar atau residu. Akan tetapi pada pengoperasian saat ini bahan bakarnya adalah residu, yaitu sisa penyulingan minyak mentah. Keuntungannya adalah biaya pembelian bahan bakar dapat ditekan, karena bahan bakar residu murah harganya dibandingkan miyak solar. Udara yang dimaksud adalah udara yang diambil dari udara luar oleh Force Draugh Fan FDF. Ketiga unsur tersebut selanjutnya dibakar oleh burner diruang bakar. Pembakaran diruang bakar akan mengakibatkan penguapan yang ada pada air yang berada pada pipa-pipa boiler, sehingga terjadi perbedaan berat jenis antara uap dan air. Setelah melalui proses pembakaran air tersebut berubah fasanya menjadi fasa uap uap basah, dan dikumpulkan keuap di Boiler Drum, yang selanjutnya uap basah dikeringkan pada Low Temperatur Super Heater LTS dan High Temperatur Super Heater HTS yang kemudian diberikan ke turbin dalam bentuk uap kering yang menggerakkan turbin dengan kecepatan 3000 rpm. Sehingga akan didapatkan daya listrik sesuai dengan yang diinginkan. Untuk menggerakkan turbin agar dapat daya yang konstan, maka diperlukan temperatur dan tekanan uap yang juga benar-benar konstan. Temperatur dan tekanan uap yang dihasilkan oleh boiler selalu dikontrol agar tidak melewati batas yang telah ditetapkan yakni 510 C dan 86 Bar. III.4. Blok Dagram Komponen Utama PLTU Belawan. Universitas Sumatera Utara Dari gambar fisik, komponen komponen utama dan operasi dasar PLTU Belawan dapat kita buat blok diagram komponen PLTU Belawan seperti pada Gambar 3.1 pada lampiran 2 . III.5 Karakteristik PLTU Belawan 1 Kemungkinan terdapat bayak parameter penting didalam analisis-masalah masalah yang terkait dengan pengendalian operasi sistem PLTU. Penting pada masalah pengoperasian sacara ekonomis adalah karakteristik masukan- keluaran satuan PLTU. Skema satuan boiler- turbin-generator terlihat pada gambar 3.2.Satuan ini terdiri atas sebuah boiler tunggal yang menghasilkan uap untuk menggerakkan satu set turbin generator tunggal. Keluaran satuan ini berupa energi listrik yang dihubungkan tidak hanya pada sistem umum pemakaian tenaga listrik,akan tetapi juga pada sistem peralatan PLTU. Suatu satuan turbin uap dapat memerlukan 2 hingga 6 persen dari keluaran bruto guna keperluan berbagai peralatan seperti pompa, kipas, lampu dan lain sebagainya. Dengan demikian terdapat masukan bruto dan pengeluaran neto Masukan bruto adalah bahan bakar persatuan waktu, berupa nilai panas H kCaljam. Keluaran neto merupakan daya listrik P MW yang disediakan guna keperluan jaringan [1]. Gmbar 3.3 memperlihatkan lengkung masukan-keluaran sebuah satuan uap dalam bentuk ideal. Masukan merupakan bahan bakar kCaljam dan keluaran dalam bentuk daya listrik P,MW. Dapat juga adanya daya minimum dan daya maksimum. Batas minimum beban ditentukan oleh stabilitas pembakaran bahan bakar serta kendala-kendala desain mesin. Misalnya terdapat banyak satuan superkrikal tidak dapat beroperasi dibawah 30 persen kemampuan mesin. Suatu arus minimum 30 persen diperlukan guna dengan baik mendinginkan pipa-pipa didalam tungku boiler. Universitas Sumatera Utara Turbin pada umumnya tidak banyak memiliki kemampuan untuk memikul beban- lebih [1]. Karakteristik pemakaian panas, yaitu HP kCaljam terhadap daya PMW terlihat pada Gambar 3.4. Lengkung ini merupakan kebalikan karakteristik efisiensi sebuah mesin. Satuan-satuan turbin uap biasanya memiliki efisiensi sekitar 36 prsen, atau kira-kira 2500 hingga 3000Kcalkwh [1]. Masukan Bahan Bakar Boiler Turbin Uap Neto Bruto Generator Pemakaian sendiri Peralatan Pusat Tenaga Listrik Keluaran Gambar 3.2 SATUAN BOILER-TURBIN-GENERATOR P maks P a P min H  H  P Keluaran P MW Masukan H KCaljam P maks P n P min KELUARAN P MW PPS kCalkWh b Gambar 3.3 lengkung masukan keluaran : a Lengkung masukan keluaran turbin uap dan generator Universitas Sumatera Utara b Lengkung masukan keluaran pemakaian panas III.6. Fungsi Auxiliary Steam Dalam Proses Pembangkitan Dalam proses energi listrik auxiliary steam digunakan untuk membantu pemrosesan uap dengan menggunakan uap sisa. Fungsi yang paling besar dari auxiliary steam ini adalah untuk membantu pemanasan air yang akan diproses menjadi uap. Beberapa kegunaan dari auxiliary steam adalah : a. Untuk membantu memanaskan air yang ada di Feed Water Tank tangki air pengisi b. Untuk membantu merapatkan ujung-ujung turbin yang sedang berputar c. Untuk membantu memanaskan udara ke ruang bakar d. Untuk membantu operasi service ejector e. Untuk membantu memanaskan minyak keboiler Demikianlah bahwa uap pembantu ini sangat berperan dalam proses pengolahan uap dan pembangkitan energi listrik . Semua proses yang terjadi pada pengubahan air menjadi uap ini dikontrol secara otomatis oleh katup-katup pneumatis. Pengontrolan ini dibantu oleh transducer sebagai sensor. Sistem pengontrolan ini akan selalu menuju harga mantap steady State dengan sendirinya dan operator hanya mengontrol proses tersebut dengan Listrik Tenaga Uap Belawan juga menggunakan Programmable prosessing controller dalam operasi pengontrolannya. Proses pengontrolan uap pembantu dapat dilihat pada Gambar 3.5 dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Keterangan CV : Control Valve ASH : auxiliary Steam Header PT : Pressure Transmitter PIR : Proporsional integral controller PRE : Proporsional controller EPC : Electrical Pneumatic control Gambar 3.4 Blok Diagaram Auxiliary Steam Perssure control III.7 Kondisi uap sebelum memasuki turbin Sebelum memasuki katup pengatur pada turbin uap, uap belum mencapai kondisi superheated. Olehkarena itu uap harus terlebih dahulu melewati LP-Evaporator, LP- Superheater, HP-Economizer, HP-Evaporator dan HP-Superheater. a.Kondisi uap sebelum dan sesudah LP-Evaporator. - Temperatur IN : 166 ºC - Temperatur OUT : 200 ºC - Tekanan : 6,6 bar - Entalpi h 1 : 2820 kJkg - Entalpi h 2 : 2860 kJkg Maka : Δh = h 2 -h 1 = 2860-2820 = 40KjKg Kalori yang didapat dari hasil pemanasan di Evaporator sebesar 40kJkg Universitas Sumatera Utara b. Kondisi uap sebelum dan sesudah LP- Superheater -Temperatur IN : 200 ºC -Temperatur OUT : 221ºC -Tekanan : 6,6 bar -Enthalpi : 2860 kJkg -Enthalpi h 1 : 2890 KJkg -Enthalpi h 2 : 2890 KJkg Maka : Δh = h 2 -h 1 = 2890-2860 = 30 kJkg Kalori yang didapat dari hasil pemanasan di Superheater sebesar 30 kJkg c. Kondisi uap sebelum dan sesudah HP-Economizer -Temperatur IN : 166ºC -Temperatur OUT : 289ºC -Tekanan : 68 bar -Enthalpih h 1 : 2790 KJkg -Enthalpi h 2 : 3040 KJkg Maka : Δh = h 2- h 1 = 3040-2790 = 250 kJkg Kalori yang didapat dari hasil pemanasan di Economizer sebesar 250 kJkg d. Kondisi uap sebelum dan sesudah HP-Evaporator -Temperatur IN : 289ºC -Temperatur OUT : 451ºC -Tekanan : 86 Bar Universitas Sumatera Utara Enthalpi h 1 : 3040 kJkg -Enthalpi h 2 : 3280kJkg Maka Δh = h 2 -h 1 = 3280-3040 = 240 Kjkg Kalori yang didapat dari hasil pemanasan di Evaporator sebesar 240 Kjkg e. Kondisi uap sebelum dan sesudah HP-Superheater -Temperatur IN : 451ºC -Temperatur OUT : 510ºC -Tekaanan : 86 Bar -Enthalpi h 1 : 3280 kJkg -Enthalpi h 2 : 3710 kJkg Maka Δh = h 2 -h 1 = 3710-3280 = 430 kJkg Total kalori yang didapat dari hasil pemanasan di LPH dan HPH tersebut adalah = Δh LP-EVA + Δh LP-SUP.H + Δh HP-ECO + Δh HP-EVA + Δh HP-SUP..H = 40 kJkg + 30 kJkg + 240 KJkg + 430 KJkg= 990 kJkg Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBAHASAN