Reformasi Perpajakan GAMBARAN DATA

D. Reformasi Perpajakan

Menurut Gunadi, “pajak mengikuti fenomena kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Disetiap perubahan kehidupan sosial perekonomian masyarakat maka sudah sepantasnya pajak harus mengadakan reformasi Gunadi, 2007. Reformasi pajak adalah perubahan mendasar pada setiap aspek pajak. Reformasi perpajakan telah dilakukan pemerintah pada dua dekade yang lalu. Reformasi pertama dilaksanakan pada tahun 1983, yakni dengan melakukan perubahan dan pembaruan atas peraturan perpajakan pada saat itu. Tujuan utama reformasi perpajakan pada saat itu adalah untuk lebih menegakkan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan segenap potensi dan kemampuan dari dalam negeri, khusunya dengan cara meningkatkan penerimaan Negara melalui perpajakan dari sumber-sumbernya di luar minyak bumi dan gas. Berdasarkan pembaruan peraturan tersebut, telah dilakukan perubahan system penetapan pajak dari sebelumnya official assessment system menjadi self assessment system. Dan dari sisi perubahannya adalah perubahan mendasar dalam hal institusi perpajakan yakni perubahan fungsi dan penamaan kantor pajak. Pada tahun 1989 Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak KPP yang menjalankan fungsi pelayanan untuk jenis Pajak Penghasilan PPh dan Pajak Pertambahan Nilai PPN sedangkan Kantor Pelayanan PBB yang berfungsi sebagai kantor pelayanan untuk jenis Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan atas TanahBangunan. Fungsi pemeriksaan dijalankan oleh Karikpa Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Reformasi yang kedua dimulai di tahun 2002 berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan No.65KMK.012002 dibentuk 2 dua Kantor Pelayanan Pajak LTO Large Universitas Sumatera Utara Taxpayers Office yang kemudian disebut KPP Wajib Pajak Besar yang berdomisili di Jakarta. Pada tahun 2004 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.254KMK.012004 dibentuk Kantor pelayanan Pajak MTO Medium Taxpayers Office yang kemudian di sebut KPP Madya, pada tahun 2006 hingga 2008 dibentuk Kantor Pelayanan Pajak STO Small Taxpayers Office yang kemudian disebut KPP Pratama dengan total 357 KPP Pratama diseluruh Kantor Wilayah yang bertugas melayani Wajib Pajak Badan menengah kebawah dan Wajib Pajak Orang Pribadi meliputi jenis pajak PPh, PPN, PBB dan BPHTB. Reformasi di tubuh Direktorat Jenderal Pajak disebut dengan modernisasi. Dalam struktur modern ini terdapat perbedaan yang cukup radikal dan signifikan yakni perubahan struktur organisasi KPP yang dahulu berdasarkan jenis pajak menjadi berdasarkan fungsi guna debirokratisasi pelayanan seperti Seksi Pelayanan dan Seksi Pemeriksaan di bentuk secara terpisah. Pelayanan pajak sudah satu atap one stop service karena semua jenis pelayanan perpajakan baik PPh, PPN, PBB dan BPHTB dilakukan di KPP Pratama, sedangkan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya hanya jenis pajak PPh dan PPN. Sehingga menyebabkan adanya peleburan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Kantor Pajak Pratama. Aplikasi reformasi perpajakan ini selanjutnya dilihat dari amandemen Undang-Undang dan langkah modernisasi perpajakan. Menurut Liberti Pandiangan, reformasi perpajakan meliputi : 1 formulasi kebijakan dalam bentuk perturan dan, 2 pelaksanaan dari peraturan , umumnya diarahkan untuk dapat mencapai beberapa sasaran. Pertama, menghasilkan penerimaan dalam jumlah yang cukup, stabil, fleksibel dan berkelanjutan. Kedua, mengurangi beban inefesiensi dan excess burden. Ketiga, memperingan beban kelompok kurang mampu dengan mendisain struktur pajak yang Universitas Sumatera Utara lebih adil. Dan keempat, memperkuat administrasi perpajakan dan meminimalisasi biaya administrasi dan kepatuhan. Bird dan Jantshcer 1991 seperti yang dikutip oleh Chaizi Nasucha, mengemukakan bahwa, perubahan kebijakan perpajakan tanpa didukung perubahan administrasi menjadi tidak berarti. Perubahan di bidang perpajakan harus sejalan dengan kapasitas administrasinya, karena administrasi perpajakan merupakan kebijakan di bidang perpajakan yang mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan. Dr. Chaizi Nasucha, 2004:63

F. Modernisasi Administrasi Perpajakan