Wisata Bahari TINJAUAN PUSTAKA

jumlah wisman sebesar 10 Juta, dan kesempatan kerja pada akhir tahun 2009 menjadi 12,5 juta. 4. Meningkatnya produk dan pelayanan pariwisata yang memiliki keunggulan kompetitif. Meningkatnya : pelayanan di pintu-pintu masuk, Bandara, Pelabuhan Laut Internasional dan Lintas Batas Negara, aksesibilitas dan fasilitas di setiap destinasi, keselamatan dan keamanan serta tersedianya akses dan fasilitas bagi penyandang cacat di setiap destinasi, kepedulian dan tanggungjawab para pihak dalam upaya perlindungan anak atas eksploitasi seksual komersialdi lingkungan.

2.2. Wisata Bahari

Wisata Bahari sangat erat kaitannya dengan Tanah Air Indonesia di mana banyak memiliki laut, pantai, samudera, pantai dan pulau. Wisata bahari memang secara langsung bertujuan kepada segala hal yang berhubungan dengan flora dan fauna laut, maupun berbagai biota laut lainnya. Wisata bahari umumnya bertujuan sama seperti wisata flora dan wisata fauna yakni sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup khususnya menyangkut khazanah segala macam jenis biota laut dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Di samping itu, wisata bahari juga akan menjadi potensi yang besar dalam peningkatan perkonomian masyarakat, yaitu dari berbagai sumber kelautan yang dapat dijadikan sebagai lahan pencarian bagi masyarakat. Universitas Sumatera Utara Secara umum sumberdaya pesisir dapat di bagi menjadi : 1 sumberdaya dapat pulih renewable resource seperti : ikan, udang, rumput laut, kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut; 2 sumberdaya tidak dapat pulih non renewable resource meliputi : mineral, bahan tambanggalian, minyak bumi dan gas; 3 energi kelautan, seperti : OTEC, pasang surut, gelombang; 4 jasa-jasa lingkungan kelautan environmental service seperti : pariwisata dan perhubungan laut Purnomowati, R. 2003 : Menuju Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Berbasis Masyarakat. Makalah disampaikan pada Pelatihan ICZPM. Kerjasama PKSPL-IPB dengan Ditjen P3K,DKP. Bogor. Seiring dengan semangat reformasi, pemerintah pusat membuat undang- undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dimana kepada daerah diberikan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab, yang diwujudkan dengan pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional. Dengan adanya pemberian wewenang kepada daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya ini, diharapkan manfaat terbesar akan berpindah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah terutama masyarakatnya. Namun permasalahan yang dihadapi sekarang adalah seberapa besar keinginan dan komitmen pemerintah daerah untuk mengelola sumberdaya pesisir dan lautan di wilayahnya secara berkelanjutan? Pertanyaan ini penting, mengingat tidak seluruh daerah memiliki pemahaman yang sama akan arti pentingnya pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan. Pembangunan secara berkelanjutan pada dasarnya adalah pembangunan untuk mencapai “keseimbangan” antara manfaat dan kelestariannya sumberdaya pesisir dan Universitas Sumatera Utara lautan. Artinya, bahwa sumberdaya ini dapat dieksploitasi untuk kemaslahatan manusia namun tidak menjadikan lingkungan termasuk sumberdaya itu menjadi rusak.

2.3. Sudut Pandang Sosiologis Kepariwisataan