jari-jari halus P= Punggung.XII= Jari-jari keras.XIII=Jari-jari halus. Tipe ekor berlekuk tunggal.
Gambar 9. Tetraodon sp. ikan buntal
3.2 Nilai Kepadatan ind100m
2
, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK Ikan pada setiap Stasiun Penelitian
Dari data yang diperoleh didapat nilai kepadatan K, Kepadatan Relatif KR dan
Frekuensi Kehadiran FK ikan pada setiap stasiun penelitian, seperti terlihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Nilai Kepadatan ind100m
2
, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK Ikan pada setiap Stasiun Penelitian
No Taksa
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 K
ind100m
2
KR FK
K ind100m
2
KR FK
K ind100m
2
KR FK
I Osteichtyes
A Mullidae
1. Upeneus sp. -
- -
2,36 18,524
13,33 -
- -
B Leiognathidae
2. Leiognathus sp. 8,97
31,543 43,33
- -
- -
- -
C Lutjanidae
3. Lutjanus sp. 2,36
7,718 13,33
2,36 18,524
16,66 -
- -
4. Lutjanus johni 1,88
6,040 13,33
- -
- -
- -
D Mugillidae
5. Mugil sp. 2,83
9,.395 16,66
4,72 37,301
30,00 5,66
80,00 23,33
E Siganidae
6. Siganus sp. 1,88
6,040 13,33
- -
- -
- -
F Teraponidae
7. Terapon jarbua 9,91
33,221 46,66
3,30 25,903
20,00 -
- -
G Scienidae
8. Pseudocienna sp. -
- -
- -
- 1,41
20,00 10,00
H Tetraodontidae
9 Tetraodon sp. 1,88
6,040 13,33
- -
- -
- -
∑ Jenis 7 4
2 Total
29,71 100
12,74 100
7,07 100
Keterangan: Stasiun 1 = Daerah Kontrol
Stasiun 2 = Keramba Ikan Stasiun 3 = Pemukiman
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh data pada stasiun 1 nilai K, KR dan FK tertinggi masing-masing senilai 9,91
ind100m
2
, 33,22 dan 46,66 yaitu Terapon jarbua. Hal ini disebabkan kerena kondisi perairan yang mendukung bagi kehidupan spesies ini didukung
tingginya nilai BOD
5
pada stasiun ini. Sedangkan nilai K, KR, FK terendah masing- masing senilai 1,88 ind100m
2
, 6,040 dan 13,33 yaitu Lutjanus johni, Siganus sp. dan
Tetraodon sp.
.
Hal ini disebabkan karena penetrasi cahaya sangat tidak mendukung pada ketiga spesies ini Tabel 3.5.
Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesis dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama
disebabkan oleh lumpur dan partikel yang mengendap sebagai faktor pembatas. Kekeruhan dan kedalaman air mempunyai pengaruh terhadap jumlah dan jenis hewan
akuatik. Cahaya dibutuhkan oleh ikan untuk memangsa, menghindar diri dari predator atau untuk beruaya. Pada umumnya ikan berada pada daerah-daerah yang penetrasi
cahayanya masih baik, sedangkan pada daerah yang gelap di mana penetrasi cahaya sudah tidak ada, hanya dihuni ikan buas atau predator yang lebih menyukai tempat gelap.
Jubaedah, 2006, hlm: 44.
Penetrasi cahaya dipengaruhi oleh ada tidaknya kanopi yang menutupi perairan tersebut, misalnya terdapat pohon dipinggir suatu perairan ataupun, banyaknya cahaya
yang masuk akan mempengaruhi organisme yang berada dalam suatu badan perairan. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan kita dapat mengetahui sampai dimana
masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh dan paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak
pula terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan. Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad renik atau plankton. Nilai kecerahan yang baik kurang dari 45
cm batas pandang ikan akan berkurang Kordi, 2004, hlm: 181-182.
Ketiga jenis ikan dengan nilai K, KR, FK rendah tergolong kedalam ikan teleostei. Kehidupan ikan Teleostei bervariasi, ada yang hidup secara berkelompok di laut dangkal
dan hangat, di permukaan, bahkan ada yang hidup di sungai-sungai yang bermuara ke laut serta ada yang hidup soliter menyendiri. Adapun jenis makanannya yaitu ada yang
Universitas Sumatera Utara
makan tumbuh-tumbuhan air seperti alga, ganggang dan lainnya, memakan binatang- binatang kecil seperti ikan-ikan kecil dan plankton, jenis-jenis kerang dan hewan
invertebrata lainnya Kottelat et al, 1993. Pada stasiun 2 nilai K, KR dan FK tertinggi masing-masing senilai 4,72
ind100m
2
37,301 dan 30 yaitu Mugil sp. Hal ini disebabkan pada stasiun ini cocok untuk jenis tersebut sesuai pada substrat perairan yang berpasir dan didukung oleh pH
yang netral Tabel 3.5. Sedangkan nilai K, KR dan FK terendah masing-masing senilai 2,36 ind100m
2
, 18,524 dan 13,33 yaitu Upeneus sp. Hal ini disebabkan pada stasiun ini tidak cocok untuk genus tersebut dikarenakan banyaknya senyawa organik yang
mempengaruhi tingkat kepadatannya serta suhu yang tidak sesuai dengan pola adaptasi ikan yang hidup di laut hangat.
Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ
ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, sebagai hewan yang hidup di air, baik itu di perairan tawar maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapat
mengetahui kekuatan maupun arah arus, karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linea lateralis. Perbedaan antara konsentrasi antara medium tempat hidup
dan konsentrasi cairan tubuh memaksa ikan melakukan osmoregulasi untuk mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya akibat difusi dan osmosis. Apabila hal itu
tidak dilakukan maka ikan laut dapat menjadi ikan kering yang asin Fujaya, 2002, hlm: 4.
Air merupakan tempat ikan untuk melakukan berbagai macam aktivitas dalam seluruh siklus hidupnya. Semua fungsi vital ikan seperti makan, pencernaan,
pertumbuhan, respon pada stimulus dan reproduksi tergantung pada air. Pada ikan aspek terpenting dalam air adalah oksigen yang terlarut dalam air, garam yang terlarut, cahaya,
suhu, substansi yang beracun dan bahaya musuh jika tidak sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkannya Marshall, 1982, hlm: 69.
Spesies dari famili Mugillidae biasanya terdapat di kawasan yang berada dalam satu kumpulan kecil 10 dan biasanya diperhatikan pada kawasan berpasir yang dalam
Universitas Sumatera Utara
dan memakan organisme bentik pada pasir tersebut. Pada waktu malam, spesies ini sering diperhatikan membentuk kumpulan yang lebih besar 20 individu dan biasanya muncul
pada permukaan, terutama pada kawasan yang terang
Soemadji, 1995. Sedangkan ikan
Upeneus sp. hidup dilaut hangat. Ikan ini masuk ke dalam wilayah pertambakan pada saat air pasang dari laut melalui saluran pembuangan yang ada di sekitar tambak dan ada yang
dapat berubah warna Shaw, 1990.
Pada stasiun 3 nilai K, KR dan FK tertinggi masing-masing senilai 5,66 ind100m
2
, 80 dan 23,33 yaitu Mugil sp. Hal ini disebabkan karena kawasan ini sesuai dengan habitat dari genus tersebut yang didukung oleh pH yang netral sehingga
ketersedian nutrisi yang mereka butuhkan terpenuhi. Sedangkan nilai K, KR dan FK terendah masing-masing senilai 1,41 ind100m
2
, 20,00 dan 10,00 yaitu Pseudocienna sp. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor fisik kimia perairan yang kurang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan pada jenis ini misalnya BOD Tabel 3.5. Menurut Rifai et al. 1983 hal 65 menyatakan bahwa jenis ikan Pseudocienna sp. sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan dan hidup soliter sehingga kadang-kadang sangat jarang ditemukan pada daerah dengan kondisi perairan yang kurang baik.
Parameter BOD secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Dari penelitian yang dilakukan nilai BOD pada stasiun ini sebesar 4,2 mgl. Hal ini menyebabkan spesies yang diperoleh sangat sedikit.
Tiap-tiap spesies biota akuatik mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap konsentrasi BOD di suatu perairan Jubaedah, 2006, hlm: 44.
Secara keseluruhan jenis ikan yang terdapat pada ketiga stasiun penelitian adalah Mugil sp. Hal ini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki kisaran toleransi yang cukup
luas terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan, baik di daerah mangrove, pertambakan maupun pemukiman. Menurut Whitten 1984 menyatakan bahwa jenis
Mugil sp. merupakan ikan yang hidup dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dan tidak terpengaruh arus yang cepat serta memiliki aktifitas yang rendah sehingga jenis ikan
Universitas Sumatera Utara
ini dapat tertangkap dengan mudah. Keadaan ini menunjukkan bahwa daerah pada setiap stasiun penelitian mendukung kehidupan spesies ini.
3.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Ikan pada masing- masing Stasiun Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian memperlihatkan indeks keanekaragaman H’ dan indeks keseragaman E Ikan di
Kawasan Pulau Sembilan cukup bervariasi seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Ikan pada setiap Stasiun Penelitian
Keterangan Stasiun
1 2
3 Indeks Keanekaragaman H’
1,662 1.342
0,499
Indeks Keseragaman E 0.854
0.968 0.719
Hasil pengamatan Tabel 3.3 menunjukkan indeks keanekaragaman H’ pada setiap stasiun penelitian berkisar antara 0,499-1,662. Indeks keanekaragaman tertinggi didapat
pada stasiun 1 dan terendah pada stasiun 3. Hal ini disebabkan parameter fisik kimia yang diperoleh dari stasiun ini mendukung bagi perkembangan dan pertumbuhan ikan Tabel
3.5 kondisi ini termasuk tercemar sedang sehingga menyebabkan jumlah individu dari masing-masing tidak ada yang mendominasi.
Indeks Keseragaman E pada semua stasiun penelitian berkisar antara 0,719- 0,968 dan nilai keseragaman ini termasuk ke dalam kategori rendah karena pada stasuin
ini hanya ditemukan 2 jenis ikan pada saat penangkapan. Hal ini disebabkan banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut
dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang
membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya
Effendi, 2003, hlm: 86.
Indeks keanekaragaman ikan pada stasiun 2 sebesar 0,968 lebih besar dibandingkan dengan ketiga stasiun lainnya. Oleh karena indeks keseragaman ini
Universitas Sumatera Utara
merupakan gambaran sebaran dari kepadatan ikan-ikan pada ekosistem dimana ikan tersebut tertangkap dan selanjutnya digunakan sebagai gambaran tingkat dominansi suatu
jenis dan juga kestabilan ekosistem, maka keseragaman jumlah ikan pada stasiun 2 lebih tinggi dibandingkan ketiga stasiun penelitian lainnya, artinya sifat mendominasi dari
takson ikan tertentu pada stasiun 2 lebih rendah dibandingkan dengan ketiga stasiun lainnya. Sebaliknya, oleh karena nilai keseragaman ikan pada stasiun 3 lebih rendah
sebesar 0,719 berarti sifat dominansi ikan dari kelompok tertentu lebih tinggi pada stasiun tersebut dibandingkan dengan ketiga stasiun lainnya. Hal ini berarti komunitas ikan di
stasiun 3 lebih tidak stabil dibandingkan dengan stasiun lainnya.
3.4 Indeks Similaritas