Dari data pada Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi atau inkonsistensi besarnya pembayaran dividen tunai setiap tahun yang dibagikan
beberapa perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia setiap tahunnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengambil judul :
“Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Pertambanganyang Terdaftar Di Bursa Efek I
ndonesia”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
”Apakah
Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth
dan
Collaterizable Assets
mempunyai pengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth
dan
Collaterizable Assets
secara simultan dan parsial terhadap
Dividend Payout Ratio
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak terkait, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
menambah wawasan dan pola pikir tentang pengaruh
Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth
dan
Collaterizable Asset
terhadap
Dividend Payout Ratio
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi kebijakan bagi pengambilan keputusan investasi investor asing maupun domestik di
Bursa Efek Indonesia secara berkesinambungan. c. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi berbagai pihak yang ingin melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh
Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth
dan
Collaterizable Assets
terhadap
Dividend Payout Ratio
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba
yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana
intern
atau
Internal Financing
Sartono, 2001. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk
membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayar kepada para pemegang saham Riyanto, 2001. Dividen merupakan
nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan
dari laba perusahaan. Rasio pembayaran dividen
dividend payout ratio
yaitu perbandingan antara
dividend per share
dengan
earning per share
. Keputusan mengenai jumlah laba yang akan ditahan dan dividen yang akan dibagikan
diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia 2007, dalam PSAK No. 23,
merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan
berdampak berupa peningkatan saldo laba ditahan
retained earnings
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan kepada pemegang saham.
Sebagaimana definisi dividen yang telah diungkapkan Ross
et al.
2005 : 606 yang mendefinisikan “dividen sebagai pembayaran kepada pemilik
perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai”, artinya hanya perusahaan yang membukukan keuntungan yang
dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari keuntungan perusahaan dan bahwa dividen tunai
cash dividend
umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham
stock dividend
. Bagi perusahaan
go public,
kebijakan dividen merupakan kebijakan yang penting di dalam semua kebijakan keuangan lainnya. Menurut Bangun
et al.
2007, kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan dalam menentukan apakah akan membayar dividen atau tidak, meningkatkan atau mengurangi jumlah
dividen, atau membayar dividen dengan jumlah yang sama dengan yang dibagikan pada periode sebelumnya. Kebijakan dividen dapat dihitung dengan beberapa cara
analisis diantaranya adalah
Dividend Payout Ratio
DPR dan
Dividend per Share
DPS.
2.1.2 Kebijakan Dividen
1. Pengertian Kebijakan dividen dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak
belakang, yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari
sisi pemegang saham, dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan
Universitas Sumatera Utara
dana di pasar modal. Pemegang saham lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan
capital gain
. Perilaku ini diakui oleh Gordon-Lintner sebagai
“the bird in the hand theory” bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung diudara. Selain itu pemegang saham juga dapat
mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan. Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting,
karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan perusahaan, dan selanjutnya mengurangi total
sumber dana
intern
atau
internal financing.
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana
intern
akan semakin besar. 2. Kebijakan Pembagian Dividen
Menurut Sutrisno, 2003 : 304 ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain :
1. Pembagian dividen secara tunai atau
cash dividend.
Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan Pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara
tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa
tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatka
untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu : 1 dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen
yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, 2 dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, 3 dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab
dividen selalu dibayarkan. b. Kebijakan Dividen Meningkat
Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan
pertumbuhan yang stabil. c. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh
semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil, dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering
disebut
Dividend Payout Ratio.
d. Kebijan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran
dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembagian
Stock Dividend
Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam
bentuk saham. Artinya, pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti
cash dividend.
Pemberian
stock dividend
tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan
yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian
stock dividend
ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal
saham. 3. Kebijakan
Stock Split
Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui
stock split
yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan
stock split
ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu dengan
stock split
harga saham menjadi lebih murah, sehinggan harga psar masih dalam
trading range
tertentu. 4. Kebijakan
Repurchase Stock Repurchase Stock
adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Bentuk Kebijakan Dividen
Menurut Kieso
et al.
2005 : 358, ada beberapa jenis kebijakan dividen yang digolongkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :
1. Dividen Tunai
Cash Dividend
Dividen tunai adalah bentuk dividen yang paling wajib digunakan oleh pihak perusahaan. Bagi suatu perusahaan, dividen ini menyebabkan penurunan
laba yang dibagi dan nilai kas, kewajiban lancar untuk hutang dividen diakui pada tanggal pengumuman dividen. Kewajiban ini dihapus ketika cek dividen
dikirimkan kepada para pemegang saham. 2. Dividen Harta
Property Dividend
Dividen harta adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham yang dibayarkan dengan aktiva selain kas. Seringkali aktiva yang akan
didistribusikan adalah sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, perusahaan memindahkan hak kepemilikannya dalam sekuritas tersebut
kepada para pemegang saham. Dividen harta biasanya hanya terjadi dalam perseroan yang bersifat tertutup. Dividen harta dinilai dengan nilai terbawa
Carrying Value
, jika nilai pasar yang wajar tidak dapat ditentukan. 3. Dividend Likuidasi
Liquidating Dividend
Dividen likuidasi yaitu suatu pembagian yang merupakan pengembalian modal setoran kepada pemegang saham. Dividen ini merupakan peluang bagi
investasi yang dibukukan dengan mengurangi modal setoran.
Universitas Sumatera Utara
4. Dividen Saham
Stock Dividend
Dividen saham merupakan pembagian dividen bukan dalam bentuk uang tunai, namun dengan memberikan dalam bentuk lembar saham. Jadi pembagian
stock dividend
akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki
shareholders.
Perusahaan sering kali membayar
stock dividend
sebagai pengganti atau pelengkap dividen kas. Dividen saham memungkinkan perusahaan untuk tetap
menggunakan aset bersih yang dihasilkan dari laba bersih dan bersamaan dengan itu menawarkan tambahan saham kepemilikan kepada pemegang saham.
2.1.4 Teori Dividen
1.
Residual Dividend Theory
Teori dividen yang dinamakan
residual dividend theory,
seperti yang dikutip dari Keown
et al.
2003, menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan seharusnya sejumlah modal yang tersisa dari alokasi pendanaan proyek atau
investasi dalam gambaran menguntungkan. Van Horne 2005 : 299, berpendapat bahwa teori ini juga menyatakan bahwa dividen tidak relevan, karena
mengasumsikan investor memiliki preferensi yang sama antara kas yang dijadikan dividen atau yang ditahan perusahaan. Apabila proyek atau investasi yang
ditargetkan perusahaan menjanjikan
return
lebih besar dari pada
required return,
maka investor lebih senang jika perusahaan menahan kas dari pada memberikannya sebagai dividen. Begitu pula sebaliknya. Lebih lanjut, Keown
et al.
2003, memberikan kesimpulan bahwa pada teori ini, kebijakan dividen dipengaruhi oleh :
Universitas Sumatera Utara
1. Kesempatan investasi perusahaan, 2. Struktur modal, dan
3. Ketersediaan dari modal yang dihasilkan sendiri atau internal
internally generated capital
Menurut Keown
et al.
2003, kebijakan dividen adalah pengaruh yang pasif karena tidak memiliki pengaruh langsung pada harga pasar saham. Maka
teori diatas menyatakan bahwa dividen akan dibagikan bila perusahaan memiliki dana sisa residu, dan apabila perusahaan tidak memiliki dana sisa tersebut maka
tidak akanada pembagian dividen. Keputusan dividen adalah residual karena perusahaan lebih cenderung membiayai investasinya dengan pendanaan internal
dari laba ditahan
retained earnings
dibandingkan pendanaan eksternal hutang atau saham. Karena pendanaan internal tentu saja jauh lebih murah, dan tidak
akan ada percampuran dari pihak perusahaan lain, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
2.
Clientele Effect Theory
Dalam Keown
et al.
2003, teori mengenai
clientele effect
menjelaskan bahwa investor memiliki tipikal serta preferensi yang berbeda-beda atas
return
dalam investasi saham. Investor individu dan institusional yang kebutuhannya mendesak atau
current income
akan lebih memilih berinvestasi pada perusahaan- perusahaan yang memberikan pembayaran dividen kas yang besar. Sedangkan
investor lainnya, terutama bagi yang cenderung menghindari pajak, lebih memilih berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memberikan dividen yang kecil
namun
capital gain
yang besar.
Universitas Sumatera Utara
3.
Bird In The Hand Theory
Menurut Keown
et al.
2003,
bird in the hand theory
merupakan teori yang memiliki keyakinan bahwa pendapatan dividen memberikan nilai yang lebih
tinggi kepada investor dibandingkan pendapatan
capital gain.
Karena dividen dinilai memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dari pada
capital gain.
4.
Signaling Theory
Selain itu perubahan dalam kebijakan dividen dapat dijadikan investor sebagai sinyal mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai
earnings power
. Jadi, kenaikan dividen yang melebihi perkiraan dapat menjadi sinyal bagi investor bahwa manajemen memprediksikan kenaikan laba yang
signifikan di masa depan, begitu pula sebaliknya. Hal ini berdasarkan pada
signaling theory.
Wirjokulito
et al,
2003 merangkum beberapa penelitian yang memperkenalkan model persinyalan di dalam kebijakan dividen perusahaan. Teori
ini menjelaskan bahwa dividen berisi informasi mengenai tingkat keuntungan sekarang maupun di masa yang akan datang. Hipotesis persinyalan menjelaskan
bahwa perusahaan menggunakan dividen untuk memberikan sinyal adanya informasi asimetris, yang artinya bahwa dividen tersebut dapat mengubah
ekspektasi perusahaan atas keuntungan di masa yang akan datang dan membuat perubahan atas harga saham biasa. Penelitian Aharony dan Swary 1980 yang
dikutip oleh Wirjokulito
et al.
2003 yang memusatkan perhatian pada hubungan antara sinyal dan pergerakan saham, bahwa penggunaan dividen sebagai sinyal
Universitas Sumatera Utara
akan bereaksi positif terhadap peningkatan dividen harga saham meningkat dan negatif terhadap pemotongan dividen penurunan harga saham.
Dalam
signaling theory
ini juga mengatakan bahwa penurunan dividen terlihat manajemen yang tidak optimis terhadap kemajuan perusahaan dan akan
memberikan sinyal negatif bagi pasar. Sebaliknya, peningkatan dividen menunjukkan bahwa manajemen yakin akan prospek masa depan perusahaan dan
merupakan sinyal yang direspon positif oleh pasar. 5.
Tax Preference Theory
Jika
capital gain
dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki nilai pertumbuhan tinggi menjadi lebih
menarik. Sebaliknya, jika
capital gain
dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan
capital gain
menjadi berkurang. Namun demikian karena pajak atas
capital gain
akan dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran
dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada
bedanya antar pajak atas
capital gain
dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang
memiliki dividen
yield
yang tinggi dari pada saham dengan
yield
yang rendah. Berdasarkan teori
tax preference
, investor mungkin menyetujui menahan laba dari pada menerima pembagian dividen karena alasan yang berkaitan dengan
pajak. Perlakuan yang menguntungkan dari
capital gain
melebihi dividen akan
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan investor untuk lebih memilih pembayaran yang lebih rendah dari pada pembayaran dividen dalam jumlah yang lebih tinggi.
Berdasarkan POH
Pecking Order Hypothesis
, yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf 1984, perusahaan lebih mengutamakan dana internal dari
pada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Kecukupan dana internal dapat dilihat dari besarnya laba, laba ditahan, atau arus kas. Apabila dana eksternal
dibutuhkan, maka perusahaan lebih mengutamakan penggunaan utang dari pada ekuitas. Ide dasar POH sangat sederhana, yaitu perusahaan membutuhkan dana
eksternal hanya apabila dana internal tidak cukup dan dana eksternal yang lebih diutamakan adalah utang daripada emisi saham. Myers dan Majluf 1984
menyatakan bahwa asimetri informasi menyebabkan perusahaan lebih mengutamakan dana internal dari pada dana eksternal karena asimetri informasi
tersebut menyebabkan pendanaan eksternal terlalu mahal bagi perusahaan. Myers dan Majluf 1984 berpendapat bahwa perusahaan tergantung pada
internal funds
karena ingin memaksimalkan kekayaan pemegang saham yang sudah ada. Penjualan saham baru bukan kepentingan dari pemegang saham yang
sudah ada tetapi hanya akan mengakibatkan penurunan nilai saham yang sudah ada. Perusahaan akan memilih hutang dibanding
external equity
, apabila memerlukan dana eksternal. Dengan penerbitan hutang bebas risiko
risk free debt
tidak punya dampak terhadap nilai saham yang sudah ada ataupun dengan penerbitan hutang yang berisiko mempunyai pengaruh lebih sedikit terhadap nilai
saham yang sudah ada dibandingkan dengan menerbitkan saham baru.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis
pecking order
menurut Myers 1984. Didasarkan pada empat asumsi, yaitu :
1.
Dividend policy
bersikap konstan
sticky,
2. Lebih baik dana internal dibanding eksternal, 3. Bila menggunakan dana eksternal pilih surat berharga bebas risiko,
4. Jika diperlukan banyak dana eksternal maka memilih urutan surat berharga dari
risk free debt, risk debt, convertible security,
saham preferen,
common stock.
2.1.5
Return on Equity
Return on Equity
yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total modal sendiri ekuitas yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi
dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi
Return on Equity
menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih.
Return on Equity
digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan Sartono, 2001 : 124.
2.1.6
Debt to Equity Ratio
Rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang
berasal dari kreditur Syamsuddin, 2007 : 71. Rasio utang ini dikenal juga salah satu dari
leverage ratio
yang juga dapat digunakan untuk melihat seberapa besar risiko perusahaan
financial risk
. Semakin besar hutang yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, maka semakin besar kewajiban perusahaan untuk melunasi hutang ataupun membayar bunga atas hutang yang dimiliki secara periodik. Hal ini dapat
mengurangi jumlah dividen yang akan didapatkan oleh pemegang saham. 2.1.7
Growth
Pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan total aset perusahaaan dan merupakan
variabel yang
dipertimbangkan dalam
keputusan dividen.
Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik Saxena, 1999. Hal ini
didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahaan Robert Ang,
1997. Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan pembagian dividen apakah akan membagikan dividennya atau akan menahan laba untuk
diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan
growth
perusahaan. 2.1.8
Collaterizable Assets
Perusahaan sebagai kreditur menggunakan aset tetap sebagai jaminan pinjamannya. Besarnya aset tetap yang digunakan kreditur sebagai jaminan
disebut
collaterizable assets
Taswan, 2003
.
Penjaminan aset tetap adalah aset dalam bentuk property, surat berharga, atau harta lain yang telah terikat sebagai
jaminan untuk mendukung penerbitan obligasi, surat utang, atau pinjaman. Semakin besar
collaterizable assets
, semakin besar dana perusahaan yang diinvestasikan pada aktiva tetap, sehingga semakin kecil dividen yang dibagikan.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai kebijakan dividen telah banyak dilakukan
oleh beberapa peneneliti, diantaranya adalah sebagai berikut : Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No
. Peneliti
tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Data Hasil
Penelitian
1. Sakir dan Fadli
2014
Influence of Manager
Ownership, Debt Policy,
Profitability, Firm Size, and
Free Cash Flow on
Dividend Policy
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
1.
Managerial Ownership
2.
Debt Policy
3.
Profitability
4.
Firm Size
5.
Free Cash Flow
Regresi Linier Berganda
1. Arus Kas dan Kepemilikan
Manajerial secara signifikan
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen
2. Profitabilitas, kebijakan hutang,
dan ukuran perusahaan
memiliki pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Kebijakan Dividen
2. Ahmad dan
Wardani 2014
The Effect of Fundamental
factor to Dividend
Policy
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
1.
Profitability
2.
Liquidity
3.
Leverage
4.
Growth
5.
Firm Size Logit Regression
1.Likuiditas dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen.
2.Pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen
3. Zurigat dan
Khaled 2013
The effect of ownership
structure on dividend
policy
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
Institusional ownership firm
size, growth, free cash flow,
leverage
1.
Full Adjustment Model
2.
Partial Adjustment Model
1. kepemilikan institusional
berpengaruh positif dan signifikan
2. kepemilikan managerial tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijkan dividen.
4. Islamiyah
2012 Pengaruh
free cash flow
, profitabilitas,
likuiditas,
leverage,
dan
growth
terhadap kebijakan
dividen Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1.
free cash fow
2
.
profitabilitas 3. likuiditas
4.
leverage
5.
growth
6.
dividend payout ratio
Regresi Linier Berganda
1.
free cash flow,
profitabilitas, likuiditas,
leverage,
dan
growth
secara bersama-sama tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan dividen
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
5. Santoso dan
pratiwi 2012 Analisis
faktor-faktor yang
mempengaruh i kebijakan
dividen, studi empiris pada
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1.
leverage
2.
growth
3.
collaterizable assets
4. kepemilikian institusional
5. ukuran perusahaan
6.
dividend payout ratio
Regresi Linier Berganda
1.
leverage, growth,
dan
coll. Asset
tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen
2. kepemilikian institusional
berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan dividden
3. ukuran perusahaan memiliki pengaruh
terhadap kebijkakan dividen
6. Margaretha dan
Putra 2010
The Determinant
Factor of Dividend
Policy at Non Finance
Listed Company
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
1.
Profitability
2.
Cash Flow
3.
Tax
4.
Sales Growth - Debt to Equity
Ratio
Regresi Linier Berganda
1. Profitabilitas berpengaruh positif
terhadap
Dividend Payout Ratio,
2. Arus kas dan Pajak berpengaruh positif
terhadap
Dividend Payout Ratio
3. Pertumbuhan Penjualan, dan
Debt to Equity Ratio
berpengaruh negatif terhadap
Dividend Payout Ratio.
5. Latiefasari
2010 Analisis
Faktor-Faktor yang
Mempengaruh i Kebijakan
Dividen Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1.
Current Ratio
2. DER 3.
Collaterizable Assets
4.
Growth
5. ROE Regresi Linier
Berganda 1.Collaterizable
Assets berpengaruh positif dan
signifikan terhadap DPR
2. CR dan ROE berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap DPR
3. DER dan
Growth
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap DPR
8. Lestanti 2009
Analisis Pengaruh
Rasio Profitabilitas,
Hutang, dan Likuiditas
Terhadap Kebijakan
Dividen Perusahaan
Independen : Kebijakan
Dividen Independen :
1.
ReturnCommo n on Equity
2. DER =
Debt to Equity
Ratio
3. CURR =
Current Ratio
Regresi Linier Berganda
1. ROCE memiliki hubungan positif
dan signifikan 2. DER memiliki
hubungan negatif dan signifikan
3. CURR tidak berpengaruh
signifikan
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
7. Sanjaya 2009
Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan
Dividen pada Perusahaan
Publik di Indonesia
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
1.Kepemilikan Manajerial
2.Kepemilikan Institusional
3.Ukuran Perusahaan
4.Tingkat Pertumbuhan
- Kebijakan Hutang
Regresi Berganda 1. Kepemilikan
Institusional dan Pertumbuhan
Perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap DPR
2. Kepemilikan Manajerial, Ukuran
Perusahaan, dan Kebijakan
Hutangtidak berpengaruh
7. Fira 2009
Analisi Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan
Dividend Payout Ratio
Studi Kasus Pada
Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-
2007 Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1.
Cash Ratio
2.
Growth
3.
Firm Size
4.
Return on Asset
5.
Debt to Total Asset
6.
Debt to Equity Ratio
Regresi Linier Berganda
1. Dari hasil analisis regresi dapat
diketahui bahwa secara bersama-
sama variabel independen
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen
Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian sekarang menggunakan populasi perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, dan menggunakan data keuangan tahun 2011-2014, sementara penelitian terdahulu menggunakan populasi perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menggunakan data keuangan tahun 2008-2010.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual 2.3.1 Pengaruh