Informasi tentang seksualitas PRILAKU SEKSUAL REMAJA 1 Pengertian prilaku seksual remaja dan permasalahannya

Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository ©2006 2.2.2. Hubungan dengan orang tua Ciri khas dan karakteristik remaja yang cenderung keras kepala dan berani menentang pengarahan orang tua dan gurunya. Dengan mengatas namakan kebebasan mereka berani berdebat dan membantah, sehingga masa remaja dianggap sebagai masa yang sulit. Permasalahan yang dihadapi oleh orang tua yang berkaitan dengan prilaku anak-anak dan remaja bersumber dari hubungan yang keliru. Untuk itu penyelesaiannya masalah dikalangan remaja sepenuhnya tergantung dari hubungan antara orang tua dan remajanya. Sikap saling menghormati dan mempercayai merupakan dasar bagi hubungan yang berdasarkan atas persamaan. Ciri-ciri khas hubungan yang didasari dengan persamaan menurut Dinkmeyer dan McKay yang dikutip Balson,1996 adalah sebagai berikut : 1. Salingmeperhatikan dan mempedulikan 2. Saling memberi empati 3. Saling mendengarkan satu sama lain 4. Adanya rasa keterikatan untuk ikut bekerjasama, memanfaatkan hak dan kewajiban dalam memecahkan dan menyelesaikan konflik. 5. Lebih menekankan pada asset daripada melihat kesalahan - kesalahan 6. Sama-sama satu pemikiran dan perasaan dan tidak menyembunyikannya atau menanggung beban sendiri 7. Saling membantu dan menerima satu sama lain karena tidak ada orang yang sempurna.

2.2.3. Informasi tentang seksualitas

Kurangnya informasi tentang seks menyebabkan para remaja memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran 8 Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository ©2006 berlangsung pengetahuan tersebut bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi yang salah. Penyebaran informasi dan rangsangan seksual melaui media massa dengan tekhnologi canggih video cassette , satelit palapa dan lain-lain tidak dapat dibendung lagi. Remaja sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seks secara lengkap dari orang tuanya. Hal ini disebabkan orang tua masih tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua dan anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat khususnya teman. 2.3.FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH Dalam sebuah artikel yang berkjudul Adolecent sexually and fertility in Kenya ,Ajayi, Ayo, Cs ,mengemukakan bahwa sikap dan prilaku remaja adalah hal reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial, demografi serta faktor lingkungan Ajayi, Ayo, Cs, 1991 . Salah satu anggapan yang sering dikemukakan adalah faktor agama. Dikatakan prilaku seksual yang bertentangan dengau norma agama pada remaja disebabkan oleh merosotnya kepercayaan kepada agama. Penelitian yang telah dilakukan terhadap sejumlah remaja 15 - 20 tahun di beberapa kota Jakarta, Purwokerto, Banjarnegara, Pontianak berdasarkan pengalaman tentang prilaku seksual dibagi 4 kelompok yaitu : A. Yang tidak pernah melakukan sesuatu B. Yang sudah berciuman dan atau bermasturbasi 9 Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository ©2006 C. Yang sudah bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin tetapi belum bersenggama D. Yang sudah bersenggama Ternyata kelompok D tidak kurang ketaatannya beragama Sarlito 2001 . Faktor yang lebih nyata pengaruhnya daripada agama adanya norma ganda yang, berlaku dalam suatu masyarakat menunjukkan kepada faktor-faktor sosial ekonomi seperti rendahnya pendapatan dan taraf pendidikan, besarnya jumlah keluarga dan rendahnya nilai agama di masyarakat yang bersangkutan Sandrerowitz dan Paxman ,1935 Ada beberapa faktor penyebab sehingga remaja melakukan hubungan seksual pranikah menurut Sarlito : 1. Meningkatnya libido seksualitas Perubahan - perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. 2. Penundaan Usia Perkawinan Penyaluran tidak dapat dilakukan karena adanya penundaan perkawinan baik secara hukum oleh karena adanya undang - undang perkawinan maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan pendidikan , pekerjaan , persiapan mental, dan lain- lain 3. Tabu - larangan Norma-norma agama tetap berlaku dimana seorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi. 10 Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository ©2006 6. Kurangnya Informasi tentang Seks. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi canggih video, casete, foto dan lain - lain menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa karena masalah seksual secara lengkap tidak diketahui dari orang tua. Orang tua sendiri karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih menabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual. Menurut Kartono 1998 kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan masalah yang berghubungan dengan seksualitas masih dianggap hal yang tabu untuk dibicarakan oleh para orangtua maupun guru - guru sekolah atau pengajian. Padahal orangtua merupakan sumber informasi penting tentang masalah seksual. 7. Pergaulan Makin Bebas Wimpie Pangkalihe 1999 menyatakan bahwa penyebab terjadinya perubahan pandangan dan prilaku seksual adalah disebabkan oleh : a. pengawasan dan perhatian orang tua dan keluarga yang semakin longgar akibat kesibukan b. Pola pergaulan yang semakin bebas dan lepas sementara orangtuanya mengizinkannya. c. Lingkungan d. Semakin banyaknya hal uang memberikan rangsangan seksual dan sangat mudah dijumpai. 11 Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository ©2006 e. Fasilitas yang sering kali diberikan oleh keluarga sendiri tanpa disadari. Melihat kenyataan , pendidikan seks secara intensif sejak dini hingga masa remaja tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mengingat sebagian besar penularan AIDS terjadi melalui hubungan seksual. Jika tidak, mereka yang kini remaja tidak bisa berbuat banyak saat memasuki usia produktif di abad 21 mendatang. Menurut survei WHO tentang pendidikan seks membuktikan, pendidikan seks bisa mengurangi atau mencegah prilaku hubungan seks sembarangan yang berarti mengurangi tertularnya penyakit-penyakit akibat akibat hubungan seks bebas. Dan pendidikan seks yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak azasi manusia . Juga nilai - nilai kultur dan agama diikutsertakan di dalamnya sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Dengan itu diharapkan angka perceraian yang berdampak kurang baik terhadap anak-anak akan dikurangi. Sekalipun untuk tujuan pendidikan seks anggapan tabu untuk membicarakannya masih menancap dalam pikiran masyarakat. Akibatnya anak-anak yang menuju masa remaja jarang mendapatkan bekal pengetahuan seks yang cukup dari orang tuanya padahal tidak jarang para remaja sendiri yang berinisiatif bertanya tapi sering disambut dengan kemarahan orang tua. Bahkan anak-anak yang kedua orang tuanya bekerja rata -rata kehilangan panutan dimana orang tua yang mestinya menjadikan tokoh panutan utama justru kurang berperan karena kesibukan mereka sendiri. 2.4.Konsep prilaku Secara umum dikatakan bahwa faktor genetik lingkungan merupakan penentu daripada prilaku makhluk hidup termasuk manusia. Hereditas atau faktor keturunan 12 Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository ©2006 merupakan konsepsi dasar untuk perkembangan perilaku makhluk itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan prilaku tersebut Notoatmodjo ,1993 . Menurut ensiklopedi Amerika yang dikutip oleh Notoatmodjo , perilaku diartikan sebagai suatu aksi rekasi organisme terhadap lingkungannya, Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yang disebut rangsangan dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dipengaruhi beberapa faktor yang. berasal dari dalam diri dan luar. Faktor internal mencakup pengetahuan , kecerdasan, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, keluarga , budaya dan lain-lain. 2.4.1 Bentuk perilaku Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau sesorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Respon tersebut ada 2 macam Notoadmodjo, 1993 1. Bentuk Pasif Yaitu respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Oleh karena itu prilaku mereka masih terselubung. 2. Bentuk Aktif 13 Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository ©2006 Yaitu apabila perilaku itu jelas dan diobservasi secara langsang. Oleh karena perilaku-perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata

2.4.1. Pengetahuan