Mekanisme Pencairan Pembiayaan Ijrah KJKS KOSPPI
46
dari obek sewa kemanfaatan, nominal dan jangka waktu yang akan digunakan.
Adapun kelebihan fee atau ujrah pada pembiayaan, besaran dalam pelunasannya tidak mutlak, hanya dipersamakan 20 pertahun dari pokok
pembiayaan, jadi besaran fee atau ujrah tergantung kesepakatan dengan nasabah, analisis KOSPPI kepada nasabah. Selain itu juga, system
pembiayaan yang diterapkan menggunakan akad ijarah dalam pencairan dana berupa uang bukan kemanfatan barang atau jasa.
Ijarah adalah bentuk produk akad pembiayaan yang ada di KOSPPI. Akad ijarah ini membiayai berbagai jasa layanan pembiayaan. Diantaranya
adalah: untuk biaya kesehatan, Layanan kesehatan digunakan untuk biaya
seperti; biaya rawat inap rumah sakit dan biaya dokter. Sedangkan untuk layanan pendidikan, digunakan untuk biaya sekolah
seperti; Biaya Masuk, biaya SPP, uang gedung, biaya seragam dan biaya lainnya yang dibutuhkan untuk keperlua pendidikan.
Pembiayan haji dan umrah, untuk biaya travel dalam hal akomodasi, transportasi, penginapan, dan biaya lainnya yang dibutuhkan.
Serta pembiayaan lainya dalam hal sewa manfaat yang di butuhkan nasabah.
Berikut ini adalah contoh pemberian akad pembiayaan untuk membiayai haji. Seorang nasabah pensiunan ingin menunaikan haji namun dana belum
mencukupi untuk pembayaran haji sebesar Rp 25.000.000,00.- Kemudian
47
mengajukan kepada KOSPPI untuk melakukan pembiayaan haji dengan mengisi form dan memenuhi persyaratan-persyaratan pembiayaan, pengajuan
pinjaman Rp 25.000.000,00.- pemasukan perbulan Rp 7.000.000,00.- jangka waktu pembiayaan dua tahun.
Pada saat Pra pemberian akad, KOSPPI melakukan analisis terdahulu terhadap calon nasabah dengan melihat ; berapa kebutuhan dana yang sangat
diperlukan oleh nasabah untuk membiayai haji, bagaimana dan berapa kemampuan nasabah untuk mengangsur terhadap jumlah dana yang diberikan
untuk membiayai haji, dengan tetap melihat pada prinsip penilaian calon nasabah. Ketika semua analisis tersebut terpenuhi maka KOSPPI bisa
menyetujui pembiayaan yang diajukan nasabah sesuai kebutuhan dengan memberikan akad ijarah karena untuk membiayai haji pembiayaan ijarah
yang lebih sesuai. Peraktiknya KOSPPI bermitra dengan pemberi jasa lalu membayarkan uang sewa tunai kepada mitra Kafilah Tratravel, kemudian
menyewakan kembali kepada nasabah di bebankan membayar Angsuran pokok AP, fee serta biaya lain-lain.
Berdasarkan contoh di atas, angsuran yang harus dikembalikan oleh nasabah untuk akad ijarah adalah pokok pembiayaan ditambah
dengan ujrahnya. Pembiayaan disetujui Rp.20.000.000.- dengan jangka 2 tahun dengan
penghasilan perbulan Rp.7.000.000,- apabila angsuran yang di bebankan. Rp.2.000.000BLN, Maka nasabah masih memiliki sisa
penghasilan Rp.5.500.000.
48
Ujrah=20 Thn X plafon 20 X 20.000.000 = 4.000.000thn Angsuran perbulan = plafon + ujrah = ujrah flapon : 24 BLN
Pada saat pencairan pembiayaan , nasabah dikenakan biaya administrasi 3,75 Rp 337.500, ditambah iuran bulanan 0,25
Rp22.500, ditambah iuran hibahsukarela Rp 10.0000 untuk dana social
Dengan kata lain, maka obyek sewa setiap bulannya akan berkurang sesuai kesepakatan semula karena setiap bulan harus mengangsur
pokoknya juga, di samping membayar ujrahnya. Sehingga pada saat jatuh tempo akhir angsuran objek sewa yang diberikan akan menjadi nol.
Perhitungan ujrahnya di awal akad diberikan atau pada saat pencairan obyek sewa dengan konsep cicilan angsuran flat rate. Akan tetapi, harus
mengembalikan obyek sewanya setiap bulan sedangkan perhitungan ujrahnya di awal akad.
Padahal Ibadah Haji tidak menghasilkan keuntungan materi berupa uang akan tetapi memberikan kebutuhan rohaniah. Selain itu juga yang
disediakan pihak KOSPPI untuk pembiayan pendidikan, kesehatan, dan lainnya adalah berupa uang karena KOSPPI tidak memiliki barang atau
jasa yang disewakan selain uang, kecuali pembiayan haji. adapun haji tersendiri KOSPPI sudah bermitra dengan pihak kafilah travel untuk
memberi pembiayan talangan biaya haji. Dalam ketentuan dari akad ijarah haruslah ada barang atau jasa yang
akan disewakan. Akan tetapi praktek pemberian akad Ijarah bukan dalam
49
bentuk barang atau jasa yang di sewakan tetapi uang, seharusnya koperasi melakukan sewa akomodasi yang di lakukan untuk rumah sakit,
pendidikan, renovasi rumah, dan lainnya kemudian menyewakan kembali kepada nasabah dengan pembayaran secara mengsuran.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09DSN-MUIIV2000.serta No.09DSN-MUIIV2000. Terdapat point syarat ijarah berupa barang
jasa yang disewakan haruslah dalam kepemilikan sendirihak mengelola. Dalam pelunasan ada nasabah membayar lebih cepat dari jangka
waktu pembiayaan dan menunggak. Menurut HJ. Imam Sumadi: Bagi nasabah yang mepercepat pelunasan tidak ada pemotongan,
pelunasan pembayaran tetap 100 dari awal perhitungan akad karna pada awal akad tidak ada, namun untuk hal ini ada
pertimbangan dan kebijakan yang di serahkan kepada pihak direksi KOSPPI dan pemegang saham.
Untuk nasabah yang mengalami keterlambatan tidak ada denda KOSPPI memberi kelonggaran untuk nasabah, namun peraturan
ini tidak di publis untuk mencegah adanya nasabah yang nakal. Kembali kepada penyaluran dana berupa uang maka hal ini akan
menimbulkan problematika atas pemberian akad ijarah tersebut dikarnakan pencairan berupa uang langsung, di antaranya sebagai berikut:
1. Uang Bukan Sebagai Barang Komoditi
Di dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung,
50
melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu barang menjadi barang yang lain.
Ibnu Tamiyah dalam kitabnya Majmu Fatwa Syaikhul Islam menyampaikan lima butir peringatan penting mengenai uang sebagai
komoditi, yakni : 1.
Perdagangan uang akan memicu inflasi; 2.
Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan mengurungkan niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang
dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai maupun karyawan
3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran
stabilitas nilai uang; 4.
Perdagangan internasional akan menurun; 5.
Logam berharga emas dan perak yang sebelumnya menjadi nilai intrinstik mata uang akan mengalir keluar negeri.
Dalam sistem ekonomi konvensional dikenal adanya 3 fungsi uang, yaitu:
1. Medium of Exchange
2. Unit of Account
3. Store of Value
Sedangkan dalam ekonomi Islam, hanya dikenal adanya 2 fungsi: 1.
Medium of Exchange for transaction 2.
Unit of Account dalam Islam.
51
Fungsi pertama ini jelas bahwa uang hanya berfungsi sebagai medium of exchange. Uang menjadi media untuk merubah barang dari bentuk yang
satu ke bentuk yang lain, sehingga uang tidak bisa dijadikan komoditi. Fungsi kedua dari uang dalam Islam adalah sebagai unit of account.
Imam Ghazali mengatakan bahwa dalam ekonomi barter sekalipun uang tetap diperlukan. Seandainya uang tersebut tidak diterima sebagai medium of
exchange, uang tetap diperlukan sebagai unit of account, misalnya untuk mengetahui apakah 3 buah topi sama dengan 1 durian?.
Fungsi ketiga dari uang sebagai store of value. Ketika teori konvensional memasukkan satu dari fungsi uang adalah sebagai store of
value demand termasuk juga adanya motif demand for speculation. Hal ini tidak diperbolehkan dalam Islam. Islam memperbolehkan uang
untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga, namun menolak uang untuk spekulasi. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam Islam, uang hanya
diakui sebagai intermediary form, hanya diakui sebagai medium of exchange dan unit of account, tidak lebih dari ini.
Uang hanya sekedar sebagai medium dari barang yang satu, berubah menjadi barang yang lain, tidak perlu adanya double coincidence needs. Jadi
dalam konsep Islam, uang tidak masuk dalam fungsi utility kita. karena sebenarnya manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu sendiri, tetapi
dari fungsi uang. Dalam Hadits-hadits Rasulullah SAW, bisa kita lihat peran uang sangat
sentral sekali dalam teori ekonomi Islam. Salah satu contoh ketika pada
52
suatu hari sahabat Bilal bin Rabah ingin menukar 2 sak kurma yang buruk dengan 1 sak kurma yang baik, maka Rasulullah mengatakan,
“Tidak boleh, jual dulu kurma yang buruk, lalu barulah beli kurma yang baik dengan hasil
penjualan tersebut”. Menurut Rasulullah, tiap kurma mempunyai harga masing-masing.
Oleh karena itu sangatlah naif sekali apabila dikatakan bahwa dalam teori ekonomi Islam tidak mengenal konsep uang. Islam juga tidak
mengenal konsep time value of money, karna kuantitas waktu sama bagi setiap manusia yang membedakannya faktor pemanfaatan waktu.
4