Interferensi Cahaya Pada Selaput Tipis

2 1 2 π ϕ + = m 2.20 dengan m = 0, 1, 2,…… jika persamaan 2.20 dimasukkan ke dalam persamaan 2.15 maka diperoleh nilai r ∆ sebagai berikut: 2 1 2 λ + = ∆ m r 2.21 Jika selisih lintasan ∆r dan panjang gelombang cahaya λ, maka persamaan 2.19 dan 2.21 menjadi: λ ∆ m r = terjadi interferensi terang 2.22 λ ∆ 2 1 + = m r terjadi interferensi gelap 2.23 Gejala-gejala interferensi dapat ditunjukkan dengan percobaan fresnel, percobaan young, gejala interferensi cahaya pada selaput tipis, gejala cincin newton dan sebagainya.

2.5. Interferensi Cahaya Pada Selaput Tipis

Bila cahaya yang dipantulkan dari gelembung-gelembung sabun atau dari lapisan tipis minyak yang mengambang diatas air, peristiwa ini dihasilkan oleh efek interferensi antara dua rentetan gelombang cahaya yang dipantulkan pada permukaan yang berlawanan dari selaput tipis larutan sabun atau minyak Sears dan Zemansky, 1972. Secara skematis interferensi pada selaput tipis dapat ditunjukkan pada Gambar 2.11 Sinar monokhromatik O dari media dengan indeks bias 1 n menembus selapis tipis zat bening yang plan-pararel dengan tebal = d, dengan indeks bias . 2 n Sinar yang datang dari A sebagian dipantulkan menuju titik E dan sebagian lagi dibiaskan menuju titik B, pada titik B sinar sebagian dibiaskan dan sebagian lagi dipantulkan oleh media dengan indeks bias 3 n menuju titik C, pada titik C sinar sebagian dipantulkan dan sebagian dibiaskan menuju titik F. Karena sinar yang berinteferensi ini ada yang merambat di udara dan ada yang melalui zat bening, sedang panjang gelombang sinar di udara dan zat bening berlainan, maka hasil interferensinya pada titik G tidak hanya ditentukan selisih jarak yang ditempuh r ∆ d 1 θ 2 θ 3 θ 3 θ O A B C D E F G H 1 n 2 n Gambar 2.11 Interferensi oleh pemantulan pada selaput tipis 3 n PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI seperti halnya jika sinar-sinar yang berinterferensi hanya melintasi udara saja, tetapi dalam hal ini ditentukan oleh apa yang disebut selisih lintasan optik yang ditempuh. Lintasan optis pada Gambar 2.11 adalah 1 2 1 2 1 1 n FG CF n BC AB n OA r n EG AE OA r + + + + = + + = 2.24 Beda lintasan optik r ∆ antara r 1 dan r 2 adalah 1 2 r r r − = ∆ , 2.25 jika persamaan 2.24 kedalam persamaan 2.25, maka beda lintasan optik adalah { } { } 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 n BC AB n AE CF n BC AB n EG AE FG CF n EG AE n FG CF n BC AB n EG AE OA n FG CF n BC AB n OA r + + − = + + − − + = + − + + + = + + − + + + + = ∆ 2.26 karena DE CF = , maka CF −AE= −AD sehingga 2 1 n BC AB n AD r + + − = ∆ 3 3 cos 2 2 cos θ θ d AB BC AB maka d AB mengingat = = + = 2.27 Sehingga 2 3 1 cos 2 n d n AD r θ + − = ∆ Nilai AD dapat dihitung dengan meninjau ∆ACD, yaitu 3 2 θ tg d AC = sehingga 1 1 3 1 sin 2 sin n tg d AC AD θ θ θ − = − = 2.28 Dari hukum pemantulan , sin sin 3 2 1 1 θ θ n n = maka persamaan 2.28 dapat dituliskan menjadi 2 3 3 sin 2 n tg d AD θ θ − = 2.29 Dari persamaan 2.26, 2.27 dan 2.29, diperoleh beda lintasan optis. Jika 2 3 1 , n n n , maka beda lintasan optisnya adalah: λ θ θ ∆ λ θ θ ∆ λ θ θ θ θ ∆ λ θ θ θ ∆ 2 1 sin 1 cos 2 2 1 1 sin cos 2 2 1 cos 2 sin cos sin 2 2 1 cos 2 sin 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 + − = + + − = + + − = + + − = n d r n d r n d n d r n d n tg d r 2.30 Dengan menggunakan identitas trigonometri θ θ 2 2 sin 1 cos − = , maka persamaan 2.30 menjadi λ θ ∆ λ θ θ ∆ 2 1 cos 2 2 1 cos cos 2 3 2 3 2 3 2 + = + = n d r n d r Cahaya jatuh normal 1 cos = θ , maka terjadi interferensi terang maksimum λ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = 2 1 2 2 m d n dan interferensi gelap minimum λ m d n = 2 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.6. Cincin Newton

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Besi (Fe) Dan Ammonia (NH3) Pada Air Reservoir Di PDAM IPA Tirtanadi Limau Manis Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

3 74 38

Analisis Kandungan Ion Besi (Fe3+) Dan Ion Tembaga (Cu2+), Total Padatan Terlarut (TDS) Dan Total Padatan Tersuspensi (TSS) Di Dalam Air Sumur Bor Di Sekitar Kawasan Industri Medan

0 38 64

Analisis Kadar Unsur Besi (Fe), Nikel (Ni) Dan Magnesium (Mg) Pada Air Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

6 87 62

Penentuan Kadar Logam Cadmium(Cd), Tembaga (Cu), Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni), dan Zinkum (Zn) dari beberapa Jenis Kerang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA)

5 52 92

Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) Dalam Tepung Gandum Dengan Cara Destruksi Basah Dan Kering Dengan Spektrofotometri Serapan Atom Sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3751-2006

10 108 45

Pengaruh Interferensi Logam Magnesium, Besi, Krom Terhadap Pengamatan Kadar Logam Timbal Pada Panjang Gelombang 383,306nm Dengan Menggunakan ICPS (Inductively Coupled Plasma Spectrometer) - Ubaya Repository

0 0 1

Pengaruh Interferensi Logam Besi Dan Mangan Terhadap Logam Merkuri Pada Panjang Gelombang 194,227nm Dan 253,652nm Yang Di Analisis Dengan Inductively Coupled Plasma Spectrometer - Ubaya Repository

0 0 1

Pengaruh Interferensi Logam Aluminium Dan Besi Terhadap Logam Kadmium Pada Panjang Gelombang 226,502nm Dan 228,802nm Yang Diamati Dengan Inductively Coupled Plasma Spectrometer - Ubaya Repository

0 0 1

Pengaruh Interferensi Logam Besi Dan Aluminium Terhadap Logam Kalsium Pada Panjang Gelombang 396,847nm Dan 422,673nm Yang Dianalisis Dengan Inductively Coupled Plasma Spectrometer - Ubaya Repository

0 0 1

Penentuan keofisien muai panjang logam besi dengan metode interferensi cincin newton - USD Repository

0 5 70