Kajian Pustaka Pengembangan tes hasil belajar matematika materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk siswa kelas III Sekolah Dasar

9 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, peneliti membahas empat hal yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini akan membahas mengenai teori-teori yang mendukung penelitian yaitu tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, matematika, materi, taksonomi tes hasil belajar, dan TAP Test Analysis Program . 1. Tes Hasil Belajar a. Pengertian Tes Arikunto 2005: 53 mengemukakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan tergantung petunjuk-pentujuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab lisan dan sebagainya. Menurut Jihad Haris 2012: 67 tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang telah disampaikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 Menurut Hamzah dan Satria dalam Inteni, Candiasa, Suarni, 2013 tes merupakan seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang menjadi dasar bagi penetapan skor angka. Skor yang didasarkan pada sampel yang representatif dari tingkah laku pengikut tes merupakan indikator tentang seberapa jauh orang yang dites itu memiliki karakteristik yang sedang diukur. Menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat ukur berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden sesuai dengan petunjuk yang diberikan untuk mendapatkan suatu jawaban. b. Definisi Tes Hasil Belajar Menurut Purwanto 2009: 66 tes hasil belajar bertujuan mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa mendapatkan materi yang telah diajarkan dan pengujian tes bertujuan untuk mengetahui atau mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan. Menurut Sudijono 2011: 99 tes hasil belajar merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Rakhmat Suherdi 2001: 56 mengemukakan bahwa tes hasil belajar adalah alat atau proses sistematik untuk mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Jihad Haris 2012: 15 tes hasil belajar merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 tindak lanjut atau cara untuk mengukur penguasaan siswa melalui penilaian. Menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar merupakan tes yang diberikan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. c. Bentuk Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes hasil belajar bentuk subyektif dan tes hasil belajar bentuk obyektif. 1. Tes Hasil Belajar Subyektif Tes Esai atau tes subyektif menurut Sudijono 2011: 100 adalah salah satu jenis tes hasil yang memiliki tiga karakteristik. Pertama, tes tersebut memiliki pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban. Kedua, bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah menuntut responden untuk memberikan penjelasan, komentar dan sebagainya. Ketiga, jumlah butir soal umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir soal. Arikunto 2005: 162 berpendapat bahwa tes subyektif atau tes esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Soal esai biasanya berjumlah lima sampai dengan 10 soal yang dikerjakan dalam waktu kira-kira 90 sampai dengan 120 menit. Menurut Uno Koni 2012: 116 tes subjektif bertujuan untuk melihat kemampuan yang dimiliki subjek dalam bentuk tertulis yang menuntut siswa untuk menyajikan jawaban berbentuk uraian. Tes esai 12 diklasifikasikan menjadi empat bentuk, yaitu uraian bebas, uraian terstruktur, jawaban singkat dan melengkapi isian. Berdasarkan tiga pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes subyektif atau tes esai merupakan sebuah tes yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang menyajikan jawaban berupa uraian yang bertujuan untuk melihat kemampuan siswa. Soal dalam tes ini biasanya berjumlah lima sampai dengan sepuluh soal. 2. Tes Hasil Belajar Obyektif Sudijono 2011: 107 mengatakan tes obyektif adalah tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan memilih salah satu atau lebih diantara kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item, atau dengan mengisi jawaban berupa kata-kata pada butir item yang bersangkutan. Arikunto 2005: 164 mengatakan bahwa tes obyektif tes yang dalam pemeriksaannya dilakukan secara objektif. Dalam tes objektif soal yang diberikan berkisar 20-40 buah soal. Menurut Hasan Zainul 1991: 49 tes obyektif adalah butir soal yang mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih. Pilihan jawaban telah dibatasi pada apa yang disediakan oleh pengkonstruksi soal. Keterbatasan pilihan jawaban menyebabkan hanya ada satu jawaban benar dari kemungkinan jawaban yang disediakan. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat didefinisikan bahwa tes obyektif adalah salah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 satu tipe tes yang terdiri dari butir soal yang dijawab dengan memilih salah satu jawaban dimana jawaban diperiksa secara objektif. d. Macam-Macam Tes Hasil Belajar 1. Tes Obyektif Macam-macam tipe tes obyektif menurut Sudijono 2011: 107 a Tes benar-salah true-false Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk di mana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil berlajar berupa pernyataan statement , pernyataan tes tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Pengerjaan soal dalam bentuk true-false mencoret huruf B jika pernyataan tersebut benar atau mencoret huruf S jika pernyataan tersebut salah. b Tes menjodohkan matching Tes matching atau yang sering dikenal dengan menjodohkan atau tes mencari pasangan merupakan sebuah tes yang terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Pengerjaan soal dalam bentuk mathcing adalah dengan mencari dan menempatkan jawaban- jawaban yang tesedia, sehingga jawaban cocok dengan pertanyaan. c Tes isian fill in Tes bentuk isian biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita atau karangan beberapa diantaranya 14 dikosongkan. Pengerjaan soal dalam bentuk ini adalah dengan mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan. d Tes menglengkapi completion Tes bentuk completion ini terdiri dari susunan kalimat yang bagiannya sudah dihilangkan. Bagian yang dihilangkan diganti dengan titik-titik. Cara mengerjakan tes ini adalah dengan mengisi titik-titik tersebut. e Tes pilihan ganda multiple choice Tes bentuk multiple choice atau tes bentuk pilihan ganda, yaitu tes yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifanya belum selesai. Untuk menyelesaikannya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan. 2. Tes Subyektif Tes subjektif atau yang dikenal dengan tes uraian atau esai. Menurut Uno Koni 2012: 117 tes esai masih diklasifikasian lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu: a Bentuk uraian bebas Bentuk uraian bebas memberikan kebebasan kepada siswa untuk memberikan opini serta alasan yang diperlukan. b Bentuk uraian terstruktur atau terbatas Bentuk uraian terstruktur atau terbatas meminta siswa untuk memberikan jawaban terhadap soal dangan persyaratan tertentu. 15 c Bentuk jawaban singkat Tes ini bisa dijawab dengan kata, frase, bilangan atau simbol. Tes ini menggunakan pertanyaan langsung. Siswa diminta untuk memberikan jawaban secara singkat, tepat dan jelas. d Melengkapi isian Melengkapi hampir sama dengan menjawab singkat, yaitu tipe item tes bisa dijawab dengan kata, frase, bilangan atau simbol. Bedanya, melengkapi merupakan pertanyaan yang tidak lengkap dan siswa diminta untuk melengkapi pertanyaan tersebut. e. Tes Pilihan Ganda Multiple Choice Menurut Kusaeri Suprananto 2012: 107 soal pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Pilihan jawaban terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Uno Koni 2012: 113 mengemukakan tes pilihan ganda merupakan tes yang memuat serangkaian informasi yang belum lengkap dan untuk melengkapinya dengan memilih berbagai alternatif pilihan yang sudah disediakan. Suwarto 2013: 37 mengatakan tes pilihan ganda merupakan suatu butir soal yang terdiri dari suatu statement yang belum lengkap. Untuk melengkapi statement tersebut disediakan beberapa statement sambungan. Diantaranya merupakan sambungan yang benar, sedangkan yang lain merupakan sambungan yang tidak benar. Sedangkan menurut Jihad PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 Haris 2012:81 tes pilihan ganda adalah suatu tes yang menyediakan 3-5 jawaban tetapi hanya satu yang paling benar. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda merupakan suatu tes yang mengharuskan memilih satu jawaban dari beberapa pilihan jawaban yang ada. f. Kaidah Pembuatan Soal Tes Pilihan Ganda Jihad Haris 2012: 82 mengemukakan pedoman pembuatan soal tes pilihan ganda sebagai berikut: 1 Deskripsi masalah mudah dipahami, tidak merupakan jebakan, dan mengungkapkan permasalahan yang layak dikemukakan sebagai soal; 2 Bila bentuknya melengkapi, maka antara stem dan pilihan harus merupakan suatu bentuk kalimat yang lengkap dan benar; 3 Menggunakan kalimat positif dan bila menggunakan bentuk kalimat ingkar maka sebaiknya ditulis dengan huruf besar TIDAK, BUKAN, KECUALI; 4 Hindari penggunaan kata-kata tidak tentu, seperti: kebanyakan, seringkali, dan kadang-kadang; 5 Setiap soal sebaiknya berdiri sendiri; 6 Setiap stem hanya mengandung satu permasalahan; 7 Dalam menyusun pilihan hendaknya homogen; 8 Kunci jawaban hendaknya letaknya berubah-ubah dan pengecoh harus benar-benar mengganggu; 9 Pilihan sebaiknya disusun berdasarkan aturan kronologi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 10 Jika menggunakan “semua salah” atau “semua benar” hendaknya sederajat; 11 Hindari kata-kata yang sama pada pilihan. Sedangkan menurut Arikunto 2005: 170 pedoman pembuatan soal tes pilihan ganda adalah sebagai berikut: 1 Instruksi pengerjaan harus jelas; 2 Dalam pilihan ganda hanya ada “satu” jawaban yang benar; 3 Kalimat pokok mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih; 4 Kalimat pada butir soal hendaknya sesingkat mungkin; 5 Menghindari kalimat negatif; 6 Setiap butir soal tidak tergantung pada butir-butir soal lain; 7 Bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar gunakan kata “pilihlah satu jawaban paling baik”; 8 Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat; 9 Butir soal jangan terlalu sukar; 10 Mengandung satu ide; 11 Pilihan-pilihan disusun secara berurut; 12 Jawaban harus sesuai dengan tata bahasa dengan kalimat pokok; 13 Alternatif yang disajikan seragam panjangnya; 14 Alternatif yang disajikan homogen; 15 Jumlah alternatif pilihan empat; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 16 Hindari pengulangan kata; 17 Hindari menggunakan sususan kalimat dalam buku pelajaran; 18 Alternatif hendaknya jangan inklusif; 19 Jangan menggunakan kata-kata selalu, kadang-kadang, pada umumnya. Dari dua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pedoman pembuatan soal tes pilihan ganda yaitu : 1 instruksi harus jelas dan mudah dipahami, 2 menggunakan kalimat positif, 3 hindari penggunaan kata-kata tidak tentu sering kali, kadang-kadang dan selalu, 4 hindari pengulangan kata, 5setiap butir soal sebaiknya berdiri sendiri artinya tidak bergantung dengan soal yang lain, 6 setiap soal mengandung satu ide pokok 7 kalimat dalam soal dibuat sesingkat mungkin, 8 pilihan jawaban hendaknya disajikan homogen, 9 pilihan jawaban disajikan beruntut dan 10 kunci jawaban letaknya berubah-ubah. g. Kelebihan Tes Pilihan Ganda Kelebihan tes plihan ganda menurut Jihad Haris 2012: 83, yaitu: 1 Hasil belajar yang sederhana sampai yang kompleks dapat di ukur; 2 Terstruktur dan petunjuknya jelas; 3 Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik; 4 Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban; 5 Penilaian mudah, objektif, dan dapat dipercaya. 19 Kelebihan tes pilihan ganda menurut Widoyoko 2014: 109, yaitu: 1 Dapat digunakan untuk mengukur segala level pengetahuan, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. 2 Perangkat tes dapat mencakup hampir seluruh mata pelajaran. 3 Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif. 4 Menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus. 5 Jumlah pilihan yang disediakan melebihi dua. 6 Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik. 7 Tingkat kesulitan soal dapat diatur, dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban. 8 Informasi yang diberikan kaya. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan kelebihan tes pilihan ganda yaitu: 1 dapat mengukur segala level pengetahuan mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang kompleks, 2 tingkat kesulitan soal dapat diukur, 3 informasi yang diberikan kaya, 4 tidak memungkinkan peserta tes menerka jawaban, 5 menuntut peserta tes untuk membedakan berbagai tingkat kebenaran dan 6 penilaian mudah dan objektif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 h. Kekurangan Tes Pilihan Ganda Kekurangan tes plihan ganda menurut Jihad Haris 2012: 83 1 Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama; 2 Sulit menemukan pengacau; 3 Kurang efektif mengukur pemecahan masalah; 4 Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca yang baik. Kekurangan tes pilihan ganda menurut Widoyoko 2014: 109, yaitu: 1 Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. 2 Hanya mengukur aspek ingatan atau aspek paling rendah dalam ranah kognitif. 3 Berpengaruh pada kebiasaan peserta didik terhadap tes bentuk pilihan ganda terhadap hasil tes peserta. Berdasarkan keterbatasan di atas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda memiliki beberapa kekurangan, diantaranya: 1 dalam penyusunannya membutuhkan waktu yang cukup lama, 2 sulit untuk menentukan pengecoh soal, 3 tidak efektif dalam mengukur pemecahan masalah dan 4 kemampuan baca peserta tes yang baik dapat mempengaruhi nilai dan kurang efek. 21 2. Konstruksi Tes Hasil Belajar a. Validitas Arikunto 2005: 58 mengemukakan sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan senyatanya. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendaknya diukur. Menurut Jihad Haris 2012: 95 validitas berarti menilai apa yang harus dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompeten. Menurut Sugiyono 2015:173 instrumen valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan menurut Subali 2012: 107 alat ukur yang dinyatakan valid, jika alat ukur tersebut benar-benar mampu memberikan infromasi yang empirik sesuai apa yang diukur. Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah ketepatan suatu tes. Tes yang dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Widoyoko 2014:172 validasi intrumen dibagi menjadi lima, yaitu: 1 Validitas Isi Instrumen yang harus mempunyai validasi isi adalah intrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar. Sebuah tes yang dikatakan mempunyai validasi isi apabila dapat mengukur 22 kompetensi yang dikembangkan beserta indikator dan materi pembelajarannya. 2 Validitas Konstruk Validasi konstruk mengacu pada sejauh mana suatu intrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan intrumen. Definisi atau konsep yang diukur berasal dari teori yang digunakan. 3 Validitas Butir Validitas butir bertujuan untuk mengetahui validitas faktor maupun validitas butir item setelah dilakukan uji coba dilapangan. Sampel uji coba minimal 30 orang. 4 Validitas Kesejajaran Sebuah intrumen dikatakan memiliki validitas kesejajaran apabila hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada, dalam arti memiliki kesejajaran dengan kriteria yang sudah ada. Untuk pengujian validitas, intrumen yang akan diuji validitas kesejajarannya harus diambil dari kelompok subjek yang sama dengan instrument yang telah diuji validitasnya. 5 Validitas Prediksi Sebuah instrumen memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Validitas prediksi biasanya digunakan untuk menguji validitas intrumen bentuk tes. Validitas prediksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 diperoleh apabila pengambilan skor kriteria tidak bersamaan dengan pengambilan skor tes. b. Reliabilitas Menurut Sudjana 1995: 16 reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tes dalam menilai apa yang seharusnya dinilai. Artinya kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Sugiyono 2015: 175 mengatakan bahwa instrumen yang reliabel adalah intrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Menurut Subali 2012: 107 intrumen yang reliabel artinya jika dipakai mengukur secara berulang-ulang selalu tetapkonsistenstabil hasilnya. Arikunto 2005: 58 mengatakan tes dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap apabila dites berkali- kali dan hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Menurut Widoyoko 2009: 99 tes dikatakan reliabel apabila memberikan hasil yang tetap atau ajeg apabila dites berkali-kali. Dari definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah konsistensi alat ukur tes yang apabila dites berkali-kali memberikan hasil yang sama. Menurut Arikunto 2005: 90 ada 3 cara mencari besar reliabilitas: 1 Metode Bentuk Paralel equivalent Tes paralel atau ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan sususan tetapi butir-butir soalnya berbeda. Metode ini menyiapkan dua buah tes yang diujikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 kepada sekelompok siswa yang sama. Dari tes tersebut akan dicari reliabilitasnya kemudian hasilnya dikorelasikan. 2 Metode Tes Ulang test-retest method Metode ini hanya menggunakan satu seri tes tetap diujicobakan dua kali. Kemudian hasil dari tes yang diuji cobakan dua kali tersebut dihitung kolerasinya. 3 Metode Belah Dua split-half method Metode ini hanya ada satu tes yang diuji cobakan satu kali. Metode ini membelah item atau butir soal. Ada dua cara membelah butir soal yaitu: a Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap. b Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu sebagian untuk awal dan sebagian untuk akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir. c. Karakteristik Butir Soal 1 Daya Pembeda Sudijono 2011: 385 menyatakan daya pembeda item adalah kemampuan butir item tes untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan peserta yang berkemampuan rendah. Menurut Arikunto 2005: 211 daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 dengan siswa berkemampuan rendah. Sedangkan Menurut Ratnawulan Rusdiana 2015: 167 daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidakkurangbelum menguasai materi yang ditanyakan. Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah. 2 Tingkat Kesukaran Ratnawulan Rusdiana 2015: 163 menyatakan tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks besarnya berkisar 0,00-1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh, maka soal tersebut semakin mudah. Arikunto 2005: 207 mengemukakan soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Sedangkan menurut Sudijono 2011: 370 bermutu atau tidaknya butir item tes hasil belajar diketahui dari tingkat kesukaran soal tersebut. Butir item yang baik adalah butir item yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Menurut Witherington dalam Sudijono 2011: 370 indeks kesukaran item soal berkisar 0,00 – 1,00. Menurut Sudjana 1995: 135 tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab soal tersebut. Penentuan proporsi tingkat kesukaran dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Perbandingan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 antara soal mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3 yang artinya 30 kategori mudah, 40 kategori sedang dan 30 kategori sukar atau 3- 5-2 yang artinya 30 kategori mudah, 50 kategori sedang dan 20 kategori sukar. Sedangkan menurut Widoyoko 2014: 165 tingkat kesukaran soal yang baik dalam suatu tes adalah 25 kategori mudah, 50 kategori sedang dan 25 kategori sukar. Menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran adalah peluang siswa untuk menjawab benar atau salah berdasarkan kemampuan siswa. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Pembagian soal untuk kategori mudah-sedang dan sukar dapat menggunakan tiga perbandingan, yaitu 1 30 mudah , 40 sedang, 30 sukar, 2 30 mudah, 50 sedang 20 sukar dan 3 25 mudah, 50 sedang, 25 sukar. 3 Analisis Pengecoh Menurut Arikunto 2005: 220 pengecoh distraktor yang dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Purwanto 2009: 108 mengemukakan pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh diadakan untuk menyesatkan siswa agar tidak memilih kunci jawaban. Sedangkan menurut Sudijono 2011: 410 pemasangan distraktor agar dari sekian banyak peserta tes yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik dan terangsang untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih merupakan jawaban betul. Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban yang merupakan jawaban salah yang mempunyai daya tarik besar bagi pengikut tes yang kurang memahami konsep. 3. Pengembangan Tes Hasil Belajar Menurut Mardapi dalam Widoyoko 2009: 88 ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil. Sembilan langkah tersebut adalah: 1 Menyusun Spesifikasi Tes Spesifikasi tes berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi tes mencakup : a menentukan tujuan tes, b menyusun kisi-kisi tes, c memilih bentuk tes dan d menentukan panjang tes. 2 Menulis Soal Tes Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Kualitas tes secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebaikan dari masing-masing butir soal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 3 Menelaah Soal Tes Menelaah soal tes bertujuan untuk memperbaiki soal jika dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan dan kesalahan. 4 Melakukan Uji Coba Tes Uji coba tes dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal. Uji coba digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba dapat memperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektivitas daya pengecoh daya beda. 5 Menganalisis Butir Soal Tes Berdasarkan hasil uji coba perlu dilakukan analisis butir soal yang telah disusun. Analisis butir soal ini bertujuan untuk mengetahui: tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda, dan juga efektivitas mengecoh. 6 Memperbaiki Tes Melakukan perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini biasanya dilakukan untuk memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. 7 Merakit Tes Langkah berikutnya adalah merakit butir-butir soal menjadi satu kesatuan tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, lay out dan sebagainya harus diperhatikan. 29 8 Melaksanakan Tes Tes yang telah disusun diberikan kepada peserta tes untuk diselesaikan. Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan pengawasan agar tes tersebut benar- benar dikerjakan oleh peserta dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan. 9 Menafsirkan Hasil Tes Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah atau tinggi. 4. Matematika Matematika merupakan salah satu pelajaran inti. James dan James dalam Ruseffendi, 1993: 27 mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, sususan, besaran dan konsep-konsep yang saling menghubungkan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Reys dkk. dalam Ruseffendi, 1993: 28 mengemukakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan alat ukur. Sedangkan menurut Johnson dan Rising dalam Ruseffendi, 1993: 28 matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat- sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 yang didefinisikan atau tidak didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan yang terorganisasikan sifat-sifat atau teori- teorinya. 5. Materi Hubungan Antar Satuan Waktu, Antar Satuan Panjang dan Antar Satuan Berat Materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat merupakan materi Matematika Kelas III SD. Berikut adalah pembahasan mengenai materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat Suharyanto Jacob, 2009. 1 Satuan Waktu Waktu yang lama dihitung dengan hari, bulan, atau tahun. Kalender atau penanggalan berguna untuk mengetahui lamanya waktu. Dalam satu tahun terdapat 12 bulan, yaitu: 1. Bulan ke-1 : Januari 31 hari 2. Bulan ke-2 : Februari 2829 hari 3. Bulan ke-3 : Maret 31 hari 4. Bulan ke-4 : April 30 hari 5. Bulan ke-5 : Mei 31 hari 6. Bulan ke-6 : Juni 30 hari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 7. Bulan ke-7 : Juli 31 hari 8. Bulan ke-8 : Agustus 31 hari 9. Bulan ke-9 : September 30 hari 10. Bulan ke-10 : Oktober 31 hari 11. Bulan ke-11 : November 30 hari 12. Bulan ke-12 : Desember31hari Dalam satu minggu terdapat 7 hari, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu Waktu yang lama dihitung dengan hari, bulan, atau tahun sedangkan waktu yang singkat diukur menggunakan detik, menit, atau jam. Jam dinding menggunakan jarum sebagai penunjuk waktu. Jarum pendek menunjukkan jam dan jarum panjang menunjukkan menit. Adapun jarum panjang kecil menunjukkan detik. Jarum pendek akan bergeser satu angka setiap satu jam. Setiap satu jam jarum panjang bergerak satu putaran. Jarum kecil bergerak satu detik tiap ketukan dan satu menit tiap satu putaran. Waktu yang dibutuhkan jarum panjang untuk bergeser dari satu angka ke angka berikutnya adalah 5 menit. 1 tahun = 12 bulan 1 bulan = 30 hari 1 minggu = 7 hari 1 bulan = 4 minggu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 Jadi, jika jarum panjang bergerak dari angka 12 sampai: Angka 1, berarti lama waktunya 1 × 5 menit = 5 menit. Angka 2, berarti lama waktunya 2 × 5 menit = 10 menit. Angka 5, berarti lama waktunya 5 × 5 menit = 25 menit. Dalam satu putaran, jarum panjang membutuhkan waktu 12 × 5 menit = 60 menit. 2 Satuan Panjang Benda di sekitar kita panjangnya berbeda-beda. Ada yang sangat panjang, tetapi ada juga yang pendek. Untuk menentukan alat ukur dan satuannya juga berbeda-beda. Benda yang pendek diukur dengan penggaris dan satuannya milimeter. Adapun benda yang lebih panjang diukur dengan meteran dan satuannya meter atau bahkan kilometer. 1hari = 24 jam 1 jam = 60 menit 1 menit = 60detik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 Berikut adalah tangga satuan panjang: Gambar 2. 1 Tangga Satuan Panjang sumber gambar: Suharyanto Jacob, 2009: 77 Tangga satuan di atas menunjukkan bahwa tiap tangga mempunyai nilai 10. Jika turun satu tangga dikali 10. Jika naik satu tangga dibagi 10. 1 km = 10 hm = 10 × 10 dam = 100 dam = 100 × 10 m = 1.000 m 1 m = 10 dm = 10 × 10 cm = 100 cm 34 3 Satuan Berat Berikut adalah tangga satuan berat: Gambar 2. 2 Tangga Satuan Berat sumber gambar: Suharyanto Jacob, 2009: 78 Hubungan antara satuan berat adalah: 1 kg = 10 hg = 10 ons = 10 × 10 dag = 100 dag = 100 × 10 gr = 1.000 gr 1 gr = 10 dg = 10 × 10 cg = 100 cg = 100 × 10 = 1.000 mg Satuan lain yang digunakan adalah ons. 1 ons = 100 gr. 1 kg = 10 ons. 1 kuintal = 100 kg. 1 ton = 1.000 kg. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 6. Taksonomi Tes Hasil Belajar Aderson Khartwohl 2010: 99 mengemukakan proses kognitif yang merupakan revisi dari taksonomi Bloom, yakni mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. a. Mengingat Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Contoh kata kerja operasional meningat adalah: mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambar, membilang, mengidentifikasi, mendaftar, menunjukkan, memberi label, memberikan indeks, memasang, menamai, menandai, membaca, menyadari dll. b. Memahami Siswa dikatakan memahami apabila dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan, ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku ataupun layar komputer. Contoh kata kerja operasional memahami adalah: memperkirakan, menjelaskan, mengkategorikan, mencirikan, merinci, mengasosiasikan, membandingkan, menghitung, mengkontraskan, mengubah, mempertahankan dan menguraikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 c. Mengaplikasikan Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu untuk mengerjakan soal latihan ataupun menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi dan mengimplementasikan. Contoh kata kerja operasional mengaplikasikan adalah: menugaskan, mengurutkan, menentukan, menerapkan, menyesuaikan, mengkalkulasi, menilai, melatih, menggali, menyelidiki, mengemukakan, mengeporasikan, meramalkan, memproses, mengaitkan dan menyusun. d. Menganalisis Menganalisis melibatkan proses memecah-mecahkan masalah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis meliputi proses kognitif membedakan, mengorganisasi dan mengatribusikan. Contoh kata kerja operasional menganalisis adalah: menganalisis, memecahkan, menegaskan, mendeteksi, menyelidiki, merinci, mendiagramkan, mengkorelasikan, mengembangkan, menyimpulkan, menemukan, mengaitkan, mengedit, memilih, mengukur dan mentransfer. e. Mengevaluasi Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria yang sering digunakan adalah kualitas, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa dan mengkritik. Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu proses atau produk. Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik siwa mencatat ciri-ciri positif dan negative dari suatu produk dan membuat keputusan. Contoh kata kerja operasional mengevaluasi adalah: membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, menimbang, mengkombinasikan, memprediksi, memperjelas, menugaskan, menafsirkan, mengukur, merangkum, menggabungkan, memilih dan memproyeksikan. f. Mencipta Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Mencipta bertujuan untuk meminta siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Proses mencipta dapat dibagi menjadi tiga tahap: penggambaran masalah, perencanaan solusi, dan eksekusi solusi. Mencipta umumnya sejalan dengan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya. Kategori mencipta menekankan orisionalitas kekashan. Contoh kata kerja operasional mencipta adalah: mengatur, menganimasi, mengumpulkan, mengkombinasikan, menyimpulkan, menyusun, mengarang, mengoreksi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 memperjelas, menyiapkan, memadukan, merangkum dan mengkategorikan. 7. TAP Test Analysis Program TAP Test Analysis Program merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk menganalisis data. Menurut Lewis dalam Wirastri, 2014: 43 program TAP dapat digunakan untuk: a. Total nilai yang didapat siswa Total nilai yang didapatkan siswa untuk mengetahui rata-rata mean, maksimum nilai yang didapatkan, minimum nilai yang didapatkan, serta standar deviasi . b. Tingkat kesukaran item untuk mengetahui tingkat kesulitan soal. c. Daya pembeda soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. d. Tingkat validitas soal untuk melihat valid atau tidaknya suatu soal. e. Kualitas pengecoh pada pilihan jawaban soal untuk mengetahui apakah pengecoh berfungsi dengan baik. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa TAP Test Analysis Program adalah salah satu program yang dapat digunakan untuk menganalisis validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran dan pengecoh soal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih relevan untuk dilaksanakan terutama terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nila Hayati 2013; Sofiyah, Susanto Setiawani 2015; dan Putri, Koyan Candiasa 2013. 1. Nila Hayati 2013 judul Pengembangan “Pengembangan Butir Soal Matematika SD di Kabupaten Lombok Timur Sebagai Upaya Pengadaan Bank Soal. Penelitian ini bertujuan untuk: 1 menghasilkan produk berupa butir-butir soal yang berkriteria baik yang dikembangkan dan disiapkan untuk bank soal 2 melakukan penyetaraan butir soal perangkat tes mata pelajaran Matematika SD yang dikembangkan untuk bank soal. Penelitian pengembangan ini melalui 8 tahapan, yaitu perencanaan, penyusunan kisi-kisi, penulisan soal, penelaahan soal atau analisis kualitatif soal, uji coba prapenelitian, analisis secara tes klasik, uji coba penelitian, kalibrasi soal dan stratified random sampling dengan jumlah responden sebanyak 258 orang siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda. Perangkat tes yang diujikan meliputi dua paket soal MAT_1 dan MAT_2 yang masing-masing terdiri dari 40 butir soal pilihan ganda. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif didasarkan pada kesesuaian butir soal dengan lembar telaah berdasarkan kriteria materi, konstruksi dan materi. Analisis kuantitatif menggunakan program Itemen 3.00 untuk analisis dengan teori tes klasik dan program Bilog MG untuk analisis dengan teori respon butir model dua parameter. Hasil analisis kuantitatif 40 menunjukkan dari 40 butir soal perangkat tes MAT_1 dan perangkat tes MAT_2 diperoleh berturut-turut 29 dan 26 butir soal yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan ke dalam bank soal. Rerata tingkat kesukaran untuk perangkat tes MAT_1 dan MAT_2 sebesar 0,5968 dan 0,473. Rerata daya beda perangkat tes MAT_1 dan MAT_2 sebesar 0,623 dan 0,670. Fungsi informasi tertinggi perangkat tes MAT_1 sebesar 761,943 dengan SEM 0,036 pada kemampuan θ = 0,5, sedangkan perangkat tes MAT_2 sebesar 769,561 dengan SEM 0,036 pada kemampuan θ = 0,0. Konvers penyetaraan tingkat kesukaran butir MAT_1 dan MAT_2 dengan persamaan bY = 0,715BbX – 0,136. 2. Penelitian yang kedua oleh Sofiyah, Susanto Setiawani 2015 dengan Judul Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Matematika Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom Pada Siswa Kelas V SD . Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan paket tes dan memperoleh hasil pengembangan paket tes kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika berdasarkan revisi Taksonomi Bloom pada siswa kelas V SD. Prosedur pengembangannya disesuaikan dengan model 4D yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate. Paket tes yang dikembangkan terdiri dari dua tipe, yaitu Paket A dan Paket B. Banyaknya soal dan pertanyaannya sama untuk kedua paket tes, hanya nomor soal yang diacak. Setiap paket tes terdiri dari 3 butir soal uraian dan setiap butir soal terdapat 3 pertanyaan dengan level yang berbeda. Pokok bahasan yang dikembangkan menjadi paket tes adalah bilangan, aritmatika, dan geometri. Teknik analisis data yang digunakan yaitu 41 analisis data deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis yaitu lembar validasi dan lembar jawaban siswa dari uji coba one to one, small group, dan large group. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis validitas oleh validator, analisis kevalidan butir soal, analisis reliabilitas, analisis daya beda, dan analisis tingkat kesukaran. Subjek uji coba pada penelitian ini adalah siswa kelas V-C SDN Jember Lor 1. Berdasarkan hasil analisis validitas pada lembar validasi ahli, semua soal dalam paket tes memiliki interpretasi validitas sangat tinggi. Pada uji coba yang terakhir uji coba large group diperoleh reliabilitas dengan interpretasi sangat tinggi. Hasil analisis validitas butir diperoleh 2 pertanyaan dengan validitas sangat tinggi, 3 pertanyaan dengan validitas tinggi, 4 pertanyaan dengan validitas cukup. Terdapat 5 pertanyaan dengan tingkat kesukaran sukar, 4 soal dengan tingkat kesukaran sedang, 0 soal dengan tingkat kesukaran mudah. Hasil analisis daya pembeda didapat 4 pertanyaan dengan interpretasi daya jelek, 4 pertanyaan dengan interpretasi cukup, dan 1 pertanyaan dengan interpretasi baik. Berdasarkan hasil validasi dan analisis uji coba, secara umum paket tes yang dikembangkan telah sesuai dengan level berpikir tingkat tinggi dan memenuhi kriteria tes yang baik yaitu valid dan reliabel. 3. Penelitian ketiga oleh Putri, Koyan Candiasa 2013 dengan judul Pengembangan Tes Matematika Berbasis SKKD dengan Teknik Concurent pada Siswa Kelas VI di SD Negeri Se-Kecamatan Gianyar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengembangan tes matematika berbasis SKKD dengan teknik concurent .Sampel penelitian 689 orang yang diambil dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 random sampling. Desain Penelitian untuk pengumpulan data prestasi belajar matematika digunakan tes prestasi belajar matematika bentuk objektif pilihan ganda berjumlah 40 butir soal. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis validitas tes, reliabilitas tes, analisis tingkat kesukaran, efektifitas daya beda dan efektifitas pengecoh. Hasil penelitiannya menemukan: 1 kisi-kisi blue print tes prestasi belajar matematika kelas VI dengan koefisien relevensi sebesar 0.95 dan termasuk soal sangat baik; 2 Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari vadilitas butir terdapat 3 butir soal yakni butir soal no 20, 22, 30 termasuk butir soal tidak valid salah satu penyebabnya adalah bahwa butir soal tidak relevan; 3 Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari reliabilitas sebesar 0,68 termasuk soal derajat reliabilitas tinggi sepantasnya untuk disimpan di bank soal; 4 Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari tingkat kesukaran, butir-butir soal ulangan bersama semester genap yang ditemukan 35 butir soal termasuk kategori sedang dan 65 soal mudah; 5 Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari tingkat daya pembedanya, 3 butir soal atau 1 butir soal daya beda sangat baik, 37 butir soal atau 99 memiliki daya beda cukup perlu diperbaiki; 6 Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari efektifitas pengecoh dengan 23 butir atau 57,5 termasuk soal memiliki efektifitas pengecoh sangat baik dan 17 butir atau 43 soal dengan efektifitas pengecohnya kurang baik. Ketiga penelitian relevan di atas memiliki kesamaan dan kebaruan dengan penelitian yang akan dilakukan. Jika dilihat dari penelitian relevan yang pertama memiliki kesamaan mengenai analisis soal yang dilakukan yaitu 43 tingkat kesukaran dan daya beda soal. Namun, dalam penelitian ini memiliki kebaruan yaitu peneliti akan melakukan analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan analisis pengecoh menggunakan TAP Test Analysis Program. Penelitian relevan kedua memiliki kesamaan yaitu mengembangkan tes dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika berdasarkan revisi Taksonomi Bloom. Kebaruan dari penelitian ini adalah mengembangkan tes pilihan ganda dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika berdasarkan revisi Taksonomi Bloom. Setelah tes diujicobakan kemudian dianalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan pengecoh. Dalam penelitian ini juga peneliti akan merevisi pengecoh yang tidak berfungsi. Penelitian relevan ketiga memiliki kesamaan dengan melakukan analisis soal yang meliputi analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan pengecoh. Kebaruan dari penelitian ini adalah tes yang dikembangkan berpedoman pada taksonomi kognitif yang merupakan revisi dari taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Analisis soal dilakukan dengan menggunakan program TAP Test Analysis Program . Peneliti akan membuat tes hasil belajar matematika materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat siswa kelas III SD. Tes yang dikembangkan perpedoman pada taksonomi kognitif yang merupakan revisi dari Taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Dalam melakukan peneliti akan melakukan penelitian dan pengembangan denga n judul “Pengembangan Tes 44 Hasil Belajar Matematika Materi Hubungan Antar Satuan Waktu, Antar Satuan Panjang dan Antar Satuan Berat untuk Siswa Kelas III SD”. Peneliti akan mengacu pada ketiga penelitian yang relevan di atas. Literature Map dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2. 3 Literature Map Penelitian yang Relevan Hayati,Nila 2013 Pengembangan Butir Soal Matematika SD di Kabupaten Lombok Timur Sebagai Upaya Pengadaan Bank Soal. Yang akan diteliti: Suryani, Lilis 2017 Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Hubungan Antar Satuan Waktu, Antar Satuan Panjang dan Antar Satuan Berat untuk Siswa Kelas III Putri, Koyan Candiasa 2013 Pengembangan Tes Matematika Berbasis SKKD dengan Teknik Concurent pada Siswa Kelas VI di SD Negeri Se Kecamatan Gianyar Sofiyah, Susanto Setiawani 2015 Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Matematika Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom Pada Siswa Kelas V SD. 45 C. Kerangka Berpikir Tes hasil belajar merupakan tes yang diberikan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Tes berfungsi sebagai alat ukur terhadap kemampuan peserta didik dan sebagai alat ukur keberhasilan program pengajaran. Tes dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes subyektif dan tes obyektif. Salah satu jenis tes obyektif adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda adalah tes yang memiliki jumlah alternatif jawaban yang lebih dari dua. Tes pilihan ganda adalah tes yang paling banyak digunakan dalam kelompok tes obyektif karena tes pilihan ganda mencakup banyak materi. Tes yang memiliki kualitas baik adalah tes yang valid, reliabel dan memiliki karateristik butir soal yang memiliki daya pembeda baik, tingkat kesukaran dan analisis pengecoh. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan dua guru, saat membuat soal guru belum mengikuti prosedur atau langkah-langkah pembuatan tes hasil belajar yang baik dan benar ketika menyusun tes hasil belajar. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas yang akan diberikan kepada siswa. Guru juga biasanya tidak membuat soal sendiri, melainkan mengambil dari LKS dan referensi buku-buku lain yang dimiliki oleh guru. Tes belajar sebaiknya dibuat sesuai dengan indikator yang dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari fakta tersebut menjadi acuan peneliti untuk mengembangkan tes hasil belajar bentuk pilihan ganda yang dapat mengukur ranah kognitif siswa dan tes yang telah diujicoba akan dianalisis untuk mengetahui validitas soal, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan analisis pengecoh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Pengembangan tes hasil belajar siswa materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk kelas III SD menjadi produk dalam penelitian ini. Pengembangan tes hasil belajar didasarkan pada kemampuan kognitif mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Tes hasil belajar dikembangakan dalam bentuk soal pilihan ganda. Pengembangan tes hasil belajar ini juga mampu mendeskripsikan kualitas butir soal meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan analisis pengecoh. Berikut adalah gambar bagan kerangka berpikir. 47 Gambar 2. 4 Bagan Kerangka Berpikir Tes Hasil Belajar Fungsi Tes Alat ukur terhadap kemampuan siswa dan alat ukur keberhasilan program pengajaran Kualitas Tes Valid, Reliabel dan memiliki Karakteristik Butir Soal Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran dan Pengeoh. Jenis Tes Tes Obyektif dan Tes Subyektif. Masalah Guru belum mengikuti prosedur pembuatan tes dan belum melakukan analisis butir soal serta kebutuhun guru akan contoh tes hasil belajar matematika materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat. Solusi Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Hubungan Antar Satuan Waktu, Antar Satuan Panjang dan Antar Satuan Berat untuk Siswa Kelas III SD. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk siswa kelas III SD? 2. Bagaimana validitas tes hasil belajar materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk siswa kelas III SD berdasarkan hasil uji coba empiris? 3. Bagaimana reliabilitas tes hasil belajar materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk siswa kelas III SD berdasarkan hasil uji coba empiris? 4. Bagaimana daya pembeda tes hasil belajar materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk siswa kelas III SD berdasarkan hasil uji coba empiris? 5. Bagaimana tingkat kesukaran hasil belajar materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk siswa kelas III SD berdasarkan hasil uji coba empiris? 6. Bagaimana hasil pengecoh tes hasil belajar materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk siswa kelas III SD berdasarkan hasil uji coba empiris? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian