Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

(1)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR 3.3 MENYELESAIKAN MASALAH

YANG BERKAITAN DENGAN SATUAN WAKTU, PANJANG,

DAN BERAT UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Agnes Devi Rianingsih NIM: 131134169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN Dengan tulus karya ini saya persembahkan untuk:

 Bapa di Surga, Bunda Maria, dan Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menuntunku dalam melalui segala proses dalam kehidupanku.

 Kedua orangtuaku, Antonius Mugiyana dan Yuliana Rusmiyati yang tanpa mengenal kata lelah untuk terus membimbing, mendidik, memberi dukungan, mendoakan dan memberikan kasih sayang padaku.

 Kakakku tersayang, Gregorius Ari Wibowo yang selalu memberi semangat dan memberiku banyak pengalaman hidup yang sangat berharga.

 Agustinus Dwiyatna yang selalu memberikan semangat dan memberikan dukungan.

 Saudara yang selalu memberikan dukungan.

 Sahabat-sahabatku: Veronica Triyani, Christina Widhi, Dominicus Wayan Aditya, Laurencia Dina, Maria Triwahyuningsih, dan Maria Kiky yang selalu ada dalam suka maupun duka dan selalu ada untuk berbagi cerita dan pengalaman hidup.

 Teman-temanku yang selalu ada dalam suka maupun duka dan selalu mendukungku.

 Teman-teman payung dan PGSD yang selalu memberikan semangat padaku.


(5)

v

 Keluarga besar Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan menjadi mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2013.

 Teman-teman Prodi PGSD angkatan 2013 yang selalu memberikan semangat dan pengalaman tentang pentingnya menjalin ikatan sebagai keluarga.

 Segala pihak yang senantiasa mendukung dan membantu dalam setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.


(6)

vi MOTTO

“Bawalah aku berjalan dengan kebenaran-Mu dan ajarlah aku. Sebab engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti nantikan

sepanjang hari “ (Mazmur 25:5)

“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan bagiku”

(Filipi 4:13)

“Jangan takut untuk melangkah, karena jarak 1000 mil dimulai dengan langkah pertama”


(7)

vii

PERNAYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Desember 2016 Penulis


(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Agnes Devi Rianingsih

Nomor Mahasiswa : 131134169

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 3.3 MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN SATUAN WAKTU, PANJANG, DAN BERAT UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”

beserta perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 28 Desember 2016 Yang menyatakan,


(9)

ix ABSTRAK

Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 3.3 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Satuan Waktu, Panjang,

Dan Berat Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Agnes Devi Rianingsih

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini dilakukan karena adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan pembuatan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi oleh guru kelas adalah kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan tes hasil belajar dan mengetahui kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan panjang, waktu, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Prosedur pengembangan dan penelitian produk tes hasil belajar matematika ini berdasarkan modifikasi dari model Borg and Gall. Terdapat 10 langkah prosedur penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Penelitian dan pengembangan hanya dilakukan hingga langkah ke 7 dari 10 langkah prosedur pengembangan. Subjek penelitian ini adalah 31 siswa kelas IVA dan 29 siswa kelas IVB SD Kanisisus Sorowajan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh (a) soal valid sebanyak 35 butir soal atau 58,3% (b) hasil analisis reliabilitas menunjukkan bahwa soal reliabel serta termasuk ke dalam kategori cukup, (c) analisis daya pembeda dengan kategori baik dan kategori baik sekali, (d) analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 17,14% mudah, 51,43% sedang, dan 31,43% sukar, (e) analisis pengecoh diperoleh sebanyak 21 option tidak berfungsi dan telah direvisi. Soal yang telah memenuhi karakteristik kualitas butir soal yang baik kemudian disusun menjadi satu dalam sebuah prototype.

Kata kunci: pengembangan tes hasil belajar, kualitas tes, validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan pengecoh.


(10)

x

ABSTRACT

Development Of Mathematics Assesment Test Result Basic 3.3 Competence To Solve Units Of Time, Units Of Length, And Units Of Mass Problem F or Student

Grade 5th Elementary School

Agnes Devi Rianingsih

Sanata Dharma University 2017

The background of this research because there was potential problem of achievement test making. The teacher’s class matter was to maked achievement test in good quality. This research intends for developing assessment test result, and knowing the quality of mathematics assessment test result as basic 3.3 competence to solve a problem related to the unit of time, length, and mass for the fourth grade students of Elementary School.

The method which is used in this research is Research and Development (R&D). Product research and development procedures tests results of learning math is based on the modification of the model of the Borg and Gall. There are a 10-step procedure research and development advanced by the Borg and Gall. Research and development is only done up to step 7 of the 10 steps of procedure development. The subjects of this research are thirty-one students in IVA class and 29 students in IVB class of Kanisius Sorowajan Elementary school.

This research showed (1) the ways of development research are: (a) potential problem, (b) collected data, (c) product desain, (d) design validation, (e) design revision, (f) product experiment, and (g) product revision, (2) analysis result from 60 question showed (a) total of valid questions are 35 item or 58,3%, (b) the questions are reliable and included enough categories, (c) analysis of the distinguishing good categories and excellent categories, (d) analysis of the difficulties result of 17,14% easy, 51,43% medium, and 31,43% difficult, (e) analysis of the distaction result 5 options did not work and had revision. Test item that have characteristic of good item then complied into one prototype.

Keyword: Assessment test result development, test quality, validity, reliability, discrimination power, level of difficulty, and distraction.


(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 3.3 Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Satuan Waktu, Panjang, dan Berat untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis juga menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis memeproleh banyak dukungan, bimbingan, dan bantuan dari banyak pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebab tanpa itu semua penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka dengan hatiyang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, yang memberi rahmat kesehatan dan kelancaran selama proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, mendukung, dan memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing, mendukung, dan memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Para Dosen dan staf PGSD yang telah membantu penulis dalam mempersiapkan penelitian.


(12)

xii

8. Bapak Suwardi, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Kanisius Sorowajan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah.

9. Ibu Rosalia Septi Wulansari, S.Pd., yang telah berkenan menerima serta memeberikan waktu dan tempat bagi penulis dalam melaksanakan kegiatan penelitian.

10.Ibu Al. Sandra K, S.Pd., yang telah berkenan menerima serta memeberikan waktu dan tempat bagi penulis dalam melaksanakan kegiatan penelitian.

11.Ibu Selly Anggun P, S.Pd., selaku wali kelas IVA yang telah membentu penulis dalam melaksanakan penelitian.

12.Ibu Anna Wiwit Kurniawati, S.Pd., selaku wali kelas IVB yang telah membentu penulis dalam melaksanakan penelitian.

13.Siswa dan siswi kelas IVA dan IVB di SD Kanisius Sorowajan yang telah memberikan waktu dan kerjasama yang baik dalam melaksanakan penelitian.

14.Bapak Antonius Mugiyana dan Yuliana Rusmiyati selaku orangtua penulis yang telah setia memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi dan doa sehingga skripsi ini dapat terselsaikan dengan baik.

15.Gregorius Ari Wibowo selaku kakak penulis yang telah setia memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi, dan doa sehingga skripsi ini dapat terselsaikan.

16.Seluruh keluarga penulis yang memberikan dukungan dan doa bagi penulis dalam meneyelesaikan skripsi ini.

17.Agustinus Dwiyatna yang selalu memberikan semangat, memberikan dukungan, dan mendoakan.

18.Sahabat-sahabat ku yang telah memeberikan dukungan, dorongan dan motivasi yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselsaikan dengan baik.


(13)

xiii

19.Teman-teman kelompok payung yang telah memberikan waktu, ide, dorongan, dukungan, dan motivasi yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Proses penyelesaian skripsi ini ada beberapa kendala baik dalam diri maupun dari luar. Namun, kendala tersebut bukanlah suatu hambatan dan penghalang bagi peneliti melainkan menjadi suatu cambukan dan pengalaman agar tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi yang telah disusun ini dapat berguna untuk para pembaca dan bermanfaat bagi mutu pendidikan di Sekolah Dasar. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Peneliti


(14)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Batasan Istilah ... 8


(15)

xv

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Tes Hasil Belajar ... 11

a) Definisi Tes ... 11

b) Definisi Belajar ... 12

c) Definisi Hasil Belajar ... 13

d) Definisi Tes Hasil Belajar... 13

2. Tes Pilihan Ganda ... 15

a) Definisi Tes Pilihan Ganda ... 15

b) Pedoman Penyusunan Tes Pilihan Ganda ... 16

c) Kelebihan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda ... 19

3. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 22

a. Validitas ... 22

b. Reliabilitas ... 26

c. Karakteristik Butir Soal ... 29

4. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 31

5. Taksonomi Tes Hasil Belajar ... 41

6. Program TAP (Test Analysis Program) ... 44

7. Matematika ... 45

8. Kompetensi Dasar ... 47

B. Penelitian yang Relevan ... 48

C. Kerangka Berpikir ... 54

D. Pertanyaan Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

A. Jenis Penelitian ... 59

B. Setting Penelitian ... 62

1. Objek Penelitian ... 62

2. Subjek Penelitian ... 62

3. Lokasi Penelitian ... 63

4. Waktu Penelitian ... 63

C. Prosedur Pengembangan ... 63

D. Teknik Pengumpulan Data ... 66

1. Wawancara ... 66

2. Kuesioner ... 67

3. Tes ... 68

E. Instrumen Penelitian ... 68

1. Pedoman Wawancara ... 68


(16)

xvi

3. Tes ... 72

F. Teknik Analisis Data ... 75

1. Data Kuantitatif ... 75

2. Data Kualitatif ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 86

A. Hasil Penelitian ... 86

a. Prosedur Pengembangan Tes ... 86

b. Kualitas Tes ... 92

B. Pembahasan ... 110

1. Prosedur Pengembangan Tes ... 110

2. Kualitas Tes ... 118

BAB V KESIMPULAN ... 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Keterbatasan Masalah ... 132

C. Saran ... 123

DAFTAR REFERENSI ... 135

LAMPIRAN ... 137


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 68

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner ... 70

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Matematika ... 73

Tabel 3.4 Kategori Interval Skor ... 76

Tabel 3.5 Konversi Kategori Skor ... 78

Tabel 3.6 Kriteria Validitas ... 80

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas ... 81

Tabel 3.8 Kriteria Daya Beda ... 82

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 83

Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Validator ... 88

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tipe A ... 92

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tipe B ... 93

Tabel 4.4 Hasil Uji Daya Beda Butir Soal Tipe A ... 95

Tabel 4.5 Hasil Uji Daya Beda Butir Soal Tipe B ... 96

Tabel 4.6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Tipe A ... 98

Tabel 4.7 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Tipe B ... 99

Tabel 4.8 Hasil Uji Pengecoh Butir Soal Tipe A ... 101

Tabel 4.9 Hasil Uji Pengecoh Butir Soal Tipe B ... 105

Tabel 4.10 Hasil Revisi Pengecoh Butir Soal Tipe A ... 115

Tabel 4.11 Hasil Revisi Pengecoh Butir Soal Tipe B ... 117

Tabel 4.12 Hasil Analisis Validitas dan Kategori Butir Soal Tipe A ... 118

Tabel 4.13 Hasil Analisis Validitas dan Kategori Butir Soal Tipe B ... 119


(18)

xviii

Tabel 4.15 Hasil Analisis Daya Beda dan Kategori Butir Soal Tipe B ... 121 Tabel 4.16 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran dan Kategori Butir Soal Tipe A ... 122 Tabel 4.17 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran dan Kategori Butir Soal Tipe B ... 123 Tabel 4.18 Hasil Analisis Pengecoh dan Kategori Butir Soal Tipe A ... 124 Tabel 4.19 Hasil Analisis Pengecoh dan Kategori Butir Soal Tipe B ... 126


(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literature Map dan Penelitian yang Relevan ... 53 Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Borg and Gall ... 60 Gambar 3.2 Langkah-Langkah Pengembangan yang Dilaksanakan Peneliti ... 64


(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 138

Lampiran 2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 139

Lampiran 3 Surat Ijin Melakukan Uji Validitas Penelitian ... 140

Lampiran 4 Pedoman Wawancara ... 142

Lampiran 5 Rekapitulasi Hasil Validasi Soal Tipe A ... 148

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Validasi Soal Tipe B ... 149

Lampiran 7 Spesifikasi Tes ... 150

Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal ... 151

Lampiran 9 Lembar Soal Tipe A ... 154

Lampiran 10 Lembar Soal Tipe B ... 179

Lampiran 11 Hasil Validasi Ahli ... 204

Lampiran 12 Soal Tipe A ... 220

Lampiran 13 Soal Tipe B ... 229

Lampiran 14 Data Jawaban Siswa Pada Soal Tipe A ... 238

Lampiran 15 Data Jawaban Siswa Pada Soal Tipe B ... 240

Lampiran 16 Hasil Analisis Soal Tipe A ... 242

Lampiran 17 Hasil Analisis Soal Tipe B ... 249

Lampiran 18 r Tabel Validitas ... 256


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab 1 ini akan menjelaskan tujuh hal yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi produk.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting, karena kemajuan suatu bangsa tidak akan pernah terlepas dari aspek pendidikan. Berdasarkan pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 (dalam Badrudin, 2014:1) , menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan di Indonesia dibagi menjadi 3 jenjang yaitu pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Pendidikan memiliki banyak manfaat dan tujuan bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya.

Pendidikan merupakan sesuatu paling dasar yang memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup bermasyarakat. Menurut UU No.20 Tahun 2003 pasal 3 (dalam Kompri,


(22)

2015: 17) tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan dari pendidikan, maka diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai.

Suatu bangsa dan negara dapat dikatakan maju apabila kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik. Suardi (2012: iii) mengungkapkan bahwa pendidikan harus memberikan sumbangan yang besar bagi peningkatan SDM agar menjadi lebih berkualitas. Kualitas suatu pendidikan dapat dilihat pada kemampuan lulusan pada suatu jenjang pendidikan. Mardapi (2008: 5) menjelaskan bahwa salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan perbaikan sistem penilaian. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas penilaian. Penilaian merupakan kegiatan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan suatu data tentang hasil belajar siswa dan mengolah data tersebut menjadi sebuah nilai yang digunakan untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Penilaian hasil belajar tersebut akan membantu guru dalam mengukur kemampuan siswa pada aspek atau materi pembelajaran. Kunandar (2013: 61)


(23)

mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan baik mulai dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut hasil penilaian. Hal tersebut dilakukan agar hasil dari penilaian dapat mengukur aspek yang menjadi tujuan suatu pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing peserta didik maka dapat dilakukan pengujian atau pemberian tes dalam setiap akhir pembelajaran. Untuk melakukan pengujian, guru harus membuat alat ukur atau tes yang akan dikerjakan oleh peserta didik.

Masidjo (1995: 38) memaparkan bahwa tes adalah suatu alat ukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang distandarisasikan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok. Sebuah tes akan dikatakan baik jika memenuhi persyaratan tes yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis. Banyak ragam bentuk tes yang dilaksanakan oleh suatu lembaga pendidikan, diantaranya adalah bentuk soal tes pilihan ganda. Item tes pilihan ganda yang baik tersebut juga harus memuat karakteristik butir soal, yaitu daya pembeda, tingkat kesulitan soal dan pengecoh pada soal. Pemberian soal tersebut akan dapat dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kemampuan siswa terhadap materi yang diajarkan.


(24)

Peneliti mendapatkan informasi yang didapat saat melakukan wawancara dengan guru kelas IVA dan IVB di SD Kanisius Sorowajan. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada hari Senin, 01 Agustus 2016 di SD Kanisius Sorowajan menunjukkan bahwa guru belum sepenuhnya membuat soal sendiri, karena masih ada soal yang diambil dari buku LKS, buku paket, atau buku kumpulan soal. Guru masih merasa kesulitan dalam membuat soal. Jenis soal yang dibuat oleh guru adalah soal pilihan ganda dan uraian. Guru belum melakukan pengujian validitas dan reliabilitas pada setiap soal yang diujikan. Dalam pembuatan soal pilihan ganda, guru belum sampai pada ranah kognitif mencipta. Guru biasanya membuat soal sampai pada ranah menganalisis. Hal tersebut terjadi karena anggapan guru yang memandang bahwa ranah mengevaluasi dan mencipta itu lebih tepat digunakan pada soal uraian karena berhubungan langsung dengan praktik dan percobaan. Materi yang dianggap sulit dan membutuhkan contoh soal yang berkualitas adalah materi pengukuran. Dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa guru membutuhkan prototipe soal matematika yang sudah valid, reliabel, mempunyai daya beda, pengecoh, dan indeks kesukaran.

Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Reserch and Development). Tes yang dikembangkan berpedoman pada ranah kognitif dalam taksonomi Bloom yaitu pada ranah kognitif mengingat, memahami, mengaplikasikan,


(25)

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta berdasarkan tingkatan taksonomi Bloom yang telah direvisi. Penelitian yang dikembangkan berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompentesi Dasar 3.3 Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Satuan Waktu, Panjang, dan Berat untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.

B. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan agar tetap fokus pada tujuan yang akan dicapai. Batasan-batasan permasalahan tersebut adalah:

1. Alat ukur yang dikembangkan oleh peneliti berupa soal tes pilihan ganda dengan jumlah 60 soal.

2. Kisi-kisi dalam soal hanya mengukur ranah kognitif yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

3. Tes hasil belajar yang akan dibuat adalah untuk mata pelajaran matematika kelas IV Sekolah Dasar.

4. Kompetensi dasar yang akan digunakan adalah 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat. 5. Materi yang digunakan adalah materi satuan waktu, panjang, dan

berat. Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan empat


(26)

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk kelas IV SD? 2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi

dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk kelas IV SD?

D. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk kelas IV SD. 2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika

kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk kelas IV SD.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian tentang pengembangan soal ini antara lain : 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang pembuatan soal sesuai dengan karakteristik pembuatan soal pilihan ganda dan dapat menggali kemampuan siswa berdasarkan kompetensi


(27)

dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam menyusun soal sesuai dengan karakteristik pembuatan soal pilihan ganda. Peneliti juga menganalisis soal pilihan ganda tersebut berdasarkan jawaban dari peserta didik.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi untuk mengembangkan soal pilihan ganda yang memperhatikan karakteristik pembuatan soal dan memberikan contoh soal tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat.

c. Bagi Siswa

Siswa memperoleh pengalaman dalam mengerjakan soal pengembangan tes hasil belajar matematika berbentuk pilihan ganda yang sesuai dengan ranah kognitif dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta pada kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat yang sudah diketahui kualitas dari setiap butir soal.


(28)

d. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bentuk arsip soal tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat yang sudah diketahui kualitas dari setiap butir soal.

F. Batasan Istilah

Berikut ini merupakan batasan istilah dan diuraikan sebagai berikut: 1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah salah satu tipe instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemajuan atau memberi nilai peserta didik dalam belajar.

2. Matematika

Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis.

3. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah tujuan pembelajaran yang memiliki cangkupan luas tentang tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki siswa agar tugas pembelajaran dapat sesuai dengan jenis pekerjaan atau tugas yang telah ditetapkan.


(29)

4. Validitas

Validitas adalah sebuah konsep yang mempunyai hubungan dengan tingkat sejauh mana tes telah mengukur yang seharusnya diukur. 5. Reliabilitas

Reliabilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi, reliabilitas dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan.

6. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan butir soal dalam membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah.

7. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks.

8. Pengecoh

Pengecoh adalah penyesat atau penggoda yang merupakan jawaban tetapi bukan merupakan merupakan kunci jawaban.

G. Spesifikasi Produk

Produk tes hasil belajar terdapat spesifikasi tes, berikut ini spesifikasi produk tes hasil belajar :

1. Produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk kelas IV SD yang terdiri dari (a) identitas soal yang


(30)

berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar, (b) indikator, (c) soal tes hasil belajar matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah kognitif, dan (f) tingkat kesukaran soal.

2. Soal matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk kelas IV SD dengan bentuk soal pilihan ganda dengan empat option jawaban yang siap untuk digunakan.

3. Produk tes hasil belajar matematika yang dikembangkan valid. 4. Produk tes hasil belajar matematika yang dikembangkan reliabel. 5. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembeda. Daya pembeda

yang digunakan adalah kategori “baik” dengan dan kategori “baik sekali”.

6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji tingkat kesukaran. Proporsi tingkat kesukaran adalah 25% soal kategori “mudah, 50% “sedang”, dan 25% “sukar”.

7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis pengecoh. Pengecoh-pengecoh dalam instrumen tes ini berfungsi dengan baik.

8. Instrumen pilihan ganda disusun menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan sesuai EYD (penggunaan tanda baca, huruf kapital, kata depan dan imbuhan).


(31)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini akan menjelaskan empat hal yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian teori ini berisi tentang teori-teori relevan yang berhubungan dengan tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, taksonomi Bloom, matematika, dan kompetensi dasar.

1. Tes Hasil Belajar a) Definisi Tes

Yusuf (2015: 93) tes adalah suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang; atau suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang, sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori. Menurut Arifin (2009: 118), tes merupakan suatu tehnik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan-pertanyaan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Masidjo (1995: 38) memaparkan bahwa tes adalah suatu alat ukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus


(32)

dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang distandarisasikan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok. Sedangkan menurut pendapat Kusaeri (2012: 6), tes merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur sampel tingkah laku dari peserta tes yang berbentuk suatu pertanyaan.

Menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa definisi tes adalah suatu alat ukur yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman, penguasaan materi serta tingkah laku seseorang agar dapat digambarkan dengan bantuan angka, atau skala.

b) Definisi Belajar

Menurut Susanto (2013: 4) belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sengaja untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, dan pengetahuan baru yang memungkinkan menimbulkan perubahan perilaku yang relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan bertindak.

Winkel (dalam Sulistyorini 2009: 5), belajar merupakan suatu kegiatan mental berhubungan dengan atau fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang kemudian menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Sedangkan menurut Sulistyorini (2009: 6) menyatakan


(33)

bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berproses yang menuju pada suatu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang akan menambah limu pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang akan membawa suatu perubahan dalam berperilaku.

c) Definisi Hasil Belajar

Sudjana (1989: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang dimiliki setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Winkel (2004: 61) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam hal sikap dan tingkah laku. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 36) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan ditunjukkan melalui nilai tes yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai dari hasil pengalaman belajar yang kemudian dipelajari kembali untuk mendapatkan perubahan.

d) Definisi Tes Hasil Belajar

Yusuf (2015: 93) menyatakan bahwa tes hasil belajar merupakan salah satu alat yang dapat digunakan pendidik di sekolah


(34)

atau pendidik di lembaga pendidikan tinggi, untuk memahami tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar. Tes hasil belajar juga sering disebut dengan tes prestasi belajar, merupakan alat yang dapat digunakan oleh pendidik di sekolah atau pendidik di lembaga pendidikan tinggi untuk memahami tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar. Tes hasil belajar adalah salah satu tipe instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemajuan atau memberi nilai peserta didik dalam belajar. Tes hasil belajar dilakukan dalam semester, akhir semester, tengah catur wulan dan catur wulan maupun di tahun ajaran. Menurut Gronlund (dalam Yusuf, 2015: 183) tes hasil belajar mensupport dan memperkuat komponen-komponen yang lain dalam menilai kesiapan belajar, memantau proses belajar serta mendiagnosis belajar. Sedangkan Purwanto (2008: 144) mengungkapkan bahwa tes hasil belajar adalah alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran guna pengumpulan data hasil belajar. Berdasarkan pendapat Trianto (2010: 144) tes hasil belajar merupakan butir tes yang yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar mengajar.

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah tes atau suatu tipe instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa untuk melihat kemajuan atau memberi nilai peserta didik dalam belajar dan


(35)

untuk melihat perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.

2. Tes Pilihan Ganda

a) Definisi Tes Pilihan Ganda

Menurut Sudjana (1990: 48) soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Widoyoko (2009: 59) tes pilihan ganda adalah tes di mana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Pada umumnya jumlah alternatif jawaban berkisar antara 2 (dua) atau 5 (lima). Kusaeri (2012: 107) soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (steam) dan pilihan jawaban (option). Mardapi (2008: 71) menyatakan tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Dalam tes pilihan ganda ini, bentuk tes terdiri atas: pernyataan (pokok soal), alternatif jawaban yang mencangkup kunci jawaban dan pengecoh. Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok


(36)

persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum sempurna yang sering disebut stem, sedangkan pilihan jawaban itu mungkin berbentuk perkataan, bilangan, atau kalimat dan sering disebut option. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban yang salah dinamakan pengecoh (distractor atau decoy atau fails).

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda adalah salah satu jenis objektif yang terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberapa alternatif jawaban. Dalam alternatif jawaban pilihan ganda terdiri dari jawaban yang benar atau yang paling benar disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban yang salah dinamakan pengecoh (distractor).

b) Pedoman Penyusunan Tes Pilihan Ganda

Widoyoko (2012: 77) menyatakan bahwa kualitas butir soal pilihan ganda sangat bergantung pada kemampuan orang yang menyusun butir soal. Penyusunan butir soal ini perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1. Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal. Pokok soal tersebutlah yang dapat membantu siswa dalam menemukan jawaban.


(37)

2. Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan jawaban. Peniadaan pengulangan kata ini berarti menyangkut waktu menulis dan membaca serta menghemat tempat.

3. Hindari rumusan kata yang berlebihan. Rumusan kata yang baik adalah rumusan yang berisi, padat, dan jelas.

4. Jika pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka kata-kata untuk melengkapinya harus diletakkan di ujung pernyataan, bukan di tengah-tengah kalimat.

5. Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana dengan menyusun secara berderet atau dari atas ke bawah. Jika penyusunan berupa kata maka penyusunan dilakukan secara berderet maka urutannya harus disusun berdasarkan alfabet. Jika yang disusun berupa bilangan maka penyusunan dimulai dari atas ke bawah maka harus diurutkan sesuai dengan panjang bilangan. 6. Ciri khas dari tes pilihan ganda dari tes objektif yang lain adalah

pada pilihan ganda semua alternatif jawaban ada kemungkinan sebagai jawaban benar. Pembuat soal tes harus membuat soal yang bisa membuat peserta tes harus membaca dan memikirkan ulang semua pilihan jawaban sebelum menemukan jawaban yang tepat dari pertanyaan.


(38)

7. Hindari jawaban yang benar ditulis lebih panjang dari jawaban yang salah. Penyusunan butir soal tes harus merinci jawaban dan pengecoh dengan tulisan yang sama panjangnya.

8. Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar. 9. Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan jawaban.

10.Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak pasti, misalnya: kebanyakan, seringkali, kadang-kadang, dan sejenisnya.

11.Pokok soal berisi pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif.

Berdasarkan dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pedoman penyusunan tes pilihan ganda adalah sebagai berikut: (1) mencantumkan inti permasalahan dalam pokok soal, (2) mengindari pengulangan kata dalam pilihan jawaban, (3) menghindari perumusan kata yang berlebihan, (4) untuk melengkapi pernyataan yang belum lengkap, maka kata untuk melengkapinya harus diletakkan di ujung pernyataan, (5) susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana, (6) penyusun soal harus membuat soal yang bisa membuat peserta tes harus membaca dengan teliti soal sebelum menemukan jawaban yang tepat, (7) menghindari jawaban yang terlalu panjang, (8) mengindari petunjuk atau indikator yang menunjukkan jawaban


(39)

yang benar, (9) gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan jawaban, (10) hindari pokok soal yang menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak pasti, dan (11) pokok soal yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif.

c) Kelebihan dan Kelemahan tes pilihan ganda

Jenis tes pilihan ganda mempunyai kelebihan dan kelemahan. Widoyoko (2009: 68) menjelaskan tentang kelebihan dan kelemahan soal pilihan ganda.

1) Kelebihan soal pilihan ganda adalah

a) Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level tujuan pembelajaran, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks, kecuali tujuan yang berupa kemampuan mendemonstrasikan, keterampilan menyatakan sesuatu secara ekspresif.

b) Karakteristik butir soal pilihan ganda hanya menuntut waktu mengerjakan sangat minimal, maka setiap perangkat tes yang menggunakan butir soal pilihan ganda sebagai alat ukur dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak dan karena itu penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas.


(40)

d) Tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran.

e) Jumlah pilihan yang disediakan melebihi dua, sehingga akan dapat mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak.

f) Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik.

g) Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.

h) Informasi yang diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapat memberikan informasi tentang peserta tes lebih banyak kepada guru, terutama bila butir soal itu memiliki homogenitas yang tinggi.

2) Kelemahan soal pilihan ganda antara lain :

a) Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. Kesulitan menyusun butir soal tipe pilihan ganda ini terutama untuk menemukan alternatif jawaban yang homogen.

b) Ada kecenderungan bahwa guru menyusun butir soal tipe pilihan ganda dengan hanya menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif. Bukan berarti bahwa aspek ini tidak penting dalam hasil belajar, namun bila sebagian besar butir soal itu hanya menguji satu


(41)

aspek kognitif, maka perangkat tes tidak terlalu berarti sebagai alat pengukur keberhasilan belajar secara menyeluruh.

c) Memberikan pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap tes bentuk pilihan ganda (testwise) terhadap hasil tes peserta. Peserta tes semakin terbiasa dengan bentuk tes tipe pilihan ganda makin besar kemungkinan ia akan memperoleh skor yang lebih tinggi.

Jihad (2012: 77) menjelaskan tentang kelebihan dan kelemahan soal pilihan ganda.

1) Kelebihan soal pilihan ganda adalah :

a) Hasil belajar dari yang sederhana sampai yang kompleks dapat diukur

b) Terstruktur dan petunjuknya jelas.

c) Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.

d) Tidak dimungkinkan untuk menerka atau menebak jawaban. e) Penilaian mudah, objektif, dan dapat dipercaya.

2) Kelemahan soal pilihan ganda antara lain : a) Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama.

b) Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecah masalah, kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide. c) Nilai dapat dipengaruhi oleh kemampuan baca yang baik.


(42)

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari soal tes pilihan ganda adalah (1) mampu mengukur hasil belajar dari yang sederhana sampai yang kompleks, (2) bentuk soal tes tersebut terstruktur dan jelas, (3) terdapat alternatif-alternatif jawaban yang mampu memberikan informasi diagnostik, (4) tidak mungkinkan peserta untuk menerka jawaban, dan (5) proses penilaian menjadi lebih mudah, objektif, dan dapat dipercaya. Sedangkan kelemahan pada soal tes pilihan ganda adalah (1) penyusunan soal tes membutuhkan waktu yang cukup lama dan (2) nilai dapat dipengaruhi oleh kemampuan baca yang baik.

3. Konstruksi Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar yang baik dikonstruksi dengan memenuhi validitas, reliabilitas, dan karakteristik butir soal yaitu dengan tingkat kesulitan , daya beda, dan pengecoh alternatif jawaban.

a. Validitas

Surapranata (2004: 50) menyatakan bahwa validitas adalah sebuah konsep yang mempunyai hubungan dengan tingkat sejauh mana tes telah mengukur yang seharusnya diukur. Ratnawulan (2015: 59) validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Menurut Gronlund (dalam Sukardi 2008: 30) valid dapat diartikan sebagai ketepatan interpretasi yang dihasilkan dari skor tes atau instrumen


(43)

evaluasi. Sukardi (2008: 31) menyatakan validitas adalah derajat yang menunjukkan di mana mengukur apa yang hendak diukur.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan “ketepatan” yang mempunyai hubungan dengan tingkat sejauh mana tes telah mengukur yang seharusnya diukur.

Sedangkan menurut Sukiman (dalam Ratnawulan 2015: 59) validitas suatu instrumen evaluasi mempunyai beberapa makna penting di antaranya adalah seperti berikut:

a) Validitas berhubungan dengan ketepatan interprestasi hasil tes atau instrumen evaluasi untuk grup individual dan bukan instrumen sendiri.

b) Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bisa mencangkup kategori rendah, menengah, dan tinggi.

c) Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Tes valid untuk bidang studi metrologi industri belum tentu valid untuk bidang lain misalnya bidang mekanik teknik.

Secara metodologis, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :


(44)

a) Validitas Isi

Validitas isi adalah kesesuaian antar butir-butir soal dalam tes dengan deskripsi bahan yang diajarkan. Sebuah soal yang dikatakan memiliki validitas isi apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Semua materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum, oleh sebab itu validitas isi ini disebut validitas kurikulum. Cara yang digunakan dalam menentukan validitas isi adalah dengan mengkaji isi tes. Kriteria yang menjadi dasar pengujian validitas isi adalah kisi-kisi yang telah direncanakan.

b) Validitas Konstruk

Konstruk (Construct) adalah suatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat di amati dan dapat diukur. Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik di mana tes tersebut dibuat. Dengan kata lain sebuah tes akan dikatakan memiliki validitas konstuk apabila soal-soalnya mampu mengukur aspek berpikir seperti yang telah diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang terdapat pada kurikulum. Konstruksi yang dimaksud pada validitas ini berupa rekaan psikologis yang


(45)

berkaitan dengan aspek mengingat, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

c) Validitas Prediksi

Validitas Prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang direncanakan. Validitas prediksi (predictive validity)

menunjukkan hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Sebuah tes akan dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk memprediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

d) Validitas “ada sekarang” (Concurrent Validity)

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini, hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau, sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent).


(46)

b. Reliabilitas

Ratnawulan (2015: 60) kata “reliabilitas” dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, yang berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Purwanto (2008: 154) reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran. Alat ukur yang reliabel

akan menghasilkan ukuran “yang sebenarnya”. Alat ukur yang

reliabel akan memberikan hasil pengukuran yang relatif stabil dan konsisten karena pengukurannya menghasilkan alat yang minimal. Sukardi (2008: 48) menyatakan bahwa reliabilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi. Reliabilitas dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen evaluasi, dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat tersebut mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ketepatan atau kestabilan suatu instrumen sehingga apabila dilakukan sebuah uji reliabilitas hasilnya akan tetap sama (konsisten).

Widoyoko (2009: 145) memaparkan bahwa ada dua cara untuk menguji reliabilitas, yaitu dengan menggunakan metode bentuk pararel, metode tes berulang, instrumen skor diskrit, dan instrumen


(47)

skor non diskrit. Berikut penjelasan tentang cara untuk menguji reliabilitas:

1. Reliabilitas Eksternal (External Reliability) a. Metode Bentuk Paralel (Equivalent Method)

Metode pararel dilakukan dengan cara menyusun dua instrumen yang hampir sama (equivalent). Instrument paralel atau

equivalent adalah dua buah instrumen yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesulitan dan susunan, tetapi butir-butir pertanyaan/pernyataan berbeda. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu dan biaya yang lebih karena harus menyusun dua instrumen, dan harus tersedia waktu yang lama untuk melakukan uji coba sebanyak dua kali.

b. Metode tes Berulang (Test-retest Method)

Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan instrumen dua kali. Dengan menggunakan metode ini, kita hanya menyusun satu perangkat instrumen. Untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, metode ini kurang mengena karena responden masih ingat akan butir-butir soalnya. Pada Umumnya hasil tes yang kedua cenderung lebih baik daripada hasil tes pertama. Hal ini dimungkinkan karena adanya carry over effect.


(48)

2. Reliabilitas Internal (Internal Reliability)

a. Instrumen Skor Diskrit

Instrumen skor diskrit, nominal atau pilah adalah instrumen yang skor jawaban/responsnya hanya dua, yaitu 1 (satu) dan 0 (nol). Dengan kata lain hanya dua jawaban yaitu benar dan salah. Jawaban benar diberi skor 1 (satu) sedangkan jawaban salah diberi skor 0 (nol). Metode belah dua ini dikemukakan oleh

Spearman-Brown.

Ada dua cara membelah butir instrumen, yaitu :

1) Membelah butir instrumen menjadi kelompok butir nomor genap dan kelompok butir nomor ganjil yang selanjutnya disebut dengan belahan genap-ganjil.

2) Membelah butir instrumen menjadi kelompok butir nomor awal dan kelompok butir nomor akhir, yaitu separuh jumlah pada nomor-nomor awal dan separuh pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut dengan belahan awal-akhir. b. Instrumen Skor Non Diskrit

Instrumen skor non diskrit adalah instrumen pengukuran yang dalam sistem skoringnya bukan 1 dan 0 (satu dan nol), tetapi bersifat gradual, yaitu ada penjenjangan skor, mulai dari skor tertinggi sampai skor terendah.


(49)

c. Karakteristik butir soal a) Daya pembeda

Ratnawulan (2015: 169) menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Menurut Purwanto (2009: 102) daya pembeda adalah kemampuan butir soal membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Arifin (2009: 133) daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (menguasai materi) dengan peserta didik yang kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa daya beda adalah kemampuan item soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (menguasai materi pelajaran) dengan siswa yang kurang pandai (tidak menguasai materi pelajaran).

b) Tingkat kesukaran

Menurut Aiken (dalam Ratnawulan, 2015: 169) tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00. Purwanto (2009:


(50)

99) memaparkan tingkat kesulitan adalah proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar. Rentang nilai tingkat kesulitan antara 0-1. Semakin tinggi tingkat kesulitan, maka butir soal semakin mudah dan banyak yang menjawab dengan benar. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat kesulitan maka butir semakin sukar dan sedikit yang menjawab benar. Tingkat kesukaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sukar, sedang, dan mudah.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran adalah sebuah peluang untuk menjawab dengan benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu. Kriteria yang sudah ditentukan dalam tingkat kesukaran ada tiga yaitu sukar, sedang, dan mudah. Semakin tinggi tingkat kesukaran maka soal tersebut akan dikategorikan dalam soal yang mudah namun apabila soal tersebut tingkat kesukarannya rendah maka soal tersebut dikategorikan sebagai soal yang sukar.


(51)

c) Analisis pengecoh

Menurut Purwanto (2009: 108) pengecoh disebut sebagai penyesat atau penggoda yang merupakan jawaban tetapi bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh dibuat untuk menyesatkan siswa dan mengoda siswa yang kurang begitu jelas dengan materi untuk memilih jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban.

Arifin (2009:279) menjelaskan bahwa butir soal dapat dikatakan baik apabila pengecohnya dipilih secara merata oleh peserta tes, sedangkan butir soal dapat dikatakan kurang baik apabila pengecohnya dipilih secara tidak merata. Arikunto (2012: 234) mengungkapkan bahwa sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah sebuah pilihan jawaban yang bukan termasuk dalam kunci jawaban yang berfungsi sebagai pengecoh atau penggoda peserta tes agar memilih pengecoh tersebut. Pengecoh tersebut akan berfungsi dengan baik jika jawaban pengecoh tersebut dipilih secara merata oleh peserta tes paling sedikit dipilih sebanyak 5%.


(52)

4) Pengembangan Tes Hasil Belajar

Menurut Djaali (dalam Sudaryono dkk 2013: 65) penyusunan dan pengembangan tes dimaksudkan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Langkah-langkah konstruksi tes yang di tempuh adalah sebagai berikut :

a) Menetapkan tujuan tes. Tes prestasi belajar dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan, seperti: (1) tes yang bertujuan untuk mengadakan ujian nasional atau ujian lain yang sejenis, (2) tes yang bertujuan untuk mengadakan seleksi, (3) tes yang bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa yang dikenal dengan tes diagnosis.

b) Analisis kurikulum. Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan yang akan dijadikan dasar dalam menentukan jumlah item atau butir soal untuk setiap pokok bahasan soal objektif atau bobot soal untuk untuk uraian, dalam membuat kisi-kisi tes.

c) Analisis buku pelajaran sumber materi belajar lainnya. Analisis ini mempunyai tujuan yang sama dengan analisis kurikulum, yaitu menentukan bobot setiap pokok bahasan. Namun dalam analisis buku pelajaran menentukan bobot setiap pokok bahasan


(53)

berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar lainnya.

d) Membuat kisi-kisi. Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam arti mencangkup semua pokok bahasan secara proporsional. Agar item-item atau butir-butir tes mencangkup keseluruhan materi (pokok bahasan atau sub pokok bahasan) secara proporsional, maka sebelum menulis butir-butir tes terlebih dahulu membuat kisi-kisi sebagai pedoman.

e) Penulisan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Penulisan TIK harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. TIK harus mencerminkan tingkah laku siswa, oleh karena itu harus dirumuskan secara operasional, dan secara teknis menggunakan kata-kata operasional.

f) Penulisan soal. Setelah kisi-kisi dalam bentuk tabel spesifikasi telah tersedia, maka yang kemudian dibuat adalah butir-butir soal. Petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal adalah:

a) Soal yang dibuat harus valid (validitas konstruk) dalam arti mampu mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.


(54)

b) Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi kemampuan lain yang tidak relevan.

c) Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan dengan langkah-langkah lengkap sebelum digunakan pada tes yang sesungguhnya.

d) Menetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur untuk setiap soal matematika yang dibuat.

e) Dalam membuat soal matematika, hindari sejauh mungkin kesalahan-kesalahan ketik, kerena hal itu akan mempengaruhi validitas soal.

f) Memberikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan jelas untuk setiap bentuk soal metematika dalam suatu tes. g) Telaah soal (face validity). Soal-soal yang dibuat masih

mungkin terjadi kekuranagan atau kekeliruan yang menyangkut aspek kemampuan spesifik yang diukur, bahasa yang digunakan, kesalahan ketik dan lain sebagainya. Untuk itu sebelum diperbanyak maka soal terlebih dahulu harus ditelaah oleh teman sejawat yang mendalami materi tes maupun teknik penulisan soal untuk meneliti validitas permukaan dari soal yang dibuat.


(55)

h) Produksi soal terbatas. Tes yang sudah diperbanyak dalam jumlah yang cukup menurut jumlah sampel uji coba atau jumlah peserta yang akan mengerjakan tes tersebut dalam suatu kegiatan uji coba tes.

i) Uji coba tes. Tes yang sudah diperbanyak itu akan diuji-cobakan pada sejumlah sampel yang telah ditentukan. Sampel uji coba harus mempunyai karakteristik yang kurang lebih sama dengan karakteristik peserta tes yang sesungguhnya.

j) Analisis hasil uji coba. Berdasarkan data hasil ujicoba dilakukan analisis, terutama analisis butir soal yang meliputi validitas butir, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh. Berdasarkan validitas butir soal tersebut dilakukan seleksi soal menggunakan kriteria validitas tertentu.

k) Revisi soal. Soal-soal yang valid berdasarkan kriteria validitas empirik dikonfirmasikan dengan kisi-kisi. Apabila soal-soal tersebut sudah memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi semua materi yang akan diujikan, soal-soal tersebut selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes, namun jika masih ada soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan


(56)

kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan terhadap soal yang diperlukan.

l) Merakit soal menjadi tes. Urutan soal dalam suatu tes dilakukan dengan mengurutkan tingkat kesukaran soal, yaitu dari soal yang mudah sampai dengan soal yang sulit. Sedangkan menurut Widoyoko (2009: 88) menyatakan bahwa ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar, di antaranya adalah :

1. Menyusun spesifikasi tes

Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes, yaitu yang berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal. Penyusunan spesifikasi tes mencangkup kegiatan: (1) menentukan tujuan tes, (2) menyusun kisi-kisi tes, (3) memilih bentuk tes, (4) menentukan panjang tes.

a) Menentukan tujuan tes

Ditinjau dari segi tujuan ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu

1. Tes penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran, untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik.


(57)

2. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran. Tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.

3. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukkan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester.

4. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester, untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran tertentu. Tingkat keberhasilan tersebut dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi.

b) Menyusun kisi-kisi

Kisi-kisi atau biasa juga disebut sebagai tabel spesifikasi tes merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan


(58)

bagi penulis soal, sehingga menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.

Empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu: (1) menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) menentukan indikator, (3) membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan, (4) menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan.

c) Memilih bentuk tes

Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cangkupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk soal tes objektif pilihan ganda sangat tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cangkupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin.

d) Menentukan panjang tes

Penentuan panjang tes didasarkan pada cangkupan materi ujian dan kelelahan peserta tes.


(59)

2. Menulis soal tes

Penulisan soal merupakan langkah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel.

3. Menelaah soal tes

Menelaah soal perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatan soal masih ditemukan kekurangan dan kesalahan. Sering kali kelemahan dan kekurangan terjadi baik dari segi tata bahasa maupun dari substansi yang tidak terlihat oleh pembuat soal. Menelaah soal dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama-sama dalam tim menelaah atau mengkoreksi soal.

4. Melakukan uji coba tes

Sebelum soal digunakan maka uji coba dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dilakukan sebagai sarana untuk memperbaiki data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain


(60)

5. Menganalisis butir soal

Berdasarkan hasil uji coba perlu dilakukan analisis butir soal yang telah disusun. Melalui analisis butir soal dapat diketahui tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda, dan juga efektifitas pengecoh.

6. Memperbaiki tes

Melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih kurang sesuai dengan yang diharapkan, dengan cara memperbaiki butir-butir soal yang ternyata masih belum baik. 7. Merakit tes

Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki langkah berikutnya adalah merakit butir-butir soal menjadi satu kesatuan tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan, bentuk soal, lay out, dan sebagainya harus diperhatikan.

8. Melaksanakan tes

Langkah berikutnya adalah dengan memberikan tes tersebut kepada peserta tes untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

9. Menafsirkan hasil tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu nilai rendah,


(61)

menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada sembilan langkah yang perlu dilaksanakan dalam mengembangkan tes hasil belajar, yaitu: 1) menyusun spesifikasi tes dengan menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes, dan menentukan panjang tes, 2) menulis soal tes, 3) menelaah soal tes dengan dibantu sejumlah orang yang terdiri dari para ahli, 4) melakukan uji coba tes, 5) menganalisis soal tes berdasarkan tingkat kesukaran, validitas, reliabilitas, daya beda, dan efektifitas pengecoh, 6) memperbaiki tes, 7) merakit tes, 8) melaksanakan tes dengan mengujikan kepada siswa, 9) menafsirkan hasil tes.

5) Taksonomi Tes Hasil Belajar

Menurut Supratiknya (2012: 5) taksonomi adalah klasifikasi atau penggolongan tentang objek atau gejala berdasarkan satu atau lebih prinsip tertentu. Dalam taksonomi penggolongan objek atau gejala disertai dengan pengurutannya secara berjenjang, mulai dari yang paling sederhana yang ditempatkan pada jenjang atau urutan paling bawah sampai paling kompleks dan yang ditempatkan pada jenjang atau urutan puncak. Dalam hirarki salah satu taksonomi tujuan pengajaran


(62)

yang dikenal dan dipakai secara luas adalah taksonomi tujuan pengajaran yang digagas oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan.

Taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk mengkategorikan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum. Menurut Tarlinton (Supratiknya, 2012: 7) Anderson merevisi taksonomi Bloom dalam ranah kognitif. Dua perubahan yang dilakukannya meliputi: (1) menghilangkan kemampuan taraf 5 Sintesis, menggeser kemampuan taraf 6 Evaluasi menjadi kemampuan taraf 5, dan memasukkan jenis kemampuan baru menjadi taraf 6 yakni Creating atau Menciptakan, serta mengubah nama keenam kategori, dari kata benda menjadi kata kerja. Tingkatan taksonomi Bloom yakni : (1) mengingat (remember), (2) memahami (understand),

(3) mengaplikasikan (apply), (4) menganalisis (analyze), (5) mengevaluasi (evaluate), dan (6) mencipta (create).

Proses kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengingat (Remember)

Proses mengingat merupakan pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Mengingat kembali data atau informasi. Kata kerja operasional proses kognitif mengingat meliputi mengenal dan membilang.


(63)

2. Memahami (Understand)

Proses memahami adalah pengetahuan mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik secara lisan, tulisan atau grafis. Menjelaskan aneka gagasan atau konsep. Memahami makna, terjemahan, perluasan data penjabaran, dan penafsiran dari aneka perintah atau masalah. Kata kerja operasional proses kognitif memahami meliputi merinci dan menggunakan.

3. Mengaplikasikan (Apply)

Proses mengaplikasikan adalah menggunakan langkah-langkah untuk mengerjakan soal atau menyelesaikan masalah. Menggunakan informasi dalam situasi lain dalam kehidupan sehari-hari. Menerapkan hasil belajar di kelas dalam situasi baru di luar kelas. Kata kerja operasional proses kognitif mengaplikasikan meliputi menghitung dan menentukan.

4. Menganalisis (Analyze)

Proses menganalisis adalah proses memecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan membutuhkan hubungan antar bagian dan antar setiap bagian dan struktur keseluruhan. Mengurai informasi kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur untuk menemukan pemahaman dan hubungan-hubungan, memilah materi atau konsep ke dalam bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, membedakan antara fakta dan


(64)

pendapat. Kata kerja operasional proses kognitif menganalisis meliputi memecahkan, menegaskan dan menganalisis.

5. Mengevaluasi (Evaluate)

Proses mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Memberikan pembenaran terhadap sebuah keputusan atau rangkaian tindakan tertentu, membuat penilaian tentang nilai dari sebuah gagasan atau hal. Kata kerja operasional proses kognitif mengevaluasi meliputi memutuskan.

6. Mencipta (Create)

Proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi keseluruhan yang koheren dan fungsional. Mengeluarkan aneka gagasan, produk, atau cara melihat persoalan yang baru. Kata kerja operasional proses kognitif mencipta meliputi memperjelas, dan memutuskan.

6) Program TAP (Test Analysis Program)

Test Analysis Program (TAP) merupakan salah satu software yang digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar. Lewis (dalam Wirastri, 2014: 43) menyatakan bahwa program TAP (Test Analysis Program) dapat digunakan untuk menganalisis:

a. Total nilai yang diperoleh siswa untuk mengetahui mean (rata-rata), minimal nilai yang didapat siswa, maksimum nilai yang didapat siswa, serta untuk menentukan standar deviasi.


(65)

b. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.

c. Untuk mengetahui daya pembeda pada soal yang berguna untuk membedakan siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar. d. Untuk mengetahui validitas soal.

e. Untuk mengetahui reliabilitas pada soal.

f. Untuk mengetahui pengecoh yang ada pada soal dapat berfungsi dengan baik atau tidak.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa TAP adalah salah satu software yang digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar. TAP dapat digunakan untuk menentukan nilai, validitas, reliabilitas, daya pembeda soal, pengecoh, serta untuk mengetahui tingkat kesukaran pada soal.

7) Matematika

Johnson dan Rising (dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 28) menyatakan sebagai berikut: (1) Matematika adalah pengetahuan terstruktur, di mana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. (2) Matematika adalah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat. (3) Matematika adalah seni, di mana keindahannya terdapat dalam keterurutan dan keharmonisan.


(66)

Beth dan Piaget (dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 28) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik.

Kline (dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 28) cenderung menyatakan matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dalam membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Reys dkk (dalam Runtukahu dan Kendau, 2013: 29) menyatakan matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah sebuah ilmu mengenai sebuah struktur dan hubungan-hubungan, simbol-simbol yang diperlukan, dan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk berfikir dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dan terkait dengan kehidupan sehari-hari serta mampu memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


(67)

8) Kompetensi Dasar

Kusaeri (2014: 30) menyatakan Kompetensi Dasar (KD) adalah tujuan pembelajaran yang memiliki cangkupan luas. Susilo (2007: 98) menambahkan bahwa kompetensi mencangkup tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki siswa untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar adalah suatu tujuan pembelajaran yang mempunyai cangkupan yang luas tentang tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki siswa agar tugas pembelajaran dapat sesuai dengan jenis pekerjaan atau tugas yang telah ditetapkan.


(68)

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan di bawah ini adalah jurnal dan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan tes.

Penelitian pertama adalah penelitian dengan judul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Operasi Hitung Satuan Waktu Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar” yang disusun oleh Ana Andiyastuti pada tahun 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan, meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk. Subjek penelitian yang digunakan adalah 30 siswa kelas V A dan 30 siswa kelas VB SD N Denggung. Hasil penelitian dan pengembanagan ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian dan pengembangan, meliputi: (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (2) hasil uji empiris, meliputi: (a) soal yang valid sebanyak 46%, (b) reliabilitas tes termasuk dalam kategori tinggi, (c) daya pembeda dengan kategori baik dan sangat baik sebanyak 23 butir soal, (d) tingkat kesukaran dengan kategori mudah sebanyak 22%,


(69)

kategori sedang 74% dan kategori sukar 4%, (e) pengecoh yang tidak berfungsi sebanyak 9 option.

Penelitian yang relevan yang kedua dalah penelitian yang dilakukan Devi Mardhiyanti, Ratu Ilma Indra Putri, dan Nila Kesumawati pada tahun 2011. Judul dari penelitian tersebut adalah “Pengembangan Soal Matematika Model Pisa Untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (R&D). Subjek penelitian yaitu siswa kelas VI E SD Xaverius 1 Palembang sebanyak 37 siswa. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa (1) penelitian ini telah menghasilkan suatu produk soal matematika model PISA untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa SD yang valid dan praktis. Valid tergambar dari hasil penilaian validator yang menyatakan bahwa soal sudah baik, konstruk (mengembangkan kemampuan komunikasi matematis, kaya dengan konsep, sesuai dengan level siswa kelas VI SD, mengundang pengembangan konsep lebih lanjut), dan bahasa (sesuai dengan EYD, soal tidak berbelit belit, soal tidak mengandung penafsiran ganda, batasan pertanyaan dan jawaban jelas). Selain itu kevalidan soal juga tergambar dari hasil analisis butir soal pada siswa non subjek penelitian. Praktis tergambar dari hasil uji coba pada small group di mana sebagian besar siswa dapat memahami soal dengan baik; (2) prototipe soal matematika model PISA yang


(1)

Low 3 (0,273) 2 (0,182) 3 (0,273) 3 (0,273) Diff -3(-0,273) -2(-0,182) 4#(0,602) -2(-0,148) 12 TOTAL 0 (0,000) 15*(0,484) 12 (0,387) 4 (0,129) High 0 (0,000) 6 (0,750) 0 (0,000) 2 (0,250) Low 0 (0,000) 2 (0,182) 7 (0,636) 2 (0,182) Diff 0 (0,000) 4 (0,568) -7(-0,636) 0 (0,068) 13 TOTAL 1 (0,032) 12 (0,387) 11*(0,355) 7 (0,226) High 0 (0,000) 1 (0,125) 6 (0,750) 1 (0,125) Low 1 (0,091) 4 (0,364) 3 (0,273) 3 (0,273) Diff -1(-0,091) -3(-0,239) 3 (0,477) -2(-0,148) 14 TOTAL 19*(0,613) 3 (0,097) 5 (0,161) 4 (0,129) High 6 (0,750) 0 (0,000) 0 (0,000) 2 (0,250) Low 5 (0,455) 3 (0,273) 1 (0,091) 2 (0,182) Diff 1 (0,295) -3(-0,273) -1(-0,091) 0 (0,068) 15 TOTAL 4 (0,129) 3 (0,097) 4 (0,129) 20*(0,645) High 0 (0,000) 0 (0,000) 0 (0,000) 8 (1,000) Low 3 (0,273) 3 (0,273) 2 (0,182) 3 (0,273) Diff -3(-0,273) -3(-0,273) -2(-0,182) 5 (0,727) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 16 TOTAL 3 (0,097) 20*(0,645) 6 (0,194) 2 (0,065) High 0 (0,000) 8 (1,000) 0 (0,000) 0 (0,000) Low 1 (0,091) 3 (0,273) 6 (0,545) 1 (0,091) Diff -1(-0,091) 5 (0,727) -6(-0,545) -1(-0,091) 17 TOTAL 3 (0,097) 6 (0,194) 9 (0,290) 13*(0,419) High 0 (0,000) 2 (0,250) 0 (0,000) 6 (0,750) Low 0 (0,000) 3 (0,273) 4 (0,364) 4 (0,364) Diff 0 (0,000) -1(-0,023) -4(-0,364) 2 (0,386) 18 TOTAL 5 (0,161) 7 (0,226) 2 (0,065) 17*(0,548) High 0 (0,000) 0 (0,000) 0 (0,000) 8 (1,000) Low 0 (0,000) 5 (0,455) 2 (0,182) 4 (0,364) Diff 0 (0,000) -5(-0,455) -2(-0,182) 4 (0,636) 19 TOTAL 2 (0,065) 6 (0,194) 5 (0,161) 18*(0,581) High 0 (0,000) 0 (0,000) 0 (0,000) 8 (1,000) Low 2 (0,182) 5 (0,455) 2 (0,182) 2 (0,182) Diff -2(-0,182) -5(-0,455) -2(-0,182) 6 (0,818) 20 TOTAL 4 (0,129) 13*(0,419) 6 (0,194) 8 (0,258) High 3 (0,375) 1 (0,125) 0 (0,000) 4 (0,500) Low 0 (0,000) 5 (0,455) 4 (0,364) 2 (0,182) Diff 3#(0,375) -4(-0,330) -4(-0,364) 2#(0,318) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- ---


(2)

21 TOTAL 1 (0,032) 14 (0,452) 12*(0,387) 4 (0,129) High 0 (0,000) 0 (0,000) 7 (0,875) 1 (0,125) Low 0 (0,000) 6 (0,545) 3 (0,273) 2 (0,182) Diff 0 (0,000) -6(-0,545) 4 (0,602) -1(-0,057) 22 TOTAL 5 (0,161) 7 (0,226) 16*(0,516) 3 (0,097) High 3 (0,375) 2 (0,250) 1 (0,125) 2 (0,250) Low 1 (0,091) 2 (0,182) 7 (0,636) 1 (0,091) Diff 2#(0,284) 0#(0,068) -6(-0,511) 1#(0,159) 23 TOTAL 1*(0,032) 5 (0,161) 9 (0,290) 16 (0,516) High 0 (0,000) 3 (0,375) 1 (0,125) 4 (0,500) Low 1 (0,091) 1 (0,091) 3 (0,273) 6 (0,545) Diff -1(-0,091) 2#(0,284) -2(-0,148) -2(-0,045) 24 TOTAL 25 (0,806) 2*(0,065) 3 (0,097) 1 (0,032) High 6 (0,750) 1 (0,125) 1 (0,125) 0 (0,000) Low 9 (0,818) 0 (0,000) 1 (0,091) 1 (0,091) Diff -3(-0,068) 1 (0,125) 0 (0,034) -1(-0,091) 25 TOTAL 2 (0,065) 19*(0,613) 6 (0,194) 4 (0,129) High 0 (0,000) 6 (0,750) 1 (0,125) 1 (0,125) Low 1 (0,091) 7 (0,636) 2 (0,182) 1 (0,091) Diff -1(-0,091) -1 (0,114) -1(-0,057) 0 (0,034) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 26 TOTAL 9*(0,290) 11 (0,355) 6 (0,194) 5 (0,161) High 4 (0,500) 1 (0,125) 0 (0,000) 3 (0,375) Low 0 (0,000) 6 (0,545) 4 (0,364) 1 (0,091) Diff 4 (0,500) -5(-0,420) -4(-0,364) 2 (0,284) 27 TOTAL 8*(0,258) 10 (0,323) 10 (0,323) 3 (0,097) High 4 (0,500) 2 (0,250) 1 (0,125) 1 (0,125) Low 2 (0,182) 4 (0,364) 4 (0,364) 1 (0,091) Diff 2 (0,318) -2(-0,114) -3(-0,239) 0 (0,034) 28 TOTAL 5 (0,161) 7 (0,226) 7 (0,226) 12*(0,387) High 1 (0,125) 0 (0,000) 3 (0,375) 4 (0,500) Low 2 (0,182) 4 (0,364) 1 (0,091) 4 (0,364) Diff -1(-0,057) -4(-0,364) 2#(0,284) 0 (0,136) 29 TOTAL 3 (0,097) 9 (0,290) 11*(0,355) 8 (0,258) High 0 (0,000) 4 (0,500) 3 (0,375) 1 (0,125) Low 2 (0,182) 3 (0,273) 3 (0,273) 3 (0,273) Diff -2(-0,182) 1#(0,227) 0 (0,102) -2(-0,148) 30 TOTAL 14 (0,452) 7*(0,226) 4 (0,129) 6 (0,194) High 5 (0,625) 2 (0,250) 0 (0,000) 1 (0,125) Low 4 (0,364) 4 (0,364) 1 (0,091) 2 (0,182)


(3)

Diff 1#(0,261) -2(-0,114) -1(-0,091) -1(-0,057) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

TAP: Test Analysis Program (version 14.7.4) Copyright © 2003-2014 Gordon P. Brooks Contact: brooksg@ohio.edu


(4)

(5)

(6)

Curriculum Vitae

Penulis bernama Agnes Devi Rianingsih

merupakan anak kedua dari pasangan Antonius

Mugiyana dan Yuliana Rusmiyati. Lahir di

Gunungkidul, 12 April 1995. Pendidikan awal di

mulai dari TK Kanisius Pulutan I pada tahun

2000-2001. Pendidikan Sekolah Dasar di SD

Kanisisus Pulutan I pada tahun 2001-2007.

Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP

Kanisius Wonosari pada tahun 2007-2010.

Kemudian melanjutkan studi di Sekolah Menengah Atas di SMA Dominikus

Wonosari pada tahun 2010 dan dinyatakan lulus pada tahun 2013. Peneliti

mulai tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas Sanata Dharma sejak

tahun 2013, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan,

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti

beberapa macam kegiatan sebagai pengembangan keterempilan. Beberapa

kegiatan yang diikuti seperti workshop, seminar, dan kepelatihan. Pelatihan

Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I, Pelatihan Pengembangan

Kepribadian Mahasiswa II, Penguasaan Bahasa Inggris Aktif,

English Club

,

Kursus Mahir Dasar Pramuka, Inisiasi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Lomba Malam Kreativitas PGSD 2013, Seminar Love Datting

and Sex “Pacaran dengan Akal Sehat”, Week

-

End Moral, dan seminar “Free

Sex: Thumbs up or Thumbs Down”.


Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

0 1 225

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 0 303

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1 6 280

Pengembangan tes hasil belajar matematika materi hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.

0 3 264

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

0 7 269

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 200

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 4 187

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar

0 1 223

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 13 301

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

0 0 267