Analisis Modal Kerja Dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas Pada PT. Pos Indonesia (persero) Bandung

(1)

Judul Skripsi : Analisis Modal Kerja dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas Pada PT. POS Indonesia

Nama : Rohani

NIM : 21106091

Program Studi : Akuntansi

Jenjang : Strata 1

Fakultas : Ekonomi

Menyetujui, Bandung, Februari 2011

Mengetahui, Pembimbing,

Inta Budi Setya Nusa, SE, M.Ak NIP : 4127.34.03.031

Dekan Fakultas Ekonomi,

Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra. SE, M.Si NIP : 4127.34.02.015

Ketua Program Studi Akuntansi,

Sri Dewi Anggadini, SE, M.Si NIP : 4127.34.03.003


(2)

iii

ANALISIS MODAL KERJA DAN INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT POS INDONESIA (PERSERO)

BANDUNG

Penelitian ini dilakukan di PT POS Indonesia (Persero) yaitu salah satu perusahaan BUMN di bidang komunikasi yang senantiasa berupaya untuk menjadi penyedia sarana komunikasi kelas dunia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan investasi aktiva tetap terhadap profitabilitas pada PT POS Indonesia (Persero) Bandung baik secara simultan maupun secara partial.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan investasi aktiva tetap terhadap profitabilitas digunakan pengujian statistik. Pengujian statistik yang digunakan adalah penggunaan regresi berganda, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan juga menggunakan aplikasi SPSS 15.0 for windows untuk memperkuat perhitungan secara manual.

Dari hasil perhitungan korelasi berganda (R) sebesar 0,624 yang berarti besarnya hubungan modal kerja dan investasi aktiva tetap terhadap profitabilitas mempunyai hubungan yang kuat. Hasil nilai Ftabel sebesar 3,592. Karena Fhitung (5,430) lebih besar dari Ftabel (3,592) atau Fhitung > Ftabel . Nilai tersebut mengandung arti bahwa modal kerja dan investasi aktiva tetap secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada PT. POS Indonesia (Persero), artinya hipotesis penulis yang mengungkapkan modal kerja dan investasi aktiva tetap berpengaruh terhadap profitabilitas terbukti. Hubungan yang kuat dan positif antara modal kerja dan investasi aktiva tetap terhadap profitabilitas pada PT. POS Indonesia (Persero) Bandung sebesar 39,0% dan sisanya yaitu sebesar 61,0% dipengaruhi oleh faktor lain.


(3)

iv

INVESTMENT TO PROFITABILITY AT PT. POS INDONESIA (PERSERO) BANDUNG

This research was done in PT POS Indonesia (Persero) is one government in the field of communication that strives to be a provider of worl class communication facilities. The purpose of this study was determine the effect of working capital and fixed asset investmen to profitability in PT. POS Indonesia (Persero) Bandung, either simultaneously or in partial.

The method used in this research is descrivtive method with quantitative approach verification. To determine the effect ofworking capital and fixed asset investment to profitability used statistical test. The test statistic used is the use multiple regression, correlation and also using SPSS 15.0 for windows application to strengthen calculation manually.

The calculation of multiple correlation (R) of 0.624 which means the relationship of working capital and fixed asset investment to profitability have a strong relationship. Result Ftable value of 3.592 because Fcount (5.430) is greater than Ftable (3.592) or Fhitung > Ftable. This value implies that working capital and investment in fixed asset together (simultaneously) has significant influence on profitability in PT. POS Indonesia (Persero), meaning that the authors hypnotized that reveal the working capital and fixed asset investment influence to profitability proved. Strong and positive relationship between working capital and fixed asset investment to profitability at PT. POS Indonesia (Persero) Bandung equal to 39.0% and the rest that equal to 61.0% influenced by other factors.


(4)

TOTAL 2005 1,854,955,535,805 1,825,423,374,737 609,928,100,581

615,900,552,150 (5,972,451,569) 702,071,090,375

699,634,330,875 699,634,330,875 620,839,694,029

615,070,150,920 643,688,564,054

650,980,150,250

2006 2,576,527,449,039 2,581,585,184,195 -982,956,957,952

1,001,524,790,150 (18,567,832,198) 1,012,645,925,482 1,009,200,595,650 1,017,313,045,902 1,026,880,289,267 999,793,958,803 1,006,741,120,552

2007 4,012,709,888,139 4,044,346,795,619 -1,505,936,125,130

1,519,701,578,020 (13,765,452,890) 1,494,478,659,144

1,520,152,876,037 1,520,152,876,037 1,463,677,277,984

1,520,096,257,552 1,475,013,622,178

1,521,001,276,520

2008 5,939,105,684,436 6,080,951,988,129 -879,533,510,357

891,879,056,025 (12,345,545,668) 845,904,734,528

892,152,005,980 897,851,832,319

892,227,026,982 892,227,026,982 836,469,091,788

892,890,190,910

2009 3,459,759,168,992 3,569,148,279,897

-aktiva hutang

1,854,955,535,805

1,825,423,374,737 463,738,883,951 2,576,527,449,039

2,581,585,184,195 644,131,862,260 4,012,709,888,139

4,044,346,795,619 1,003,177,472,035 5,939,105,684,436

6,080,951,988,129 1,484,776,421,109 3,459,759,168,992

3,569,148,279,897 864,939,792,248

perolehan penyusutan

953881845544 597317413075 238,470,461,386 997119813378 652289302859 249,279,953,345 1241758718419 670087863405 310,439,679,605 1053905609672 716095839803 263,476,402,418 1151249900246 775758965769 287,812,475,062 AKTIVA TETAP


(5)

54,212,032,561

209,855,244,910 (155,643,212,349) 221,778,307,772

164,544,008,922 498,619,089,688

153,243,880,245 252,713,387,175

154,849,172,600 124,646,168,782 2,006

1,027,322,817,196 682,492,306,677 (30,203,003,818) 316,292,067,784

159,548,908,822 156,743,158,962 104,993,632,065

161,739,056,489 161,739,056,489 414,246,942,974

169,890,076,542 406,226,075,596

178,909,821,552 2,007

1,241,758,718,419 670,087,863,405 -340,848,471,100

186,490,616,557 154,357,854,543 525,310,078,988

168,967,532,244 (465,580,289,435)

209,855,244,910 653,327,349,019

150,782,446,092 186,490,616,557 2,008

1,053,905,609,672 716,095,839,803

383,279,252,011

195,625,002,255 187,654,249,756 154,571,231,575

189,024,477,250 470,864,759,552

203,210,406,010 203,210,406,010 142,534,657,108

187,899,080,254 2,009


(6)

-2,436,759,500

5,769,543,109 (7,291,586,196)

3,445,329,832

(9,567,243,365) (6,947,161,749)

(25,674,216,893)

(56,418,979,568) (45,987,654,342)

(46,247,271,452)

5,624,805,337 (56,421,099,122)

456,355,843,684

645,396,296,049

1,011,086,698,905

1,520,237,997,032

892,287,069,974

149,329,353,269

163,072,325,715

167,521,965,851

179,023,959,951

193,939,741,442

167,532,454,362


(7)

(56,745,424,424)

244,356,866,432 227,316,254,044

356,342,546,744

(675,435,534,345) 502,544,902,927

(34,453,245,675)


(8)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dengan perkembangan teknologi yang semakin meningkat serta makin banyaknya jumlah perusahaan-perusahaan sejenis yang muncul, maka persoalan-persoalan manajemen pun akan semakin komplek dan persaingan antar perusahaan pun semakin ketat. Apalagi, keadaan perekonomian Indonesia yang belum stabil saat ini menyebabkan banyak perusahaan kesulitan untuk mempertahankan kelangsunagn hidupnya. Demikian pula halnya terhadap kebijakan-kebijakan yang dianut perusahaan, tentu akan mengalami perubahan-perubahan ataupun hanya sekedar mempertajam kebijakan-kebijakan yang sudah ada sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Dalam era globalisasi pemerintah mengurangi campur tangan secara langsung dalam mengatur dan mengendalikan perekonomian, sifat, dan dinamika usaha yang bersumber pada inisiatif dan kreatifitas dunia usaha itu sendriri. Oleh karena itu, pernana mekanisme pasar dalam kegiatan ekonomi menjadi semakin besar sehingga kalangan dunia usaha akan selalu berpacu dalam memenangkan pasar melalui upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Untuk menghadapi semua hal di atas perusahaan harus inovatif dan mampu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan yang telah


(9)

terjadi dan yang akan terjadi di masa yang akan datang baik perubahan perekonomian nasional, peraturan pemerintah, kondisi konsumen, maupun kemampuan pesaing. Oleh karena itu, perusahaan harus tumbuh, berjalan dan membangun manajemennya secara konsepsional dan sistematis dengan berorientasi kepada pertumbuhan, dan perkembangan perusahaan yang dinamis melalui pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan memiliki motivasi untuk menciptakan kemampuan bersaing.

Adapun sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai tujuan di atas salah satunya dalah sumber daya keuangan yaitu modal. Pengertian modal disini mencakup arti yang luas meliputi aspek lain yang ada dalam perusahaan untuk mengukur nilai tambahan perusahaan.

Menurut Bambang Riyanto (2001 : 18) yang mengutip pernyataan Bekker yang menerangkan lebih lanjut mengenai modal :

“Modal ialah baik yang berupa barang-barang kongkrit yang masih ada dalamrumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tecatat di sebelah kredit”

Pengelolaan modal mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan yang sangat kompleks menuntut pimpinan perusahaan tidak hanya memikirkan bagaimana memperoleh dan memilih sumber dana yang yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tetapi juga dituntut untuk mengawasi, mengatur, dan mengendalikan masalah penggunaan modal. Dalam hal ini pimpinan


(10)

perusahaan harus dapat mengambil keputusan yang tepat agar perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satunya adalah pengambilan keputusan mengenai modal kerja perusahaan.

Modal kerja (working capital) merupakan dana atau modal yang diinvestasikan kedalam aktiva lancar yang sifatnya jangka pendek. Dalam perusahaan modal kerja ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan antara lain dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari seperti : pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar rekening listrik, membayar biaya transportasi, membayar hutang yang telah jatuh tempom dan pembayaran lainnya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dari hasil penjualan produk yang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama (kurang dari 1 tahun). Uang yang dihasilkan tersebut dipergunakan lagai untuk kegiatan operasi perusahaan selanjutnya, dan seterusnya dana tersebut berputar selama perusahaan masih beroperasi.

Menurut Bambang Riyanto (2001:22), pengertian modal kerja terdapat beberapa konsep modal kerja yaitu :

1. Konsep Kuantitatif (gross working capital), adalah keseluruhan aktiva lancar

2. Konsep Kualitatif (net working capital), adalah kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar.

3. Konsep Fungsionil, konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income).

Manajemen modal kerja yang efektif sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan


(11)

meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan (profit). Begitu juga, perusahaan jika tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya maka akan menghadapi masalah likuiditas. Untuk menghadapi masalah tersebut, maka perusahaan harus memiliki persediaan modal kerja optimum dalam artian tidak berlebihan dan tidak kekurangan dengan tujuan agar perusahaan dapat beroperasi secara ekonomis.

Dalam manajemen keuangan selain modal diinvestasikan dalam aktiva lancar dan utang lancar dengan jangka waktu pendek (modal kerja), juga modal itu dapat diinvestasikan dalam aktiva tetap dengan jangka waktu panjang. Perusahaan melakukan investasi aktiva tetap dengan harapan akan mendapatakan return yang lebih besar sebelum melakukan investasi, dimana return tersebut dapat diterima kembali perusahaan dalam waktu beberapa tahun, dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui depresiasi. Investasi dalam aktiva tetap dapat ditujukan untuk menambah kuantitas produk, memperbaiki kualitas produk, menambah lini produk, dan lain-lain dengan harapan perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya dan dapat memperoleh pangsa pasar yang lebih baik.

Jika kekurangan asset untuk mengembangkan produk dan jasa perusahaan, sedangkan permintaan semakin besar, maka perusahaan akan kehilangan konsumen potensial. Hal ini akan mengakibatkan hilangnya peluang bagi perusahaan dalam memperoleh laba karena banyaknya pesanan atau permintaan yang tidak dapat dipenuhi. Tetapi jika terlalu banyak asset


(12)

yang dimiliki akan mengakibatkan aktiva tetap yang menganggur (idle asset), dimana aktiva tetap yang dimiliki tidak dapat digunakan secara optimal. Oleh karena itu, ketidaktepatan dalam menentukan kebutuhan modal kerja dan investasi tetap akan mengakibatkan perusahaan terganggu dalam memperoleh laba yang akan mempengaruhi keuntungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

Ada fenomena yang menyebutkan bahwa penambahan invetasi tidak selamanya berpengaruh terhadap laba perusahaan. Menurut Direktur sekaligus Corporate Secretary Heru Budiman PT Gudang Garam dan Direktur PT BAT, peningkatan investasi kurang berpengaruh terhadap laba karena adanya pengaruh nilai tukar mata uang asing, naiknya beban bea cukai, dan peningkatan beban pokok perusahaan. Sedangkan PT Bentoel International dan PT sampoerna peningkatan investasi aktiva tetap berpengaruh terhadap laba karena investasi aktiva tetap digunakan secara semestinya dan mempunyai nilai manfaat bagi perusahaan. (hhtp://www.kontan.co.id)

Sedangkan fenomena yang terjadi di PT. POS Indonesia Cilaki no.73, Bandung, menunjukan bahwa laporan keuangan yang ada menyatakan pendapatan laba mengalami naik turun dalam beberapa tahun terakhir, dikarenakan manajemen yang kurang efektif dan efisien dalam pengelolaan modal kerja. Walaupun nilai modal kerjanya relatif turun tetapi laba yang dihasilkan naik turun bahkan sempat mengalami kerugian, berikut ini data tentang nilai aktiva tetap, pendaptan usaha dan rugi labanya :


(13)

Tahun

Aktiva tetap bersih

Pendapatan usaha (penjualan)

Laba(rugi)

2007 371.670.855.014 1.721.041.382.649 4.349.679.911 2008 437.809.769.869 2.239.961.777.917 (54.712.624.679) 2009 375.490.934.477 2.346.503.745.759 81.817.578.583

Dari data diatas jelas terlihat terjadi masalah dalam perusahaan. Laba rugi perusahaan mengalami naik turun dalam tiga tahun terakhir, dikarenakan naik turun nilai aktiva tetap bersih dan naiknya nilai penjualan. Nilai aktiva tetap bersih dalam kurun waktu 2007-2009 terjadi penurunan yang cukup besar yaitu di tahun 2008, hal itu berdampak pada kerugian yang di alami perusahaan. Pada tahun berikutnya nilai aktiva tetap bersihnya mengalami penurunan dan itu berdampak pada peningkatan laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Tahun 2008 mengalami peningkatan aktiva, tetapi pada kenyataannya kenaikan itu tidak diikuti dengan kenaikan laba yang diperoleh menyebabkan penurunan laba. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa investasi aktiva tetap meningkat maka laba perusahaan juga akan mengalami peningkatan. Setelah melakukan wawancara lebih lanjut kepada Bapak Haji Rahmat selaku pihak PT POS dan data yang ada menyebutkan bahwa ada penyebab lain yang menyebakan terjadinya naik turun laba perusahaan yaitu karena modal kerja yang mengalami penurunan terus menerus dari tahun ke tahun.


(14)

Secara umum tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin, sehingga dapat selalu mengusahakan perkembangan lebih lanjut, karena itu kegiatan menentukan kebutuhan modal kerja dan investasi aktiva tetap harus dilakukan dengan laba usaha. Efisiensi suatu perusahaan tidak cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang dicapai atau meningkatnya volume penjualan tetapi perlu dihitung juga profitabilitasnya. Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah usaha untuk meningkatkan profitabilitasnya melalui efisiensi modal kerja dan investasi aktiva tetap.

Berdasartakan urain di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai modal kerja dan investasi aktiva tetap yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “ANALISIS MODAL KERJA DAN INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP PROFITABILITAS”

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Modal kerja pada PT. POS Indonesia mengalami penurunan terus menerus dari tahun ke tahun tetapi tidak sesuai dengan laba yang cenderung berfluktuatif, hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada.


(15)

2. Pada tahun 2008 nilai investasi aktiva tetap bersih mengalami peningkatan berdampak pada kerugian yang dialami PT. POS Indonesia.

3. Pada tahun 2007-2009 PT. POS Indonesia mengalami laba yang cenderung berfluktuatif.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat diidentifikasikan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada PT. POS Indonesia

2. Bagaimana pengaruh investasi aktiva tetap terhadap profitabilitas pada PT POS Indonesia.

3. Bagaimana pengaruh modal kerja dan investasi aktiva tetap terhadap tingkat profitabilitas pada PT. POS Indonesia.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan investasi aktiva tetap terhadap profitabilitas pada PT.POS Indonesia.


(16)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui modal kerja dan investasi aktiva tetap pada PT. POS Indonesia.

2. Untuk mengetahui besarnya profitabilitas pada PT. POS Indonesia.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh modal kerja dan investasi aktiva tetap terhadap profitabilitas pada PT. POS Indonesia.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan akademis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

1) Untuk menambah wawasan pemikiran dalam hal akuntansi khususnya pengaruh modal kerja dan investasi aktiva tetap terhadap profitabilitas perusahaan.

2) Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sidang komprehensive S1 Akuntansi dan Aktiva Tetap.

2. Bagi Instansi/perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan yang berguna dalam menerapkan kebijakan perusahaan di bidang keuangan khususnya dalam menganalisis laporan keuangan.


(17)

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Pengaruh Modal Kerja dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas Perusahaan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang pengaruh modal kerja dan investasi aktiva tetap terhadap profitabilitas.

2. Bagi masyarakat umum, dapat memberikan informasi dan gambaran tentang aktiva tetap sebagai earning power.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis berencana melakukan penelitian pada PT POS Indonesia Jl. Cilaki No. 73 Bandung, yang dilihat berdasarkan laporan keuangan.

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Februari 2011. Adapun waktu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis berdasarkan pada tabel berikut :


(18)

Tabel 1.1 Pelaksanaan Penelitian

No Keterangan

Oktober September November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Survey Awal

2 Pengajuan Judul Penelitian

3 Penelitian Lapangan

4 Penyususnan dan Bimbingan UP

5 Pelaksanaan Sidang UP

6 Penyusunan dan Bimbingan Skripsi

7 Pelaksanaan Sidang Skripsi


(19)

12

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Modal

Modal dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting. Semakin besar suatu perusahaan, tuntutan keberadaan modal semakin besar pula. Ada beberapa definisi mengenai modal Menurut S.Munawir (2000:19) :

“Modal adalah hak yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukan dalam pos modal (modal saham), surplus, dan laba ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya”.

Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2000:18), mengemukakan bahwa: “Modal (neraca setelah kredit ) ialah sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal, sedangkan barang-barang modal adalah barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan (neraca sebelah debet).”

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal adalah kelebihan aktiva atas hutang yang mempunyai kekuasaan untuk menggunakan barang modal. Selain pengertian-pengertian modal diatas, menurut Bambang Riyanto (2000:19), terdapat pengertian tentang modal lainnya yang juga sangat penting yaitu:

1. Menurut bentuknya (modal aktif), yaitu modal yang tertera disebelah debet dari neraca yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana dana diperoleh perusahaan ditanamkan.


(20)

a. Modal aktif berdasarkan cara dan lamanya perputaran dapat dibedakan antara lain:

• Aktiva lancar yaitu aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi dan proses perputaran dalam jangka waktu pendek (umumnya kurang dari satu tahun).

• Aktiva tetap yaitu aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur habis turut serta dalam proses perputarannya dalam jangka waktu yang panjang (lebih dari satu tahun).

b. Modal aktif berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan dibedakan menjadi dua :

• Modal kerja (working capital ) adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar (gross working capital) atau kelebihan dari aktiva diatas hutang lancar (net working capital).

• Modal tetap adalah jumlah keseluruhan aktiva tetap.

2. Menurut sumbernya atau asalnya (modal pasif) yaitu modal yang tertera disebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber mana dana diperoleh.

1) Modal pasif berdasarkan asalanya dibedakan menjadi dua yaitu:

• Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik modal perusahaan itu sendiri dan hasil usahanya (cadangan, laba yang ditahan ), atau berasal dari pengambilan bagian, persero, atau pemilik (modal saham, saham, modal persero, dll).

• Modal asing (modal kreditur atau hutang) adalah modal yang berasal dari kreditur ini merupakan hutang perusahaan.

2) Modal pasif berdasarkan lamanya penggunaan dibedakan menjadi modal jangka pendek. Pembagian modal pasif juga didasarkan pada:

• Syarat likuiditas yang terdiri dari modal jangka pendek dan modal jangak panjang.

• Syarat solvibilitas yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing. • Syarat rentabilitas yang terdiri dari modal dengan pendapat tidak tetap

(modal saham)

2.1.1.1 Modal Kerja (Working Capital)

Pada dasarnya modal kerja suatu perusahaan selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan beroperasi atau berusaha. Bila ditelaah secara mendalam ternyata modal kerja merupakan salah satu unsure yang


(21)

penting dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat profitabilitas perusahaan karena baiklaba bersih operasional atau laba usaha, penjualan, maupun aktiva operasional sebenarnya ditentukan oleh besarnya modal kerja.

Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002;155), bahwa:

“Modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau modal kerja adalah kas/bank, surat berharga, yang mudah dituangkan misalnya cek, giro (deposito), piutang dagang danpersediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur modal kerja perusahaan terdiri dari kas, sekuritas, piutang, dan persediaan. Apabila proses produksi atau operasi perusahaan meningkat maka jelas sekali perusahaan memerlukan modal kerja yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Dengan peningkatan pendapatan diharapkan profitabilitas perusahaan akan meningkat pula.

2.1.1.2 Pengertian Modal Kerja

Setiap perusahaan yang melakukan kegiatannya selalu membutuhkan dana, kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari. Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar lainnya disebut modal kerja. Berikut ini pengertian modal kerja menurut Gitman (2003:598) :


(22)

“Working capital current assets, which represent the portion of investment that circulates form one form to another in the ordinary conduct of business.”

Artinya modal kerja adalah aktiva lancar, yang menghadirkan bagian investasi yang beredar dari satu bentuk ke bentuk lain yang biasa melakukan bisnis.

Menurut Brigham dan Houston (2001:565):

“Working capital is a firm’s investment in short term assets cash, marketable securrities, inventory and accounts receivable.”

Artinya modal kerja adalah suatu investasi perusahaan jangka pendek dalam assets kas, surat-surat berharga, persediaan, dan piutang dagang.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diasimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar. Secara sederhana dalam praktiknya sehari-hari modal kerja didefinisikan sebagai harta lancar dikurangi kewajiban lancar, atau aktiva dikurangi pasiva lancar dan definisi ini dikenal sebagai modal kerja bersih.

2.1.1.3 Manfaat Modal Kerja

Modal kerja harus cukup besar, dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.

Menurut S. Munawir (2002:116), keberadaan modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa manfaat :


(23)

1. “Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena kurangnya aktiva lancar.

2. Memungkinkan utnuk emmbayar semua kewajiban tepat pada waktunya. 3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan

memungkinkan begi perusahaan utnuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan-kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki perseidaan barang dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat-syarat kredit yang lebih menarik bagi pelanggan.

6. Memungkinkan bagi perusahaan utnuk beroperasi lebih efesien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.”

2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja

Modal kerja sangat penting bagi perusahaan, oleh karena itu dalam menentukan besarnya modal kerja yang dibutuhkan, menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:157), dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :

1. Besar Kecilnya Skala Usaha Perusahaan

Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena beberapa alasan. Perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para pelanggan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan.

2. Aktivitas Perusahaan

Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual.

3. Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja pun akan meningkat, demikian pula sebaliknya.


(24)

4. Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi, khsusnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat dicapai, selain itu akan mebuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan pertambahan penjualan yang besar.

5. Sikap Perusahaam Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas

Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relative besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai barang yang cukup.

2.1.1.5 Konsep Modal Kerja

Di dalam modal kerja terdapat beberapa konsep modal kerja. Menurut Bambang Riyanto (2008:57), ada beberapa konsep modal kerja yang sering digunakan dalam hal ini. Tiga konsep modal kerja itu, yaitu :

1. Modal Kerja Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek.dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).

2. Modal Kerja Kualitatif

Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial


(25)

yang segera harus dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oelh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan unutk membiayai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).

3. Modal Kerja Fungsionil

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya langsung mengahsilkan pendapatan bagi periode tersebut

(current income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan unutk menghasilkan “current income”.

Sebagian dari dana itu dimaksudkan juga untuk mengahalikan pendapatan untuk periode-periode berikutnya (future income).

2.1.1.6 Jenis-jenis Modal Kerja

Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh perushaan berbeda-beda salah satunya tergantung pada jenis perusahaan. Menurut W.B. Taylor yang dikutip oleh Bambang Riyanto (2008:61), menggolongkan modal kerja menjadi 2 jenis yaitu :

1. Modal kerja permanen (permanent working capital), yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk menjalankan fungsinya, tau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dikelompokkan menjadi 2 yaitu : • Modal kerja premier (primary working capital), yaitu modal kerja

minimum yang harus ada unutk menjamin kontinuitas kegiatan usaha. • Modal kerja normal (normal working capital), yaitu modal kerja yang


(26)

2. Modal kerja Variabel (variable working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variable dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

• Modal kerja musiman (seasonal working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim.

• Modal kerja siklis (cylical working capital), yaitu modal kerja yang jumlahmya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.

• Modal kerja darurat (emergency working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

Jadi berdasarkan beberapa penggolongan modal kerja, dapat dikatakan bahwa modal kerja yang ada pada suatu perusahaan digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari sehingga dapat menunjang kegiatan perusahaan.

2.1.1.7 Unsur-Unsur Modal Kerja

Yang ternasuk ke dalam unsur modal kerja adalah aktiva lancar yang terdiri dari uang kas, surat-surat berharga yang segera dapat diuangkan, piutang dagang, persediaan barang, dan lain-lain. Unsur- unsur modal kerja atau aktiva lancara menurut S.Munawir (2002:14)adalah:

1. Kas atau uang tunai

Dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, cek yang diterima dari para pelanggan dengan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali setiap kali dibutuhkan perusahaan.

2. Investasi jangka pendek

Yaitu investasi yang bersifat sementara untuk memanfaatkan uang kas yang sementara masih belum dalam operasi perusahaan dengan syarat harus bersifat marketable yaitu dapat segera dijual dengan harga pasti setiap saat perusahaan memerlukan uang.

3. Piutang dagang

Yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain (kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang secara kredit.

4. Persediaan barang (bagi perusahaan dagang)


(27)

2.1.1.8 Pentingnya Manajemen Modal Kerja

Suatu manajemen modal kerja yang ada dalam perusahaan dapat memabantu kinerja perusahaan. Menurut Martono dan Agus Harjito (2002:74), ada beberapa alas an yang mendasari pentingnya manajemen keuangan kerja, antara lain :

1. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan jumlah aktiva secara keseluruhan.

2. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi pendanaan eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya.

3. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja.

4. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat risiko, laba, dan harga saham perusahaan.

5. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk membelanjai aktiva lancar.

2.1.1.9 Kebijakan Modal Kerja

Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam mencapai tujuannya. Untuk mencapai tujuan perusahaan, kebijakan dalam pengelolaan modal kerja juga berbeda. Ada 3 tipe kebijakan modal kerja yang dikemukakan oleh Sutrisno (2003:46-49), kemungkinan digunakan oleh perusahaan, yaitu :

1. Kebijakan Konservatif

Kebijakan modal kerja konservatif merupakan manajemen modal kerja yang dilakukan secara hati-hati. Pada kebijakan konservatif ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variable dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.


(28)

2. Kebijakan Agresif

Pada kebijakan ini sebagian modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja permannen dan modal kerja variable dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. 3. Kebijakan Moderat

Pada kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap yaitu aktiva tetap dan modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variable dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan moderat mencerminkan kebijakan manajemen yang konsevatif sekaligus agresif. Kebijakan ini memisahkan secara tegas bahwa bahwa kebijakan modal kerja yang sifatnya tetap dibelanjai dengan sumber modal yang permanen atau sumber dana yang berjangka panjang. Sumber modal yang permanen seperti saham, sedangkan sumber modal berjangka panjang yang lain adalah obligasi (hutang jangka panjang).

2.1.1.10 Sumber-Sumber Modal Kerja

Kebutuhan modal kerja perusahaan diperoleh dari beberapa sumber. Menurut Dwi prastowo dan Rifka julianty, S (2002:109), modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat dipenuhi dari 4(empat) aktivitas pembelanjaan yang memberikan modal kerja, yaitu :

1. Operasi Periode Berjalan

Sumber modal kerja yang penting adalah berasal dari aktivitas operasi perusahaan selama periode berjalan. Laporan laba rugi memuat data tentang aktivitas operasi perusahaan, dan karenanya kita dapat menggunakan dana tersebut untuk menentukan jumlah modal kerja yang berasal dari operasi. Pengahsailan yang dicatat berdasarkan basis akural, mengakibatkan kenaikan aktiva lancar seperti kas atau piutang. Oleh karenanya menaikan modal kerja. Biaya yang dicatat atas basis akural, mengakibatkan penurunan aktiva lancar atau kenaikan hutang lancar seperti hutang dagang.

2. Penjualan Aktiva Tak Lancar

Apabila perusahaan menjual aktiva tetap, investasi jangka panjang, atau aktiva tak lancar lainnya secara tunai, maka modal kerja perusahaan akan naik sebesar jumlah yang diterima penjualan tersebut. Oleh karena itu, setiap laba atau rugi penjualan akativa tak lancar yang dilaporkan pada


(29)

laporan laba rugi harus dikurangkan dari angka laba bersih, untuk menentukan jumlahmodal kerja yang berasal dari operasi.

3. Penerbitan Hutang Jangka Panjang

Penerbitan surat hutang jangka panjang, seperti wesel atau obligasi secaratunai akan mengakibatkan kenaikan modal kerja sebesar jumlah yang diterima pada saat hutang tesebut diterbitkan. Sedangkan hutang jangka pendek bukanlah merupakan sumber modal kerja, karena hutang jangka pendek tidak menaikan modal kerja. Transaksi hutang jangka pendek hanya mempengaruhi rekening-rekening lancar saja.

4. Penerbitan Modal Saham

Penerbitan modal saham preferen (saham istimewa) atau saham biasa secara tunai atau aktiva lancar lainnya, akan meningkatkan modal kerja, karena transaksi ini mengakibatkan kenaikan aktiva lancar dan modal dengan jumlah yang sama. Hal sama juga berlaku untuk penerbitan kembali treasury stock secara tunai atau aktiva lancar lainnya, yang menyebabkan kenaikan modal kerja. Tambahan investasi bunga aktiva lancar yang dilakukan oleh pemilikin individual atau partner merupakan sumber modal. Akan tetapi,penerbitan saham sebagai deviden (stock dividend) atau split tidak mempengaruhi modal kerja, karena transaksi ini hanya mempengaruhi rekening modal kerja saja.

2.1.1.11 Penggunaan Modal Kerja

Setelah perusahaan memperoleh modal kerja, selanjutnya perusahaan akan menggunakannya untuk kebutuhan aktivitas perusahaan. Dwi Prastowo D dan Rifka juliaty (2002:113) mengklasifikasikan penggunaan modal kerja menjadi 4 yaitu :

1. Pembelian Aktiva Tak Lancar

Apabila aktiva lancar seperti tanah, gedung, mesin, dan peralatan atau invesatsi jangka panjang dibeli dengan cara tukar dengan aktiva lancar atau hutang lancar, maka modal kerja akan mengalami penurunan dengan jumlah sebesar harga beli aktiva tersebut.

2. Pembayaran Hutang Jangka Panjang

Apabila perusahaan menggunakan aktiva lancar untuk membayar hutang jangka panjang seperti hutang obligasi, maka modal kerja perusahaan akan mengalami penurunan sebesar aktiva lancar yang digunakan tersebut.


(30)

3. Pembelian Atau Penarikan Kemabli Modal Saham

Apabila ksa atau aktiva lancar lainnya digunakan oleh perusahaan untuk membeli saham untuk ditarik kembali atau untuk dimiliki kemabli sebagai treasury. Maka modal kerja akan berkurang (penggunaan modal kerja) sebesar jumlah aktiva lancar yang digunakan.

4. Pengumuman Dividen Kas

Pengumuman dividen oleh perusahaan yang akan dibayar secara tunai (kas) akan menyebabkan modal kerja perusahaan berkurang, bukan pembayarannya yang mempengaruhi modal kerja. Pengumuman dividen membentuk hutang dividen (hutang lancar) yang menyebabkan modal kerja berkurang. Pada saat kas harus dibayarkan atas dividen tersebut, aktiva lancar (kas) dan hutang lancar (hutang dividen) akan berkurang dengan jumlah yang sama, shingga tidak memoengaruhi modal kerja.

Sebelum menggunakan modal kerja, perusahaan perlu mempertimbangkan sumber modal kerja yang dimilki untuk dapat mencegah pemborosan.

2.1.1.12 Menetukan Kebutuhan Modal Kerja

Metode penelitian kebutuhan modal kerja adalah cara menaksir besarnya jumlah modal kerja yang dibutuhkan unutk operasi perusahaan. Bambang Riyanto (2001:64), menjelaskan bahwa besar kecilnya kebutuhan modal kerja tertutama kepada dua faktor, yaitu :

1. Periode perputaran atau periode berikutnya modal kerja, 2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.

Dengan jumlah pengeluran setiap harinya yang tetap, tetapi dengan makin lamanya periode perputaran, maka jumlah modal kerja yang diibutuhkan adalah makin besar. Demikian pula halnya dengan periode perputaran yang tetap, denagn makin besarnya jumlah kas setiap harinya, kebutuhan modal kerjapun semakin besar.


(31)

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja (working capital turnover period) adalah merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode-periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, dan penerimaan piutang. Periode perputaran modal kerja ini dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalm komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas, biasanya kurang dari satu tahun.

Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau maki tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berpa lama periode perputaran dari masing-masing komponen tersebut.

Sedangkan pengeluran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan biaya yang lainnya.

Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka kebutuhan modal kerja yang hanya dikeluarkan selama satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk seterusnya dan dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerjanya tidak cukup hanya sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja, setiap harinya dikalikan dengan periode perputarannya.


(32)

2.1.2 Perputaran Modal Kerja

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Bambang Riyanto (2001:62), menjelaskan mengenai periode perputaran modal kerja sebagai berikut :

“Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas”.

Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tinkat peputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja dapat diukur dengan menggunakan working capital to total asset ratio. Ratio ini menjelaskan pengukuran likuiditas dari aktiva perusahaan dan posisi modal kerja.

Rumus untuk menghitung peprutaran modal kerja :

!"#$ #%&'(#

2.1.3 Investasi

Bagi beberapa perusahaan, aktivitas investasi merupakan unsur yang penting dari operasi perusahaan, dan penilaian kinerja perusahaan mungkin sebagian besar atau seluruhnya bergantung pada hasil yang dilaporkan mengenai aktivitas ini. Beberapa perusahaan melakukan investasi untuk menempatkan kelebihan dana yang


(33)

dimilikinya dan dengan melakukan investasi dapat mempererat hubungan bisnis atau memperoleh keuntungan perdagangan.

2.1.3.1 Pengertian Investasi

Terdapat pengertian mengenai investasi, berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2002:13), pengertian investasi yaitu :

“Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royality, dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi”.

Sedangkan menurut Martoni dan Agus Harjito (2002:138), pengertian investasi adalah :

“Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang”.

Dari berbagai pengertian investasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi merupakan penambahan aktiva yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan penerimaan. Sekali investasi dilakukan, perusahaan akat terikat pada jalur yang telah dipilih dan banyak mengandung resiko serta ketidakpastian.

2.1.3.2 Pentingnya Investasi

Setiap perusahaan memerlukan investasi yang digunakan untuk memperlancar operasi perusahaan. Menurut Sutrisno (2003:139), perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal sebagai berikut:


(34)

1. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar dan jumlah dana yang besar tersebut tidak dapat diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus.

2. Dana yang dikeluarkan akat terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka waktu cukup lama untuk dapat memperoleh kembali dana tersebut.

3. Keputusan invvestasi menyangkut harapan terhadap hasil keunutngan di masa yang akan dating. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan mengakibatkan terjadinya over atau under investment, yang akhirnya akan merugikan perusahaan.

4. Keputusan investasi berjangka panjang, sehingga kesalahan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.

2.1.4 Aktiva

Setiap perusahaan memiliki aktiva yang berbeda-beda dalam hal jumlah dan jenis aktiva yang dimilikinya. Hal ini berdasarkan pada berbedaan jenis operasi atau usaha yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Dalam mengelola aktiva atau asset yang dimiliki oleh perusahaan seorang manajer keuangan harus dapat menentukan besar alokasi untuk masing-masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva harus dimiliki oleh perusahaan sehubungan bidang usaha dari perusahan tersebut.

Investasi yang ditanam dalam perusahaan dapat berupa aktiva yang digunakan dalam jangka panjang yaitu aktiva tetap maupun aktiva yang digunakan dalam jangka pendek yaitu aktiva lancar. Suatu perusahaan akan membutuhkan aktiva dalam menjalankan setiap kegiatannya. Aktiva tersebut harus dikelola dengan baik agar mendapatkan keuntungan di masa depan.


(35)

2.1.4.1 Pengertian aktiva

Dalam menjalankan operasinya, perusahaan tidak akan terlapas dari aktiva. Menurut S. Munawir (2005:30), bahwa:

“Aktiva adalah sarana atau sumber daya ekomomik yang dimiliki oleh suatu kesatuan usaha atau perusahaan yang harga perolehannya atau nilai wajarnya harus diukur secara objektif.”

Sedangkan menurut Thomson Learning yang diterjemahkan oleh Skoussen

dkk (2006:131), bahwa :

“Aktiva adalah kemungkinan keuntungan ekonomi dimasa depan yang diperoleh atau dikontrol oleh entitas tertentu sseebagai hasil dari transaksi atau kejadian dimasa lalu.”

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva merupakan sarana yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang harus dikelola dengan baik agar mendapat keuntungan di masa depan.

Setiap perusahaan memiliki aktiva yang berbeda-beda dalam hal jumlah dan jenis aktiva yang dimilikinya. Hal ini berdasarkan pada perbedaanjenis operasi atau jenis usaha yaang dilakukan oleh tiap perusahaan. Dalam mengelola aktiva atau asset yang dimiliki oleh perusahaan, seorang manajer keuangan harus dapat menentukan berapa besar alokasi untuk masing-masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva yang harus dimiliki oleh bidang usaha dari perusahaan tersebut.


(36)

2.1.4.2 Jenis-jenis Aktiva

Didalam suatu neraca perusahaan biasanya terdapat pengelompokan mengenai aktiva. Skoussen (2001:133)menjelaskan jenis-jenis aktiva sebagai berikut :

1. Aktiva lancar (kas, saham investasi, piutang dagang, utang wesel dan persediaan)

2. Aktiva tidak lancar (investasi, poperty, gedung dan peralatan, aktiva tidak berwujud, aktiva tidak lancar lain, seperti halnya aktiva pajak penghasilan di tangguhkan).

2.1.5 Aktiva Tetap (fixed Assets)

Suatu perusahaan didalam menjalankan usahanya akan selalu berhadapan dengan perubahan. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor dari luar maupun dari dalam perusahaan. Dengan benyaknya persaingan yang semakin ketat dewasa ini perusahaan khususnya manajer harus dapat melihat dengan cermat faktor-faktor dari luar maupun dari dalam perusahaan.

2.1.5.1 Pengertian aktiva tetap

Perusahaan akan menanamkan dana yang dimilikinya pada mesin, gedung, tanah dan lain-lain, dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Umur ekonomis aktiva ini biasanya lebih dari satu tahun. Ada beberapa pengertian dari aktiva tetap diantaranya adalah menurut Ross, Westerfield dan Jaffe


(37)

“Fixed Assets is long lived property owned by firm that is used by a firm in the production of its income”

Artinya bahwa aktiva tetap adalah asset kepemilikan jangka panjang perusahaan yang digunakan oelh perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.

MenurutS. Munawir (2002:139),aktiva tetap memiliki pengertian :

“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang mempunyai umur relative permanen (memberikan manfaat kepada perusahaan selama bertahun-tahun yang dimiliki dan digunakan unutk operasi sehari-hari dalam rangka kegiatan normal dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali ( bukan darang dagangan ) serta nilainya relative material.”

MenurutMulyadi (2001:591)adalah:

“Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diseimpulkan bahwa aktiva tetap merupakan investasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun) yang bertujuan tidak untuk dijual kembali melainkan untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.

2.1.5.2 Jenis-jenis Aktiva Tetap

Seperti halnya aktiva tetap dibagi kedalam beberapa kelompok, maka aktiva tetap juga sering dibagi kedalam empat kategori seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001:155), antara lain :


(38)

1. Tanah adalah bidang tanah yang diatasnya digunakan untuk operasi (seperti gedung-gedung perusahaan).

2. Perbaikan tanah adalah pembangunan prasarana diatas tanah (seperti jalan-jalan di seputar lokasi perusahaan yang dibangun perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah).

3. Gedung (seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan untuk gudang).

4. Peralatan (seperti pelaratan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan dan meubel).

2.1.5.3 Fungsi aktiva Tetap

Dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap diterima kembali keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui depresiasi. Dengan demikian, selain aktiva tetap itu berfungsi sebagai peralatan untuk menyokong kegiatan operasional perusahaan, tetapi juga berfungsi sebagai investasi perusahaan untuk jangka waktu panjang tetapi tidak untuk dijual kembali dalam rangka memperoleh laba.

2.1.5.4 Perputaran Dana Dalam Aktiva Tetap

Perusahaan mengadakan investasi dalam persediaan, piutang, dan lain-lain (modal kerja atau aktiva lancar) adalah dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang telah di investasikan dalam aktiva tersebut. Demikian pula halnya apabila perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva lancar, yaitu bahwa perusahaan akan memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva tersebut.


(39)

Tetapi perputaran dana yang tertanam pada kedua aktiva itu dalah berbeda. Jika aktiva lancar dapat dikembalikan dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun) sebaiknya dengan investasi dalam aktiva tetap, perolehan kembali dana yang telah ditanamkan tersebut membutuhkan waktu atau periode lebih dari satu tahun dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui depresiasi. Jumlah dana yang di investasikan dalam aktiva tetap tidak sama jumlahnya selama periode investasi atau selama unsurpenggunaan aktiva tetap tersebut. Jumlah dana yang terikat dalam aktiva tetap berangsur-angsur berkurang sesuai dengan metode depresiasi yang digunakan. Untuk mengukur perputaran aktiva tetap, perusahaan biasanya menggunakan fixed asset turnover ratio yang menunjukan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets turnover ratio berguna untuk mengevaluasi kemampuan assets memberikan pendapatan bagi perusahaan.

Brigham dan Ehrhardt (2002:79), menjelaskan ukuran perputaran aktiva tetap sebagai berikut :

“Fixed assets turnover ratio measures how effectively the firms uses its plant and equipment”.

Artinya bahwa ratio perputaran aktiva tetap mengukur bagaimana perusahaan secara efektif menggunakan asset untuk perbaikan tanah dan peralatan.


(40)

Rumus untuk menghitung perputaran aktiva tetap adalah :

Fixed Assets Turnover Ratio =

Sales Net Fixed assets

2.1.6 Investasi Aktiva Tetap

2.1.6.1 Pengertian Investasi Aktiva Tetap

Menurut Bambang Riyanto (2001:115) menyatakan bahwa:

“Investasi aktiva tetap merupakan harapan untuk dapat memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan dalam aktiva tersebut”.

Menurut Bambang Riyanto investasi aktiva tetap diukur dengan menggunakan rumus:

Menurut M. Fuad, Chistin H, Nurlela Sugiarto dan Paulus (2000:224) menyatakan bahwa:

“Investasi aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan dimasa yang akan datang”.

Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa investasi aktiva tetap merupakan suatu bentuk penanaman modal yang dilakukan oleh perusahaan dengan


(41)

harapan bahwa suatu saat kegiatan operasi perusahaan tersebut dapat menghasilkan laba atau memperoleh kembali dana yang telah dinvestasikan.

2.1.6.2 Kriteria Dalam Investasi Aktiva Tetap

Menurut Marihot Manullang dan Dearliana Sinaga (2005:122) menyatakan bahwa :

Dalam menilai sisi ekonomis suatu usulan investasi, dapat digunakan beberapa metode, yaitu:

a. Payback

b. Accounting Rate of Return c. Net Present value

d. Profitability index e. Internal rate of return

Adapun penjelasan dari kriteria investasi aktiva tetap di atas adalah sebagai berikut :

a. Payback

Pengertian dari payback period adalah pengembalian dimasa mendatang diartikan sebagai laba bersih sesudah pajak ditambah penyusutan yang dihasilkan oleh suatu proyek metode pembayaran kembali (payback period method) ialah suatu metode untuk menetukan berapa lama (biasanya dalam buku tahunan) waktu yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh kembali investasi semula dari arus kas bersih yang dihasilkan.


(42)

b. Acounting Rate of Return

Pengertian dari accounting rate reng rate of return adalah “The accounting of rate return is the average after tax dividen by the initial cash outlay”.

c. Net present Value

Untuk mencari nilai sekarang bersih atau net present value, metode ini dapat diterapkan dengan mencari nilai sekarang arus kas bersih yang diharapkan dari suatu investasi, didiskontokan pada biaya modalnya, kemudian dikurangi dengan pengeluaran investasi mula-mula.

d. Profitability index

Definisi dari profitability index adalah sebagai berikut : “The profitability index is defined as the present of the cash flows discounted at the cost of capital, dividen by the present value of the investment”.

e. Internal rate of Return

Internal rate of return adalah tingkat suku bunga yang membuat arus kas keluar sama, atau tingkat bunga yang membuat atau menyebabkan NPV sama dengan nol.

Menurut Mohamad Muslich (2007:153) menyatakan bahwa :

“Dalam menilai sisi ekonomis suatu usulan investasi, dapat digunakan beberapa metode, yaitu :

a. Net Present Value b. Internal Rate of Return c. Payback Period

d. Accounting Rate of Return e. Profitabitability Index”


(43)

Adapun penjelasan dari kriteria investasi aktiva tetap di atas adalah sebagai berikut :

a. Net Present Value

Untuk mempergunakan metode net present value, perusahaan harus mendiskontokan cashflow yang dihasilkan oleh proyek dengan suatu tingkat tertentu dan kemudian mengurangkan dengan nilai investasi aktiva awal.

b. Internal rate of return

Metode kedua dalam analisis pemilihan proyek adalah metode internal rate of return. Menurut metode ini suatu proyek dihitung bunga dengan menyamakan nilai present value dari ekspetasi cashflow dan nilai investasi awalnya.

c. Payback period

Metode payback period adalah salah satu metode pemilihan proyek yang sedehana dan mudah untuk diterapkan. Payback period dapat diperoleh dengan menghitung jumlah tahun yang diperlukan agar jumlah cashflow

sama dengan nilai investasi awalnya.

d. Accounting Rate of Return

Accounting rate of return atau disebut juga sebagai return on investment

merupakan suatu metode yang lazim pula digunakan untuk pemilihan proyek. Accounting rate of return ini dapat diperoleh dengan membagi rata-rata pendapatan bersih sesdah pajak yang dihasilkan dari investasi dalam proyek dengan nilai-nilai investasi.

e. Profitability Index

Menurut metode ini suatu proyek dihitung tingkat indeksnya dengan membagi nilai tunai (present value) cash in flow dengan nilai tunai cash out flow proyek.

2.1.7 Profitabilitas

Suatu perusahaan haruslah dalam keadaan yang menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan dan terutama sekali pihak manajemen perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan keuntungan ini, karena disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan.


(44)

2.1.7.1 Pengertian Profitabilitas

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisninsnya akan berusahan untuk menghasilkan laba atau profit yang optimal. Menurut R. Agus Sartono (2001:122), pengertian profitabiltas adalah :

“Profitabiltas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa profitabiltas adalah kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan laba yang biasanya digunakan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap.

Setiap perusahaan akan melakukan pengukuran terhadap profitabilitas yang diperolehnya. Pengukuran terhadap profitabiltas akan memungkinkan bagi perusahaan dalam hal ini pihak manajemen untuk mengevaluasi tigkat earning dalam hubungannya dengan volume penujualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Disni perhatian diletakkan pada profitabilitas, karena umtuk melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal-modal dari luar. Para direktur, pemilik perusahaan dan terutama sekali pihak manajemen perusahaan akan berusahan meningkatkan keuntungan ini, karena disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan.


(45)

2.1.7.2 Pengukuran Profitabilitas

Setiap perusahaan akan melakukan pengukuran terhadap profitabiltas yang diperolehnya.pengukuran terhadap profitabiltas akan memungkinkan bagi perusahaan, pengukuran terhadap profitabiltas akan memungkinkan bagi perusahaan dalam hal ini pihak manajemen untuk mengevaluasi tigkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pihak perusahaan. Adapun menurut R. Agus Sartono (2001:123-124) maka rasio profitabilitas akan meberikan jawaban akhir tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Rasio profitabiltas dapat dicari dengan menggunakan rumus-rumus di bawah ini :

1. Gross Profit Margin

Merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih.

GPM , - . / . 0 , ,

,

-2. Net Profit Margin

Merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh niaya dan pajak penghasilan.

12 laba bersih setelah pajak

, - .

3. Return On Investment (ROI)

Mebandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva.

ROI B - C . . ,


(46)

4. Return on Equity (ROE)

Mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.

LMN Laba bersih setelah pajak Total Modal Sendiri 5. Rentabilitas ekonomi

Mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.

L - N S Laba usaha atau DEBIT Total Aktiva

2.1.8 Hubungan Modal Kerja terhadap Profitabilitas

Seperti halnya dalam aktiva tetap yang memiliki pengaruh langsung terhadap profitabilitas, investasi dalam modal kerja juga memiliki pengaruh terhdap profitabilitas. Hal ini dapat dilihat dari beberapa literatur khususnya di bidang manajemen keuangan, salah satu diantaranya menurut Martono dan Agus Harjito(2002:76), bahwa :

“Investasi dimana biaya eksplisif pendanaan jangka pendek lebih kecil dari pendanaan jangka panjang digunakan untuk mendukung investasi dalam modal kerja (aktiva lancar), maka profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba perusahaan semakin besar”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa investasi dalam modal kerja merupakan investasi yang paling penting di dalam suatu perusahaan maka manajer keuangan dituntut harus dapat memprediksi dana menentukan kebutuhan modal kerja yang optimal dalam membiayai kegiatan operasi perusahaannya. Dimana modal kerja harus digunakan secara efisien, artinya semakin cepat masa perputaran modal kerja


(47)

akan semakin efisien penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada modal kerja semakin kecil, sehingga profitabilitas yang diharapkan akan ikut meningkat.

2.1.9 Hubungan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas

Investasi aktiva tetap dapat berpengaruh terhadap profitabilitas seperti yang dikemukakan oleh ikatan akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan (2004:17), yang menyatakan bahwa :

“Aktiva yang dapat disusustkan sering kali merupakan bagian signifikan aktiva perusahaan dimana penyusutan karenanya dapat pengaruh signifikan dalam menentukan dan menyajikan posisi keuangan dana hasil atau laba usaha perusahaan”.

Perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva tetap adalah dengan harapan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap tersebut. Perputaran dana tyang tertanampada aktiva tetap akan diterima kembali keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun, dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui depresiasi. Jumlah dana yang terkait dalam aktiva tetap akan berangsur-angsur berkurang sesuai dengan metode yang digunakan.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:283-284) mengemukakan bahwa :

“Investasi atau penanaman modal (capital expenditure) pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba dari masa yang akan datang, misalnya penambahan mesin dan peralatan untuk peningkatan (kapasitas) produksi dalam rangka memenuhi permintaan terhadap produk perusahaan”.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu perusahaan dimana manajer keuangan dituntut harus dapat memprediksi dan melakukan investasi aktiva tetap agar dapat menghasilkan suatu pendapatan pada


(48)

perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari asset-asset tahan lama yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa. Dengan demikian, agar dapat berproduksi, suatu perusahaan harus memiliki alat-alat produksi yang dominan yang terdiri dari asset-asset yang tahan lama.

Dari uruaian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja dan investasi aktiva tetap ada hubungannya dengan profitabilitas perusahaan, dimana pada dasarnya, penigkatan keuntungan harus disertai dengan penambahan modal kerja dan investasi aktiva tetap. Hal ini sudah menjadi suatu kewajaran sebab untuk dapat terus meningkatkan keuntungan tentutnya perusahaan harus menjalakan kegiatan operasinya secara efektif dan efisien.

2.1.10 Hubungan Modal Kerja dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas

Perusahaan akan memperoleh profit atau keuntungan yang lebih besar dari modal yang diinvestasikan dalam aktiva maupun modal kerja apabila perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasi secara efektif dan efisien. Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2002:158) menjelaskan tentang pengaruh investasi dalam aktiva tetap dan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas sebagai berikut :

“Total investasi dalam perusahaan terdiri dari aktiva tetap dan modal kerja(aktiva lancar). Laba perusahaan akan meningkat dilihat dari aktiva perusahaan baik aktiva tetap maupun modal kerja (aktiva lancar) dalam kegiatan yang produktif”.


(49)

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi yang tediri dari aktiva tetap maupun aktiva lancar dalam suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan. Tingkat profitabilitas suatu perusahaan akan sangat tergantung pada perusahaan dalam kegiatan yang produktif.

2.2 Kerangka Pemikiran

Setiap perusahan dalam menjalakna usahanya membutuhkan modal yang diwujudkan dalam bentuk aktiva. Ridwan S, Sundjaja dan Inge Barlian (2002:240), menjelaskan mengenai modal sebagai berikut :

“Modal menunjukan dana jangka panjang pada suatu perusahaan yang meliput semua bagian disisi kanan neraca perusahaan kecuali hutang lancar”.

Dengan adanya perkembanagan teknologi dan semkin banyaknya perusahaan yang menjadi besar, maka faktor modal menjadi sangat penting bagi perusahaan. Modal ini ditujukan dalam bentuk struktur aktiva yang berada di sebelah debet neraca.

Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan yang memperoleh keuntungan, maka perusahaan memerlukan investasi untuk memperlancar proses operasinya. Menurut Willey (2007:3), pengertian investasi adalah:

“Investmen is the commitment of funds to one or more assets that will be held over some future time period”.


(50)

Dalam mengelola aktiva asset yang dimiliki perusahaan, seorang manajer keuangan harus dapat menentukan berapa besar alokasi untuk masing-masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva yang harus dimilki oleh perusahaan sehubungan dengan bidang usaha dari perusahaan tersebut.

Suatu perusahaan di dalam menjalankan usahanya akan selalu berhadapan dengan perubahan, perubahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor dari luar maupun dari dalam perusahaan. Dalam lingkungan usaha yang semakin ketat dewasa ini perusahaan khusunya manjer harus dapat melihat dengan cermat faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan dan mengambil sikap pro aktif terhadap faktor-faktor tersebut, sehingga tujuan perusahaan yang ingin dicapai dapat terlaksana.

Dalam perubahan, penggantian atau penambahan kapasitas pabrik misalnya dana yang sudah ditanamkan akan terikat dalam jangka waktu yang panjang, sehingga perputaran dana tersebut kembali menjadi uang tunai tidak dapat terjadi dalam waktu satu atau dua tahun, tetapi dalam jangka waktu yang lama. Definisi aktiva tetap menurut Mulyadi (2001:591) :

“Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang mwmiliki wujud, mempunyai manfaat ekomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perushaan untuk melakasanakankegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.

Dimana aktiva tetap adalah suatu asset perusahaan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun periode akuntansi, yang dugunakan dalam aktivitas


(51)

operasi perusahaan. Setiap perusahaan yang bergerak dibidang produksi maupun jasa mutlak memerlukan aktiva tetap.

Aktiva tetap tersebut dapat diperoleh melalui cara-cara pembelian tunai, pembelian angsuran, penerbitan saham, dari sumbangan atau dibuat sendiri. Dalam kaitannya dengan aktiva tetap tersebut selama masa operasinya akan munucul pengeluaran-pengeluaran pasca perolehan baik yang masuk kategori pengeluaran modal (capital expenditure) maupun pengeluaran penghasilan (revenue expenditure). Pengeluaran ini terjadi dalam reparasi dan pemeliharaan (repairment), penggantian

(replacement), paerbaikan (improvement), penambahan (addition), penyusunan kembali (reinstallation).

Selain investasi dalam akitva tetap, ada hal lain yang tak kalah pewntingnya yaitu investasi dalam modal kerja. Mamajemen modal kerja sanagat diperlukan yaitu investasi dalam modal kerja. Manajemen modal kerja sanagat diperlukan perusahaan terutama untuk menentukan kebutuhan modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan operasi perusahaan, sehingga pelaksanaan kegiatan perusahaan sehari-hari dapat berjalan dengan lancar.

Dalam setiap perusahaan, baik perusahan kecil maupun perusahaan besar akan selalumempunyai modal kerja yang dipergunakan untuk kegiatan usahanya. Besar kecilnya modal kerja yang dimiliki perusahaan tersebut akan berlainan untuk setiap perusahaan tergantung darii kebutuhan masing-masing.


(52)

Sedangkan pengertian modal kerja (working capital) itu sendiri tidak bisa terlepas dari aktiva lancar, karena modal kerja berbicara mengenai dana yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai hal-hal yang bersifat jangka pendek (kas, persediaan, sekuritas, piutang).

Menurut Bambang Riyanto (2001:19) adalah

“Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali perputaran dalam proroduksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun)”.

Menurut Bambang Riyanto (2001:19) adalah

“Setiap perusahan membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasi sehari-hari, misalkan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya. Dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya”.

Pengertian modal kerja menurut Sutrisno (2003:43), adalah :

“Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang, dan pembayaran lainnya. Apabila antara pendapatan dan biaya tersebut diselisihkan, maka akan diperoleh profitabiltas. Profitabiltas merupakan salah satu elemen dalam penilaian kinerja dan efisiensi perusahaan”.

Untuk menentukan apakah modal yang sudah ditanamkan pada aktiva tersebut optimal atau belum merupakan hal yang sulit dan membutuhkan analisis yang tepat mengenai keadaan dimasa lalu dan harus mampu menganalisis


(53)

kemungkinan yang akan terjadi terkait tujuan perusahaan yang ingin dicapai. Untuk itu diperlukan metode perputaran aktiva tetap dan modal kerja untuk menganalisis seberapa lama periode perputaran masing-masing komponen abik itu aktiva tetap dan modal kerja tersebut. Untuk mengukur perputaran aktivuta tetap digunakan fixed asset turn over ratio. Sedangkan untuk menghitung perputaran modal kerja digunakan working capital to total asset ratio.

Modal kerja yang kurang akan mengakibatkan perusahaan akankesulitan dalam membiayai sebagian operasinya dan juga akan kesulitan dalam membayar hutang jangka pendek yang jatuh tempo, modal kerja yang cukup akan membuat perusahaan dapat beroperasi dengan baik dan tidak akan mendapati kesulitan dalam melakukan pembayaran, modal kerja yang berlebihan akan mengakibatkan ada dana yang tidak terpakai atau dana yang tidak produktif sehingga perusahaan rugi. Demikian juga dengan aktiva tetap, jika kekurangan aktiva tetap maka perusahaan akan kesulitan dalam memenuhi potensi produksinya dan jika perusahaan memiliki aktiva tetap yang berlebihan maka perusahaan akan mengalami idle fixed asset

(aktiva yang tidak terpakai), sehingga akan menabah biaya bagi perusahaan diantaranya biaya perawatan. Oleh karena itu perusahaan perlu memutuskan berapa beasarnya investasi pada aktiva tetap dan modal kerja secara optimal agar perusahaan dapat memaksimalkan labanya.

Penempatan investasi pada aktiva tetap dan modal kerja yang menghasilkan pendapatan akan tergambar pada laporan keuangan, yang menunjukan kinerja yang


(54)

dapat dicapai oleh perushaan.laporan keuangan ini merupakan informasi penting yang diperlukan unutk memenuhi kondisi atau kinerja suatu perusahaan. Laporan keuanagn pada hakekatnya merupakan keadaan keuangan perusahaan pada suatu saat dan informasi mengenai hasil usaha yang dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

Hal ini dimungkinkan, karena menurut Sutrisno (2000:11) :

“Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yakni (1) Neraca dan (2) Laporan Rugi Laba. Laporan keunagan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan kepada pihak yang berkepentingan sebagai bahan dalam mengambil keputusan”.

Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi investor sebagai dasar analisis investasinya. Salah satunya adalah melalui analisis rasio profitabilitas yang dapat menunjukan efisiensi dan efektifitas pengelolaan investasi oleh perusahaan dan kemampuannya untuk menghasilkan laba.

Pengertian profitabiltas menurut R. Agus Sartono (2001:122) :

“Profitabiltas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, toral aktiva maupun modal sendiri”.

Definisi profitabilitas menurut Gitman (2003:599) sebagai berikut :

“Profitability is the relationship between revenues and costs generated by using the firm’s assets both current and fixed in productive activities”.


(55)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa profitabiltas adalah hubungan antara pendapatan dan biaya-biaya yang dihasilkan dengan penggunaaan aktiva tetap dan aktiva lancar perusahaan dalam aktivitas produktif.

Menurut Martono S. UdanAgus D, Harjito (2003:59) :

“Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukan laba dalam hubungannya dengan investasi”.

Dalam menghitung tingkat profitabiltas, penulis menggunakan Return On Investment (ROI) sebagai indikator, karena perhitungan tersebut didasarkan atas laba bersih setelah pajak yang merupakan hasil bagi para pemegang saham dibagi denagan total aktiva perusahan yang merupakan cerminan dari investasi pada aktiva tetap dan modal kerja untuk menjalankan operasi perusahaan.

ROI merupakan salah satu Rasio Profitabiltas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.

Pengertian Return On Investment menurut Helfert (2000:449) adalah :

The relationship of annual after fix earning to the recorde shareholders equity used as a measure of the effectiveness with which shareholders funds have been invested”.


(56)

“Measure of wealth creation from a given level and type of capital”.

Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:336) arti ROI adalah :

“Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto”.

Berdasarkan uraina di atas dapat disimpulkan bhwa ROI menunjukan besarnya kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan segenap kemampuannya.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakkan oleh Ridwan S. Sundjaja dan Inge Berlian (2002:158), bahwa investasi dalam aktiva tetap dan aktiva lancar berpengaruh terhadap profitabiltas sebagai berikut :

“Total investasi dalam perusahaan terdiri dari aktiva tetap dan modal kerja (aktiva lancar) dan laba perusahaan akan meningkat dilihat dari hubungan antara pendapatan dan labay yang dihasilkan dari penggunaan aktiva perusahaan baik aktiva tetap maupun modal kerja (aktiva lancar) dalam kegiatan yang produktif”.

Berdasarkan uraina di atas, modal kerja dan aktiva tetap sangat berperan dalam kinerja perusahaan, sehingga dibutuhkan keputusan yang tepat dalam mengambil keputusan untuk melakukan invstasi dalam modal kerja dan investasi dalam aktiva tetap.

Disamping investasi pada aktiva tetap,perusahaan perlu juga melakukan investasi terhadap modal kerja seperti yang dikemukakan oleh Gitman (2006:629) bahwa :


(57)

“Too much investment in current assets reduce profitability wheres to little investment increase the risk of not being able to pay debt at the comedue”.

Apabila diterjemahkan bahwa investasi dalam aktiva lancar yang terlalu banyak akan menurunkan profitabilitas, padahal investasi yang terlalau sedikit akan meningkatkan resiko ketidakmampuan membayar utang pada saat jatuh tempo.

Berdasarkan uraian di atas dapat disusun bagan kerangka berpikir sebagai berikut :


(1)

vi

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi. 4. Sekretariat Prodi Akuntansi, terima kasih atas pelayananya selama penulis

kuliah.

5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

6. Dian Dwinita K, S.E., M.Si selaku Dosen Wali Ak-3 yang selama ini telah membimbing kami semua dalam menyelesaikan studi di Universitas Komputer Indonesia.

7. Seluruh Pegawai PT. POS Indonesia yang berada di jalan cilaki no 73 Bandung, terutama Bpk. Asep Saepudin atas bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis pada penelitian ini.

8. Kepada Kedua Orang Tua Mamah dan Papah tercinta, yang senantiasa tulus memberikan dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatian yang tak henti-hentinya mengalir untukku. Atas kemudahan yang aku dapatkan khususnya materi yang tak sedikit kalian keluarkan, tanpa kalian aku bukan apa-apa.

9. Kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan dukungan selama penulis menyusun skripsi.

10.Sahabat-sahabat terbaikku, Novie Nurmala Dewi, Ratih Agustina, Edwin, Taufik, Rama, Yanwar, Indra, Nurdin, Erwin yang bersama-sama berjuang menyelesaikan skripsi ini.


(2)

vii

11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya.

12.Untuk Teman-teman, kerabat dan saudara yang telah memberikan doa dan dukungan semangatnya kepada penulis.

13.Kepada rekan-rekan di Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi yang mungkin telah lulus lebih awal ataupun yang masih berada di UNIKOM, ayo tetap semangat dan terus berjuang.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis, secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan laporan Skripsi ini.

Harapan penulis semoga apa yang disajikan dalam laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis khususnya, dan bagi pihak yang membaca pada umumnya. Akhir kata penulis panjatkan doa kepada Allah SWT, semoga amal berupa bantuan, dorongan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasan yang berlipat ganda.

Amin ya rabbal’alamin.

Bandung, Februari 2011 Penulis

Rohani 211.06.091


(3)

(4)

SURAT PERNYATAAN

1. Dengan ini saya menyatakan bahwa, karya tulis skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana/S1), baik di Universitas Komputer Indonesia maupun diperguruan tinggi lain. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

2. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya yang telah dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, Februari 2011 Yang membuat pernyataan

Rohani


(5)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama : Rohani

Nim : 21106091

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 04 Oktober 1985

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln Berakit No.35 Rt03/08 Kecamatan Sei Jang

Kota Tanjung Pinang

Email : rohan.ngeblues@rocketmail.com

Riwayat Pendidikan :

TAHUN PENDIDIKAN

1992 – 1993 TK. Islam Melati

1993 –1999 SDN Wiru 3

1999 – 2002 SMP Indra Sakti

2002 – 2005 SMAN 1 Tanjung Pinang


(6)