Penentuan titik lebur a. Zat padat

Ke dalam labu leher tiga 250 ml dimasukan 2,4 gram 0,021 mol alkanolamida hasil amidasi metil palmitat dengan dietanolamina dan ditambahkan 50 ml campuran xylena:aseton 2:1 vv. Dirangkai alat refluks yang dihubungkan dengan tabung berisi CaCl 2 anhidrous, diaduk dengan pengaduk magnet pada suhu 100 o C sambil di aliri gas nitrogen. Ditambahkan 4 tetes HCl 1N melalui corong penetes. Kemudian ditambahkan 1,5 gram 0,05 mol anhidrida ftalat yang dilarutkan dalam campuran xylena-aseton secara perlahan melalui corong penetes. Dilanjutkan pemanasan pada suhu 140-150 o C selama 4 jam diikuti pemantauan hasil reaksi menggunakan analisis KLT. Hasil yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan menggunakan destilasi vakum, kemudian residu dicuci dengan metanol lalu disimpandidalam desikator. Senyawa yang diperoleh dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis KLT dengan beberapa pelarut organik sebagai developer selanjutnya dilakukan pemurnian menggunakan kolom kromatografi dengan adsorben silika gel 60G menggunakan eluen n-heksan : dietil eter 8:2 vv. Hasil yang diperoleh diukur titik leburnya, dianalisis dengan spektrometer FT-IR dan 1 H-NMR kemudian diukur nilai HLB dengan menggunakan metode titrasi.

3.2.4. Analisa hasil reaksi

3.2.4.1. Penentuan titik lebur a. Zat padat

Universitas sumatera utara Senyawa N,N di-2-etanol lauramida dan N,N di-2-etil ftalat lauramida yang diperoleh, diambil sedikit mungkin dengan spatula kemudian diletakkan diatas melting point apparatus lalu dicatat perubahan titik leburnya.

b. Zat cair

Metil laurat dimasukkan kedalam pipa kapiler setinggi 1 cm kemudian dimasukkan kedalam freezerselama satu malam. Setelah disimpan satu malam, dikeluarkan pipa kapiler lalu diikatkan pada thermometer sehingga ujung pipa kapiler sama letaknya dengan ujung tempat air raksa dari thermometer. Bersama dengan thermometer, pipa kapiler tersebut dicelupkan kedalam gelas Beaker yang diisi campuran air dengan es. Kemudian dinaikkan suhu secara perlahan sambil diaduk dan diamati perubahan yang terjadi Ketaren,2008.

3.2.4.2. Penentuan nilai Hidrophilic Lipophilic Balance HLB

Penentuan nilai HLB ini dilakukan pada senyawa N,N di-2- etanol lauramida dan N,N di-2-etil ftalat lauramida. Nilai HLB = 20 1 – SA Dimana : S = Bilangan penyabunan A = Bilangan Asam

a.Penentuan Bilangan Penyabunan

Sebanyak 0,1 gram sampel dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan sebanyak 5 ml KOH alkohol 0,5 N, lalu ditutup dengan plastik dan dipanaskan hingga larut, kemudian didinginkan dan dititrasi dengan HCl 0,05 N Universitas sumatera utara menggunakan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes hingga warna merah hilang, lalu dicatat volume HCl 0,05 N yang dipakai. Hal yang sama dilakukan untuk larutan blanko. Bilangan Penyabunan =V Blanko-V.titrasi x N.HCl x BM KOH Berat sampel gram

b. Penentuan Bilangan Asam

Sebanyak 0,1 gram sampel dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 10 ml alkohol netral, lalu ditutup dengan plastik dan dipanaskan hingga larut kemudian didinginkan dan dititrasi dengan KOH 0,02 N menggunakan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes sampai tepat warna merah lembayung, lalu dicatat volume KOH 0,02 N yang dipakai Ginting, 2011. Bilangan Asam = V KOH x N KOH x BM KOH Berat sampel gram

3.2.4.3. Analisa dengan spektrofotometer FT-IR

Untuk masing-masing cuplikan yaitu untuk metil laurat yang berwujud cair dioleskan pada plat NaCl.N,N di-2-etanol lauramida dan N,N di-2-etil ftalat lauramidayang berwujud padat dicetak hingga terbentuk pellet KBr kemudian diukur spektrumnya dengan alat spektrofotometer FT-IR.

3.2.4.4. AnalisisSpektrofotometer

1 H-NMR CuplikansenyawaN,N di-2-etil ftalat lauramidahasilsintesisdilarutkandalam CDCl 3 selanjutnyadiukurspektrumnyadenganspektrofotometerresonansi magnet inti proton Universitas sumatera utara model Delta2-NMR 500 MHz, dengan menggunakan tetra metilsilan TMS sebagaipembanding.

3.3. Bagan Penelitian

3.3.1. Esterifikasi asam laurat dengan metanol