kekayaan prinsipal akan diserahkan kepada pihak-pihak yang dianggap profesional untuk mengelola perusahaan. Pihak profesional tersebut dalam
perusahaan disebut sebagai manajemen, yang dalam teori keagenan disebut sebagai agen.
Eisendhart 1989 mengemukakan beberapa teori yang melandasi teori agensi. Teori-teori tersebut dibedakan menjadi tiga jenis asumsi yaitu asumsi
tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan dirinya
sendiri self-interest, memiliki keterbatasan rasionalitas bounded rationality dan tidak menyukai resiko risk aversion. Asumsi keorganisasian menekankan bahwa
adanya konflik antar anggota organisasi dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Sedangkan asumsi informasi menekankan bahwa informasi
sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan. Jadi yang dimaksud dengan teori keagenan yaitu membahas tentang hubungan keagenan antara prinsipal dan
agen. Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal dalam mencapai kemakmuran
yang dikehendakinya disebut sebagai masalah keagenan. Masalah keagenan tersebut dapat terjadi akibat adanya asimetri informasi antara pemilik dan
manajer. Asimetri informasi ini terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mendapatkan informasi relatif lebih
cepat dibanding pihak eksternal, seperti investor dan kreditor. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk menggunakan informasi yang
diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya Richardson, 1998.
2.1.3 Pengertian Modal Intelektual
Menurut Brooking 1996 menyatakan bahwa modal intelektual adalah istilah yang diberikan kepada aset tidak berwujud yang merupakan gabungan dari pasar
dan kekayaan intelektual, yang berpusat pada manusia dan infrastruktur yang memungkinkan perusahaan untuk berfungsi. Roos 1997 menyatakan bahwa
modal intelektual termasuk semua proses dan aset yang tidak biasanya ditampilkan pada neraca dan seluruh aset tidak berwujud merek dagang, paten
dan brands yang dianggap sebagai metode akuntansi modern. Sedangkan Bontis 2000 mengakui bahwa modal intelektual sulit untuk
dipahami, namun setelah ditemukan dan dieksploitasi, maka dapat memberikan sebuah organisasi basis sumber daya baru untuk bersaing. Organisation for
Economic Cooperation and Development OECD menjelaskan modal intelektual sebagai nilai ekonomi dari dua kategori aset tidak berwujud: 1 organizational
structural capital; dan 2 human capital. Organisational structural capital mengacu pada hal seperti sistem software, jaringan distribusi, dan rantai pasokan.
Human capital meliputi sumber daya manusia di dalam organisasi yaitu sumber daya tenaga kerja atau karyawan dan sumber daya eksternal yang berkaitan
dengan organisasi, seperti konsumen dan supplier Ulum, 2009. Dengan demikian, modal intelektual merupakan sumber daya perusahaan
yang berbasis pengetahuan dan berupa aset tidak berwujud yang dapat dijadikan
nilai tambah bagi perusahaan dengan memperhatikan human capital, structural capital, dan customer capital yang dimiliki perusahaan. Selain itu, modal
intelektual mampu digunakan perusahaan untuk menciptakan inovasi dan persaingan bisnis yang kompetitif.
Pada umumnya peneliti menyatakan komponen modal intelektual terdiri dari tiga komponen utama diantaranya:
1 Human Capital Human capital merupakan kemampuan yang dimiliki karyawan suatu
perusahaan dalam menciptakan maupun menghasilkan suatu produk serta kemampuan karyawan untuk berinteraksi dengan pelanggan. Human
capital merupakan sumber inovasi dan perbaikan, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Menurut Bontis 2000 human capital
adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas. Jika perusahaan berhasil dalam
mengelola pengetahuan karyawannya, maka hal itu dapat meningkatkan human capital.
2 Structural Capital Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan
dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang
optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi