2.5 Metode Penetapan Kadar
2.5.1 Iodimetri
Penetapan kadar antalgin dilakukan secara iodimetri. Metode ini cukup akurat karena titik akhirnya cukup jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan
larutan titer yang encer. Iodimetri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksi lebih tinggi dari sistem larutan iodin. Iodin merupakan oksidator yang lemah
dengan nilai potensial oksidasi sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi oksidasi, iodin akan direduksi menjadi iodida Rohman, 2007.
2.5.2 Prinsip Iodimetri
Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodine sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah
dari sistem iodin-iodida dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam pH: 5-8. Pada antalgin, gugus –SO
3
Na dioksidasi oleh I
2
menjadi –SO
4
Na Alamsyah, 2007.
2.5.3 Larutan Pentiter
P
ada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan pentiter. Iodin adalah oksidator lemah sedangkan iodida merupakan reduktor lemah. Iodin hanya
larut sedikit dalam air, namun larut dalam larutan yang mengandug ion iodida. Larutan iodin standar dapat dibuat dengan melarutkan iodin dengan larutan KI pekat.
Ditambahkan kalium iodida berlebih untuk meningkatkan kelarutan dan menurunkan penguapan iod. Biasanya ditambahkan 3 sampai 4 bobot KI
Universitas Sumatera Utara
kedalam larutan 0,1N dan kemudian wadahnya disumbat baik-baik Day dan Underwood, 2002.
Kelemahan pelarut beriodida adalah ion ini dapat teroksidasi oleh O
2
dari udara yang dipercepat reaksinya dalam suasana asam atau oleh adanya cahaya, tetapi
bersifat lambat dalam suasana netral. Selain itu, senyawa iodida biasanya KI yang digunakan dipersyaratkan agar bebas iodat karena iodat bereaksi dengan I
-
dalam suasana asam dengan membentuk I
2
. Persyaratan harus dipenuhi bila larutan I
2
dalam KI akan digunakan sebagai larutan baku Mulyono, 2006.
2.5.4 Indikator
Sebagai indikator biasanya digunakan suatu larutan dispersi koloid kanji, karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap
iod. Larutan kanji mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat dihambat dengan sterilisasi atau dengan penambahan suatu pengawet. Merkurium II
iodida, asam borat atau asam furoat dapat digunakan sebagai pengawet Day dan Underwood, 2002.
Larutan kanji harus dibuat segar. Jika larutan kanji sudah lama, maka ikatan antara amilum dengan iodium tidak lagi reversible. Larutan kanji tidak
tahan asam dan alkohol yang tinggi batas 5 Alamsyah, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat Pelaksanaan Penetapan Kadar