Determinan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

DETERMINAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI Diajukan Oleh:

HEPPI SUPRIADI TONDANG 070523012

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Heppi Supriadi Tondang NIM : 070523012

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul : Determinan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi

Tanggal : ___________________ Pembimbing Skripsi


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Heppi Supriadi Tondang NIM : 070523012

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul : Determinan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi

Tanggal : _________________ Ketua Departemen

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) NIP. 132 206 574

Tanggal : _________________ Dekan

(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec) NIP. 131 285 985


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Hari : Senin

Tanggal : 15 Agustus 2011

Nama : Heppi Supriadi Tondang NIM : 070523012

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul : Determinan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi

Ketua Departemen Pembimbing Skripsi

BERITA ACARA UJIAN

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (Kasyful Mahali,S.E.,M.Si) NIP. 132 206 574

Penguji I Penguji II

( Drs. Syahril Hakim Nasution ) (Drs. Rahmat Sumanjaya,M.Si)


(5)

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the determinants Gross Regional Domestic Product (GRDP) Dairi. The independent variable is investment, government spending, labor. This study uses secondary data in the form of time series with the period1990-2009.

In analyzing the level of elasticity and the significance of each veriabel-variaberl observed using a Model Econometrics, whereas the method used is Ordinary Least Square (OLS) using SPSS 16, while the results of regression analysis performed was to test whether each independent variable influence of variables not free. From the results of research using SPSS 16 it is known that the independent variables namely, investment, government spending, labor has a positive effect

(significant) to GRDP Dairi district.


(6)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Determinan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi. Variabel independennya adalah investasi, pengeluaran pemerintah, tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk time series dengan priode 1990-2009.

Dalam menganalisis besarnya tingkat elastisitas dan signifikansi dari setiap veriabel-variaberl diamati dengan menggunakan Model Ekonometrika, sedangkan yang dipakai adalah Method Ordinary Leas t Square (OLS) dengan menggunakan program SPSS 16, sedangakan analisis dari hasil regresi dilakukan adalah untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas memberikan pengaruh terhadap variabel-variabel tidak bebas.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan program SPSS 16 maka dapat diketahui bahwa variabel independen yaitu, investasi, pengeluaran pemerintah, tenaga kerja berpengaruh positif (signifikan) terhadap PDRB kabupaten Dairi.

Kata kunci: investasi, pengeluaran pemerintah, tenaga kerja ,PDRB kabupaten Dairi


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia serta kemurahan hati-Nya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Determinan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Irsyad Lubis, SE., M.Soc. Sc., PhD selaku ketua program studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Drs. Kasyful Mahali, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku dosen pembanding I 6. Bapak Drs Rahmat Sumanjaya, MSi, selaku dosen pembanding II

7. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendukung, mendidik, dan membimbing penulis dengan baik.

8. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang selalu setia mendoakan penulis, dan memberikan dukungan baik moril maupun material


(8)

10.Teman-teman seperjuangan penulis lainnya yang tetap selalu memberikan motivasi dan pihak-pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya dengan keterbatasan waktu, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pada penulisan skripsi ini yang tidak terlepas dari kelemahan dan kekurangan. Demi penyempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua pihak yang berkompeten dalam bidang ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 2011

(Heppi Supriadi Tondang)


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk Domestik Regional Bruto ... 7

2.1.1 Pengertian PDRB ... 7

2.1.2 Metode Perhitungan PDRB ... 7

2.1.3 Teori-Teori PDRB ... 12

2.2 Investasi ... 14

2.2.1 Pengertian Investasi ... 14

2.2.2 Jenis-Jenis investasi ... 15

2.2.3 Teori investasi ... ... 18

2.2.4 Peranan Sektor Industri... 19

2.3 Pengeluaran Pemerintah ... 21


(10)

2.3.2 Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah ... 23

2.3.3 Teori Pengeluaran Pemerintah ... 26

2.4 Ketenagakerjaan ... 27

2.4.1 Pengertian Tenaga Kerja ... 27

2.4.2 Teori Ketenagakerjaan ... 28

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian ... 31

3.2 Jenis dan Sumber data ... 31

3.3 Pengolahan Data ... 32

3.4 Model Analisis Data ... 32

3.5 Hipotesa Model ... 33

3.6 Test of Goodness of Fit ( uji kesesuaian ) ... 33

3.6.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 33

3.6.2 Uji F-Statistik ... 34

3.6.3 Uji t-statistik ... 35

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 37

3.8 Defenisi Operasional ... 39

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Dairi ... 41

4.1.1 Kondisi Geografis ... 41

4.1.2 Kondisi Penduduk ... 42

4.1.3 Mata Pencaharian ... 45

4.2 Gambaran Perekonomian Kabupaten Dairi ... 46

4.2.1 Perkembangan PDRB kabupaten Dairi ... ... 46

4.2.2 Perkembangan Investasi Sektor Pertanian Kabupaten Dairi . 47 4.2.3 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Dairi ... 50


(11)

4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 56

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... ... 58

1. Uji Normalitas ... ... 58

2. Uji Multikolinieritas... ... 60

3. Uji Heteroskedastisitas ... ... 61

4. Uji Autokorelasi ... ... 62

4.3.2 Pengujian Hipotesis ... ... 65

1. Uji-t (Uji Parsial) ... ... 65

2. Uji F (Uji Serentak). ... ... 68

3. Uji Determinan (R2) ... ... 69

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 : Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Dairi 4

1.2 : Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Kabupaten Dairi 4

4.1 : Luas Kabupaten Dairi Tahun 2009 42 4.2 : Laju Pertumbuhan dan Sex Ratio Kabupaten Dairi

Tahun 1900-2009 43

4.3 : Jumlah Penduduk Kabupaten Dairi Per Kecamatan

Tahun 2009 44

4.4 : Penduduk Kabupaten Dairi Menurut Kelompok Umur

Dan Jenis Kelamin 2009 45

4.5 : Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Dairi Tahun 1990-2009 47 4.6 : Perkembangan Investasi Kabupaten Dairi 49 4.7 : Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Kabupaten Dairi Tahun 1990-2009 51 4.8 : PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Dairi


(13)

4.9 : Distribusi PDRB Kabupaten Dairi Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2009 54 4.10 : Perkembangan Ketenagakerjan Kabupaten Dairi 56

4.11 : Regresi Berganda 57

4.12 : One-sample Kolmogorov-Smirnov Test 60

4.13 : Multikolinieritas 61

4.14 : Autokorelasi 63

4.15 : Hasil Uji t-hitung 65

4.16 : Hasil Uji f-hitung 69

4.17 : Pengujian Determinan 70


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 : Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner 26

Gambar 3.1 : Kurva Uji F - Statistik 35

Gambar 3.2 : Kurva uji t – Statistik 37

Gambar 3.3 : Uji Durbin – Watson 39

Gambar 4.1 : Grafik Normal P-Plot 59

Gambar 4.2 : Normal Scaterplot 62

Gambar 4.3 : Uji Durbin – Watson 64

Gambar 4.4 : Uji t – Statistik Terhadap Investasi 66 Gambar 4.5 : Uji t – Statistik Terhadap Pengeluaran Pemerintah 67 Gambar 4.6 : Uji t – Statistik Terhadap Tenaga Kerja 67


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Perkembangan Investasi Kabupaten Dairi dari Tahun 1990-2009

LAMPIRAN 2 : Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Dairi Tahun 1990-2009

LAMPIRAN 3 : Perkembangan Ketenagakerjaan Kabupaten Dairi Tahun 1990-2009

LAMPIRAN 4 : Analisis Hasil Penelitian LAMPIRAN 5 : Uji Asumsi Klasik LAMPIRAN 6 : Pengujian Hipotesis


(16)

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the determinants Gross Regional Domestic Product (GRDP) Dairi. The independent variable is investment, government spending, labor. This study uses secondary data in the form of time series with the period1990-2009.

In analyzing the level of elasticity and the significance of each veriabel-variaberl observed using a Model Econometrics, whereas the method used is Ordinary Least Square (OLS) using SPSS 16, while the results of regression analysis performed was to test whether each independent variable influence of variables not free. From the results of research using SPSS 16 it is known that the independent variables namely, investment, government spending, labor has a positive effect

(significant) to GRDP Dairi district.


(17)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Determinan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi. Variabel independennya adalah investasi, pengeluaran pemerintah, tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk time series dengan priode 1990-2009.

Dalam menganalisis besarnya tingkat elastisitas dan signifikansi dari setiap veriabel-variaberl diamati dengan menggunakan Model Ekonometrika, sedangkan yang dipakai adalah Method Ordinary Leas t Square (OLS) dengan menggunakan program SPSS 16, sedangakan analisis dari hasil regresi dilakukan adalah untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas memberikan pengaruh terhadap variabel-variabel tidak bebas.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan program SPSS 16 maka dapat diketahui bahwa variabel independen yaitu, investasi, pengeluaran pemerintah, tenaga kerja berpengaruh positif (signifikan) terhadap PDRB kabupaten Dairi.

Kata kunci: investasi, pengeluaran pemerintah, tenaga kerja ,PDRB kabupaten Dairi


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sejarah ekonomi telah di katakan seorang pelopor dari mazhab sejarah Friedrick List bahwa perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Namun pertumbuhan ekonomi seperti kita ketahui belum bisa sebagai faktor utama untuk dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat suatu negara. Banyak sekali faktor – faktor yang harus di perhatikan dan diteliti lebih lanjut dalam usaha mengetahui dan meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat tertentu tetapi pertumbuhan ekonomi paling tidak dapat mewakili sebagian besar aktivitas perekonomian masyarakat tersebut.

Dalam hal ini salah satu dari faktor tersebut akan ditinjau lebih lanjut. Walaupun belum bisa menggambarkan perekonomian secara menyeluruh, tetapi dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mempelajari perekonomian masyarakat dan pada akhirnya bertujuan untuk melihat prospek perekonomian untuk kemakmuran. Sesuai dengan literatur pada umumnya, penelitian ini akan membahas mengenai Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dapat dijadikan untuk menggambarkan perkembangan perekonomian masyarakat suatu daerah sebab salah satu ukuran kemakmuran terpenting adalah pendapatan. Pendapatan regional


(19)

adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut (Robinson, 2009).

Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas, subur, strategis memiliki banyak sumber daya yang bisa diandalkan dan hal itu didukung oleh iklim tropis yang begitu banyak membuat iri masyarakat negara lain. Berbagai sumber daya dibuktikan dengan berbagai komponen PDRB yang antara lain berupa hasil pertanian, pertambangan, perikanan dan kelautan, hasil hutan, perdagangan, industri manufaktur, pariwisata, dan komponen lain yang telah dikatakan sebagai sektor PDRB.

Dari banyak daerah provinsi di Indonesia, penulis tertarik untuk membahas secara terperinci mengenai PDRB dari suatu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Dairi. Sama seperti tingkat provinsi, perencanaan yang sudah umum dikenal di tingkat kabupaten atau kota adalah Repelita (Propeda). Isi dan metode penyusunannya lebih kurang sama dengan yang dilakukan pada tingkat provinsi, padahal semestinya semakin sempit daerah perencanaan, semakin mungkin membuat perencanaan yang lebih bersifat spasial. Semestinya perencanaan jangka menengah tingkat kabupaten atau kota selain lebih spasial juga dapat mengarah pada penetapan proyek tahunan untuk kabupaten atau kota yang bersangkutan (Robinson, 2004).


(20)

Kabupaten Dairi mempunyai keunggulan komoditi yang lumayan besar dan merupakan merupakan daya saing daerah yang harus dikembangkan. Daya saing daerah sebagai kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada pesaing domestic dan internasional memerlukan dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta (Piter dkk, 2002). Sejalan dengan otonomi daerah berdasarkan UU Republik Indonesia No.22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan UU Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah maka daerah kabupaten dan kota memiliki kewenangan yang cukup luas untuk membuat perencanaan pembangunan di wilayahnya masing-masing. Kewenangan ini mencakup perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan pembangunan wilayah, dan pemanfaatan secara optimal potensi wilayah.

Dari sektor pertanian misalnya Kabupaten Dairi mempunyai potensi sumber daya alam yang mendukung baik ogroklimat maupun tanah dengan kondisi lahan yang subur dan sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman pertanian khususnya komoditi perkebunan seperti gambir, kopi, kemiri, kulit manis, karet, cengkeh, kelapa, lada, vanilli, aren, kemenyan, tembakau, tebu, jahe, dan nilam dengan produksi yang cukup baik. Kondisi ini memungkinkan bagi kontribusi sebesar 23,77% dari total 70,48% sektor pertanian bagi PDRB Kabupaten Dairi.


(21)

Dari sektor ekonomi, data terakhir menunjukkan PDRB Kabupaten Dairi mengalami perkembangan yang lumayan baik. Hal ini dapat di lihat pada tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Dairi Tahun 2005-2009

Tahun PDRB

(Jutaan Rupiah) PDRB Perkapita (Rupiah) 2005 2006 2007 2008 2009 1.634.143,37 1.704.131,24 1.789.802,45 1.836.308,63 1.898.643,72 6.337.696,56 6.367.513,31 6.658.986,68 6.820.834.21 6.996.762.49

Sumber: Kabupaten Dairi Dalam anggka 2005-2009

Tabel 1.2 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Dairi Tahun 2005-2009

Tahun Pengeluaran Rutin Pengeluaran Pembangunan Total Pengeluaran 2005 2006 2007 2008 2009 137.471,443 177.093,882 186.391,619 191.432,443 199.734,161 61.579,937 150.900,518 184.026,809 187.003,496 193.465,339 199.051,380 327.994,400 370.418,428 378.435,939 393.199.500

Sumber: Kabupaten Dairi Dalam Angka 2009

Dengan demikian, pembangunan harus terus digalakkan untuk meningkatkan produk dan pendapatan daerah. Termasuk di dalamnya peningkatan ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat perlu pembinaan yang kontiniu dari berbagai lapisan, baik dari unsur pemerintah, perguruan tinggi, maupun dari pihak swasta seperti perusahaan besar


(22)

swasta, lembaga swadaya masyarakat, asosiasi, maupun kelompok – kelompok yang peduli terhadap kegiatan ekonomi rakyat lainnya (Zulkarnain, 2003)

Dari uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik dan berkeyakinan dapat menyelesaikan penelitian tentang PDRB di Kabupaten Dairi yang di tuangkan dalam sebuah skripsi dengan judul “Determinan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh investasi (I) terhadap PDRB di daerah Kabupaten Dairi? 2. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran pemerintah (G) terhadap PDRB di

daerah Kabupaten Dairi?

3. Bagaimanakah pengaruh tenaga kerja (L) terhadap PDRB di daerah Kabupaten Dairi?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :


(23)

1. Investasi (I) berpengaruh positif terhadap PDRB di daerah Kabupaten Dairi. 2. Pengeluaran pemerintah (G) berpengaruh positif terhadap PDRB di daerah

Kabupaten Dairi.

3. Tenaga kerja (L) mempunyai pengaruh positif terhadap PDRB daerah Kabupaten Dairi.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh investasi (I) terhadap PDRB di daerah Kabupaten Dairi.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah (G) terhadap PDRB di daerah Kabupaten Dairi.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tenaga kerja (L) terhadap PDRB di daerah Kabupaten Dairi.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah, melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada yang menyangkut topik yang sama.

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama menjadi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(24)

3. Sebagai bahan studi, perbandingan dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademis dan peneliti dalam melakukan penelitian dengan topik sama.


(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto.

2.1.1 Pengertian PDRB

Secara umum pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Dengan perkataan lain arah dari pertumbuhan ekonomi lebih kepada perubahan yang bersifat kuantitatif (quntitative change) dan bisanya dihitung dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) dari barang akhir dan jasa (final goods and service) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu dan biasanya satu tahun.

Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi secara nominal dapat digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB digunakan untuk berbagai tujuan tetapi yang terpenting adalah untuk mengukur kinerja perekonomian secara keseluruhan. Jumlah ini akan sama dengan jumlah nilai nominal dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa, serta ekspor neto.

2.1.2 Metode Perhitungan PDRBa. Metode Langsung 1. Pendekatan Produksi

Pendekatan dengan cara ini dilakukan untuk mendapat nilai tambah Bruto (Gross Value Added) dapat diperoleh dengan menghitung nilai output dikurangi dengan biaya antara (intermediate consumption). Yang dimaksud dengan output


(26)

adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di daerah tersebut dalam satu periode tertentu (biasanya satu tahun). Dan yang dimaksud dengan biaya-biaya antara (intermediate consumption) adalah barang-barang tidak tahan lama (umur pemakaiannya kurang dari satu tahun atau habis dalam satu kali pemakaian) dan jasa-jasa pihak lain yang digunakan dalam proses produksi. Jadi, apabila nilai output dikurangi dengan biaya-biaya antara, maka akan diperoleh nilai tambah bruto yang terdiri dari biaya faktor produksi (upah/gaji, bunga neto, sewa tanah, keuntungan), penyusutan barang modal dan pajak tak langsung neto.

Nilai output biasanya digunakan data sekunder dari instansi yang bersangkutan. Sedangkan biaya antara diperoleh dari hasil survey khusus pendapatan regional (SKPR). Penghitungan dengan pendekatan produksi ini biasanya digunakan untuk sektor pertanian, industri, gas, air minum, pertambangan dan sebagainya.

2. Pendekatan Pendapatan.

Pendekatan pendapatan (income approach) adalah suatu pendekatan dimana pendapatan nasional diperolah dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagi dari faktor produksi yang menyumbang terhadap proses produksi. Dalam hubungan ini pendapatan nasional adalah penjumlahan dari unsur-unsur atau jenis-jenis pendapatan.

a. Kompensasi untuk pekerja (compensation for employees), yang terdiri dari upah (wages) dan gaji (salaries) ditambah faktor rent terhadap upah dan gaji (misalnya kontribusi pengusaha untuk rencana-rencana


(27)

pensiun dan dana jaminan sosial), dan ini merupakan komponen terbesar dari pendapatan nasional.

b. Keuntungan perusahaan (corporate provit), yang merupakan kompensasi kepada pemilik perusahaan yang mana sebagian dari padanya digunakan untuk mambayar pajak keuntungan perusahaan (corporate profity takes), sebagian lagi dibagikan kepada para pemilik saham (stockholders) sebagai deviden, dan sebagian lagi ditabung perusahaan sebagai laba perusahaan yang tidak dibagikan.

c. Pendapatan usaha perorangan (proprictors income), yang merupakan kompensasi atas penggunaan tenage kerja dan sumber-sumber dari self employeed person, misalnya petani, self employeed profesional, dan lain-lain.dengan perkataan lain proprictors income merupakan pendapatan new korporasi.

d. Pendapatan sewa (rental income of person), yang merupakan kompensasi untuk pemilik tanah, rental businees dan recidential properties, termasuk didalamnya pendapatan sewa dari mereka yang tidak terikat dalam bisnis real estate : pendapatan sewa dihitung untuk rumah-rumah yang non form yang dihuni oleh pemiliknya sendiri; dan royalti yang diterima oleh orang dari hak paten, hak cipta, dan hak terhadap sumber daya alam.

e. Bunga netto (net interest) terdiri atas bunga yang dibayar perusahaan dikurangi oleh bunga yang diterima oleh perusahaan ditambah bunga


(28)

netto yang diterima dari luar negeri. Bunga yang dibayar oleh pemerintah dan yang dibayar oleh konsumen tidak termasuk di dalamnya.

Pendekatan dengan cara ini dapat dilakukan dengan secara langsung menjumlahkan pendapatan, yaitu jumlah balas jasa faktor produksi berupa upah/gaji, bunga neto, sewa tanah dan keuntungan, sehingga diperoleh produk domestik regional neto, sewa tanah dan keuntungan, sehingga diperoleh produk domestik regional neto atas dasar biaya faktor. Untuk memperoleh produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar, harus ditambah dengan penyusutan dan pajak tak langsung neto.

Penghitungan dengan pendekatan pendapatan (income approach) ini biasanya digunakan untuk kegiatan yang sulit dihitung dengan pendekatan produksi, seperti sektor pemerintah dan jasa yang usahanya tidak mencari untung (non profit).

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran adalah pendekatan pendapatan nasional atau produk domestik regional bruto diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh pemintaan akhir (final demand) atas out put yang dihasilkan dalam perekonomian, diukur pada harga pasar yang berlaku. Dengan perkataan lain produk nasional atau produk domestik regional bruto adalah penjumlahan nilai pasar dari permintaan sektor rumah tangga untuk barang-barang konsumsi dan jasa-jasa (C), permintaan sektor bisnis barang investasi (I), pengeluaran pemerintah untuk


(29)

barang-barang dan jasa-jasa (G), dan pengeluaran sektor luar negeri untuk kegiatan ekspor dan impor (X-M). Atau dengan rumus sebagai berikut :

(

X M

)

G

I C

Y = + + + −

Dimana :

Y = Pendekatan Pengeluaran C = Konsumsi

I = Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor

M = Impor

Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir barang dan jasa di wilayah domestik. Jadi Produk Domestik Regional dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang membentuk Produk Domestik Regional Bruto tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang dan metode penjualan eceran.

2. Metode pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, metode data anggaran belanja, metode balance sheet dan metode statistik perdagangan luar negeri.


(30)

Pada prinsipnya cara ini dimaksudkan untuk memper-kirakan komponen-komponen permintaan akhir seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto dan perdagangan antar wilayah (termasuk ekspor dan impor).

b. Metode Tidak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional sebagai alokator digunakan yang paling besar tergantung atau erat kaitannya dengan produktifitas kegiatan ekonomi tersebut melalui PDRB menurut harga berlaku dan harga konstan. Pendapatan regional suatu provinsi dapat diukur untuk menghitung kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Kenaikan ini dapat disebabkan karena dua faktor yaitu:

a. Kenaikan pendapatan yang benar-benar bisa menaikkan daya beli penduduk (kenaikan rill).

b. Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan pendapatan yang disebabkan kerena kenaikan harga pasar tidak menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan seperti ini merupakan kenaikan pendapatan yang tidak riil. Oleh karena itu berdasarkan kenyataan di atas untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnnya (riil) maka faktor yang harus dieliminir pendapatan regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi belum dihilangkan) merupakan pendapatan regional dengan harga berlaku,


(31)

sedangkan pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan pendapatan regional atas dasar harga konstan.

2.1.3 Teori-Teori PDRB

Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan out put perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999).

Teori Klasik

Ahli ekonomi klasik yakin dengan adanya perekonomian persaingan yang sempurna maka seluruh sumber ekonomi dapat dimanfaatkan dengan maksimal atau full employment. Para ahli ekonomi klasik menyatakan bahwa full employment itu hanya bisa dapat dicapai apabila perekonomian bebas dari campur tangan pemerintah dan sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar.

Semua kaum klasik memandang bahwa penumpukan modal sebagai kunci kemajuan. Karena itu mereka menekankan betapa pentingnya tabungan dalam jumlah besar, selain itu mereka juga berpendapat bahwa keuntungan merangsang investasi. Semakin besar keuntungan merangsang investasi, semakin besar keuntungan dan akan semakin besar pula akumulasi modal investasi.


(32)

Teori Ricardian

David Ricardo mengungkapkan pandangannya mengenai pembangunan ekonomi dalam bukunya The Principles Of Political Ekonomy And Taxation. David mengungkapkan bahwa faktor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah buruh, pemupukan modal, perdagangan luar negeri.

Seperti ahli ekonomi modern, teori Ricardo menekankan pentingnnya tabungan untuk pembentukan modal. Dibanding pajak David Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan.Tabungan dapat diperoleh dengan penghematan pengeluaran, memproduksi lebih banyak, dan dengan meningkatkan tingkat keuntungan serta mengurangi harga barang.

Teori Harodd – Domar

Model pertumbuhan Harodd – Domar dibangun berdasarkan pengalaman negara maju. Harodd – Domar memberikan peranan kunci kepada investasi didalam proses pertumbuhan ekonomi, mengenai watak ganda yang dimiliki oleh investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, kedua ia memperbesar kapasitas produksi pertanian dengan cara menaikkan stok modal. Karena itu selama investasi neto tetap berjalan , pendapatan nyata dan out put akan senantiasa tambah besar.

Harodd – Domar (Suryana, 2000) mengembangkan analisa Keynes yang menekankan perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi . Setiap usaha harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi yang baru.


(33)

2.2 Investasi

2.2.1 Pengertian Investasi

Investasi (investment)dapat difenisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok capital yang ada. Istilah lain dari investasi adalah akumulasi modal (capital accumulation) pembentukan atau penanaman modal (capital formulation). Dengan kata lain istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi atau menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa dalam perekonomian.

2.2.2 Jenis-Jenis Investasi

Secara umum terdapat empat jenis-jenis investasi yaitu:

1. Investasi Yang terdorong (induced invesment) dan investasi otonom (autonomous investment).

Investasi terdorong (induced invesment) yaitu investasi yang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Investasi ini diadakan akibat adanya pertambahan pendapatan, dimana apabila pendapatan bertambah maka pertambahan permintaan akan digunakan untuk tambahan konsumsi, sedangkan pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan dan dengan adanya tambahan permintaan akan mendorong berdirinya pabrik-pabrik yang baru atau mempeluas pabrik yang lama uintuk memenuhi jumlah permintaan yang semakin bertambah.


(34)

Investasi otonom (aoutonomous invesmant) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada diluar pendapatan yaitu tingkat teknogi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Investasi ini diadakan bukan karena adanya pertambahan permintaan yang efektif tetapi investasi ini terlaksana dengan bebas. Besar kecilnya investasi otonom tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan nasional atau pendaptan daerah. Jadi besar kecilnya pendapatan nasional tidak menentukan besar kecilnya investasi otonom.

2. Public Invesment dan Private Invesment

Public invesment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud dengan pemerintah disini adalah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang sifatnya resmi.

Sedangkan private invesment adalah investasi yang dilaksanakan oleh swasta dimana keuntungan merupakan prioritas yang utama, berbeda dengan investasi yang dilakukan oleh pemerintah dimana bertujuan untuk melayani dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat.

3. Domestic Invesment dan Foreign Invesment

Domestic invesment adalah sejumlah dana yang dimiliki oleh pihak dalam negeri yang digunakan untuk membangun faktor-faktor produksi yang dimilik suatu negara. Sedangkan foreign investment adalah penanaman modal yang dilakukan oleh


(35)

pihak asing dalam suatu negara untuk mengembangkan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh suatu negara.

4. Gross Investment dan Net Investment

Gross investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksakan pada suatu waktu. Jadi itu mencakup segala sesutu jenis investasi, baik itu autonomous maupaun induced atau private maupaun public investment.atau dengan kata lain gross investment adalah investasi yang dilaksakan disuatu negara atau daerah selama priode tertentu. Nett investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyututan.

Apabila misalnya investasi bruto tahun ini adalah Rp25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi tahun yang lalu adalah sebesar Rp10 juta, maka investasi neto yang terjadi adalah sebesar Rp. 15 juta.

Di Indonesia klasifikasi atas investasi dapat dibedakan atas dua yaitu : a. Penanaman Modal Dalam Negeri

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta negara maupun swasta asing yang berdomisili di Indonesia. Pihak swasta yang memiliki modal tersebut , dapat secara perorangan maupun badan hukum berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. PMDN adalah pengggunaan kekayan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung untuk menjalankan usaha berdasarkan ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal.


(36)

Yang dimaksud dengan penanaman modal asing hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung berdasarkan UU No. 1 Tahun 1967 dan yang digunakan menjalakan perusahaan di Indonesia, dengan kata lain pemilik modal langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.

Pengertian penanaman modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. Jadi penanaman modal asing diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi.

Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Penanaman modal asing yang dilakukan di Indonesia tidak hanya dalam bentuk uang yang ditanamkan tetapi juga dalam bentuk mesin-mesin juga dalam bentuk ketrampilan teknik.

2.2.3 Teori Investasi

Teori Keynesian : Pendekatan Marginal Efisiensi Capital

Efisiensi marginal capital (MEC) dapat didefenisikan sebagai tindakan diskonto yang yang menyamakan present value dari penghasilan capital dengan harga barang modal. Menurut pendekatan ini, suatu proyek investasi akan dilaksakan apabila MEC lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku dipasar. Dari MEC ini dapat diproleh efisiensi marginal investasi (MEI) yang memperlihatkan hubungan antara investasi dengan tingkat bunga pasar.


(37)

Berdasarkan konsep MEI ini dengan stok capital tertentu , investasi bersih (net invesment) berhubungan negatif dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah investasi dan apabila semakin rendah tingkat bunga maka investasi akan tinggi. MEC dan MEI digunakan untuk membedakan antara:

1. Jumlah investasi yang seharusnya dilakukan para pengusaha agar semua kegiatan produksi yang baru yang memiliki tingkat pengembalian modal yang lebih atau sama dengan tingkat bunga yang berlaku dapat diwujudkan.

2. Investasi yang seharusnya dilakukan pengusaha pada suatu jangka waktu tertentu (Sadono Sukirno, 2000)

Untuk lebih jelasnya dalam hal ini analisis Keynes menunjukkan faktor-faktor yang menentukan investasi yaitu :

a. Tingkat Bunga

Hubungan antara tingkat bunga dan investasi adalah berbanding terbalik, yaitu apabila tingkat bunga rendah maka gairah perusahaan untuk melakukan investasi akan meningkat. Hubungan antara investasi dan tingkat bunga bersifat demikian karena sifat perusahaan dalam meklakukan investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan, dimana tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan dalam melakukan investasi.

b. Peningkatan aktifitas perekonoimian

Harapan dengan adanya peningkatan aktifitas perekonomian dimasa yang akan datang merupakan salah satu faktor penentu dalam mengadakan investasi, karena akan ada pemikiran bahwa perekonomian akan mengalami peningkatan


(38)

dimasa yang akan datang, walaupun tingkat bunga lebih besar dari tingkat MEC tetapi invetasi tetap akan dilakukan oleh investor karena mereka memiliki insting yang kuat bahwa mereka akan menerima keuntungan yang lebih besar pada masa yang akan datang.

c. Kestabilan politik suatu negara

Kestabilan politik suatu negara merupakan pertimbangan yang sangat menentukan dalam mengadakan investasi, karena dengan stabilnya politik suatu negara maka perkonomian akan berjalan dengan baik karenanya pihak investor dari luar tidak akan merasa kwatir untuk mengadakan penanaman modalnya di negara yang bersangkutan.

d. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi, dengan demikian kemajuan teknologi yang berlaku diberbagai kegiatan ekonomi akan mendorong lebih banyak investasi yang terjadi, semakin besar biaya yang diperlukan untuk mengadakan perombakan dalam teknologi maka semakin banyak investasi yang dilakukan.

Adapun keputusan untuk melakukan investasi tergantung dari ketiga unsur sebagai berikut :

1. Hasil penjualan.

Suatu kegiatan investasi akan memberikan tambahan hasil bagi perusahaan hanya jika investasi mampu menjual lebih banyak, ini berarti bahwa faktor penentu yang sangat berperan dalam investasi adalah tingkat out put secara


(39)

keseluruhan(GNP). Bila pabrik-pabrik beroperasi dibawah kapasitas normalnya maka perusahaan tidak akan berkeinginan untuk membangun pabrik yang baru atau mengadakaan perluasan kegiatan produksi, jadi dengan kata lain investasi tidak akan terlaksana. Secara umum investasi tergantung dari hasil penjualan yang akan dilaksanakan dari seluruh kegiatan perekonomian.

2. Biaya

Faktor kedua orang melakukan investasi adalah biaya investasi. Karena barang-barang yang berumur panjang maka analisis biaya lebih rumit daripada biaya komoditi yang lain seperti batu bata atau gandum. Apabila kita membeli barang-barang yang berumur panjang kita harus menghitung harga dari modal itu, dalam hal ini dinyatakan dalam tingkat bunga pinjaman. Pemerintah kadang kala memakai kebijakan fiskal untuk mempengaruhi investasi di sektor tertentu, dalam hal ini maka tingkat pajak sangat mempengaruhi biaya investasi yang terjadi.

3. Ekspektasi

Unsur ketiga yang ikut mempengaruhi dalam melakukan investasi adalah ekspektasi dan kepercayaan dunia usaha. Pada hakekatnya investasi bisa dikatakan sebagai perjudian mengenai masa depan, dengan taruhan hasil investasi akan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan investasi. Bila kalangan bisnis beranggapan bahwa kondisi ekonomi Jerman akan mengalami depresi pada masa yang akan datang maka jelas mereka tidak akan mau mengadakan investasi atau penanaman modal di Jerman. Tetapi jika mereka melihat adanya pemulihan kegiatan ekonomi maka mereka akan mengadakan perluasan usaha disana.


(40)

Jadi keputusan mengadakan investasi tergantung juga pada ekspektasi akan kondisi masa yang akan datang namun seperti yang kita ketahui bahwa kondisi masa depan sangat sulit untuk diramalkan. Dunia usaha berusaha keras melakukan analisis investasi dan berusaha memperkecil ketidakpastian investasi mereka.

2.3. Pengeluaran Pemerintah

2.3.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Pengertian pengeluaran pemerintah menurut (Kunarjo,1993) mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah berperan untuk mempertemukan permintaan masyarakat dengan penyediaan sarana dan prasarana yang tidak dapat dipenuhi oleh swasta. Dikatakan pula bahwa pengeluaran pemerintah yang dinyatakan dalam belanja pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam proyek-proyek yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, peningkatan kesejahteraan, dan program yang menyentuh langsung kawasan yang terbelakang. Pemerintah daerah dituntut dapat berperan aktif dalam mengelola dan mengembangkan sektor publik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Pendekatan pada upaya peningkatan pertumbuhan tidak semata-mata menentukan pertumbuhan sebagai satu-satunya tujuan pembangunan daerah, namun pertumbuhan merupakan salah satu ciri pokok terjadinya proses pembangunan. Terdapat berbagai instrument yang digunakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian. Salah satu diantarannya adalah pembelanjaan atau pengeluaran


(41)

pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Menurut (Budiono,1998) pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. Pertama, pembelian faktor-faktor produksi (input) dan pembelian produk (output). Kedua, untuk pengeluaran konsumsi pemerintah (belanja rutin) serta untuk investasi pemerintah (belanja pembangunan/barang-barang modal). Pengeluaran pemerintah yang diukur dari pengeluaran rutin dan pembangunan mempunyai peranan dan fungsi cukup besar mendukung sasaran pembangunan dalam menunjang kegiatan pemerintah serta peningkatan jangkauan dan misi pelayanan yang sacara langsung berkaitan dengan pembentukan modal untuk tujuan peningkatan produksi. Layaknya pengeluaran masyarakat, maka pengeluaran pemerintah akan memperbesar permintaan agregat malalui multiplier effec dan selanjutnya akan meningkatkan produksi atau penawaran agregat, sehingga PDRB akan meningkat.

Meningkatnya PDRB merupakan indikasi timbulnya suatu perekonomian yang akan menambah penerimaan. Pengeluaran pemerintah akan meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan perekonomian suatu negara. Walaupun demikan, peningkatan pengeluran pemerintah belum tentu berakibat baik terhadap aktivitas perekonomian. Oleh karena itu, perlu juga dilihat efisiensi penggunaan pengeluaran pemerintah tersebut.

Menurut (Suparmoko, 1996) menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dapat di nilai dari berbagai segi sehingga dapat dibedakan menjadi:


(42)

a. Pengeluaran itu merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa-masa yang akan datang.

b. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan bagi masyarakat.

c. Pengeluaran merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.

d. Pengeluaran menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang lebih luas.

2.3.2. Jenis-jenis Pengeluaran Pemerintah a. Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan roda pemerintahan sehari-hari, meliputi: belanja pegawai, belanja barang berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga), angsuran dan bunga utang pemerintah serta jumlah pengeluaran lain.

Anggaran belanja rutin memegang peranan penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta upaya peningkatan efisiensi dan produktifitas, yang pada gilirannya akan menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Penghematan dari efisiensi pengeluaran rutin perlu dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah yang diperlukan untuk membiayai pembangunan nasional. Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain diupayakan melalui pinjaman alokasi pengeluaran rutin, pengendalian dan koordinasi


(43)

pelaksanaan pembelian barang dan jasa kebutuhan departemen/lembaga negara non departemen dan pengurangan berbagai macam subsidi secara bertahap.

b. Pengeluaran Pembangunan

Pegeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik prasarana fisik dan non fisik. Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang ditunjukan untuk membiayai program-program pembangunan sehingga anggarannya selalu dapat disesuaikan dengan dana yang dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan proritas yang direncanakan.

Pengeluaran pemerintah dalam arti rill dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah itu. Semakin besar dan semakin banyak kegiatan pemerintah, semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan.

2.3.3 Teori Pengeluaran Pemerintah

a. Model Pembangunan Tentang Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi. Pada tahap awal perkembangan, menurut mereka rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional relatif besar. Hal ini dikarenakan pada tahap ini pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana. Pada tahap menegah pembangunan


(44)

ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas.

Dalam suatu proses pembangunan, menurut Musgrave rasio investasi total terhadap pendapatan nasional akan semakin mengecil. Sementara itu Rostow berpendapat bahwa pada tahap lanjutan pembangunan terjadi peralihan aktivitas pemerintah, dari penyedian prasarana ekonomi ke pengeluaran-pengeluaran untuk pelayanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan.

b. Hukum Wagner

Pengamatan empiris oleh Wagner terhadap Negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19 menunjukkan bahwa aktivitas pemerintah dalam perekonomian cenderung semakin meningkat. Wagner mengukur perbandingan pengeluaran pemerintah terhadap produk nasional. Wagner menamakan hukum aktivitas pemerintah yang selalu meningkat (law of ever increasing state activity).

Hukum Wagner ini ditunjukkan dalam gambar 2.1 dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk eksponensial yang ditunjukkan oleh kurva 1 dan bukan seperti yang ditunjukkan oleh kurva


(45)

Kurva 2 Kurva 1

Waktu

0 1 2 3 4 5

PPK

Gambar 2.1 Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner

c. Teori Peacock dan Wisemen

Peacock dan Wisemen adalah dua orang yang mengemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Pandangan mereka mengenai pengeluaran pemerintah adalah bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut.

Menurut Peacock dan Wiseman, perkembangan ekonomi menyebabkan pungutan pajak meningkat yang meskipun tarif pajaknya mungkin tidak berubah pada gilirannya mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat pula. Jadi dalam


(46)

keadaan normal, kenaikan pendapatan nasional menaikkan pula baik penerimaan maupun pengeluaran pemerintah.

Apabila keadaan normal jadi terganggu, katakanlah karena perang atau ekstenalitas lainnya maka pemerintah terpaksa harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan dimaksud. Konsekuensinya timbul tuntutan untuk memeperoleh penerimaan pajak lebih besar.

d. Teori Mikro

Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan barang publik dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersediannya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain.

Sebagai contoh, misalnya pemerintah akan membuat sebuah pelabuhan udara baru. Pelaksanaan pembuatan pelabuhan udara baru tersebut menimbulkan permintaan akan barang lain yang dihasilkan oleh sektor swasta, seperti semen, baja, alat-alat pengangkutan dan sebagainya.

2.4 Ketenagakerjaan


(47)

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting disamping sumber alam, modal, dan teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu menghasilkan barang dan jasa yang mengandung nilai ekonomi yang berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja dari usia. Tenaga kerja diartikan sebagai kemampuan untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain (Sagir, 1982).

Berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969, tenaga kerja difenisikan diartikan dengan orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam meupun diluar hubungan kerja untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.4.2 Teori Ketenagakerjaan

Ada dua teori yang penting yang menyangkut tentang teori ketenagakerjaan yang pertama adalah teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan adalah merupakan kesempatan bukan masalah. Kelebihan pekerja dalam satu sektor akan memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan out put dan penyadian pekerja disektor yang lain. Ada dua struktur yang penting dalam negara yang berkembang yaitu sektor kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakang.

Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari sektor pertanian tetapi juga terdiri dari pedagang kaki lima dan pengencer koran. Sektor


(48)

subsisten terbelakang mempunyai kelebihan penawaran pekerja dan tingkat upah relatif murah daripada sektor kapitalis modern.

Lebih murahnya biaya upah asal pedesaan akan menjadi pendorong bagi pengusaha dari perkotaan untuk memanfatkan pekerja tersebut untuk mengembangkan indutri perkotaan modern. Selama berlangsungnya proses industrialisasi kelebihan penawaran Dari sektor subsisten terbelakang akan diserap. Bersamaan dengan terserapnya kelebihan pekerja disektor industri modern, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat, selanjutnya peningkatan tingkat upah ini akan mengurangi perbedaan atau ketimpangan tingkat pendapatan antara perkotaan dan pedesaan.

Dengan demikian menurut Lewis adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi sebaliknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten kesektor kapitalis modern berjalan lancar dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi terlalu banyak.

Teori kedua adalah teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak disektor pertanian, banyak penganguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, dimana para penganggguran semu (yang tidak menambah out put pertanian) dipindahkan kesektor industri dengan upah institusional yang


(49)

sama. Kedua, tahap dimana pekerja pertanaian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula kesektor industri. Ketiga tahap ditandai dengan swasembada pada saat buruh menghasilkan out put lebih besar daripada perolehan upah institusional.

Dan dalam hal ini kelebihan pekerja terserap kesektor jasa dan industri yang meningkat sejalan dengan pertambahan out put dan perluasan usahanya. Tenaga kerja yang tercipta dalam kegiatan perekonomian merupakan salah satu indikasi adanya kemajuan dalam perekonomian.

Kesempatan kerja mengidentifikasi seberapa besar sebenarnya perekonomian membutuhkan pekerja untuk dipekerjakan dalam perekonomian. Hal ini tentunya membutuhkan beberapa kriteria, sehingga tidak semua tenaga kerja dapat diserap oleh kesempatan kerja yang ada. Hal ini akan berdampak terciptanya pengangguran didalam perekonomian.

Kondisi ini diperburuk dengan adanya perubahan pertumbuhan kesempatan kerja yang pada umumnya lebih rendah dari jumlah angkatan kerja yang ada. Begitu juga dengan tingkat pertumbuhan penduduk serta arus migrasi (terutama urbanisasi) yang menyebabkan angkatan kerja tertumpu didaerah perkotaan.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut :

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kabupaten Dairi dengan mengamati determinan produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Dairi. Faktor-faktor itu adalah tingkat investasi, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja selama kurun waktu 1990-2009 (20 tahun).

3.2 Jenis dan Sumber Data 1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur dan catatan yang menyebutkan pokok permasalahan yang akan dijadikan sebagai landasan yang bersifat teoritis. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Badan Pusat Statistik(BPS) . Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan kurun waktu 20 tahun (1990-2009).


(51)

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer SPSS 16 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.4 Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah model ekonometrika, sedangkan metode yang dipakai adalah metode OLS (Ordinary of least squares) atau motode kuadrat terkecil biasa.

Investasi(I), pengeluaran pemerintah (G) dan tenaga kerja (L) sebagai variabel-variabel independent dan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai variabel dependent dapat dinyatakan sebagai fungsi sebagai berikut :

Y=f(X1,X2,X3, )

Dengan spesifikasi model ekonometrika sebagai berikut :

Y = α +β1X1+β2X2+β3X3+µ

Dimana :

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Rupiah) = Konstanta

X1 = Investasi (I) (Rupiah)

X2 = Pengeluaran Pemerintah (G) (Rupiah) X3 = Tenaga Kerja (L) (Jiwa)


(52)

3 2

1β β

β =Koefisien regresi Term error

3.5 Hipotesis Model

Berdasarkan model analisis, maka hipotesis yang dapat diambil sebagai berikut :

1. artinya : Jika terjadi kenaikan pada X1 (investasi), maka Y (PDRB)

akan mengalami kenaikan cateris paribus)

2. 0

2 >

X Y

artinya : Jika terjadi kenaikan pada X2 (pengeluaran pemerintah),

maka Y (PDRB) akan mengalami kenaikan cateris paribus.

3. 0

3<

∂∂X Y

artinya : Jika terjadi kenaikan pada X3 (tenaga kerja), maka Y

(PDRB) akan mengalami penurunan, cateris paribus.

3.6 Test of Goodness of fit (Uji kesesuaian)

Untuk melihat goodness of fit dari hipotesa tersebut maka perlu dilakukan uji statistik yaitu :

3.6.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel terikat. Menurut Sumodiningrat (2002), R2 adalah sebuah


(53)

fungsi yang tidak pernah menurun (nondecreasing) dari jumlah variabel bebas yang terdapat dalam model regresi. Bertambahnya jumlah variabel bebas, maka R2 akan meningkat dan tidak pernah menurun. Menurut Algifari (1997), untuk menginterpretasikan koefisien determinasi dengan memasukkan pertimbangan banyaknya variabel independen dan sampel yang digunakan dalam penelitian, khususnya dalam model regresi linier berganda, menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R2).

Adapun untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh paling dominan terhadap variabel terikat, dilakukan dengan melihat harga koefisien β. Semakin besar

koefisien β suatu variabel bebas, maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap

variabel terikat. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0<R2<1).

3.6.2 Uji F-Statistik

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

: = 0

: 0

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel dengan kriteria sebagai berikut :


(54)

diterima jika < , artinya variabel bebas secara parsial tidak mempengaruhi variabel terikat.

Ho : 0

ditolak jika > , artinya variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel terikat.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

( )

(

R

)

(

n k

)

k R Fhitung

− −

= 2

2

1

1 /

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel


(55)

Gambar 3.1. Kurva Uji F – Statistik

3.6.3 Uji t – statistik

Pengujian tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi digunakan uji t-test yaitu :

- Ho : bi = 0, artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.

- Ha : bi > 0, artinya variabel independen mempengaruhi variabel depanden secara positif.

- Ha : bi < 0, artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara negatif.

(

)

bi i hitung

S b b


(56)

Dimana :

= koefisien variabel independen ke-i = nilai hipotesis nol

S = Standar deviasi dari variabel independen ke-i bi Kriteria pengambilan keputusan :

a. Jika t-hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara parsial tidak ada pengaruh yang berarti antara variabel independen terhadap variabel dependen.

b. Jika t-hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang berarti antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Ha diterima

Ha diterima Ho diterima

Gambar 3.2. Kurva uji t – statistic 3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik


(57)

Menurut (Gujarati, 2003) mengemukakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linear agar hasil tersebut dapat dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain :

1. Model regresi adalah linear, yaitu linear I dalam parameter.

2. Residual variabel penggangu (µ) mempunyai nilai rata-rata nol

3. Homokedastisitas atau varian dari µ adalah konstan

4. Tidak ada autokorelasi antara vaiabel pengganggu (µ)

5. Kovarian antara µ dan variabel independen ( ) adalah nol

6. Jumlah data harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan diestimasi

7. Tidak ada multikolinearitas

8. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal atau stokastik

Berdasarkan kondisi tersebut di dalam ilmu ekonometrika, agar suatu model dikatakan baik dan sahih maka perlu dilakukan beberapa pengujian seperti di bawah ini :

a. Uji multikolinearitas (Multikolinearity)

Suatu model regresi linear akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi karena


(58)

adanya hubungan yang kuat atau sempurna sesama variabel independen dari suatu model estimasi. Terjadinya multikolinearitas ditandai dengan :

1) Standard error tidak terhingga

2) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10%

3) Terjadinya perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

4) R2 sangat tinggi

b. Uji Autokorelasi (Serial Correlation)

Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana variabel gangguan pada periode lain. dengan kata lain variabel gangguan tidak random. Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan log pada model dan tidak memasukkan variabel yang penting. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson sebagai berikut :

Menghitung nilai d dengan rumus:

=

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai


(59)

: ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi : ρ 0 berarti ada autokorelasi

0

ρ=1

dl du

ρ=0

4-du 4-dl

ρ=-1 Ho diterima

(no serial correlation)

Gambar 3.3. Uji Durbin-Watson Dimana :

Ho : Tidak ada autokorelasi

DW<dl : Tolak Ho (ada korelasi positif) DW>4-dl : Tolak Ho (ada korelasi negatif) du<DW<4-du : Terima Ho (tidak ada autokorelasi)

dl≤DW<4-du : Pengujian tidak dapat disimpulkan

4-du≤DW≤4-dl : Pengujian tidak dapat disimpulkan

3.8 Defenisi Operasional Variabel

1. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah produk yang di hasilkan oleh seluruh masyarakat suatu daerah dalam kurun waktu satu tahun (Rupiah).


(60)

2. Investasi adalah modal yang digunakan untuk proses produksi (Rupiah). 3. Pengeluaran pemerintah adalah jumlah realisasi pengeluaran

pembangunan yang di biayai oleh pemerintah (Rupiah).

4. Tenaga kerja adalah jumlah penduduk produktif yang dapat bekerja dan menghasilkan produk (orang).


(61)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Dairi 4.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Dairi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Dairi terletak pada posisi 980 00 – 980 30 LS dan 20 00 – 150 00 LU dengan luas 1.927,82 Ha. Adapun perbatasan kabupaten ini adalah: Sebelah Utara berbatasan dengan :Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten

Tanah Karo

Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Toba Samosir Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Pak-pak Barat Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Aceh Selatan

Kabupaten Dairi terletak pada 700 – 1.600 M di atas permukaan laut, sehingga digolongkan kedalam daerah dataran tinggi. Topografi Kabupaten Dairi bervariasi dan umumnya terdapat banyak gunung dan bukit. Kemiringannya juga bervariasi sehingga memiliki iklim hujan tropis.

Kabupaten Dairi terdiri dari 15 kecamatan. Perincian mengenai luas setiap kecamatan tersebut adalah sebagai berikut:


(62)

Tabel 4.1 Luas Kabupaten Dairi Tahun 2009

No. Kecamatan Luas (km2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sidikalang Sitinjo Berampu Parbulauan Sumbul Silahi Sabungan Silima Pungga-pungga Lae Parira Siempat Nempu Siempat Nempu Hulu Siempat Nempu Hilir Tiga Lingga Gunung Sitember Pegangan Hilir Tanah Pinem 70,69 39,48 39,45 235,40 192,58 75,62 83,40 61,00 59,35 93,93 105,12 197,00 77,00 158,40 439,40

Jumlah 1.927,82

Sumber: Kabupaten Dairi Dalam Angka 2009

4.1.2. Kondisi Penduduk

Penduduk Kabupaten Dairi terdiri dari berbagai ragam suku, antara lain suku pak-pak, batak toba, simalungun, karo, mandailing, jawa, aceh, nias dan lain-lain. Penduduk kabupaten dairi akhir Juni tahun 2009 berjumlah 268.780 jiwa, dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 99,43 persen. Dari jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di hitung Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). Pengambilan tahun dasar penghitungan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) adalah tahun 2000 dimana pada tahun tersebut dilakukan sensus penduduk. LPP Dairi tahun 2009 sebesar 0,01 persen (terjadi penurunan dibanding tahun 2000 sebesar 0,11 persen)


(63)

Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan dan Sex Ratio Kabupaten Dairi Tahun 1990-2009 Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio LPP

(%) 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 143.673 144.332 142.998 144.349 143.666 144.484 144.084 144.560 146.642 147.466 149.272 148.788 149.449 149.068 288.233 290.974 290464 293.115 293.621 291.984 293.752 96,68 96,80 98,70 96,70 96,19 96,13 97,06 0,86 0,93 0,88 1,78 1,32 1,14 0,98 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 144.560 146.642 147.466 152.874 147.112 114.132 127.455 129.104 130.252 133.426 134.003 134.689 135.331 149.626 151.671 152.339 154.892 148.211 145.192 128.392 130.054 131.035 134.203 134.777 134.998 135.478 294.186 298.313 299.805 307.766 295.323 289.334 255.847 259.158 261.287 267.629 268.780 269.687 270.809 96,61 96,68 96,80 98,70 99,26 99,27 99,27 99,27 99,40 99,42 99,43 99,27 99,40 0,86 0,93 0,88 0,11 0,03 0,02 -0,34 0,01 0,01 0,02 0.01 0,01 0,01

Sumber:Kabupaten Dairi Dalam Anggka 2009

Kabupaten Dairi pada tahun 2009 mengalami pemekaran terhadap desa/kelurahan dan keacamatan yang pada prinsipnya bertujuan untuk mempercepat laju pembangunan sehingga beberapa desa/kelurahan dimekarkan. Jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Dairi sebanyak 169 buah dengan luas wilayah 1.927,82 Km2 membuat kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Sidikalang (625 jiwa/Km2) dan Kecamatan Siempat Nempu (343 jiwa/Km2). Sedangkan yang terendah adalah


(64)

Kecamatan Tanah Pinem (46 jiwa/Km2) dan Kecamatan Silahisambungan (61 jiwa/Km2).

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Dairi per Kecamatan tahun 2009

No. Kecamatan Penduduk

(ribu jiwa)

Kepadatan Penduduk (per km2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sidikalang Sitinjo Berampu Parbulauan Sumbul Silahi Sabungan Silima Pungga-pungga Lae Parira Siempat Nempu Siempat Nempu Hulu Siempat Nempu Hilir Tiga Lingga Gunung Silember Pegagan Hilir Tanah Pinem 44.202 8.962 7.754 18.139 36.967 4.607 14.598 14.865 20.349 19.414 11.913 22.484 9.354 15.107 20.065 625 227 197 77 192 61 175 244 343 207 113 114 121 95 46

Jumlah 268.780 139

Sumber: Kabupaten Dairi Dalam Anggka 2009

Ditinjau dari sudut kelompok umur, penduduk Kabupaten Dairi tergolong usia muda karena penduduk 0-14 tahun masih sebanyak 39,96 persen. Dimana 41,42 persen untuk penduduk laki-laki dan 38,69 persen penduduk perempuan. Persentase penduduk usia muda merupakan beban yang sangat berarti bagi penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang berjumlah 150.387 jiwa (55,95 persen). Angka tersebut mengakibatkan angka beban tanggungan (Depedency ratio) mencapai 78,72 persen


(65)

berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 79 orang penduduk non produktif.

Jika dibanding dengan keadaan tahun 2004 angka ini mengalami penurunan, dimana pada tahun tersebut mencapai 78,74 persen. Penurunan angka beban tanggungan tersebut menunjukkan keberhasilan pemerintah menekan angka kelahiran.

Tabel 4.4 Penduduk Kabupaten Dairi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2009

Kelompok Umur Laki-laki (ribu jiwa) Perempuan (ribu jiwa) Laki-laki + Perempuan 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 18.102 18.333 18.831 14.910 10.058 8.434 8.280 7.840 7.362 17.109 17.359 17.679 14.184 8.220 7.944 8.537 8.359 8.508 35.204 35.692 36.510 29.094 18.278 16.378 16.817 16.199 15.870 45-49 50-54 56-59 60-64 65-69 70-74 75+ 6.345 4.971 3.182 2.961 1.689 1.380 1.325 7.061 5.699 3.798 3.734 2.480 2.061 2.052 13.406 10.670 6.980 6.695 4.169 3.441 3.337

Total 134.003 134.777 268.780


(66)

4.1.3. Mata Pencaharian

Pada umumnya daerah Kabupaten Dairi adalah daerah potensi yang cukup luas dan sangat besar hasilnya sehingga mata pencaharian penduduk terutama adalah pertanian padi, palawija dan tanaman tahunan/bahan perdagangan ekspor antara lain: a. Tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, kacang

tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.

b. Tanaman sayur-sayuran seperti cabai, kentang, tomat, buncis, terung, bayam dan sayur-sayuran lainnya sangat baik di Kabupaten Dairi. Sedangkan tanaman bawang merah dan bawang putih di Kecamatan Sumbul yakni di desa Silalahi II dan desa Paropo yang terletak di pinggiran Danau Toba.

c. Tanaman perdagangan bahan ekspor seperti kopi, kelapa, kemenyan, cengkeh, tembakau, jahe dan kemiri serta kulit manis dan nilam. Tanaman tahunan sangat baik diusahakan serta mempunyai hasil yang cukup besar jumlahnya sehingga dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat Kabupaten Dairi.

4.2. Gambaran Perekonomian Kabupaten Dairi 4.2.1. Perkembangan PDRB Kabupaten Dairi

Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara rill dari tahun ke tahun disajikan perubahan PDRB atas dasar konstan secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan.


(67)

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa secara umum, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan Kabupaten Dairi mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Dairi tidak terlepas dari kondisi perekonomian yang terjadi di tingkat nasional dan regional. Seperti yang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 1999, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi pada tahun 1998 menurun sebesar 6,61 persen dibandingkan pada tahun 1997 sebesar 10,85 persen. Pada tahun 1999 kondisi perekonomian menjadi semakin buruk sehingga pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi menjadi 2,45 persen.

Hal ini disebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan juga dikarenakan keadaan politik dan keamanan yang tidak setabil. Akibat krisis moneter ini inflasi meningkat dari tahun 1997 yakni sebesar 9,96 persen dan meningkat pada semester I tahun 1998 menjadi sebesar 40,79 persen.

Tabel 4.5 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Dairi Tahun 1990-2009 (Rupiah)

Tahun PDRB

(Jutaan Rupiah) PDRB Perkapita (Rupiah) 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 282.958,91 285.214,79 289.865,43 295.035,76 325.749,81 354.079,37 392.501,67 418.454,28 428.710,08 444.138,19 462.627,51 1.334.107,73 1.403.035,50 1.046.947,97 1.063.851,17 1.078.299,39 1.004.818,33 1.115.948,52 1.207.987,89 1.336.166,79 1.422.413,98 1.437.114,88 1.481.423,56 1.503.179,36 5.266.780,00 5.500.310,00


(68)

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1.465.781,05 1.551.234,58 1.634.143,37 1.704.131,24 1.789.802,45 1.835.882,34 1.898.996,09

5.718.310,00 5.713.129,30 6.337.696,56 6.367.513,31 6.658.986,68 6.829.482,30 7.064.265,76

Sumber: Kabupaten Dairi Dalam anggka 1990-2009

Namun sejak tahun 1999, seiring dengan upaya pemulihan ekonomi baik di tingkat nasional maupun regional di Indonesia terlihat mulai adanya perbaikan ekonomi. Hal tersebut dapat terlihat dari laju pertumbuhan PDRB meningkat dari tahun 1998 yakni sebesar 2,45 persen menjadi 3,6 persen pada tahun 1999 dan keadaan perekonomian menjadi lebih baik pada tahun-tahun berikutnya.

4.2.2 Perkembangan Investasi Sektor Pertanian Kabupaten Dairi

Dari segi nilainya dan proporsinya kepada pendapatan nasional, investasi perusahaan-perusahaan tidaklah sepenting seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga namun demikian kenyataan tersebut tidaklah hanya berarti bahwa investasi perusahaan kurang penting perannnya kalau dibandingkan dengan konsumsi rumah tangga yang berlaku adalah sebaliknya, yaitu kerap kali fluktuasi kegiatan investasi.

Diberbagai negara, terutama di negara industri yang perekonomiannya sudah berkembang, investasi perusahaan adalah sangat “volatile” yaitu mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat besar merupakan sumber yang penting dari berlakunya fluktuasi dalam kegiatan perekonomian.


(69)

Disamping itu kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kehidupan masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi utama dari investasi dalam perekonomian. Yang pertama, investasi merupakan salah satu fungsi dari pengeluaran agregat maka kenaikan dari investasi akan meningkatkan pengeluaran agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan seperti ini akan selalu diikuti oleh pertumbuhan dalam kesempatan kerja.

Yang kedua, pertambahan barang modal sebagai akibat dari adanya investasi akan menambahkan kapasitas memproduksi dimasa depan dan perkembangan ini akan menstimulir pertambahan produksi nasional dan kesempatan kerja. Ketiga, investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Perkembangan ini akan memberikan perkembangan kepada kenaikan produktifitas dan pendapatan perkapita masyarakat.

Investasi yang ditanamkan didalam perekonomian salah satunya ditentukan oleh adanya demand dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi dari jasa yang dihasilkan oleh perusahaan merangsang tumbuhnya investasi. Karena yang kita ketahui pendapatan yang diterima oleh masyarakat akan digunakan untuk konsumsi dan sebagian lagi akan ditabung sehingga apabila penggunaan pendapatan untuk konsumsi dilambangkan dengan C dan penggunaan untuk tabungan dilambangkan dengan S, sedangkan pendapatan yang diterima dilambangkan dengan Y, maka perumusannya dapat ditulis dengan, Y = C + S.

Pada tahun terakhir yakni antar atahun 2004 sampai dengan 2005 perbandingan adalah sebagai berikut sekitar Rp 20501,30 juta sedangkan investasi


(70)

dalam negeri sebesar Rp 810 juta, yang mana berarti investasi dalam negeri hanya sekitar 25,31% dari total investasi di kabupaten dairi.

Tabel 4.6 Perkembangan Investasi Kabupaten Dairi

Tahun Total Investasi

(juta rupiah)

1990 3952,193

1991 4540,04

1992 4874,958

1993 3397,546

1994 5217,266

1995 3754,023

1996 7371,969

1997 12041,369

1998 20611,693

1999 10182,587

2000 10814,392

2001 36178,969

2002 44507,733

2003 32294,257

2004 32891,698

2005 30039,144

2006 30413,865

2007 36236,353

2008 56108,943

2009 21311,3

Sumber: Kabupaten Dairi Dalam anggka 2009

4.2.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Dairi

Pengeluaran pemerintah Kabupaten Dairi berfluktuasi namun pada umumnya mengalami kenaikan. Besar kecilnya pengeluaran ini sangat dipengaruhi atau sangat tergantung pada besarnya penerimaan. Makin besar penerimaan maka pengeluaran


(71)

akan semakin besar pula. Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa tahun 1993 sampai tahun 1996 pengeluaran pembangunan lebih besar di bandingkan pengeluaran rutin. Hal ini disebabkan pembangunan daerah Kabupaten Dairi lebih diprioritaskan. Kemudian pada tahun 1997 sampai tahun 2009 pengeluaran rutin lebih besar dibandingkan pengeluaran pembangunan dikarenakan pengeluaran rutin menjadi semakin besar sehingga pengeluaran rutin lebih diprioritaskan dibandingkan pengeluaran pembangunan.

Pengeluaran pemerintah Kabupaten Dairi dari tahun 1993 sampai tahun 2009 mengalami tiga kali penurunan yaitu pada tahun 1998, tahun 2000 dan tahun 2004. Selain dari ketiga tahun tersebut pengeluaran pemerintah mengalami kenaikan. Pada tahun 2008 pengeluaran pemerintah sebesar Rp. 377.962,765 dan


(72)

Tabel 4.7 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Dairi Tahun 1990-2009 (Jutaan Rupiah)

Tahun Pengeluaran Rutin Pengeluaran Pembangunan Total Pengeluaran 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 4.709,886 4.711,975 4.986,889 5.115,692 5.739,480 7.269,875 8.076,674 24.191,464 9.799,450 9.877,098 9.996,548 10.041,000 10.393,350 10.620,965 11.224,656 17.932,671 14.509,336 14.589,073 14.983,437 15.156,692 16.132,830 17.890,840 19.301,330 42.124,135 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 27.815,420 38.571,228 36.473,564 102.531,444 112.606,140 144.147,237 153.971,143 137.471,443 177.093,882 186.391,619 190.711,124 191.361,112 14.033,242 22.109,588 14.768,058 30.326,240 42.459,354 63.969,000 21.976,818 61.579,937 150.900,518 184.026,809 187.251,641 188.905,746 41.848,662 60.680,816 51.241,622 132.857,684 155.065,494 208.116,237 175.947,961 199.051,380 327.994,400 370.418,428 377.962,765 380.266,858

Sumber: Kabupaten Dairi Dalam Anggka 2009

Kabupaten Dairi merupakan salah satu kabupaten yang sektor pertaniannya lebih unggul dibandingkan sektor-sektor lainnya menurut PDRB berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan. Hal ini dapat terlihat pada tabel 4.6 dimana sektor pertanian pada tahun 2008 sebesar Rp. 1.194.240.720.000,. meningkat menjadi Rp. 1.229.018.890.000,.. Sektor ini memberikan kontribusi kepada PDRB sebesar 70,08 persen pada tahun 2006 dan menurun pada tahun 2009 yakni sebesar 68,67


(73)

persen. Hal ini terjadi dikarenakan sektor-sektor lainnya mengalami peningkatan seperti yang terlihat pada tabel 4.8.

Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2008 sebesar Rp. 1.244.480.000,. meningkat menjadi Rp.1.292.420.000,. Sektor ini memberikan kontribusi kepada PDRB sebesar 0,07 persen pada tahun 2008 dan tidak berubah pada tahun 2009 yakni sebesar 0,07 persen.

Sektor industri pada tahun 2008 sebesar Rp. 5.479.950.000,. meningkat menjadi Rp. 5.826.830.000,. Sektor ini memberikan kontribusi kepada PDRB sebesar 0,32 persen pada tahun 2008 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 yakni sebesar 0,33 persen.

Sektor pengolahan listrik, gas dan air bersih pada tahun 2008 sebesar Rp. 5.229.040.000,. meningkat menjadi Rp. 5.463.300.000,. Sektor ini memberikan kontribusi kepada PDRB sebesar 0,23 persen pada tahun 2008 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 yakni sebesar 0,31 persen.

Sektor bangunan pada tahun 2008 sebesar Rp. 57.204.850.000,. meningkat menjadi Rp. 60.208.210.000,. Sektor ini memberikan kontribusi kepada PDRB sebesar 0,36 persen pada tahun 2008 dan tidak berubah pada tahun 2009 yakni sebesar 0,36 persen.


(1)

Lampiran 3. Perkembangan Ketenaga kerjaan Kabupaten Dairi dari Tahun

(1990-2009)

Tahun

Tenaga Kerja (orang)

1990

164861

1991

120589

1992

130349

1993

259930

1994

167450

1995

177080

1996

182098

1997

189521

1998

191516

1999

186955

2000

332647

2001

174120

2002

169808

2003

366563

2004

166913

2005

158108

2006

158598

2007

152389

2008

152907


(2)

Lampiran 4. Analisis Hasil Penelitian

Regresi Berganda

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant) 2.176 2.031

Investasi .424 .104

Pengeluaran Pemerintah .377 .127

Tenaga Kerja .263 .133

a Dependent Variable: Determinan PDRB


(3)

Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik

a.

Uji Normalitas

Grafik Normal P-Plot

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

E

xp

ec

te

d

C

um

P

ro

b

Dependent Variable: Keputusan

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber: Pengolahaan Data SPSS Versi 16.00 (2009)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 20

Normal

Parameters(a,b)

Mean

.0000000

Std. Deviation 1.17125765

Most Extreme Differences

Absolute .057

Positive .031

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .563

Asymp. Sig. (2-tailed) .909

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(4)

b.

Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas

Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.176 2.031 1.071 .287

Investasi 424. .104 .151 4.981 .003 .754 1.327 Pengeluaran

Pemerintah .377 .127 .262 2.980 .004 .676 1.479 Tenaga Kerja .263 .133 .158 1.973 .002 .814 1.228

a Dependent Variable: Determinan PDRB

Sumber: Pengolahan Data SPSS Versi 16.00 (2009)

c.

Heteroskedastisitas

Normal Scaterplot

-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Studentized Residual

-4 -3 -2 -1 0 1 2 Re gr es si on S ta nd ar di ze d Pr ed ic te d Va lu e

Dependent Variable: Keputusan Scatterplot


(5)

d.

Uji Autokorelasi

Autokorelasi

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .034 2.040 .017 .987

Investasi .014 .106 .016 .128 .898

Pengeluaran Pemerintah .009 .127 .009 .071 .943

Tenaga Kerja .013 .133 .012 .100 .921

Auto .065 .109 .065 .595 .553

a Dependent Variable: Determinan PDRB


(6)

Lampiran 6. Pengujian Hipotesis

a.

Uji-t (Uji Parsial)

Hasil Uji t-hitung

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.176 2.031 1.071 .287

Investasi .424 .104 .151 4.981 .003

Pengeluaran Pemerintah .377 .127 .262 2.980 .004

Tenaga Kerja .263 .133 .158 2.973 .002

a Dependent Variable: Determinan PDRB

Sumber: Pengolahan Data SPSS Versi 16.00 (2009)

b.

Uji-F (Uji Serentak)

Hasil Uji f-hitung

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 143.664 3 35.916 25.079 .000(a)

Residual 130.325 91 1.432

Total 273.990 95

a Predictors: (Constant), Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Tenaga Kerja

sumber : Pengolahan Data SPSS Versi 16.00 (2009)

c.

Uji Determinan

Pengujian Determinan

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .724(a) .524 .503 1.197

a Predictors: (Constant), Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Tenaga Kerja Sumber: Pengolahan Data SPSS Versi 16.00 (2009)