Profitabilitas Likuiditas PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

20 terhadap barang konsumsi tidak banyak dipengaruhi oleh situasi perekonomian negara karena termasuk kebutuhan primer atau kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan memfokuskan karakteristik perusahaan terhadap ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan porsi saham publik. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui kondisi perusahan pada masa tertentu atau masa pelaporan yang tepat dalam pengambilan keputusan, informasi yang didapat tergantung pada tingkat pengungkapan dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 menyatakan: Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK Ikatan Akuntan Indonesia, 2007: 1.2. Tujuan umum laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 12 disebutkan bahwa ”tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen stewardship, atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Tingkatan pengungkapan menurut Harahap 2007: 85, terdiri atas adequate, fair dan full. Adequate yaitu informasi minimum yang harus disajikan sesuai dengan peraturan yang berlaku peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02PM2002 tanggal 27 Desember tahun 2002 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. Pengungkapan yang memadai bukan berarti banyaknya penggunaaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang panjang lebar, melainkan pengungkapan persoalan- persoalan yang dianggap penting oleh auditor sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyesatkan para pembacanya dan tidak merugikan bagi perusahaan atau pemegang saham Menurut Hendriksen 2002: 436, “pengungkapan laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib Mandatory Disclosure dan pengungkapan sukarela Voluntary Disclosure”. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan melebihi pengungkapan wajib yang diharuskan oleh standar akuntansi yang berlaku. Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan dalam laporan keuangan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor kualitas pengungkapan. a. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan dalam kaitannya dengan struktur perusahaan. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Menurut Almilia 2007: 5, “perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan kecil”. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum. Mengungkapkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan baik yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM dan keuangan perusahaan merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.

a. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Kasmir,2008: 205 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih net profit marginNPM karena rasio ini menunjukkan laba yang terkait dengan penjualan. NPM 21 dapat diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi perusahaan, yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. Semakin tinggi NPM maka semakin efektif suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya. Almilia 2007: 5, menyatakan bahwa “net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu”. Perusahaan yang menghasilkan laba profitable yang tinggi juga akan menghasilkan disclosure yang lebih luas atas laporan keuangannya. Hal tersebut disebabkan manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan kinerja manajemen yang baik. Selain itu, manajemen juga ingin meyakinkan kepada investor dan kreditor bahwa operasi perusahaan berjalan dengan efisien.

b. Likuiditas

Kasmir 2008: 130 menyatakan rasio likuiditas sering disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan rasio lancar. Alasan peneliti lebih mengutamakan rasio lancar dibandingkan dengan rasio cepat karena pada rasio lancar persediaan termasuk ke dalam aset lancar berbeda dengan rasio cepat yang justru mengurangkan persediaan dari aset lancarnya. Dalam perusahaan barang konsumsi, persediaan juga sangat memegang peranan penting, karena dapat dijaminkan untuk menjamin hutang perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas yang diukur dengan rasio lancar akan berhubungan dengan kelengkapan tingkat pengungkapan. Secara finansial perusahaan yang kuat lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang lemah.

c. Leverage

Dokumen yang terkait

Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 64 85

Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 86 96

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 37 110

Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia

0 30 88

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 10

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 6

PENGARUH KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 102

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 3 107

PENGARUH KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 15