FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh : WINDARTI NPM. 0612010037

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Yang diajukan 0612010037/FE/EM

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 3 September 2010

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

W

WIINNDDAARRTTII

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Sekretaris

Drs. Ec. Supriyono, SE, MM Anggota

Dra. Ec. Mei Retno A, MSi M

Meennggeettaahhuuii

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

NIP. 030 202 389


(3)

i

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN

PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA, dapat diselesaikan dengan baik dan dengan kesungguhan hati.

Penulisan skripsi ini yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sulit sekali bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati untuk menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan sebagai dosen


(4)

ii

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS., Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Ucapan terima kasih kepada Keluargaku, Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan baik moral maupun materiil dengan tulus iklas.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harpkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa yang akan datang.

Surabaya, Juli 2010


(5)

iii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Manajemen Keuangan ... 14

2.2.2. Manajemen Keuangan Investasi ... 15

2.2.3. Laporan Keuangan ... 16

2.2.3.1. Jenis Laporan Keuangan ... 18

2.2.3.2. Sifat Laporan Keuangan ... 18

2.2.3.3. Pihak-pihak Pemakai laporan keuangan ... 20

2.2.3.4. Tujuan Laporan keuangan ... 21


(6)

iv

Keuangan ... 24

2.2.4.2. Tujuan Pengungkapan Laporan Keuangan . 24 2.2.4.3. Metode-metode pengungkapan ... 25

2.2.4.4. Jenis – Jenis Pengungkapan Menurut Keputusan BAPEPAM No Kep-06 / PM / 2000 ... 28

2.2.4.5. Konsep Mengenai Luas Pengungkapan Laporan Keuangan ... 29

2.2.5. Jenis-Jenis Rasio ... 30

2.2.5.1. Leverage ... 30

2.2.5.2. Likuiditas ... 31

2.2.5.3. Profitabilitas ... 32

2.2.5.4. Porsi Kepemilikan Saham ... 33

2.2.6. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan ... 34

2.2.7. Pengaruh Likiuditas Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan ... 35

2.2.8. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan ... 36

2.2.9. Pengaruh Saham Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan ... 37


(7)

v

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 40

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 42

3.2.1. Populasi ... 42

3.2.2. Sampel ... 42

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3.1. Jenis Data ... 43

3.3.2. Sumber Data ... 44

3.3.3. Pengumpulan Data ... 44

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 44

3.4.1. Uji Normalitas ... 44

3.4.2. Teknik Analisis ... 45

3.4.3. Uji Asumsi Klasik ... 46

3.4.4. Uji Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 50

4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia ... 50

4.1.2. Gambaran Umum PT. Bank Mega Tbk ... 51

4.1.3. Gambaran Umum PT. Bank Central Asia Tbk ... 52


(8)

vi

4.1.7. Gambaran Umum PT. Bank Internasional

Indonesia Tbk ... 55

4.1.8. Gambaran Umum PT. Bank Danamon Tbk ... 56

4.1.9. Gambaran Umum PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk .... 57

4.1.10.Gambaran Umum PT. Bank Negara Indonesia Tbk ... 59

4.1.11.Gambaran Umum PT. Bank Mandiri Tbk ... 60

4.1.12.Gambaran Umum PT. Bank Niaga Tbk ... 60

4.2. Penyajian Data ... 62

4.2.1. Variabel Leverage (X1 4.2.2. Variabel Likuiditas (X ) ... 62

2 4.2.3. Variabel Profitabilitas (X ) ... 64

3 4.2.4. Variabel Porsi Saham Publik (X ) ... 66

4 4.2.5. Variabel Kelengkapan Pengungkapan (Y) ... 70

) ... 68

4.3. Analisis Data ... 73

4.3.1. Uji Normalitas ... 73

4.3.2. Uji Regresi Linier Berganda ... 74

4.3.3. Uji Asumsi Klasik ... 76

4.3.4. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 80

4.3.4.1. Hasil Pengujian Pengaruh Simultan Variabel Leverage (X1), Likuiditas (X2), Profitabilitas (X3) dan Porsi Saham Publik (X4 Keuangan (Y) ... 80

), Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan


(9)

vii

4.4.1. Pengaruh Leverage terhadap Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan ... 84

4.4.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 85

4.4.3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 87

4.4.4. Pengaruh Porsi Saham Publik terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1. Kesimpulan ... 90

5.2. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA


(10)

viii

Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2004-2008. ... 5

Tabel 4.1. Data Leverage pada Perusahaan Perbankan Tahun 2004 s/d 2008 ... 62

Tabel 4.2. Data Likuiditas pada Perusahaan Perbankan Tahun 2004 s/d 2008 ... 64

Tabel 4.3. Data Profitabilitas Perusahaan Perbankan 2004 s/d 2008 .... 66

Tabel 4.4. Data Porsi Saham Publik Perusahaan Perbankan Tahun 2004 s/d 2008 ... 68

Tabel 4.5. Data Kelengkapan Pengungkapan Perusahaan Perbankan Tahun 2004 s/d 2008 ... 71

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas ... 73

Tabel 4.7. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 74

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Multikolinier ... 77

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 78

Tabel 4.10. Hasil Uji F ... 80


(11)

ix

Likuiditas (X2), Profitabilitas (X3) dan Porsi Saham Publik (X4)

dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Y) Lampiran 2 : Hasil Uji Normalitas,

Lampiran 3 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda Lampiran 4 : Hasil Uji Heteroskedastisitas


(12)

Likuiditas (X2), Profitabilitas (X3) dan Porsi Saham Publik (X4) dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Y)

Lampiran 2 : Hasil Uji Normaslitas

Lampiran 3 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda Lampiran 4 : Hasil Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 5 : Hasil Input Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Lampiran 6 : Daftar Nama Perusahaan


(13)

xi

BURSA EFEK INDONESIA

Windarti

Abstraksi

Ada 3 (tiga) konsep mengenai luas pengungkapan laporan keuangan yaitu adequate, fair, full disclosure. Konsep yang paling sering digunakan adalah adequate disclosure (pengungkapan cukup), yaitu pengungkapan minim yang diisyaratkan oleh peraturan yang berlaku dimana pada tingkat ini investor dapat mengiterprestasikan angka – angka dalam laporan keuangan. Konsep fair disclosure (pengungkapan wajar) mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap investor potensial. Sedangkan full disclosure (pengungkapan penuh) memiliki kesan penyajian laporan keuangan yang berlebihan sehingga banyak pihak berpendapat bahwa full disclosure merupakan konsep yang dapat merugikan perusahaan. Leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah leverage, likuiditas, profitabilitas dan porsi saham publik berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan di bursa efek indonesia

Sampel penelitian ini adalah 11 perusahaa Perbankan yang terdaftar pada BEI pada tahun 2004-2008. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah Analisis Regresi Linier Berganda untuk mengetahui pengaruhnya.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa leverage, likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan Perbankanyang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia sedangkan profitabilitas dan porsi saham publik berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

Keywords: leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, kelengkapan laporan keuangan


(14)

1 1.1.Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan tahunan pada dasarnya adalah sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dalam pasar modal, juga sebagai sarana pertangungjawaban manajemen atas sumber daya dipercayakan kepadanya. Proses pembuatan laporan tahunan tidak lepas dari penlitian mengenai kelengkapan pengungkapan (disclosure) dalam laporan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena akan memberikan gambaran kondisi perusahaan, serta mampu menunjukkan sifat perbedaan kelengkapan ungkapan antar perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perusahaan akan menggunakan laporan tahunanya yang terdiri dari laporan wajib dan laporan sukarela untuk pemegang saham dan investor potensial maupun pemerintah. Laporan tahunan perusahaan dapat memberikan gambaran kinerja selama satu tahun, dan dapat menjelaskan masa depan perusahaan tersebut (Widiyastuti, 2002). Dalam pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntanbilitas publik, pengungkapan laporan keuangan menjadi faktor yang signifikan. Laporan keuangan dapat diungkapkan dalam bentuk penjelasan mengenai kabijakan akutansi yang ditempuh kontijensi, metode persediaan, jumlah saham yang beredar dan


(15)

ukuran altrenatif, seperti pos-pos yang dicatat berdasarkan Hirostical cost (Naim dan Rakhman, 2000).

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akutansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perubahan tersebut. Pada dasarnya laporan keuangan terdiri dari laporan neraca (balance sheet), laporan rugi laba (income statement) serta laporan perubahan modal (retaired earning), pada prakteknya sering diikutsertakan laporan keuangan lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lanjut maupun kepentingan analisa, seperti laporan perubahan modal kerja, laporan perubahan laba kotor serta laporan biaya produksi (Bambang, 1998).

Ada 3 (tiga) konsep mengenai luas pengungkapan laporan keuangan yaitu adequate, fair, full disclosure. Konsep yang paling sering digunakan adalah adequate disclosure (pengungkapan cukup), yaitu pengungkapan minim yang diisyaratkan oleh peraturan yang berlaku dimana pada tingkat ini investor dapat mengiterprestasikan angka – angka dalam laporan keuangan. Konsep fair disclosure (pengungkapan wajar) mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap investor potensial. Sedangkan full disclosure (pengungkapan penuh) memiliki kesan penyajian laporan keuangan yang berlebihan sehingga banyak pihak berpendapat bahwa full disclosure merupakan konsep yang dapat merugikan perusahaan.


(16)

Leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahan dengan leverage yang tinggi mengandung biaya pengawasan (monitoring cost) tinggi.

Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Analisis keuangan dapat menggunakan beberapa rasio likuiditas untuk menilai apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera jatuh tempo. Menurut Cooke (1989) dalam Fitriani (2001) menyatakan tingkat likuditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut Shingvi dan Desai (1971) dalam Subiyantoro mengutarakan bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang akan mendorong para manejer untuk memberikan informasi yang terinci tentang pengungkapan laporan keuangan.

Laporan tahunan dapat dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik. Ada potensi konflik kepentingan anatar manajemen dan pemilik dalam hal luasnya pengungkapan


(17)

sukarela laporan tahunan. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Hal ini di karenakan dengan semakin besar porsi pemilikan publik, maka semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan keuangan. Menurut Naim dan Rahman (2000) mengemukakan adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan.

Apabila kelengkapan pengungkapan laporan suatu perusahaan tersebut dikatakan tidak normal maka akan berdampak pada perusahaan tersebut dan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Dari fenomena yang ada pada kasus Bank Century, kasus yang PT Bank Century Tbk (BCIC) dipastikan mengalami kegagalan kliring dipicu ketatnya likuiditas. Hal tersebut dikarenakan likuiditas yang menjadi salah satu faktor dari kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan. Hal ini menyikapi berita tentang kegagalan kliring Bank Century yang begitu hebat sehingga tidak diizinkan mengikuti aktivitas kliring, salah satunya terbukti dari lonjakkan dana pada tanggal 23 November 2008 dari Rp2,655 triliun menjadi Rp2,776 triliun. Oleh sebab itu perusahaan harus bisa menjaga kelengkapan laporan keuangan agar dapat menjaga kastabilan keuangan bank tersebut agar dapat bertahan dan tidak mengalami kebangkrutan.


(18)

Penelitian tentang kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Dimana akan menberikan gambaran tentang sifat perbedaan kelengkapan pengungkapan antar perusahaan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya, serta dapat memberikan petunjuk tentang kondisi perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dalam pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntabilitas publik, pengungkapan laporan keuangan menjadi faktor signifikan. Pengungkapan laporan keuangan dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan akutansi yang ditempuh, kontinjensi, metode, persediaan, dan jumlah saham yang beredar dan ukuran alternatif, misalnya pos – pos yang dicatat dalam historical cost.. Berikut ini data tentang kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008.

Tabel 1.1. Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008.

No Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008

1 PT.Bank Mega Tbk 20 22 18 19 20

2 PT.Bank Central Asia Tbk 21 22 16 17 20

3 PT.Bank Pan Indonesia Tbk 24 22 18 20 19

4 PT.Bank NISP Tbk 23 17 16 21 18

5 PT.Bank Permata Tbk 24 20 15 22 18

6 PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 20 21 22 23 23

7 PT.Bank Danamon Tbk 23 18 20 18 20

8 PT.Bank Rakyat Indonesia Tbk 21 22 18 20 17

9 PT. Bank Negara Indonesia Tbk 16 22 18 18 17

10 PT.Bank Mandiri Tbk 17 16 19 19 21

11 PT.Bank Niaga Tbk 17 21 18 16 20


(19)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan perbangkan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004-2008 tidak sepenuhnya menampilkan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Untuk laporan pengungkapan laporan keuangan yang berjumlah 33 item pengungkapan laporan keuangan paling banyak terdapat pada perusahaan PT Bank Pan Indonesia dan Bank Permata pada tahun 2004 yaitu ada 24 item, lalu untuk laporan pengungkapan laporan keuangan yang paling sedikit yaitu pada perusahaan PT Bank Permata Tbk pada tahun 2006 yaitu sebesar 15 item. Dari beberapa perusahaan yang melaporkan kelengkapan pengungkapan laporan pengungkapan terjadi perubahan yang fluktuatif yaitu pada perusahaan Bank Permata yaitu pada tahun 2004 dari 33 item laporan pengungkapan keuangan jumlah laporan pengungkapan keuangan yaitu sebanyak 24 item, lalu pada tahun 2005 menurun menjadi 20 item, kemudian pada tahun 2005 menurun lagi menjadi 15 item, tetapi pada tahun 2006 meningkat menjadi 22 item lalau pada tahun 2008 menurun lagi menjadi 18 item pengungkapan laporan keuangan. Hal ini disebabkan kebanyakan perusahaan bank tidak menampilkan tentang kelengkapan pengungkapan laporan tahunan karena itu merupakan rahasia perusahaan dan tidak ingin diketahui oleh publik.

Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar, sehingga perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak


(20)

perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap. Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan selengkap yang dilakukan perusahaan besar. Perusahaan kecil umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan yang lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan sehingga perusahaan kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan besar.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Karakteristik perusahaan mendapat perhatian penting dalam penelitian tersebut karena peneliti berangkat bertitik tolak dari pemikiran bahwa sejauh mana pengungkapan laporan keuangan oleh perusahaan sangat tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tersebut, dan laporan keuangan tersebut akan sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(21)

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah variabel leverage berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan di bursa efek indonesia ?

2. Apakah variabel likuiditas berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan di bursa efek indonesia ?

3. Apakah variabel profitabilitas berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan di bursa efek indonesia ? 4. Apakah variabel porsi saham publik berpengaruh terhadap kelengkapan

laporan keuangan pada perusahaan perbankan di bursa efek indonesia ? 1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah variabel leverage berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan di bursa efek indonesia ?

2. Untuk mengetahui apakah variabel likuiditas berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan di bursa efek indonesia ?

3. Untuk mengetahui apakah variabel profitabilitas berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan di bursa efek indonesia ?


(22)

4. Untuk mengetahui apakah variabel porsi saham publik berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan di bursa efek indonesia ?

1.4.Manfaat Penelitian

Secara umum dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan, seperti :

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga dalam memberikan informasi guna mengambil keputusan dan sebagai pelengkap informasi tambahan bagi pengguna laporan keuangan dan memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan pencegahan yang perlu pada saat menginterpretasikan data keuangan.

2. Bagi Investor, Kreditor dan Masyarakat luas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk proses pengambilan keputusan dalam melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan tertentu, dan untuk mempertimbangkan berbagai faktor guna melindungi kepentingannya.

3. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam mengkaji masalah yang sama sehingga segala kekurangan yang ada pada penelitian ini dapat diperbaiki dan disempurnakan


(23)

10 2.1. Penelitian Terdahulu

A. Kartika (2009)

1. Judul: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Rumusan Masalah:

• Apakah variabel leverage berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

• Apakah variabel likuiditas berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

• Apakah variabel profitabilitas berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

• Apakah variabel porsi saham publik berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?


(24)

3. Tujuan Penelitian:

• Untuk mengetahui apakah variabel leverage berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

• Untuk mengetahui apakah variabel likuiditas berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

• Untuk mengetahui apakah variabel profitabilitas berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

• Untuk mengetahui apakah variabel porsi saham publik berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

4. Kesimpulan:

a. Variabel leverage berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan kareba variabel tersebut mempunyai nilai t hitung = 0,464 dengan signifikan sebesar 0,643. Karena signifikasi pengujian lebih besar dari 0,05 dan arah koefisien positif dengan demikian leverage secara statistik berpengaruh posit8if dan tidak signifikan .

b. Hasil pengujian variabel likuiditas menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai nilai t hitung = -1,997 dengan signifikansi pengujian sebesar 0,048. Karena siginifikansi pengujian lebih


(25)

kecil dari 0,05 dan arah koefisien negatif dengan demikian likuiditas secara statistik berpengeruh negatif dan signifikan terhadap indeks pengungkapan .

c. Hasil pengujian variabel profitabilitas menunjukkan bahwa variabel tersebut mempeunyai nilai t hitung = 2,069 dengan signifikansi sebesar 0,041. Karena signifikansi pengujian lebih kecil dari 0,05 dan arah koefisien positif dengan demikian variabel profitabilitas secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pengungkapan.

d. Hasil pengujian variabel porsi saham publik menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai nilai t hitung = 2,210 dengan signifikansi sebesar 0,029. Karena signifikansi pengujian lebih kecil dari 0,05 dan arah koefisien positif. Dengan demikian kepemilikan saham oleh publik secara statistik diperoleh berpengaruh positif dan signifikan terhyadap indeks pengungkapan.

B. Luciana Spica Almilia dan Ikka Retrinasari (Proceeding Seminar Nasional ”Inovasi dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis FE Universitas Trisakti Jakarta, 9 Juni 2007 )

1. Judul: Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Maufaktur yang Terdaftar Di BEJ


(26)

2. Perumusan Masalah:

• Apakah variabel likuiditas berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

• Apakah variabel leverage berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

• Apakah variabel net profit margin berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

• Apakah variabel size perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia ?

3. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui apakah Likuiditas, Leverage, Net Profit Margin, Size Perusahaan berpengaruh secara nyata terhadap kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta.

4. Kesimpulan: Dari hasil analisis secara parsial dan simultan maka rasio Likuiditas, Leverage, Status perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan tahunan sedangkan Net Profit margin


(27)

dan ukuran perusahaan berpengaruh secara nyata terhadap pengungkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Manajemen Keuangan

Peranan manajer keuangan telah berubah selama kurun waktu belakangan ini. Hal ini disebabkan karena perkembnagan yang pesat dalam bidang ekonomi dan bisnis. Perusahaan-perusahaan telah berkembang menjadi semakin besar dan kompleks. Secara tradisional peranan manajer keuangan ialah mencari dana untuk perusahaan bila diperlukan oleh perusahaan dan membelanjakannya. Dengan perkembangan itu manajer keuangan harus mengubah pandangan tradisional ke arah keputusan-keputusan yang berhubungan dengan semua aspek dari pengerahan modal. Dalam hal ini manajer keuangan harus memperhatikan aktiva, alokasi dana terhadap berbagai macam proyek dan kegiatan, pengukuran hasil dari masing-masing kegiatan, pemupukan dana dalam perusahaan, serta pemeliharaan struktur kapital yang rasional. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:3)

Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan keseluruhan yaitu kemakmuran yang maksimal, manajer keuangan harus menjabarkan tujuan


(28)

perusahaan itu ke dalam tujuan-tujuan yang lebih rinci. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:7)

Tujuan manajemen keuangan adalah meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan nilai saham dan peningkatan kekayaan perusahaan. Value atau nilai perusahaam dimaksud, nilai perusahaan saat ini dan nilai pada waktu yang akan datang, oleh karenanya perlu pertimbangan nilai waktu dan uang. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:7)

Pertimbangan nilai waktu dan uang dipergunakan untuk menilai pengeluaran atau pemasukan yang akan diterima di waktu yang akan datang, sedangkan evaluasi dan keputusan harus dilakukan sekarang (present value). untuk itu diperlukan perhitungan tingkat diskonto dalam pengeluaran atau pemasukan yang akan datang

2.2.2 Manajemen Keuangan Investasi

Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana.

Investasi menurut Sunariyah (2003:4) adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan


(29)

datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk aktiva real dan investasi dalam surat-surat berharga atau sekuritas.

Dalam membicarakan tentang investasi, perlu lebih dahulu dibahas tentang nilai uang pada waktu yang akan datang terutama adalah faktor bunga dan diskonto. Hal tersebut mengingat investasi akan berjalan dalam waktu yang relatif lama pada waktu yang akan datang, sehingga penerimaan pada waktu yang akan datang mempunyai nilai berbeda-beda bila dinilai sekarang. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:121)

Apabila proyek investasi akan dibiayai sebagain dari uang pinjaman, maka perusahaan akan membayar sebagai kompensasi terhadap sesuatu yang diperoleh dengan penggunaan yang tersebut, yang dinamakan bunga, dan penerimaan tahun yang akan datang nilainya akan berkurang sekaligus rasio tingkat bunga untuk tiap-tiap tahun atau tingkat diskonto yang berjalan

2.2.3 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akutansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivasi suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan pihak yang berkepentingan. Menurut Harahap (2001:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada


(30)

saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis, Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainyapun dilakukannya ia tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu maka yang paling penting adald media laporan keuangan ini. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dpat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu.

Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan bagian laba ditahan atau laporan modal sendiri dan laporan perubahan posisi keuangan atau laporan sumber dan penggunaan dana. (Jumingan, 2008: 4)

2.2.3.1. Jenis Laporan Keuangan

Jenis laporan keuangan utama dan pendukung ini dapat disebutkan sebagai berikut (Harahap, 2001:106):


(31)

1. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.

2. Perhitungan Laba/Rugi yang menggambarkan jumlah hasil, Biaya dan Laba/Rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.

3. Laporan Sumber dan Penggunaan dana. Disini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode.

4. Laporan Arus Kas. Disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam satu periode.

5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. 6. Laporan Laba Ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak

dibagikan kepada pemilik saham.

7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau Modal dalam perusahaan perseroan.

8. Dalam suatu kajian dikenal Laporan Kegiatan Keuangan. LAporan ini menggambarkan transaksi laporan kauangan perusahaan yang mampengaruhi kas atau ekuivalen kas.

2.2.3.2. Sifat Laporan Keuangan

Akutansi keuangan mamberikan informasi yang bersifat baku, terstandar dan bertujuan umum (general purpose). Format informasinya sudah memiliki pola yang ditetapkan lembaga resmi yang berhak menyusun standart pelaporan akutansi. Di indonesia disebut SAK (Standar Akutansi Indonesia) dikeluarkan IAI. Laporan dari akutansi keuangan ini


(32)

dilindungi dan diawasi oleh pemerintah karena ia menyangkut kepentingan umum. Laporan yang dikeluarkan akutansi keuangan dimanfaatkan masyarakat dalam menilai saham suatu perusahaan. Oleh karena itulah maka tidak bisa begitu saja dikeluarkan laporan yang dipercaya sebelum ada proses penyaksian (attest function) atau audit yang dilakukan oleh akuntan publik erdaftar yang juga kehadiranya diatur oleh pemerintah. Di Indonesia dimonitor oleh Departemen Keuangan dan IAI. (Harahap, 2001:127).

Kekuatan laporan keuangan menurut Harahap (2001:129) sebagai informasi untuk tujuan pemakai umum yang dipercaya pada saat yang sama juga mengandung kelemahan. Kelemahannya terletak pada informasi yang dikeluarkannya karena bersifat umum dan melayani semua pihak yang bisa memliki perbedaan dan preferensi terhadap suatu informasi. Bagi manajer yang mengelola kegiatan perusahaan keterbatasan “general purpose“ ini terletak pada kekuatan standar penyusunan yang baku tadi, karena dapat mendangkalkan informasi yang seharusnya diketahui secara lebih dalam, rinci dan komprehensif. Untuk maksud pengambilan keputusan sehari-hari, manajer tertentu tidak merasa cukup dengan informasi yang ada. Ia perlu informasi daru berbagai sumber dan dari sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu dia tidak bisa terikat dengan prinsip penyusunan laporan yang diatur oleh SAK tadi. Dari sinilah muncul akutansi manajemen


(33)

2.2.3.3. Pihak-pihak Pemakai laporan keuangan

Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat, karena ia dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkanakan menghasilkan keuntungan baginya. Berikut ini para pemakai laporan kauangan beserta kegunaanya (Harahap 2001:121) :

• Pemegang saham

Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan asset, utang, modal, hasil, biaya dan laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen yang diberikan amanah.

• Investor

Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham di atas. Bagi investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan. • Analis Pasar Modal

Analis pasar modal selalu melakukan analisa tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk pasar modal. Ia ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan


(34)

• Manajer

Manajer ingin mengetahui situasi ekonomi perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan kepada seribu satu masalah yang memerlukan keputusan cepat dan setiap saaat • Pemberi Dana (Kreditur)

Sama dengan pemegang saham investor, lender seperti Bank, Investment fund, perusahaan leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman

• Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi

Pemerintah atau lembaga pengatur sangat membutuhkan laporan keuangan karena ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkannya.

2.2.3.4. Tujuan Laporan keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut berbagai sumber dapat dilihat penjelasan di bawah ini :

Prinsip Akutansi Indonesia (1984) dalam Harahap (2001:132) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan itu adalah sebagai berikut : 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya

mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan inforamasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto(aktiva dikurangi kewajiban) suatu


(35)

perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dala rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivasi pembiayaan dan investasi.

5. Untuk mengukapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuagan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akutansi yang dianut perusahaan.

APB Statement No 4 (AICPA) menggambarkan tujuan laporan keuangan dengan membaginya menjadi dua yaitu :

1. Tujuan umum

“Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akutansi yang diterima” 2. Tujuan khusus

“Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan”


(36)

2.2.3.5. Tujuan Laporan Keuangan Menurut SAK

Menurut Harahap (2001:134), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pemgambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagaian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

Laporan keuangan juga menujukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen

2.2.4. Pengungkapan Laporan Keuangan

2.2.4.1.Pengertian Pengungkapan Laporan Keuangan

Pengungkapan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi (the releas of information). Pengungkapan laporan


(37)

keuangan merupakan suatu media pertanggungjawaban perusahaan kepada investor yang berguna untuk memudahkan pengambilan keputusan alokasi sumber daya ke usaha-usaha yang paling porduktif. Hendrikson dan Brenda (2002) menyatakan bahwa pengungkapan dalam pelaporan keuangan dapat didefinisikan sebagai penyajian informasi yang diperlukan untuk mencapai operasi yang optimum di pasar modal yang efisien. Hal ini menyiratkan bahwa harus disajikan informasi yang cukup agar memungkinkan diprediksinya kecebderungan (trend) dividen masa depan serta variabilitas dan kovariabilitas imbalan masa depan dalam pasar tersebut.

2.2.4.2.Tujuan Pengungkapan Laporan Keuangan

Menurut Hendrikson dab Brenda (2002) menyatakan bahwa pengungkapan dalam pelaporan keuangan dapat didefinisikan sebagai penyajian informasi yang diperlukan untuk mencapai operasi yang optimum di pasar modal yang efisien. Hal ini menyiratkan bahwa harus disajikan informasi yang cukup agar memungkinkan diprediksinya kecenderungan (trend) dividen masa depan serta variabilitas dan kovariabilitas imbalan masa depan dalam pasar tersebut.

Adapun tujuan pengungkapan laporan keuangan adalah :

1. Menjelaskan item-item yang diakui dan untuk meyediakan ukuran relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran laporan keuangan

2. Menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.


(38)

3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditur dalam menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui.

4. Untuk meyediakan informasi penting yang digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun.

5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang.

6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya. Pengungkapan laporan keuangan melibatkan keseluruhan metode pegungkapan yang terbaik dalam setiap kasus tergantung pada sifat informasi dan kepentingan relatifnya.

2.2.4.3.Metode-Metode Pengungkapan

Metode-metode pengungkapan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Bentuk dan Susunan Laporan Formal

Informasi yang paling signifikan dan relevan harus selalu tampil dalam tubuh utama satu atau lebih laporan keuangan jika memungkinkannya disana. Aktiva dan kewajiban serta dampak yang ditimbulkan pada laba bersih, dan ekuitas pemegang saham harus diungkapkan dalam laporan begitu transaksi dan perubahan lainnya dapat diukur dengan handal dan dengan derajat akurasi yang wajar. Tetapi bentuk dan susunan laporan dapat diubah secara efektif untuk menampilkan jenis


(39)

informasi tertentu yang tidak dengan mudah diungkapkan dengan laporan tradisional.

2. Terminologi dan Penyajian yang Terinci

Deskripsi yang digunakan dalam laporan serta jumlah rincian yang diperlihatkan merupakan faktor penting dalam pengungkapan. Karena terbatasnya rentang perhatian dan pemahaman manusia, data akutansi harus diikhtisarkan agar berarti dan berguna. Pemilihan seberapa banyak informasi yang harus disajikan secara terpisah tergantung pada tujuan laporan dan materialitas pos tersebut

3. Informasi Parentesis

Informasi yang paling signifikan harus disajikan dalam tubuh laporan keuangan, bukan dalam catatan kaki atau daftar pelengkap. Jika judul pos-pos dalam laporan tidak dapat dibuat benar-benar deskritif tanpa menjadi terlalu panjang, penjelasan atau definisi tambahan dapat disajikan sebagai catatan perentis setelah judul dalam laporan keuangan tersebut. Akan tetapi, catatan ini tidak boleh panjang atau akan mengganggu data utama yang diikhtisarkan di dalam laporan 4. Catatan Kaki

Tujuan laporan kaki dalam laporan keuangan haruslah untuk mengungkapkan informasi yang tidak dapat disajikan secara memadai dalam tubuh suatu laporan tanpa mengurangi kejelasan laporan. Catatan kaki tidak boleh digunakan sebagai pengganti klasifikasi atau penilaian dan deskriptiv yang semestinya di dalam laporan keuangan


(40)

juga tidak boleh berkontradiksi atau mengulang informasi di dalam laporan.

5. Laporan dan Daftar Pelengkap

Laporan pelengkap menjelaskan fungsi yang berbeda dengan daftar pelengkap. Biasanya laporan pelengkap menyajikan informasi yang lebih terperinci. Laporan pelengkap ini dapat digunakan sebagai metode untuk mengembangkan dan bereksperimen dengan peraga dan laporan baru

6. Komentar dalam Laporan Auditor

Laporan auditor bukanlah tempat untuk mengungkapkan informasi keuangan yang signifikan mengenai perusahaan. Tetapi laporan ini memang berfungsi sebagai metode untuk mengungkapkan jenis informasi-informasi.

7. Surat Direktur Utama atau Ketua Dewan Komisaris

Dalam pembahasan ini laporan keuangan formal dengan catatan kaki serta daftar dan laporan keuangan akuntan. Semua data keuangan yang relevan dan signifikan harus tampak dalam laporan ini. Akan tetapi, pengkajian signifikansi informasi ini paling baik disajikan dalam bentuk naratif oleh manajemen sendiri.

2.2.4.4.Jenis–Jenis Pengungkapan Menurut Keputusan BAPEPAM No Kep-06 / PM / 2000

Menurut Keputusan BAPEPAM No Kep-06 / PM / 2000 jenis-jenis pengungkapan ada dua (2) yaitu :


(41)

• Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Merupakan pengungkapan minimum yang harus diungkapkan atau diisyaratkan oleh standar akutansi yang berlaku (kewajiban perusahaan). Perusahaan memperoleh manfaat dari menyembunyikan, sementara yang lain dengan mengungkapkan informasi.

• Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan, dimana perusahaan bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan yang sekiranya dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. 2.2.4.5.Konsep Mengenai Luas Pengungkapan Laporan Keuangan

Ada 3 (tiga) konsep mengenai luas pengungkapan laporan keuangan yaitu adequate disclosure, fair disclosure dan full disclosure. • Konsep adequate disclosure (pengungkapan cukup), yaitu

pengungkapan minim yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku dimana tingkat ini investor dapat menginterprestasikan angka-angka dalam laporan keuangan.

• Konsep fair disclosure (pengungkapan wajar) mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap investor potensial.

• Konsep full disclosure (pengungkapan penuh) memiliki kesan penyajian laporan keuangan yang berlebihan sehingga banyak pihak berpendapat bahwa full disclosure merupakan konsep yang dapat merugikan perusahaan.


(42)

Pengungkapan laporan keuangan yang memadai bisa ditempuh melalui penerapan informasi yang baik. Untuk menyelenggarakan informasi yang baik bagi pelaku pasar modal, maka pemerintah menunjuk Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Peraturan mengenai pos-pos laporan keuangan minimum yang harus diungkap dalam laporan keuangan diatur secara rinci di dalam SK Bapepam.

2.2.5. Jenis-Jenis Rasio

Menurut (Harahap 2001:299) banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio yang menurut penulisnya cocok untuk memahami perusahaan. Umumnya rasio yang dikenal dan populer adalah rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Namun sebenarnya banyak lagi rasio yang dapat dihitung dari laporan keuangan yang dapat memberikan informasi bagi analis misalnya rasio leverage, produktivitas, rasio pasar modal, rasio pertumbuhan,dan sebaginya.

2.2.5.2.Leverage

Menurut (Harahap, 2001:306) Leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Beberapa rasio leverage antara lain :

• Leverage =Hutang×100%


(43)

• Capital Formation =

Pemilik Modal

rata Rata

Dibayar yang

Dividen Bersih

Laba

Rasio ini mengukur tingkat pertumbuhan suatu perusahaan (khususnya usaha bank) sehingga dapat bertahan tanpa merusak Capital Adequacy Ratio

Adapun rumus rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Jurnal Andi Kartika,2009) DER =

y TotalEquit

TotalDebt

2.2.5.3.Likuiditas

Menurut Munawir (2007:31) likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sedangkan menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:114) likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Analisis keuangan dapat menggunakan beberapa rasio likuiditas untuk menilai apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas antara lain (Harahap, 2001:301) :

• Rasio Lancar =

Lancar Hutang

lancar Aktiva

Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar


(44)

• Rasio Kas Atas Aktiva Lancar =

lancar aktiva

kas

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan aktiva lancar.

• Rasio Kas Atas Hutang Lancar =

Lancar Hutang

Kas

Rasio ini menunjukkan porsi kas yang dapat menutupi hutang lancar

Adapun rumus rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Jurnal Andi Kartika,2009) =

s Liabilitie Cureent

Assets Current

2.2.5.4.Profitabilitas

Menurut Sartono (2001:122) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Munawir (2007:33) berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Rasio. Beberapa rasio Profitabilitas ini antara lain (Harahap, 2001:304) :

• Margin Laba (Profit Margin) =

Penjualan Bersih

Pendapatan

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini maka


(45)

semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

• Asset turn over (Return on Asset) =

Aktiva Total

Bersih Penjualan

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

• Return on Investment (Return on Equity) =

Modal rata

Rata

LabaBersih

Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik, semakin besar semakin bagus.

• Return on Total Asset =

asset total rata Rata Bersih Laba

Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.

• Basic Earning Power =

Aktiva Total Pajak dan Bunga Sebelum Laba

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoreh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva, semakin besar rasio semakin baik.

Adapun rumus rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Jurnal Andi Kartika,2009) :

Assets Total

Tax After Earning


(46)

2.2.5.5.Porsi Kepemilikan Saham

Laporan tahunan dapat dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik. Ada potensi konflik kepentingan anatar manajemen dan pemilik dalam hal luasnya pengungkapan sukarela laporan tahunan. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Hal ini di karenakan dengan semakin besar porsi pemilikan publik, maka semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan keuangan.

Naim dan Rahman (2000) mengemukakan adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan semakin luas. Informasi tingkat kepemilikan saham akan digunakan oleh investor pertanda prospek suatu perusahaan, dengan kata lain semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik berarti semakin tinggi perusahaan dalam memberikan deviden dan layak beroperasi terus menerus untuk perusahaan dituntut untuk memberikan informasi yang komprehensif.

Rumusnya (Jurnal Andi Kartika,2009)

= dim ×100%

saham Total

masyarakat iliki

saham Jumlah


(47)

2.2.6. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan. Menurut (Johar, 2007:34) rasio leverage (rasio hutang) digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar suatu perusahaan dengan leverage yang tinggi mengandung biaya pengawasan (monitoring cost) yang tinggi. Jika menyediakan informasi yang lebih komprehensif akan membutuhkan biaya yang tinggi, maka perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi akan menyediakan informasi yang secara lebih komprehensif. Pernyataan tersebut serupa dengan yang dikemukakan oleh Ainun dan Fuad (2000), bahwa perusahaan dengan rasio hutang atas modal tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi dalam laporan keuangan daripada perusahaan dengn rasio yang rendah.

Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, maka akan semakin besar pula agency cost atau dengan kata lain semakin besar kemungkinan terjadinya transfer kemakmuran dari kreditur jangka panjang kepada pemegang saham dan manajer sehingga untuk mengurangi hal tersebut, perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih lengkap guna memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Mekk, Robert,dan Gray,1995).

Pada tingkat ekonomi yang baik tingkat leverage yang tinggi dapat memberikan kesempatan laba yang lebih banyak sehingga perusahaan akan lebih banyak pengungkapan laporan keuangannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) menunjukkan bahwa leverage


(48)

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kelengkapan laporan keuangan hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amillia dan Ikka (2007) yang menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap kelengkapan laporan keuangan. 2.2.7. Pengaruh Likiuditas Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan.

Menurut (Johar, 2007:34) rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Apabila suatu perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi maka menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel. Sedang menurut Darmawati (1999) dalam Yuniati (2000) menyatakan bahwa kesehatan perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas diukur dengan current rasio diharapkan berhubungan dengan luasnya tingkat pengungkapan. Hal ini didasarkan dari adanya penghargaan bahwa secara finansial perusahaan yang kuat akan lebih mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang lemah. Tetapi sebaliknya, jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja, perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan lemahnya kinerja rasio likuiditas yang tinggi.


(49)

2.2.8. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan. Menurut Johar (2007:37) mengatakan bahwa rasio profitabilitas (rasio keuntungan) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan pernjualan, aktiva maupun laba atau modal sendiri. Apabila suatu perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi maka menunjukkan tinggi pula yang dihasilkan oleh perusahaan sama halnya apabila rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi suatu perusahaan akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang terperinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingginya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Dengan profitasbilitas yang tinggi manajer perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak laporan keuangan untuk menunjukkan kinerja dari perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) menyatakan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelengkapan laporan keuangan.

2.2.9. Pengaruh Porsi Saham Publik Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan.

Menurut Sunariyah (2003:111) berdasarkan undang-undang perseroan yang berlaku di Indonesia saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilik individu maupun institusi yang dikeluarkan


(50)

oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Setiap perusahaan satu dengan yang lain mempunyai perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan semakin luas. Informasi tingkat kepemilikan saham akan digunakan oleh investor pertanda prospek suatu perusahaan, dengan kata lain semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik berarti semakin tinggi perusahaan dalam memberikan deviden dan layak beroperasi terus menerus untuk perusahaan dituntut untuk memberikan informasi yang komprehensif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) menyatakan bahwa variabel porsi saham publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelengkapan pengukapan laporan keuangan.


(51)

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat disampaikan dalam gambar sebagai berikut :

Leverage adalah adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset.

Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Porsi saham publik adalah tingkat kepemilikan saham yang dimiliki dalam suatu perusahaan

Leverage

Kelengkapan pengungkapan Profitabilitas

Likuiditas Porsi Saham Publik

Regresi Linier Berganda

Uji t Uji F

Tidak Pengaruh Ada Pengaruh

Data perusahaan Perbankan BEI Tahun 2004-2008 menyatakan bahwa banyak perusahaan yang tidak menampilkan laporan tahunan secara lengkap.


(52)

2.4. Hipotesis

1. Diduga bahwa Leverage berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia

2. Diduga bahwa Likuiditas berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia

3. Diduga bahwa Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia

4. Diduga bahwa Porsi Kepemilikan Saham berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia


(53)

40 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional setiap variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas (X), terdiri dari: a) Leverage (X1

Adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset (Harahap, 2001:306).

)

Rumus : DER =

y TotalEquit

TotalDebt

(Kartika, 2009)

b) Likuiditas (X2

Adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu.

)

Current Ratio =

s Liabilitie Cureent Assets Current (Kartika, 2009)

c) Profitabilitas (X3

Adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur efisiensi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuik memperoleh keuntungan.

)

Rumus : ROA =

Assets Total Tax After Earning (Kartika, 2009)


(54)

d) Porsi saham publik (X4

Variabel ini menunjukkan tingkat kepemilikan perusahaan oleh masyarakat publik. (Kartika, 2009)

KSP =

)

% 100 Saham

Total dim

×

masyarakat iliki

saham Jumlah

Variabel Terikat (Y), adalah :

Kelengkapan Pengungkapan adalah panyampaian informasi secara lengkap atau suatu laporan pengungkapan adalah suatu media pertanggungjawaban perusahaan kepada investor yang memudahkan pengambilan keputusan alokasi sumber daya ke usaha-usaha yang paling produktif. Perhitungan untuk mencari angka indeks dalam kelengkapan laporan pengungkapan ditentukan dengan formulasi sebagai berikut :

Indeks = K

n

Dimana : n = jumlah butir pengungkapan yang dipenuhi

K = jumlah semua butir yang mungkin dipenuhi (33 item)

Besarnya jumlah item yang diungkap oleh perusahaan (n) dihitung dengan memberi score 1 (satu) untuk laporan keuangan. Dan bagi laporan keuangan perusahaan yang tidak mencantumkan item-item laporan keuangan maka diberi score 0 (nol).


(55)

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang mempunyai kuantiats dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2003:55). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari perusahaan perbankkan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai saat ini berjumlah 27 perusahaan.

3.2.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan “non probability sampling“ dengan metode “purposive sampling”. Adapun pengertian non probability sampling adalah cara pengambilan sampel dimana peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu (Sugiyono, 2005:61)., maka kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Perusahaan perbankkan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia. b. Memiliki data laporan keuangan tahun 2004-2008.

c. Memiliki aktifitas perdagangan yang aktif.

Berdasarkan kriteria diatas, terdapat 11 perusahaan yang dijadikan sampel. Perusahaan tersebut adalah :


(56)

1) PT. Bank Permata Tbk. 2) PT. Bank Mandiri Tbk. 3) PT. Bank Mega Tbk.

4) PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk. 5) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 6) PT. Bank Central Asia Tbk

7) PT. Bank OCBC NISP Tbk

8) PT. Bank Internasional Indonesia Tbk. 9) PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. 10) PT. Bank PAN Indonesia Tbk 11) PT. Bank CIMB Niaga Tbk 3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan 11 perusahaan perbankkan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 sampai tahun 2008.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh tidak secara langsung dari obyek penelitian. Data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan, dan telah diolah oleh pihak


(57)

lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi, meliputi harga saham dan data laporan keuangan perusahaan perusahaan perbankkan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kurun waktu mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 (Umar, 2004:41).

3.3.3. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi yaitu melihat, mempelajari, dan mengutip catatan-catatan dari dokumen yang ada pada laporan keuangan perusahaan perbankkan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dari tahun 2004-2008.

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah uji regresi OLS (Ordinary least Square), dimana distribusi sampling dari regresi OLS tergantung pada distribusi residual (e), apabila residual (e) berdistribusi normal dengan sendirinya bo dan b1

Komponen penganggu e harus tersebar mengikuti sebaran normal dengan nilai tengah = 0 dengan varaian sebesar σ

juga berdistribusi normal. (Gujarati, 1995:66)

2


(58)

dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Kolmogorov Smirnov. Dalam regresi OLS b0 dan b1 adalah fungsi linier dari Y dan Y

adalah fungsi linier dari uI

3.4.2. Teknik Analisis

(residual).

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang dilakukan, maka keterkaitan antara variabel penelitian dapat digambarkan secara spesifik dalam model regresi linier berganda. Analisis ini dapat digunakan untuk menerangkan tingkat ketergantungan

satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Dalam anlisis ini juga dapat diukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Adapun model regresi linier berganda secara umum adalah sebagai berikut :

Y =β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4+e

Keterangan :

Y = Kelengkapan Pengungkapan X1 = Leverage

X2 = Likuiditas

X3 = Profitabilitas

X4 = Saham

β 0

β

= Konstanta e = Kesalahan baku


(59)

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Regresi linier berganda dengan persamaan Y =β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4

a. Tidak terdapat multikolinieritas

+ e harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui Uji F dan Uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh model regresi linier berganda tersebut adalah sebagai berikut :

b. Tidak terjadi heteroskedastisitas c. Tidak ada autokorelasi

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui Uji F dan Uji t menjadi bias. Dibawah ini asumsi dasar dari BLUE sebagai berikut :

a. Multikolinieritas

Merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variable bebas berkorelasi sempurna dengan variable bebas lainnya. Multikolinieritas dapat dilihat dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor).

Pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah (Santoso, 2002:203) :

1) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 2) Mempunyai angka tolerance mendekati 1


(60)

3) Koefisien korelasi antara variable bebas haruslah lemah (di bawah 0,5 ). Jika korelasi kuat, maka terjadi problem multiko.

b. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas, karena ini mengimpun data yang terwakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara menggunakan uji Rank Spearman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas. Mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut : (Gujarati, 1999 : 177 )

1.Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas. 2.Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas. c. Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Panduan untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada table D-W (Durbin-Watson).

Deteksi adanya autokorelasi :

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi 3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif


(61)

3.4.4. Uji Hipotesis

a. Pengujian hipotesis penelitian pengaruh simultan variabel X1, X2, X3,

X4

1) H

terhadap Y digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut :

0 : β 1 = β 2 = ... = β j ? 0 (X1, X2, X3, X4

H

secara bersama tidak berpengaruh terhadap Y).

1 : Salah satu dari β j ? 0 (X1, X2, X3, X4

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

secara bersama berpengaruh terhadap Y).

3) Dengan F hitung sebesar : R2

F

/(k – 1)

hit =

(1 – R2)/(n – k)

Sumber : Gujarati (1995:141) Keterangan :

F hi t= F hasil perhitungan

R2

b. Untuk pengujian hipotesis penelitian pengaruh parsial variabel X = koefisien regresi

k = jumlah variabel n = jumlah sample

1, X2

X

,

3, X4,X5

1) H

terhadap Y digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut:


(62)

dap Y)

H1 : bj ? 0 (terdapat pengaruh X1, X2, X3, atau X4

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas (n-k), dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

terhadap Y) Dimana j = 1, 2, 3, ...., k : Variabel ke J sampai ke k.

3) Dengan nilai t hitung : bj

t hit =

se (bj)

Sumber : Gujarati (1995) Keterangan :

t hit = t hasil perhitungan

bj = Koefisien regresi


(63)

50 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini adalah gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange dan Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange merupakan akhir dari perjalanan panjang Pasar Modal Indonesia. Sejarah Pasar Modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya bursa efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel, kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu Bursa Efek Semarang dan Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1942, dan dimulai kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada tahun1952. program nasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun1956, mengkibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.

Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia:

Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai sarana yang efisien untuk menghimpun dana bagi investor dan perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat Internasional.


(64)

Misi Bursa Efek Indonesia adalah mewujudkan Bursa Efek Indonesia sebagai bursa efek yang berskala Internasional yang menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga bertekad mewujudkan sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang terpercaya, lengkap, dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan berintegritas tinggi, dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi bursa efek yang transparan, likuid, wajar, dan efisien sehingga dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan bursa-bursa efek lain di dunia.

Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi di dalam mengembangkan basis investor lokal yang luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan instrumen pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestic maupun asing.

4.1.2. Gambaran Umum PT. Bank Mega Tbk.

Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT. Bank Karman yang didirikan pada tahun 1969 dan berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama menjadi PT. Mega Bank dan melakukan relokasi Kantor Pusat ke Jakarta.


(65)

Seiring dengan perkembangannya PT. Mega Bank pada tahun 1996 diambil alih oleh PARA GROUP (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan Investama). Untuk lebih meningkatkan citra PT. Mega Bank, pada bulan Juni 1997 melakukan perubahan logo dengan tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan masyarakat, akan lebih mudah dikenal melalui logo perusahaan yang baru tersebut. Dan pada tahun 2000 dilakukan perubahan nama dari PT. Mega Bank menjadi PT. Bank Mega.

PT. Bank Mega Tbk. dengan semboyan "Mega Tujuan Anda"

4.1.3. Gambaran Umum PT. Bank Central Asia Tbk.

tumbuh dengan pesat dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan ternama yang mampu disejajarkan dengan bank-bank terkemuka di Asia Pasifik dan telah mendapatkan berbagai penghargaan dan prestasi baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang disandangnya, PT. Bank Mega Tbk. berpegang pada azas profesionalisme, keterbukaan dan kehati-hatian dengan struktur permodalan yang kuat serta produk dan fasilitas perbankan terkini. Hingga tahun 2007 PT. Bank Mega Tbk. memiliki 152 jaringan kerja yang terdiri kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas yang tersebar hampir di seluruh kota besar di Indonesia, serta Priority Banking.

Bank Central Asia adalah adalah

Bank ini didirikan padaBank Central Asia


(66)

Direktur saat ini (masa jabatan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adala terjadi di tahun 1997.

Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke 4.1.4. Gambaran Umum PT. Bank Pan Indonesia Tbk.

PT Bank Pan Indonesia Tbk (selanjutnya disebut “Bank”) didirikan dengan akta no 85 tanggal 17 Agustur 1971 dari notaris Julian Nimrod Siregar. Bank Pan berkedudukan di Jakarta dengan 37 kantor cabang di Indonesia, 1 kantor perwakilan di Singapura, 1 cabang di Cayman Islands. Kantor pusat bank beralamat di gedung Panin Centre Jl. Jendral Sudirman, Jakarta. Sesuai dengan anggaran dasar bank, ruang lingkup kegiatan bank adalah menjalankan usaha bank umum dalam arti kata seluas-luasnya di dalam maupun diluar negeri.

4.1.5. Gambaran Umum PT. Bank NISP Tbk.

Bank NISP Tbk adalah sebua didirikan


(67)

Indische Spaar en Deposito Bank. Pada 1981, sempat berganti nama menjadi NV. Spaar En Deposito yang diuraikan sebagai Bank Nilai Inti Sari Penyimpan (disingkat NISP), bank ini kemudian lama dikenal sebagai Bank NISP.

Semenjak 16 Oktober 2008, Bank NISP resmi berganti nama dan logo menjadi Bank OCBC NISP. Nama perusahaan juga turut diubah dari PT Bank NISP Tbk menjadi PT Bank OCBC NISP Tbk. Bank OCBC NISP juga sering mencatatkan prestasinya secara baik dalam dunia perbankan serta meraih beragam penghargaan. Saat ini mayoritas saham Bank NISP dimiliki ole OCBC merupakan penyedia jasa perbankan dan asuransi terbesar di Singapura.

4.1.6. Gambaran Umum PT. Bank Permata Tbk.

Bank Permata merupakan bank hasil penggabungan dari lima bank di bawah pengelolaa yaitu:

• P

• P

• P

• P

• P


(68)

Telah ditunjuk menjadi Bank Rangka dan pada tanggal lainnya sebagai bank yang menggabungkan diri.

Penggabungan lima bank ini merupakan implementasi dari keputusan Pemerintah mengenai Program Restrukturisasi Lanjutan yang dikeluarkan pada tanggal membentuk suatu bank yang memiliki struktur permodalan yang kuat, kondisi keuangan yang sehat dan berdaya saing tinggi dalam menjalankan fungsi intermediasi, dengan jaringan layanan yang lebih luas dan produk yang lebih beragam. Dan sebagai hasilnya, terbentuklah PermataBank sebagai bank yang fokus dan standalone serta sejak awal berkomitmen untuk menekuni segmen UKM, ritel dan komersial.

4.1.7. Gambaran Umum PT. Bank Internasional Indonesia Tbk.

PT Bank Internasional Indonesia Tbk (“Bank”) adalah perusahaan terbatas yang didirikan di Republik Indonesia pada tahun 1959.

Bank menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dan melakukan kegiatan perbankan lainnya berdasarkan prinsip Syariah. Kantor pusat Bank beralamat di Jalan M.H. Thamrin, No. 51, Jakarta Pusat. Bank Pada tanggal 31 Maret 1980, Bank melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Tabungan Untuk Umum 1859, Surabaya. Keputusan merger ini dituangkan dalam akta notaris Arianny Lamoen Redjo, S.H., No. 17 tanggal 31 Maret 1980.


(1)

pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan laporan keuangan semakin luas. Begitu juga sebaliknya tingkat kepemilikan perusahaan oleh masyarakat publik sedikit maka sedikit pula informasi yang didapat oleh masyarakat atau investor mengenai pengungkapan laporan keuangan perusahaan tersebut akibatnya perusahaan tersebut tidak menampilkan kelengkapan laporan keuangan sedikit atau secara tidak lengkap.

Menurut Sunariyah (2003:111) berdasarkan undang-undang perseroan yang berlaku di Indonesia saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilik individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Setiap perusahaan satu dengan yang lain mempunyai perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan semakin luas. Informasi tingkat kepemilikan saham akan digunakan oleh investor pertanda prospek suatu perusahaan, dengan kata lain semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik berarti semakin tinggi perusahaan dalam memberikan deviden dan layak beroperasi terus menerus untuk perusahaan dituntut untuk memberikan informasi yang komprehensif.


(2)

90 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah Leverage (X1), Likuiditas (X2), Profitabilitas (X3) dan Porsi Saham Publik (X4

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

) Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Y) pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

1. Leverage berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia dan tidak dapat terbukti kebenarannya 2. Likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia dan tidak dapat terbukti kebenarannya. 3. Profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia dan tidak dapat terbukti kebenarannya. 4. Porsi Saham Publik berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia dan tidak dapat terbukti kebenarannya


(3)

5.2. Saran

1. Disarankan agar perusahaan dapat mengelola sumber pendanaannya sehingga tidak perlu lagi memperbesar tingkat leveragenya agar tidak menjadi pertimbangan negatif dalam memberikan pengungkapan laporan keuangan sehinggan informasi yang diungkapkan dapat lebih lengkap guna memenuhi kebutuhan informasi.

2. Disarankan agar perusahaan dapat meningkatkan lagi nilai Likuiditas karena apabila suatu perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi maka menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel.

3. Disarankan agar perusahaan dapat meningkatkan lagi nilai profitabilitasnya karena apabila profitabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya sehigga apabila nilai profitabilitasya tinggi maka semakin baik pula lab yang dihasilkan perusahaan tersebut.

4. Disarankan kepada perusahaan agar dapat menjual sahamnya kepada publik karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan maka dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan perusahaan tersebut.


(4)

92

5. Disarankan bagi investor sebelum melakukan investasi, para investor melakukan analisis yang mendalam dan menyeluruh terhadap semua aspek dari kinerja keuangan perusahaan, tetapi dapat juga dengan melihat nilai rasio-rasio yang lainnya.


(5)

Andi Kartika, 2009, Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Arifin, Johar. 2007. Cara Cerdas Menilai Kinerja Perusahaan (Aspek Finansial dan Non Finansial) Berbasis Komputer. Jakarta : Penerbit PT. Elex media Komputindo Kelompok Gramedia

Gitosudarmo, dan Basri, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi Empat, BPFE, Yogyakarta.

Gujarati, Damodar, 1988, Ekonometrika Dasar, Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hanafi, Mamduh M, 2003, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2001, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi satu, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Husnan, Suad, 2001, Dasar-Dasar Teori Portofolio, Edisi Ketiga, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua, Penerbit BPFE Yogyakarta.

Jumingan, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta. Kristijadi, Almilia L.Spica, 2003, Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi

Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ, JAAI, Vol.7, No.2, Hal 183-208.

Moeljadi, 2006, “Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Banyumedia Publishing, Jawa Timur.

Munawir, S, 2007, ”Analisa Laporan Keuangan” Edisi Keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statisktik Parametrik, Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia, Jakarta.


(6)

Sugiono, 2003, Statistik Untuk Penelitian, Cetakan kelima, Penerbit CV AlfaBeta, Bandung.

Sartono, Agus, 2001, ”Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sunariyah, 2003, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ketiga, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Subiyantoro, Edi dan Parawiyati, 2000, Pengaruh Informasi Keuangan Untuk Memprediksi Keuntungan Investasi Bagi Investor di Pasar Modal, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.3, No.2, Hal.214-228.

Suharmadi dan Utami, Wiwik, 1998, Pengaruh Informasi Penghasilan Perusahaan Terhadap Harga Saham, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 1, No. 2, Hal 255-268.

Tuasikal, Askam, 2002, Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk Memprediksi Return Saham, Studi Terhadap Perusahaan Pemanufakturan dan Non-Pemanufakturan, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 3, Hal 365-378.

Usman, Marzuki, 1990, ABC Pasar Modal Indonesia, Penerbit Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Bekerjasama dengan Ikatan sarjana Ekonomi Indonesia DKI Jaya, Jakarta.

Van Horne,James C dan John M Wachowicz, 2005, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Buku 1, Edisi Kesembilan, Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Yong, Othman dan Rodoni, Ahmad, Analisis Investasi dan Teori Portofolio, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

0 0 9

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 15

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ).

0 2 17

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 99

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 109

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 1 108

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 1 22

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 18