Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM SI REGULER MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

NAMA : MONALISA BR GINTING

NIM : 070503161

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: ”Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 29 November 2010 Yang membuat pernyataan

Monalisa Br Ginting NIM: 070503161


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skrispi ini berjudul : ”Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skrispi ini yakni kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Arifin Akhmad M.Si, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skrispi ini dan sekaligus sebagai motivator dan pemberi semangat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Wahidin Yasin, M.Si, Ak selaku dosen pembanding I dan Bapak Abdillah Arief Nasution, SE, M.Si, Ak selaku dosen pembanding II yang telah


(4)

memberikan arahan, kritikan bagi penulis untuk menyempurnakan dan menyelesaikan skripsi ini.

5. Orangtua penulis, Ayahanda N. Ginting dan Ibunda M. Br Sinuhaji, terimakasih telah menjadi motivator sehingga penulis tetap bersemangat mengerjakan skrispi ini.

Penulis sadar bahwa skrispi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah kedepan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 29 November 2010 Penulis,

(Monalisa Br Ginting) NIM: 070503161


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa efek Indonesia antara tahun 2007 hingga tahun 2009

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 24 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 72 unit analisis. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan yang di ukur melalui ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Tetapi secara parsial, hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sedangkan profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penelitian yang akan datang disarankan menggunakan beberapa rasio dalam mengukur profitabilitas, likuiditas, leverage dan menambah periode tahun pengamatan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Belum optimalnya jumlah item yang diungkapkan perusahaan mensyiratkan Bapepam-LK perlu mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan publik.

Kata kunci : Kelengkapan Pengungkapan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, leverage, dan Porsi Saham Publik


(6)

ABSTRACT

The purposes of this research is to find out empirical evidence of influence of firm characteristics toward the comprehensiveness of disclousure financial report at the corporates of consummer goods company listed on Indonesia Stock Exchange between 2007 to 2009.

Sampling method that used is purposive sampling and there are 24 sample companies that will be research objects with 72 unit analysis. Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id

The result of this research shows that firm size, profitability, likuidity, leverage and public portion share have an influence simultaneously toward the comprehensiveness of disclousure financial report. But partially, there is only firm size has an influence toward the comprehensiveness of disclousure financial report., but this test showed that profitability, likuidity, leverage, and public portion share have not influence toward toward the comprehensiveness of disclousure financial report. According to the result of this research, the next research will be suggested to use some ratio to measure profitability, likuidity, and leverage and adding a periode of the research in order to get the result maximal. Because of the disclousure has not optimal which tilled by the public companies, Bapepam-LK need to control it more.

. The research hypotheses are tested using multiregression.

Keyword: Comprehensiveness of Disclousure, Firm Size, Profitability, Likuidity, Leverage, and Public Portion Share.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan MasalahPenelitian... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 9

1.Pengertian Laporan Keuangan...9

2.Tujuan Laporan Keuangan...10

3.Pengungkapan dalam Laporan Keuangan...11

4.Karakteristik Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Kelengkapanpengungkapan laporan keuangan...14


(8)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu...24

C. Kerangka Konseptual...27

D. Hipotesis Penelitian...30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

C. Jenis dan Sumber Data ... 33

D. Metode Pengumpulan Data ... 33

E. Defenisi Operasional dan Pengumpulan Variabel ... 34

F. Metode Analisis Data ... 35

G. Jadwal Penelitian ... 42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Data Penelitian ... 43

B. Analisis Hasil Penelitian ... 44

1. Analisis Statistik deskriptif...45

2. Uji Asumsi Klasik...47

3. Uji Hipotesis Penelitian...54


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 67

B.Keterbatasan Penelitian ... 68

C.Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ………..… 26

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Sampel ………32

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ……….……. 42

Tabel 4.1 Sampel Penelitian ………....…..44

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian………. 45

Tabel 4.3 Kolmogorov Smirnov Test ………...… 49

Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas…….. ………50

Tabel 4.5 Runs Test……… ……….. 51

Tabel 4.6 Uji Durbin-Watson………. 52

Tabel 4.7 Uji Gletser...………...… 53

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi ………... 55

Tabel 4.9 Uji F...………... 56


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ………... 27

Gambar 4.1 Histogram………... 48

Gambar 4.2 Kurva normal P-Plot………... 49


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nama Judul Halaman

Lampiran i Daftar Item Pengungkapan Laporan keuangan………. 73 Lampiran ii Daftar perusahaan Barang konsumsi...……… 77 Lampiran iii Pengungkapan Laporan Keuangan Tahun 2007...…………. 78 Lampiran iv Pengungkapan Laporan Keuangan Tahun 2008...…………. 81 Lampiran v Pengungkapan Laporan Keuangan Tahun 2009...…………. 84 Lampiran vi Data Logsize, NPM, CR, DTAR, PSP dan KP Tahun 2007.. 87 Lampiran vii Data Logsize, NPM, CR, DTAR, PSP dan KP Tahun 2008.. 88 Lampiran viii Data Logsize, NPM, CR, DTAR, PSP dan KP Tahun 2009.. 89 Lampiran ix Hasil Pengujian Asumsi klasik...………. 90


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa efek Indonesia antara tahun 2007 hingga tahun 2009

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 24 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 72 unit analisis. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan yang di ukur melalui ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Tetapi secara parsial, hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sedangkan profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penelitian yang akan datang disarankan menggunakan beberapa rasio dalam mengukur profitabilitas, likuiditas, leverage dan menambah periode tahun pengamatan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Belum optimalnya jumlah item yang diungkapkan perusahaan mensyiratkan Bapepam-LK perlu mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan publik.

Kata kunci : Kelengkapan Pengungkapan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, leverage, dan Porsi Saham Publik


(14)

ABSTRACT

The purposes of this research is to find out empirical evidence of influence of firm characteristics toward the comprehensiveness of disclousure financial report at the corporates of consummer goods company listed on Indonesia Stock Exchange between 2007 to 2009.

Sampling method that used is purposive sampling and there are 24 sample companies that will be research objects with 72 unit analysis. Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id

The result of this research shows that firm size, profitability, likuidity, leverage and public portion share have an influence simultaneously toward the comprehensiveness of disclousure financial report. But partially, there is only firm size has an influence toward the comprehensiveness of disclousure financial report., but this test showed that profitability, likuidity, leverage, and public portion share have not influence toward toward the comprehensiveness of disclousure financial report. According to the result of this research, the next research will be suggested to use some ratio to measure profitability, likuidity, and leverage and adding a periode of the research in order to get the result maximal. Because of the disclousure has not optimal which tilled by the public companies, Bapepam-LK need to control it more.

. The research hypotheses are tested using multiregression.

Keyword: Comprehensiveness of Disclousure, Firm Size, Profitability, Likuidity, Leverage, and Public Portion Share.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perusahaan go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya. Investor menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan sejumlah keuntungan. Keberadaan pasar modal menjadikan perusahaan mempunyai alat untuk refleksi diri tentang kinerja dan kondisi keuangan perusahaan.

Dampak krisis keuangan global tahun 2008 mengakibatkan para investor dan kreditor berhati- hati dalam melakukan penanaman modal pada suatu perusahaan demi mengantisipasi risiko yang akan terjadi. Selain itu, para investor akan menelaah secara teliti laporan keuangan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Investor dalam menanamkan dananya pada perusahaan, menilai bagaimana manajemen perusahaan melakukan pengungkapan yang lebih luas dalam laporan keuangan yang menjelaskan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dasar pengambilan keputusan bagi para investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya adalah informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan dan transparan. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Kualitas keputusan investasi dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan (disclosure) yang memadai.


(16)

Pengungkapan laporan keuangan oleh perusahaan merupakan

accountability perusahaan kepada para penyedia modal yang berada diluar

perusaahan dan memudahkan alokasi sumberdaya untuk pemanfaatan yang paling produktif. Pengungkapan laporan keuangan dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi. Informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interprestasi.

Menurut Hendriksen (2002: 436), “pengungkapan laporan keuangan dapat

dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure)”.

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan melebihi pengungkapan wajib yang diharuskan oleh standar akuntansi yang berlaku. Di Indonesia yang menjadi otoritas pengungkapan wajib adalah Bapepam-LK. Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik independen sebagai sarana pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal. Bapepam-LK melalui Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan elemen-elemen yang seharusnya diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.

Pengungkapan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas. Lang dan Lundholm (1994) dalam Subiyantoro (1996: 3)


(17)

mengatakan dalam konteks laporan keuangan membagi karakteristik perusahaan menjadi tiga kategori yakni variabel struktur (structure related variables) meliputi ukuran perusahaan dan kemampuan melunasi hutangnya. Variabel yang kedua adalah variabel kinerja (performance related variables) mencakup likuiditas perusahaan dan profitnya. Variabel terakhir adalah variabel pasar (market related

variables) dilihat dari porsi saham publik, umur perusahaan, dan status

perusahaan.

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran sebuah perusahaan. Semakin besar aktiva, maka semakin besar modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan dijadikan sebagai salah satu karakteristik perusahaan karena dengan adanya ukuran perusahaan dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar, menengah dan kecil. Semakin besar perusahaan maka akan semakin lengkap pengungkapan laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2008) dan Sari (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal itu sendiri. Dengan demikian, investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas misalnya pemegang saham akan melihat keuntungan yang


(18)

benar-benar diterima dalam bentuk deviden (Sartono, 2007: 122). Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas yang tinggi mendorong perusahaan itu melakukan pengungkapan yang lebih lengkap karena menunjukkan bahwa perusahaan itu berada pada posisi aman dan mampu bersaing. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2008) namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006) yang menyatakan profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Secara financial perusahaan yang kuat akan lebih mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang lemah. Mampu tidaknya perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek inilah yang menjadikan rasio likuiditas dijadikan sebagai salah satu karakteristik perusahaan yang berpengaruh dalam pengungkapan laporan keuangan. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008). Namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006) dan Hidayat (2008) yang menyatakan likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


(19)

Menurut Stice, dkk (2005: 786), “rasio-rasio leverage adalah sebuah indikasi sejauh mana suatu perusahaan menggunakan dana pihak luar untuk membeli aktiva”. Rasio leverage menunjukkan struktur hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain, jumlah utang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Adanya pinjaman atau hutang menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan baik dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak kreditor memerlukan informasi mengenai keadaan finansial debitor untuk meyakinkan bahwa debitor dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo. Seiring dengan tuntutan kreditor terhadap informasi tersebut, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2008) namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006) dan Sari (2008) yang menyatakan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Porsi saham publik yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh masyarakat (publik) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki banyak banyak pemegang saham juga akan mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan jumlah pemegang saham yang besar akan menjadi sorotan publik sehingga mendapat tekanan dari pemegang saham dan analis. Untuk mengurangi tekanan tersebut, perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai perusahaan. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006) yang menyatakan porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan


(20)

pengungkapan laporan keuangan. Namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008) menyatakan porsi saham publik tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian dari peneliti terdahulu dengan peneliti terdahulu lainnya. Perbedaan ini dapat disebabkan karena perbedaan objek dan waktu penelitian. Perbedaan hasil penelitian inilah memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memfokuskan objek penelitian pada perusahaan barang konsumsi yang telah go public. Alasan peneliti menggunakan perusahaan barang konsumsi karena berdasarkan data bisnis indonesia intelligence tahun lalu (2009), emiten di sektor industri barang konsumsi pada tahun lalu mampu mencetak laba bersih sebesar Rpl6,49 triliun atau naik 45,03% dibandingkan dengan perolehan laba bersih dari sektor ini pada 2008 dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 66,11%. Selain itu, pertimbangan lainnya sehingga peneliti menggunakan perusahaan barang konsumsi sebagai objek penelitian adalah permintaan terhadap barang konsumsi bersifat inelastis artinya persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil dibanding persentase perubahan harga. Permintaan terhadap barang konsumsi tidak banyak dipengaruhi oleh situasi perekonomian negara karena termasuk kebutuhan primer atau kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan


(21)

memfokuskan karakteristik perusahaan terhadap ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan porsi saham publik.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan porsi saham publik) berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh bukt i empiris pengaruh karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan porsi saham publik) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yaitu :

1. bagi penulis yaitu meningkatkan wawasan berpikir dan mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama perkuliahan dalam penelitian ini,

2. bagi perusahaan yaitu dapat digunakan sebagai informasi tambahan dan bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di


(22)

Bursa Efek Indonesia mengenai perlunya kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan,

3. bagi investor yaitu sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan keputusan investasi pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

4. bagi peneliti selanjutnya yaitu sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih baik mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui kondisi perusahan pada masa tertentu atau masa pelaporan yang tepat dalam pengambilan keputusan, informasi yang didapat tergantung pada tingkat pengungkapan dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menyatakan:

Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007: 1.2).

Dalam prakteknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti: a. Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang

menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh.

b. Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.


(24)

c. Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu.

d. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahan, baik yang berpengaruh langsung maupun yang tidak langsung terhadap kas.

e. Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:

1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih

2) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas

3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar misalnya pengungkapan kontijensi, komitmen dan pengungkapan lainnya.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan umum laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 12 disebutkan bahwa ”tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen


(25)

atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan oleh manajemen agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan, keputusan mengganti manajemen dan keputusan pemberian kredit.

Menurut APB Statement No. 4 yang dikutip oleh Harahap (2007:122) menggambarkan tujuan laporan keuangan dengan membaginya menjadi dua, yaitu:

a. Tujuan khusus

Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi berterima umum.

b. Tujuan umum

Memberikan informasi tentang sumber ekonomi, kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban serta informasi lainnya yang relevan.

Tujuan laporan keuangan berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan adalah untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan yang dapat digunakan baik oleh pihak intern maupun ekstern perusahaan.

3. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan

Tingkatan pengungkapan menurut Harahap (2007: 85), terdiri atas

adequate, fair dan full. Adequate yaitu informasi minimum yang harus disajikan

sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengungkapan yang memadai bukan berarti banyaknya penggunaaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang panjang lebar, melainkan pengungkapan persoalan-persoalan yang dianggap penting oleh


(26)

auditor sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyesatkan para pembacanya dan tidak merugikan bagi perusahaan atau pemegang saham. Karena kewajaran penyajian, laporan keuangan bergantung pada cukup tidaknya pengungkapan-pengungkapan mengenai hal-hal yang cukup materiil. Hal-hal yang cukup materiil dan perlu diungkapkan adalah erat hubungannya dengan:

a. Bentuk, susunan dan isi laporan keuangan serta penjelasan-penjelasan yang dilampirkan

b. Istilah-istilah yang digunakan.

c. Banyaknya perincian-perincian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan. d. Dasar penilaian atau penentuan dari jumlah-jumlah yang tercantum

e. Dalam laporan keuangan, misalnya dasar penilaian persediaan, dasar penentuan penyusutan aktiva tetap.

f. Aktiva-aktiva yang dipakai sebagai jaminan pinjaman.

g. Deviden yang tertunggak, pembatasan pembagian deviden dan hutang- hutang yang bersyarat.

h. Adanya kepentingan-kepentingan yang berafiliasi atau yang menguasai serta sifat dan volume transaksi-transaksi dengan kepentingan tersebut.

Fair yaitu aturan etis tentang perlakuan yang sama kepada pemakai

laporan mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap investor, dan full yaitu menyangkut kelengkapan penyajian informasi. Konsep full disclosure mewajibkan agar laporan keuangan atau laporan tahunan harus disajikan sebagai kumpulan potret dari kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan berisi cukup informasi


(27)

sehingga membuat orang baik umum atau investor paham dan tidak salah tafsir terhadap laporan tersebut (Harahap, 2007: 84).

Menurut Hendriksen (2002: 436), “pengungkapan laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory

Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure)”. Pengungkapan

wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan melebihi pengungkapan wajib yang diharuskan oleh standar akuntansi yang berlaku. Setiap perusahaan publik diwajibkan melakukan pengungkapan mengenai informasi yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan seperti kondisi manajemen, kinerja perusahaan dan sebagainya. Di Indonesia yang menjadi otoritas pengungkapan wajib adalah Bapepam-LK. Melalui Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember tahun 2002 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan menyebutkan setiap perusahaan publik disyaratkan melakukan pengungkapan atas laporan keuangan perusahaan sebanyak 68 item (lihat

lampiran i).

Namun ada juga perusahaan yang tidak mengungkapkan secara lebih luas laporan keuangannya karena menganggap pengungkapan lengkap hanya akan menyesatkan dan berakibat pada kegagalan pasar. Pengungkapan akan membantu pesaing dengan merugikan pemegang saham. Selain itu, pengungkapan yang luas akan menimbulkan lebih banyak biaya dibandingkan dengan manfaat yang


(28)

diterima oleh perusahaan. Oleh karena itu, hanya sebagian perusahaan yang melakukan pengungkapan sukarela.

4. Karakteristik Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan dalam laporan keuangan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor kualitas pengungkapan. Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda satu entitas dengan entitas lainnya. Lang dan Lundholm (1994) dalam Subiyantoro (1996: 3) mengatakan dalam konteks laporan keuangan membagi karakteristik perusahaan menjadi tiga kategori yakni variabel struktur (structure related variables) meliputi ukuran perusahaan dan kemampuan melunasi hutangnya. Kedua adalah variabel kinerja (performance related variables) mencakup likuiditas perusahaan dan profitnya. Terakhir adalah variabel pasar (market related variables) dilihat dari porsi saham, umur perusahaan, dan status perusahaan dan jenis industri.

Menurut Jogiyanto (2000:89), ”karakteristik peusahaan merupakan hal-hal yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan”. Dengan demikian dapat dipahami bahwa karakteristik perusahaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan yang dapat mempengaruhi suatu kondisi dalam perusahaan tersebut. Karakteristik perusahaan meliputi :


(29)

b. kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan c. manfaat bagi perekonomian nasional

Sebagai sarana akuntabilitas, pengungkapan laporan keuangan harus memiliki kualitas. Tingginya kualitas laporan keuangan sangat erat hubungannya dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, karakteristik perusahaan tercermin dalam ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik.

a. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan dalam kaitannya dengan struktur perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aktiva, maka semakin besar modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Dari ketiga variabel ini, peneliti menggunakan variabel total aktiva dalam mengukur ukuran perusahaan karena nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan penjualan dan kapitalisasi pasar.

Ukuran perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah dan perusahaan besar. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 46/M-DAG/PER/ 9/2009


(30)

tentang perubahan atas peraturan menteri perdagangan Republik Indonesia No. 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan surat izin usaha perdagangan, pasal 3 mengelompokkan ukuran perusahaan atas:

1) perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) perusahaan menengah yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

3) perusahaan besar yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Menurut Almilia (2007: 5), “perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan kecil”. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum. Mengungkapkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan baik yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM dan keuangan perusahaan merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.

b. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba


(31)

yang dihasilkan. Rasio profitabilitas terkait dengan penjualan dan investasi perusahaan karena kedua variabel ini menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan perusahaan. Pada umumnya, investor sangat memperhatikan rasio profitabilitas, misalnya untuk melihat keuntungan yang akan diterima dalam bentuk deviden. Selain itu, analisis profitabilitas merupakan evaluasi atas tingkat pengembalian investasi perusahaan dimana analisis ini berfokus pada sumber daya perusahaan dan tingkat profitabilitas dengan melibatkan pengukuran terhadap pemicu profitabilitas yaitu margin dan perputaran.

Beberapa pengukuran dalam menghitung rasio profitabilitas: 1) laba bersih atas penjualan (net profit margin/NPM)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui penjualan. Cara menghitung NPM adalah dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih.

Net profit margin

bersih Penjualan

bersih Laba =

Menurut Kasmir (2008: 201) menyatakan bahwa perusahaan dikatakan baik jika NPM yang dimiliki oleh perusahaan diatas rata-rata industri pada umumnya yakni di atas 20%.

2) pengembalian atas total aktiva (return on total asset/ROA)

Pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sebelum bunga dan pajak terhadap rata- rata total aktiva. Rasio ini menilai efektivitas dan intensitas aktiva dalam menghasilkan laba.

ROA aktiva total rata -rata pajak dan bunga sebelum bersih Laba =


(32)

Menurut Kasmir (2008: 203), rata-rata industri untuk ROA adalah 30%. Perusahaan dikatakan baik jika mampu mencapai ROA di atas rata-rata industri.

3) pengembalian atas total ekuitas (return on total equity/ROE)

Pengembalian atas total ekuitas dihitung dengan membagi laba bersih dengan rata- rata ekuitas pemegang saham. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.

ROE

ekuitas total

rata -rata

bersih Laba

=

Menurut Kasmir perusahaan dikatakan baik jika ROE yang dimiliki oleh perusahaan diatas rata-rata industri pada umumnya yakni di atas 40% (Kasmir, 2008: 205)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih (net profit margin/NPM) karena rasio ini menunjukkan laba yang terkait dengan penjualan. NPM dapat diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi perusahaan, yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. Semakin tinggi NPM maka semakin efektif suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya. Almilia (2007: 5), menyatakan bahwa “net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu”.

Perusahaan yang menghasilkan laba (profitable) yang tinggi juga akan menghasilkan disclosure yang lebih luas atas laporan keuangannya. Hal tersebut


(33)

disebabkan manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan kinerja manajemen yang baik. Selain itu, manajemen juga ingin meyakinkan kepada investor dan kreditor bahwa operasi perusahaan berjalan dengan efisien.

c. Likuiditas

Kasmir (2008: 130) menyatakan rasio likuiditas sering disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Rasio Likuiditas menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak tidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang. Dapat dipahami bahwa rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Dua rasio likuiditas yang sering digunakan adalah :

1) Rasio lancar (Current Ratio/CR)

Rasio lancar adalah rasio yang paling sering digunakan. Menurut Kasmir (2008: 134) rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Dengan kata lain,


(34)

seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau hutang lancarnya.

Rasio Lancar

Lancar hutang

Lancar Aktiva

=

Menurut Kasmir perusahaan dikatakan baik jika perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancarnya mencapai 200% atau 2:1 (Kasmir, 2008: 131).

2) Rasio cepat (Quick Ratio/Acid Test ratio)

Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (Kasmir, 2008: 136) Menurut Kasmir (2008: 137) rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan kewajiban lancar.

Rasio Cepat

Lancar Hutang

Persediaan

-Lancar Aktiva

=

Perusahaan dikatakan lebih baik dari perusahaan lain jika perusahaan mampu mancapai perbandingan rasio cepat 1,5 kali (Kasmir, 2008: 138).

Dalam penelitian ini menggunakan rasio lancar. Alasan peneliti lebih mengutamakan rasio lancar dibandingkan dengan rasio cepat karena pada rasio lancar persediaan termasuk ke dalam aset lancar berbeda dengan rasio cepat yang justru mengurangkan persediaan dari aset lancarnya. Dalam perusahaan barang konsumsi, persediaan juga sangat memegang peranan penting, karena dapat dijaminkan untuk menjamin hutang perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas yang diukur dengan rasio lancar akan berhubungan dengan kelengkapan tingkat pengungkapan. Secara finansial


(35)

perusahaan yang kuat lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang lemah.

d. Leverage

Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan

hutang dimana hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor, bukan dari pemegang saham atau investor. Leverage dapat dikatakan sebagai pinjaman sehingga suatu perusahaan dapat membeli lebih banyak aktiva dibandingkan yang disediakan pemegang saham melalui investasi mereka.

Menurut Stice, dkk (2005: 787), “para investor biasanya lebih menginginkan leverage yang tinggi untuk meningkatkan ukuran perusahaan mereka tanpa harus meningkatkan investasi mereka, tetapi para kreditor (lender) lebih memilih leverage yang rendah untuk meningkatkan keamanan pinjaman mereka”.

Ada beberapa pengukuran dalam menghitung rasio leverage yaitu : 1) rasio hutang terhadap aktiva (debt to asset ratio/DTAR)

Rasio hutang terhadap aktiva dihitung dengan membagi total hutang terhadap total aktiva. Rasio ini mengukur jumlah aktiva yang didanai dengan hutang.

Debt to asset ratio

Aktiva Total

Hutang Total

=

Rata-rata rasio hutang terhadap total aktiva untuk industri adalah 35% (Kasmir, 2008: 157)). Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang. Perusahaan akan dikatakan baik jika


(36)

perusahaan mampu mencapai rata-rata rasio hutang terhadap total aktiva dibawah rata-rata industri.

2) rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DTER)

Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan modal sendiri dalam menjamin hutang.

Debt to equity ratio

Ekuitas Total

Hutang Total

=

Rata-rata rasio hutang terhadap total ekuitas untuk industri adalah 80% (Kasmir, 2008: 159)). Perusahaan akan dikatakan baik jika perusahaan mampu mencapai rata-rata rasio hutang terhadap total ekuitas dibawah rata-rata industri.

3) rasio kelipatan pembayaran bunga (time interest earned ratio)

Rasio kelipatan pembayaran bunga dihitung dengan membagi jumlah laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini digunakan untuk menunjukkkan kemampuan laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar beban bunga.

Kelipatan Pembayaran bunga

bunga Beban

pajak dan bunga sebelum Laba

=

Kelipatan pembayaran bunga untuk industri adalah 10 kali (Kasmir, 2008: 162).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio hutang terhadap aktiva (DTAR) karena rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditor. Selain itu, DTAR adalah rasio yang sangat diperhatikan oleh


(37)

kreditor untuk mendapatkan perlindungan jika terjadi risiko. Kreditor akan mengamati DTAR untuk menilai efisiensi dari kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan.

Semakin tinggi DTAR, maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Horne (2005: 210), menyatakan bahwa “semakin tinggi debt to asset ratio, maka semakin besar risiko keuangannya”. Penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas, namun utang yang tinggi juga akan meningkatkan risiko (Hanafi, 2004: 41).

Adanya pinjaman atau hutang menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan baik dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak kreditor memerlukan informasi mengenai keadaan finansial debitor untuk meyakinkan bahwa debitor dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo. Seiring dengan tuntutan kreditor terhadap informasi tersebut, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan melakukan pengungkapan yang lebih komperehensif (Irawan, 2006: 21).

e. Porsi Saham Publik

Saham-saham pada Perusahaan go public bebas dimiliki oleh publik. Menurut Suta (2002:93) umumnya komposisi saham perusahaan yang telah go

public masih belum seimbang antara founder dengan pemegang saham publik.

Sekitar 70% saham masih dikuasai oleh founder dan 30% sisanya dimiliki oleh publik. Perbedaan komposisi kepemilikan tersebut (equity gap) menyebabkan pemegang saham publik memiliki bargaining position yang lemah. Porsi saham


(38)

publik diukur dengan rasio jumlah saham yang dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh publik.

Perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki publik menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam memberikan imbalan (deviden) yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus menerus (going concern). Alasan inilah yang menyebabkan perusahaan menganggap perlunya pengungkapan atas informasi mengenai porsi saham publik dalam laporan keuangan perusahaannya (Irawan, 2006: 22).

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi dari peneliti terdahulu (Setyoko, Sari, dan Hidayat). Setyoko (2006) menganalisis tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 20 perusahaan yang dijadikan sampel pada tahun pengamatan 2003. Hasil penelitian ini memyimpulkan bahwa karakteristik perusahaan yang tercemin dalam leverage, profitabilitas, likuiditas dan porsi saham publik secara simultan memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Namun secara parsial hanya porsi saham publik yang memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sedangkan leverage, profitabilitas dan likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan.


(39)

Sari (2008) menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 32 perusahaan manufaktur sebagai sampel dengan periode pengamatan tahun 2006. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa karakteristik perusahaan yang tercermin dalam likuiditas, ukuran perusahaan, proporsi kepemilikan saham, leverage dan umur perusahaan secara simultan memiliki pengaruh yang positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Namun, secara parsial ukuran perusahaan dan likuiditas yang memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sementara proporsi kepemilikan saham, leverage dan umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan laporan keuangan.

Hidayat (2008), menganalisi tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan food and baverages yang terdaftar di bursa efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 20 perusahaan sebagai sample dengan periode pengamatan tahun 2005-2006. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa karakteristik perusahaan yang tercermin melalui ukuran perusahaan, likuiditas, leverage dan profitabilitas secara simultan memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Namun, secara parsial hanya likuiditas yang tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Ringkasan penelitian terdahulu ini dapat dilihat pada tabel 2.1


(40)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Variabel Penelitian

Indikator Metode Analisis Hasil Penelitian Danan List Setyoko (2006) Independen: karakteristik perusahaan Dependen: Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Leverage, profitabilitas, likuiditas, porsi saham publik

Analisis Regresi Berganda

Karakteristik perusahaan (leverage, profitabilitas, likuiditas, porsi saham publik) secara simultan berpengaruh terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial hanya porsi saham publik yang memiliki pengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan Diah Ika Sari (2008) Independen: Karakteristik perusahaan Dependen: Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Likuiditas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, leverage

Analisis regresi Berganda

Secara simultan rasio likuiditas, porsi saham, ukuran perusahaan,umur perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan

Secara parsial, likuiditas, ukuran perusahaan yang hanya mamiliki pengaruh sedangkan porsi saham, leverage dan umur

perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Fendi Rohman Hidayat (2008) Independen: karakteristik perusahaan Dependen: Kelengkapan pengungkapan Laporan Keuangan Leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas Analisis regresi Berganda

Secara simultan ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas,dan likuiditas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan.

Secara parsial hanya likuiditas yang tidak punya

pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan


(41)

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan teoritis, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting (Sumarni, 2006: 27). Suatu kerangka berpikir akan menghubungkan secara teoritis antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Selain itu, kerangka konseptual merupakan penjelasan sementara gejala- gejala yang menjadi objek permasalahan atau sintesis tentang hubungan antarvariabel yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan. Kerangka

Karakteristik Perusahaan

(X)

Kelengkapan Pengungkapan Laporan

Keuangan (Y)

Porsi Saham Publik

(X5) Leverage

(X4)

Likuiditas (X3)

Profitabilitas (X2)

Ukuran Perusahaan


(42)

konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang diteliti (Sugiyono, 2007: 47).

Beberapa karakteristik perusahaan yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, status perusahaan, umur perusahaan dan sektor perusahaan. Variabel independen pada penelitian ini adalah karakteristik perusahaan yang tercermin melalui ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas,

leverage dan porsi saham publik sedangkan variabel dependennya adalah

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan satu arah atau hubungan positif. Semakin besar ukuran perusahaan akan cenderung semakin lengkap mengungkapkan laporan keuangannya karena perusahaan memiliki banyak informasi yang harus diungkapkan. Semakin tinggi rasio profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan semakin tingginya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan menunjukkan semakin baik kinerja perusahaannya. Dengan laba yang tinggi perusahaan akan cukup dana dalam mengumpulkan, mengelompokkan, mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komperehensif. Likuiditas perusahaan yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Dapat dikatakan perusahaan tersebut dalam kondisi yang sehat. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa kuatnya finansial suatu perusahaan


(43)

akan cenderung memberi pengungkapan yang lebih untuk memberikan informasi yang lebih luas dari pada perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lemah. Selain itu perusahaan dengan kondisi finansial yang kuat diangggap mampu menanggung biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya pengungkapan yang lebih luas. Leverage menunjukkan proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio leverage, maka semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Dalam memberikan pinjaman kreditor akan memerlukan informasi mengenai keadaan finansial perusahaan untuk melihat resiko yang mungkin terjadi. Seiring tuntutan kreditor akan informasi inilah yang menyebabkan perusahaan perlu melakukan pengungkapan yang lebih lengkap. Semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh publik mengharuskan perusahaan memberikan informasi selengkap-lengkapnya kepada publik. Karena hal ini menunjukkan kredibilitas perusahaan itu sendiri dimata publik. Hubungan satu arah atau hubungan positif terjadi karena kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sangat dipengaruhi secara positif oleh karakteristik perusahaan yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas,

leverage dan porsi saham publik

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Indriantoro (2002: 73), “hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan


(44)

pengujian secara empiris (Sugiyono, 2007: 51). Hipotesis penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini berdasarkan tinjauan teoritis, penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual adalah karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik) memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2007: 11).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2007: 72) menyatakan bahwa “populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2007-2009 yang berjumlah 34 perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 73). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang merupakan teknik penentuan sampel anggota populasi dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. perusahaan-perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009


(46)

3. perusahaan-perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan lengkap per 31 Desember dan telah diaudit oleh auditor independen

Berdasarkan kriteria yang telah dikemukakan sebelumnya maka perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini berjumlah 24 perusahaan dengan 72 unit analisis (24 x 3 tahun). Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dapat dilihat pada tabel 3. 1

Tabel 3. 1

Daftar Perusahaan Sampel

No Kode Emiten Kriteria Sampel

1 2 3

1 ADES PT Akasha Wira International Tbk √ x √

2 AQUA PT Aqua Golden Missisipi Tbk √ √ √ 1

3 BATI PT BAT Indonesia tbk √ x √

4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk √ √ √ 2

5 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ 3

6 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ √ 4

7 DAVO PT Davomas Abadi Tbk √ x x

8 DLTA PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ 5

9 GGRM PT Gudang Garam Tbk √ x x

10 HMSP PT HM Sampoerna Tbk √ √ √ 6

11 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk √ √ √ 7

12 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ 8

13 KLBF PT Kalbe Farma Tbk √ √ √ 9

14 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk √ x √

15 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk √ √ √ 10

16 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk √ √ √ 11

17 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk √ √ √ 12

18 TCID PT Mandom Indonesia Tbk √ x x

19 MYOR PT Mayora Indah Tbk √ √ √ 13

20 MERK PT Merck Tbk √ √ √ 14

21 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ 15

22 MRAT PT Mustika Ratu Tbk √ √ √ 16

23 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ x √

24 PYFA PT Pyridam Farma Tbk √ √ √ 17

25 SBCI PT SaraLee Bodycare Indonessia √ x x

26 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ 18

27 SKBM PT Sekar Bumi Tbk √ x x

28 SKLT PT Sekar Laut Tbk √ √ √ 19

29 STTP PT Siantar Top Tbk √ x x

30 SQBI PT Taisho Pharmaceutical indonesia √ √ √ 20

31 TSPC PT Tempo Scan Tbk √ √ √ 21

32 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ 22

33 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk √ √ √ 23

34 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk √ √ √ 24


(47)

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling yang merupakan kombinasi antara data runtut waktu (time series) dengan data silang tempat (cross section). Sumber data adalah data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro, 2002: 147). Data diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id yang terdiri dari laporan keuangan perusahaan.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data eksternal. Data eksternal adalah data yang umumnya disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan (Indriantoro, 2002: 149). Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahapan. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan buku- buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada tahap yang kedua, pengumpulan data yakni laporan keuangan perusahaan barang konsumsi periode 2007-2009 dilakukan dengan cara mendownload situs www.idx.co.id.


(48)

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan yang di gunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan likuiditas, leverage, dan porsi saham publik.

a. Ukuran Perusahaan dinyatakan dalam total aktiva. Total aktiva akan dihitung dengan menggunakan logaritma atas nilai aktiva.

b. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas diukur dengan rasio laba bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih (Net Profit Margin).

Net profit margin

bersih Penjualan

bersih Laba =

c. Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber jangka pendeknya. Likuiditas diukur dengan rumus:

Rasio Lancar

Lancar hutang

Lancar Aktiva

=

d. Leverage merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi jumlah kewajibannya. Leverage diukur dengan rasio total hutang dibagi dengan total aktiva (Debt to Asset Ratio/DTAR). Sehingga leverage dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

Debt to asset ratio

Aktiva Total

Hutang Total


(49)

e. Porsi Saham Publik adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki publik dengan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan. Porsi saham publik diukur sebagai berikut:

Porsi Saham Publik

Perusahaan Saham

jumlah

Publik Saham

Jumlah

=

2. Variabel Dependen

Tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan diperoleh dengan menjumlahkan tingkat pengungkapan wajib dengan tingkat pengungkapan sukarela. Dalam mengukur tingkat pengungkapan digunakan beberapa pedoman yaitu tingkat pengungkapan wajib (Mandatory indeks disclosure) dan tingkat pengungkapan sukarela (voluntary indeks disclosure). Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan mengukur berapa banyak butiran laporan keuangan yang material diungkap oleh perusahaan diukur dengan indeks

disclosure methodology, yaitu indeks Wallace

Rumus Indeks Wallace =

k n

× 100% (Nugraheni, dkk, 2000:80)

Dimana n :jumlah item yang diungkapkan perusahaan

k :jumlah item yang seharusnya diungkap berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 18. Analisis data dilakukan


(50)

dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Hasil pengujian asumsi klasik akan mendukung hasil pengujian hipotesis.

1. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum model regresi digunakan dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu model tersebut diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak. Asumsi klasik merupakan asumsi yang mendasari analisis regresi. Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi yang meliputi : uji normalitas, uji multikoliniearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005: 110). Uji normalitas data dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik untuk melihat normalitas data dilakukan dengan melihat grafik histogram dan kurva normal probability plot. Pada grafik histogram, suatu data dikatakan normal jika bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung seimbang baik pada sisi kiri maupun pada sisi kanan. Pada kurva normal probability plot, data dikatakan normal apabila distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal. Analisis statistik dilakukan dengan uji kolmogorov-Smirnov Test. Uji ini dilakukan untuk memastikan secara


(51)

statistik apakah data disepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Data dikatakan normal apabila hasil pengujian menunjukkan nilai siginifikan diatas 0,05.

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antar variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya (Ghozali, 2005: 91). Untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas, dapat dilakukan dengan cara : 1) nilai R2 pada estimasi model regresi,

2) menganalisis matrik korelasi variabel- variabel independen,

3) menggunakan variance inflation factor dan nilai tolerance. Multikolinieritas terjadi jika VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih kecil dari 0,10.

Pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini menggunakan

variance inflation factor dan nilai tolerance. Model regresi linier berganda harus

terbebas dari gejala multikolinieritas agar dapat digunakan dalam penelitian.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Ghozali (2005: 95) menyatakan bahwa “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan


(52)

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series. Pengujian autokorelasi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan The Runs Test dan uji Durbin-Watson. The Runs test diperkenalkan oleh Geary sebagai uji nonparametrik dengan tanda positif dan negatif. Kaidah dari keputusan ini adalah tidak menolak hipotesis jika taksiran R berada pada jarak interval. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi dengan menggunakan teori Durbin-Watson :

1) angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005: 105). Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual atau homokedastisitas. Mengukur ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama dapat dilakukan dengan pendekatan grafik yakni melihat grafik Scatterplot. Cara memprediksi pola gambar Scatterplot adalah sebagai berikut:

1) titik- titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, 2) titik- titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,


(53)

3) penyebaran titik- titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar,

4) penyebaran titik- titik data sebaiknya tidak berpola.

Pendekatan kedua adalah pendekatan statistik yakni menggunakan uji gletser. Data tidak terkena heterokedastitas jika nilai signifikan lebih besar 0,05

2. Pengujian Hipotesis Penelitian (Ha)

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi, uji simultan dan uji parsial. Model penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda. Model regresi linier berganda adalah model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Model regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik baik multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas (Lubis,dkk, 2007: 45). Persamaan regresi linier berganda yaitu

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4 + β5X5+ ε

Keterangan :

Y = Indeks Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan X1 = Ukuran Perusahaan

X2 = Profitabilitas

X3 = Likuiditas

X4 = Leverage


(54)

α = Konstanta

ε = error

β1,β2,β3,β4 = koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel

dependen berdasarkan pada variabel independen. Menurut Situmorang, dkk (2010: 148), ada beberapa alasan penyisipan faktor error dalam model regresi yakni:

a. Penyisipan faktor error (ε) dalam model mewakili himpunan pengaruh dari seluruh variebel-variabel yang diabaikan. Dimungkinkan pengaruh semua variabel tersebut sangat kecil sehingga faktor error digunakan untuk mewakili kesalahan-kesalahan dalam pengukuran, pencatatan, pengumpulan maupun pengolahan data.

b. Karena ketidaksempurnaan spesifikasi untuk matematis model. Bentuk linier dari persamaan regresi hanyalah sebagai pendekatan dari bentuk persamaan yang sebenarnya. Faktor error antara lain termasuk pula sebagai faktor koreksi akibat kesalahan karena pendekatan linier.

c. Perilaku acak dalam kehidupan. Perilaku manusia adalah keadaan acak yang tidak dapat diduga.variabel-variebel yang digunakan dalam regresi berganda sering merupakan agregat dari variabel-variabel lainnya. Agregasi dapat berupa ruang, waktu dan sebagainya. Dengan agregasi sebenarnya telah dibuang berbagai informasi yang ada pada berbagai distribusi diantara pengamatan-pengamatan individual. Kehilangan informasi ini mungkin dapat meningkatkan error dalam hubungannya dengan agregasi.


(55)

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2005: 83). Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada R Square. Jika nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 dan 1.

b. Uji Simultan (F-test)

Uji F dilakukan untuk menujukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi berganda mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005: 84). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau tidak dapat menerima hipotesis adalah : 1) Ha diterima apabila Fhitung > Ftabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of

significant sebesar 0,05

2) Ha tidak dapat diterima apabila Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai p-value > level of significant sebesar 0,05

c. Uji Parsial (t-test)

Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005: 84). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau tidak dapat menerima hipotesis penelitian (Ha) adalah :

1) Ha diterima apabila thitung > ttabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of significant sebesar 0,05.


(56)

2) Ha tidak dapat diterima apabila thitung < ttabel,, pada α = 5% dan nilai p-value > level of significant sebesar 0,05.

G. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Juli 2010 Ags 2010 Sep 2010 Okt 2010 Nov 2010 Des 2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pemilihan Judul Pengajuan Proposal skripsi Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Bimbingan Skripsi Penyelesaian Laporan Penelitian Ujian Komprehensif


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda digunakan dengan menggunakan

software SPSS versi 18. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel

penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapka n, diperoleh 24 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini (tabel 3.1) dan diamati selama periode 2007-2009. Sehingga unit analisis pada penelitian ini menjadi 72 unit analisis (24x3 tahun). Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dapat dilihat pada tabel 4.1


(58)

Tabel 4.1 Sampel Penelitian

No Kode Emiten

1 AQUA PT Aqua Golden Missisipi Tbk

2 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk

3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk

4 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk

5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk

6 HMSP PT HM Sampoerna Tbk

7 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk

8 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk

9 KLBF PT Kalbe Farma Tbk

10 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk

11 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk

12 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk

13 MYOR PT Mayora Indah Tbk

14 MERK PT Merck Tbk

15 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk

16 MRAT PT Mustika Ratu Tbk

17 PYFA PT Pyridam Farma Tbk

18 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk

19 SKLT PT Sekar Laut Tbk

20 SQBI PT Taisho Pharmaceutical indonesia

21 TSPC PT Tempo Scan Tbk

22 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

23 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk

24 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk

Sumber: tabel 3.1 halaman 32

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis statistik deskriptif

Pengujian statistik deskriptif penting dilakukan sebelum melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul (Sugiyono, 2007 : 142). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata- rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness. Hasil pengujian statistik deskriptif pada sampel penelitian


(59)

yang berjumlah 24 perusahaan dengan 72 unit analisis (24x3 tahun sebagai n) ditunjukkan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LOGSIZE 72 8.36 14.22 11.6788 1.37082

NPM 72 .00 .31 .0747 .06875

CR 72 .06 7.82 2.8162 2.07315

DTAR 72 .06 .99 .4200 .21357

PSP 72 .00 .67 .2073 .16360

KP 72 .53 .82 .6625 .06614

Valid N (listwise) 72

Sumber : output SPSS, diolah penulis, 2010

Dari Tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa kelengkapan pengungkapan

(KP) laporan keuangan perusahaan minimum adalah sebesar 53% yang diperoleh

PT Taisho Pharmaceutical Indonesia sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan maksimal diperoleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 82%. Rata-rata tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang menjadi target populasi adalah 66,25%.

Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan logaritma total aktiva (LOGSIZE), menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang mempunyai ukuran perusahaan yang paling kecil yakni senilai 8,36 adalah PT Taisho Pharmaceutical Indonesia. Sedangkan nilai ukuran perusahaan yang paling besar senilai 14,22 dimiliki PT HM Sampoerna Tbk. Rata-rata nilai ukuran perusahaan yang diteliti selama 2007-2009 adalah sebesar 11,6788.


(60)

Variabel profitabilitas yang diukur dengan menggunakan net profit margin

(NPM), menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang mempunyai NPM yang

paling kecil yakni senilai 0,0020 atau 0,2% adalah PT Indofarma (persero) Tbk. Dalam tabel hanya terlihat 0,00 karena peneliti menggunakan 2 desimal dibelakang koma. Sedangkan nilai NPM yang paling besar senilai 0,31 atau 31 % dimiliki oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia. Rata-rata nilai NPM yang diteliti selama 2007 -2009 adalah sebesar 0,0747 atau 7,47%.

Variabel likuiditas yang diukur dengan menggunakan current ratio (CR), menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang mempunyai current ratio yang paling kecil yakni senilai 0,06 kali adalah PT Multi Bintang Indonesia. Sedangkan nilai

current ratio yang paling besar senilai 7,82 kali dimiliki oleh PT Aqua Golden

Missisipi Tbk. Rata-rata nilai current ratio yang diteliti selama 2007-2009 adalah sebesar 2,8162 kali.

Variabel leverage yang diukur dengan menggunakan debt to asset ratio

(DTAR), menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang mempunyai DTAR yang

paling kecil yakni senilai 0,06 atau 6% adalah PT Cahaya Kalbar Tbk. Sedangkan nilai DTAR yang paling besar senilai 0,99atau 99% dimiliki oleh PT Schering Plough Tbk. Rata-rata nilai current ratio yang diteliti selama 2007-2009 adalah sebesar 0,4200 atau 42%

Variabel porsi saham publik (PSP) yang menunjukkan perbandingan jumlah saham publik dengan jumlah saham perusahaan. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa porsi saham publik yang terkecil adalah 0,0030 atau 0,3% yakni pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Pada tabel hanya terlihat


(61)

0,00 karena peneliti hanya menggunakan 2 angka desimal dibelakang koma. Sedangkan nilai porsi saham publik terbesar ditunjukkan oleh PT. Mayora Indah Tbk yakni 0,67 atau 67%. Rata-rata nilai porsi saham publik yang diteliti selama 2007-2009 adalah sebesar 0,2073 atau 20,73%

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik untuk melihat normalitas data dilakukan dengan melihat grafik histogram dan kurva normal probability plot. Analisis statistik dilakukan dengan uji kolmogorov-Smirnov Test.

Grafik histogram menunjukkan apakah data berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan normal jika bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung seimbang, baik pada sisi kiri maupun sisi kanan, atau tidak condong ke kiri maupun ke kanan, melainkan ke tengah dengan bentuk seperti lonceng (Lubis,dkk, 2007: 29).


(62)

Gambar 4.1 Histogram

Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis, 2010

Pada histogram di atas, dapat dilihat bahwa bentuk kurva cenderung di tengah dan tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian berdistribusi normal.

Normalisasi data dapat diuji dengan menggunakan Normal P-Plot. Data dalam keadaaan normal apabila distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal (Lubis, 2007: 29). Hal ini dapat di lihat pada gambar 4.2 yang menunjukkan bahwa data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang berdistribusi


(63)

Gambar 4.2 Kurva Normal P-Plot

Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis, 2010

Analisis statistik dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk memastikan data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 72

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .05240092 Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .077

Negative -.043

Kolmogorov-Smirnov Z .654

Asymp. Sig. (2-tailed) .786 a. Test distribution is Normal.


(64)

Tabel 4.3 menunjukkan besarnya Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah 0,654 dan signifikansi pada 0,786 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi telah berdistribusi secara normal, dimana nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (p = 0,786 > 0,05).

b. Uji Multikolinieritas

Mendeteksi ada tidaknya gejala multikolonieritas adalah dengan melihat besaran korelasi antar variabel independen. Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10. Suatu data penelitian dikatakan terjadi multikolinieritas apabila tolerance value < 0,1 dan VIF > 10. Sebaliknya data yang terbebas dari multikolinieritas adalah tolerance value >0,1 dan VIF < 10. Hasil pengujian data disajikan pada tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4 Uji multikolinieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .254 .075 3.382 .001

LOGSIZE .032 .005 .661 5.952 .000 .771 1.297 NPM .126 .104 .131 1.206 .232 .810 1.235 CR .006 .004 .187 1.347 .183 .495 2.020 DTAR .001 .042 .003 .025 .980 .512 1.951 PSP .044 .041 .109 1.082 .283 .929 1.076 a. Dependent Variable: KP

sumber: output SPSS, diolah penulis, 2010

Hasil pengujian data pada tabel 4.4 menunjukkan nilai tolerance variabel independen lebih dari 0,10. Hal ini dilihat pada tolerance value LOGSIZE yaitu


(1)

Lampiran ix

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LOGSIZE 72 8.36 14.22 11.6788 1.37082

NPM 72 .00 .31 .0747 .06875

CR 72 .06 7.82 2.8162 2.07315

DTAR 72 .06 .99 .4200 .21357

PSP 72 .00 .67 .2073 .16360

KP 72 .53 .82 .6625 .06614

Valid N (listwise) 72

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 PSP, DTAR, LOGSIZE, NPM, CRa

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: KP


(2)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .610a .372 .325 .05435

a. Predictors: (Constant), TK, DAR, LOG_SIZE, NPM

b. Dependent Variable: VD

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .116 5 .023 7.827 .000a

Residual .195 66 .003

Total .311 71

a. Predictors: (Constant), PSP, DTAR, LOGSIZE, NPM, CR b. Dependent Variable: KP

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .254 .075 3.382 .001

LOGSIZE .032 .005 .661 5.952 .000

NPM .126 .104 .131 1.206 .232

CR .006 .004 .187 1.347 .183

DTAR .001 .042 .003 .025 .980

PSP .044 .041 .109 1.082 .283


(3)

Lampiran ix (lanjutan)


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 72

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .05240092

Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .077

Negative -.043

Kolmogorov-Smirnov Z .654

Asymp. Sig. (2-tailed) .786

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .254 .075 3.382 .001

LOGSIZE .032 .005 .661 5.952 .000 .771 1.297

NPM .126 .104 .131 1.206 .232 .810 1.235

CR .006 .004 .187 1.347 .183 .495 2.020

DTAR .001 .042 .003 .025 .980 .512 1.951

PSP .044 .041 .109 1.082 .283 .929 1.076


(5)

Lampiran ix (lanjutan)

Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.00051 Cases < Test Value 36 Cases >= Test Value 36

Total Cases 72

Number of Runs 36

Z -.237

Asymp. Sig. (2-tailed) .812

a. Median

Uji Durbin_Watson

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .610a .372 .325 .05435 1.710

a. Predictors: (Constant), PSP, DTAR, LOGSIZE, NPM, CR

b. Dependent Variable: KP

Uji Heteroskedastisitas


(6)

Pendekatan Statistik (Uji Gletser)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.001 .045 -.026 .979

LOGSIZE .003 .003 .127 .952 .344

NPM .033 .063 .068 .519 .605

CR -.001 .003 -.084 -.506 .615

DTAR -.009 .025 -.058 -.355 .724

PSP .051 .025 .249 2.050 .443


Dokumen yang terkait

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 59 9

Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 64 85

Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 86 96

Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia

0 30 88

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 10

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 6

PENGARUH KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 102

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 3 107

PENGARUH KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 15