9
berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks terutama pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting.
Menurut Andreas Dwijosumarto dalam seminar ketunarunguan di Bandung 1988 yang dikutip dari Permanarian Somad 1996: 27
mengemukakan tunarungu sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang
terutama melalui indera pendengaran. Dari beberapa beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa
tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan dari yang ringan sampai yang berat, digolongkan menjadi tuli atau kurang dengar. Pengertian
anak tunarungu dapat disimpulkan seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang
diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak
terhadap kehidupannya secara kompleks.
2. Klasifikasi Anak Tunarungu
Pada umumnya klasifikasi anak tunarungu dibagi atas dua golongan yaitu tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah seseorang yang mengalami
kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses bahasa melalui pendengaran, baik memakai alat bantu dengar ataupun tidak.
Sedangkan orang kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi ia masih
mempunyai sisa pendengaran dan pemakaian alat bantu mendengar
10
memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengarannya.
Klasifikasi anak tunarungu yang dikemukakan oleh Samuel A. Kirk yang dikutip Permanarian Somad 1996: 29 adalah sebagai berikut :
a. 0 dB
: menunjukkan pendengaran optimal. b.
0 - 26 dB : menunjukkan masih mempunyai pendengar normal.
c. 27 - 40 dB : menunjukkan kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang
jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi wicara tergolong
tunarungu ringan.
d. 41 - 55 dB : mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti
diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara tergolong tunarungu sedang.
e. 56 - 70 dB : hanya bisa mendengar suara dari arak yang dekat,masih
mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa ekspresif
ataupun reseptif
dan bicara
dengan menggunakan alat bantu dengar serta dengan cara yang
khusus tergolong tunarungu agak berat. f.
71 - 90 dB : hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang
intensif, membutuhkan alat bantu mendengar ABM dan latihan bicara secara khusus tergolong tunarungu berat.
g. 91 dB keatas : mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan
getaran, banyak tergantung pada penglihatan dari pada pendengarannya untuk proses menerima informasi dan
yang bersangkutan dianggap tuli tergolong tunarungu barat sekali.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak tunarungu dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu
tunarungu ringan,
tunarungu sedang
dan tunarungu
berat. Pengklasifikasian anak tunarungu digolongkan berdasarkan pada
kemampuan anak saat mendengar.
11
3. Karakteristik Anak Tunarungu