pemetaan adalah sebagai upaya memvisualisasikan letak geografis yang menjadi tempat digunakan suatu bentuk bahasa tertentu.
Geografi dialek adalah cabang dialektologi yang mempelajari hubungan yang terdapat di dalam ragam-ragam bahasa, dengan bertumpu kepada satuan
ruang atau tempat terwujudnya ragam-ragam tersebut Dubois dkk dalam Ayatrohaedi, 1983:29.Konsep di atas juga digunakan untuk melengkapi
penelitian tentang geografi dialek di Kabupaten Samosir. Dalam memperoleh hasil penelitian yang baik, penelitian geografi dialek
harus didasarkan pada dua hal yaitu: 1.
Pengamatan yang setara terhadap daerah yang diteliti 2.
Bahannya harus dapat diperbandingkan sesamanya, dan keterangan yang bertalian dengan kenyataan-kenyataannya dikumpulkan dengan aturan dan cara
yang sama. Menurut Keraf 1984:143, geografi dialek mempelajari variasi-variasi
bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam suatu wilayah bahasa. Geografi dialek mengungkapkan fakta-fakta tentang perluasan ciri-ciri linguistis yang sekarang
tercatat sebagai ciri-ciri dialek. Berdasarkan konsep di atas, diharapkan akan ditemukannya suatu bentuk
dialek beserta variasi kosa kata dari bahasa yang akan diteliti.
3.1.3 Isoglos dan Peta Bahasa
Dubois dkk 1973 dalam Ayatrohaedi, 1983:5 menyatakan bahwa isoglos atau garis watas kata adalah garis yang memisahkan dua lingkungan dialek atau
bahasa berdasarkan wujud atau sistem kedua lingkungan itu yang berbeda, yang
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan di dalam peta bahasa. Untuk memperoleh gambaran yang benar mengenai batas-batas dialek, dibuat watas kata yang merangkum segala segi
kebahasaan fonologi, morfologi, semantik, leksikal, sintaksis dari hal-hal yang diperkirakan akan memberikan hasil yang memuaskan.
Menurut Kridalaksana 1984:78, isoglos adalah garis pada peta bahasa atau peta dialek yang menandai batas pemakaian ciri atau unsur bahasa. Jadi isoglos
dapat menunjukkan batas-batas dari dialek dan dapat menunjukkan perkembangan yang terjadi pada daerah pemakai bahasa.
Ayatrohaedi 1983:31 menyatakan bahwa gambaran umum mengenai sejumlah dialek akan tampak jelas jika semua gejala kebahasaan yang ditampilkan
dari bahan yang terkumpul selama penelitian itu dipetakan. Dengan peta-peta bahasa itu, baik perpaduan maupun persamaan yang terdapat di antara dialek-
dialek yang diteliti itu dapat merupakan alat bantu yang demikian penting di dalam usaha menyatakan kenyataan-kenyataan tersebut. Jadi garis-garis isoglos
yang menunjukkan batas-batas suatu dialek dapat dilihat pada peta bahasa. Ada dua jenis peta yang digunakan dalam dialektologi yaitu peta peragaan
display map dan peta penafsiran interpretative map Chamber dan Trudgill dalam Mahsun, 1995:58.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan peta
peragaan dan peta penafsiran untuk menyatakan gambaran umum mengenai sejumlah dialek.
Peta peragaan merupakan peta yang berisi tabulasi data lapangan dengan maksud agar data-data itu tergambar dalam perspektif yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
geografis.Dalam peta peragaan tercakup distribusi geografis perbedaan-perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang terdapat di antara daerah pengamatan Mahsun,
1995:59. Peta penafsiran merupan peta yang memuat akumulasi pernyataan-
pernyataan umum tentang distribusi perbedaan-perbedaan unsur linguistik yang dihasilkan berdasarkan peta peragaan.Peta penafsiran merupakan peta yang berisi
hal-hal yang berkaitan dengan inovasi dan relik, juga termasuk peta berkas isoglos Mahsun, 1995:68.
3.1.4 Bahasa