digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kegemaran menggambarnya di kalangan sekolah dan memberikan
bimbingan menggambar tentang teknik-teknik menggambar yang baik. e.
Tahap Perspektif
Ketika anak-anak masih berusia 10 tahun, bentuk gambar yang dihasilkan selalu rata. Namun, ketika usia mereka beranjak naik, dari 10
sampai 14 tahun mereka akan kembali merasakan hambatan dalam belajar menggambar, ketika mereka memasuki tahap menggambar
perspektif. Pada tahap ini, figur manusia digambar dengan detail yang lebih besar, gerakan badan dapat ditangkap dan diintepretasikan, serta
bagian badan sudah proposional. Begitu juga dengan warna yang digunakan untuk mengekspresikan kesan visual sama seperti pengalaman
emosional. Dalam prosesnya pada tahap ini, seorang remaja mulai
memperhatikan munculnya identitas diri mereka sendiri. Kapasitas keintelektualan dan kreativitas mereka telah banyak bertambah dan
diekspresikan secara verbal serta empati kepada orang lain. Peran konselor pada tahap ini adalah mendorong anak atau remaja tersebut
untuk mengerti dan menghadapi konflik-konflik emosi yang sering bergabung dengan perkembangan tahap ini, serta membantu mereka
mengembangkan rasa percaya diri yang mereka miliki. Adapun konseling anak dengan terapi menggambar sendiri memiliki
beberapa langkah, diantaranya sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
a. Mengembangkan hubungan rapport
Menjalin hubungan
merupakan langkah
awal untuk
menumbuhkan kepercayaan dan kenyamanan anak atau klien pada terapis. Apabila anak sudah merasa nyaman dan dapat mempercayai
terpias, maka kecenderungan anak atau klien akan lebih terbuka untuk
mengungkapkan apa yang dialami. b.
Memberikan kesempatan anak menggambar
Terapis dapat memulai dengan warna karena warna memiliki simbol kuat. Salurkan perasaan lewat warna; pilih bentuk atau obyek
dalam pikiran; teruslah menggambar hingga tak memiliki lagi apa pun
dalam pikiran. c.
Mencermati dan menganalisis gambar anak
Terapis mencermati dan menganalisis gambar untuk mencari tahu
makna gambar. d.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam tentang apa
yang dirasakan dan dipikirkan anak. e.
Anak diminta menceritakan gambar
Setelah menggambar, anak dapat diminta untuk menceritakan gambar. Namun jika anak enggan, maka terapis yang lebih aktif untuk
bertanya pada anak tentang gambar yang telah dibuat anak.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
f. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mencermati
perilaku anak. g.
Konseling
Konseling dilakukan sebagai upaya tindak lanjut untuk membantu anak menuntaskan masalahnya. Sasaran konseling tidak hanya pada
anak, namun memungkinkan juga melibatkan orangtua atau pihak lain yang terkait dengan masalah anak
20
.
C. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang
tentang diri mereka sendiri – karakteristik fisik, psikologis, sosial dan
emosional, aspirasi dan prestasi. Semua konsep diri mencakup citra fisik dan psikologis diri.
Citra fisik diri biasanya terbentuk pertama-tama dan berkaitan dengan penampilan fisik anak, daya tariknya dan kesesuaian atau
ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya – dan pentingnya berbagai bagian
tubuh untuk perilaku dan harga diri anak itu dimata yang lain. Citra psikologis diri sendiri didasarkan atas pikiran, perasaan dan
emosi; citra ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi
20
Muthmainnah, “Peranan Menggambar Sebagai Katarsis Emosi Anak”, PAUD FIP Universitas Negeri Yogyakarta, 10 Agustus 2015, hal. 528-529.