UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague dawley

(1)

ABSTRAK

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI

GINJAL TIKUS PUTIH GALUR Sprague dawley Oleh

ALVIONITA NUR FITRIANA

Daun sambung nyawa (Gynura procumbens) banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman herbal. Tanaman ini digunakan untuk pencegahan kanker maupun obat herbal pendamping kemoterapi sehingga dapat mempercepat penyembuhan dan meminimalisir efek samping dari kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah peningkatan dosis ekstrak etanol daun sambung nyawa (Gynura procumbens) dapat menyebabkan perubahan pada gambaran histopatologi ginjal.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dan sampel diambil secara acak terkontrol. 25 tikus yang dugunakan kemudian dibagi menjadi 5 kelompok dan diberi perlakuan selama 14 hari. Kelompok 1 (KI) merupakan kelompok kontrol negatif dengan pemberian akuades, dan kelompok 2, 3, 4, dan 5 merupakan kelompok perlakuan dengan dosis ekstrak masing–masing 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, 1500 mg/kgBB, dan 2000 mg/kgBB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor kerusakan ginjal pada K1 3,50±0,577; K2 3,80±0,837; K3 3,40±0,548; K4 5,60±0,548; K5 5,50±1,000. Hasil uji Kruskal Wallis didapatkan p=0,005. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian perlakuan terhadap gambaran kerusakan ginjal tikus pada minimal 2 kelompok. Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc Mann-Whitney

didapatkan hasil perbedaan signifikan (p<0,05) antara kelompok 1 (K1) dengan kelompok 4 dan 5. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sambung nyawa dapat menimbulkan kerusakan gambaran histopatologis ginjal tikus putih galur Sprague dawley pada peningkatan dosis diatas 1500 mg/kgBB hingga 2000 mg/kgBB.


(2)

ABSTRACT

TOXICITY OF SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens) LEAF ETHANOL EXTRACT ON RENAL HISTOPATOLOGICAL ANALYSIS

OF Sprague dawley RATS By

ALVIONITA NUR FITRIANA

Sambung nyawa leaf used by Indonesian as a herbal drug. This leaf used as prevention or as co-chemotherapy so the side effect of chemical drugs that used during chemotherapy can be minimalizied and made the healing process faster. This study suggested whether sambung nyawa leaf has side effect which could damage renal histopatological structure in rats.

This study used experimental method which samples used randomized controlled design. 25 rats were broadly divided into 5 groups and treated for 14 days. First goup (KI) was a negative control group which aquadest given as treatment, and the rest of it (2 nd, 3 rd, 4 th, and 5 th group) were treated with ethanol extract of sambung nyawa’s leaf with each dose 500 mg/kg body weight, 1000 mg/kg body weight, 1500 mg/kg body weight, 2000 mg/kg body weight.

The result of this study showed the mean score of renal’s damage were K1 3,50±0,577; K2 3,80±0,837; K3 3,40±0,548; K4 5,60±0,548; K5 5,50±1,000. Result of Kruskal Wallis test obtained p value=0,005. It means that there was an effect of ethanol extract of sambung nyawa leaf on histopathological analysis on 2 groups minimal. Next test was Post Hoc Mann-Whitney test and showed that there were significant differencies between first group as negative control group and 4 th and 5 th group. This result showed that increasing the dose until 1500 mg/kg body weight and 2000 mg/kg body weight of ethanol extract sambung nyawa leaf could damage renal’s histopathological stucture of Sprague dawley rats

Key words: chemotherapy, renal’s histopathological structure, sambung nyawa’s leaf, toxicity test.


(3)

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI

GINJAL TIKUS PUTIH GALUR Sprague dawley

Oleh

ALVIONITA NUR FITIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

Judul Skripsi

NamaMahasiswa No. PokokMahasiswa Program Studi

Fakultas

dr. Novita Carolia, M.Sc NrP. 1983 I I 10200801200r

: UJI TOtr(SISITAS EI(STRAK ETANOL DAT}NI SAMBI.ING NYAWA (Gynura procumbens) TERIIADAP GAMBARAN

}IISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague dawley

: Alvionita Nur Fitriana :1118011003

: Pendidikan Dok ter :Kedokteran

-/

,

MEI\IYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

W

dr. Liana Sidhaiti,

IU.I(M

_;5w

t 980050820 0604200 t

2. Dekan Fakultas Kedokteran

yarso, M.Biomed 9570424198703 1001


(5)

l.

Tim Penguji

Ketua

Sekretaris

Penguji

Bukan Pembimbing

MENGESAIIKAN

: dr. Novjta Carolia, M.Sc

/:^

./'

'rdr.

Lfana Sidharti,

M.I{.M

:

dlEty.a,priliaqa

1t{. Piomed

2. Dekan Fakultas Kedokteran

rso, M. Biomed 95704241987031001

ffi

'&

wffiwr'

\3,i;",lH*s


(6)

I

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya, bahwa

1.

Skripsi dengan judul "UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DATIN SAMBLING NYAWA (Gynura Pracumbens) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH GALUR Sprague dawley" adalah hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara tidak sesuai dengan etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiarisme

2.

Hak intelektual atas karya ilmiah

ini

diserahakan sepenuhnya kepada Universitas Lampung

Atas

pernyataan

ini,

apabila dikemudian

hari

ternayta ditemukan adanya

ketidakbenarafl, s&ya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya

Bandar Lampung, Januari 2015 Pembuat pernyatan,

Alvionita Nur Fitriana NPM 1118011003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tulungagung, Jawa Timur pada tanggal 25 Maret 1993. Lahir sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan suami istri, Bapak Ir. Noer Soedjarwanto, MT dan Ibu Siti Masruroh, S.Pd.

Pendidikan Taman Kanak–Kanak diselesaikan di RA Quratul A’in Cimahi Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada tahun 1998. Pendidikan sekolah dasar dijalani di SDN 1 Cimahi selama 1 tahun dari tahun 1988-1999, kemudian penulis pindah ke SDN 1 Bolorejo, kabupaten Tulungagung, Jawa Timur hingga selesai pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP N 1 Tulungagung pada tahun 2008. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA N 1 Kedungwaru pada tahun 2011.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran program studi Pendidikan Dokter melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai staf dan sekertaris Dinas Pendidikan dan Profesi BEM Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan anggota Paduan Suara Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(8)

Kupersembahkan karya ilmiah ini untuk Papa, Mama, Adik, dan

kedua kucing kecilku sebagai tanda terima kasih yang tiada terhingga.

Terimakasih banyak atas segala dukungan dan kasih sayang dari kalian

selama ini meskipun karya ilmiah ini tidak dapat menggantikan seluruh

keringat, waktu, dan materi yang telah kalian relakan untuk

membantuku selama menjalani perkuliahan ini akan tetapi aku berharap

semoga karya ilmiah ini dapat menjadi bukti kesungguhanku dalam

menjalankan amanah dari kalian.

Kupersembahkan pula karya ilmiah ini kepada kedua dosen pembimbing

ku dan dosen penguji sebagai rasa terima kasih atas waktu dan

pengetahuan yang telah diberikan selama penyusunan karya ilmiah ini.

My friends and family are my support system. They tell me what I

need to hear, not what I want to hear and they are there for me in the

good and bad times. Without them I have no idea where I would be and

I know that their love for me is what's keeping my head above the water.

Kelly Clarkson


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Sambung Nyawa (Gynura Procumbens) Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Putih Galur

Sprague dawley” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Dr. Sutyarso, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran.

3. dr. Novita Carolia, M.Sc selaku Pembimbing Utama atas segala kesediaan dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran, kritik, dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. dr. Liana Sidharti, M.K.M selaku Pembimbing Kedua atas waktu, pikiran, saran, bimbingan, serta kesabarannya dalam membimbing saya hingga skripsi ini selesai.


(10)

5. dr. Ety Apriliani, M. Biomed selaku Penguji Utama pada ujian skripsi dan sebagai Pembimbing Akademik. Terima kasih atas motivasi, dukungan, saran dan kritik membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kedua orangtuaku yang senantiasa mendukung dan selalu ada untukku. Terima kasih atas segala doa yang tak pernah terlupa di setiap shalatmu, segala bentuk dukungan dalam bentuk apapun termasuk materi, motivasi, nasehat, pengalaman hidup, dan kesabaran dalam menghadapi anakmu ini. Maaf bila ananda sering mengecewakan dan belum bisa membanggakan, sesungguhnya aku takkan menjadi seperti sekarang ini bila tanpa genggaman tanganmu, bapak ibu.

7. Adikku Nabila Balqish yang selalu memberikan dukungan, perhatian, menjadi teman dikala jenuh, dan semoga dapat menjadi anak yang berprestasi serta membanggakan kedua orang tua.

8. Staf-staf dosen yang telah menjadi guru saya, sangat banyak ilmu yang telah diberikan, dan hanya Tuhan yang bisa membalas semua hal yang telah beliau– beliau berikan kepada saya. Staf Akademik dan Tata Usaha Fakultas Kedokteran yang telah membantu saya dalam segala administrasi di kampus.

9. Drh. Syarifah Alawiyah dan Pak Joko selaku pengurus Laboratorium Patologi Anatomi Balai Veteriner. Terimakasih telah membantu saya dalam proses pembuatan preparat dan pembacaan preparat. Bapak Sugiyo selaku pengurus kandang pada hewan coba Balai Verteriner Bandar Lampung. Terimakasih telah mengizinkan saya untuk memelihara hewan coba.


(11)

10.Jun, selaku asisten dosen kimia organik. Terimakasih telah membantu saya dalam proses pembuatan ekstrak sambung nyawa.

11.Teman-teman alumni kelas 12 IPA 2 dan kelas 10 C SMAN 1 Kedungwaru yang sudah banyak membantu dalam pencarian jurnal dan tak henti memberikan support serta menjadi teman dikala jenuh.

12.Sahabatku dan teman seperjuanganku, Andini Saraswati, Devi Putri A.S, dan Intan Mayangsari. Terimakasih atas segala suka dan duka yang telah kita lewati bersama dan juga segala waktu bahagia, tenaga tanpa pamrih, Semoga semua angan dan harapan yang kita inginkan akan tercapai kelak dan persahabatan ini tetap terjaga selamanya.

13.Teman sejawat satu angkatan 2011, terimakasih telah memberikan saya kesempatan untuk mengenal kalian. Semoga kita dapat membanggakan almamater tercinta dan menjadi dokter yang berguna untuk nusa dan bangsa. 14.Teman-teman Asisten Dosen Farmakologi, Nycho, Dessy, Yogie, Rifka, dan Karimah, yang telah bekerja sama dalam membimbing adik-adik tingkat dalam perkuliahan Farmakologi.

15.Teman-teman satu tim penelitian Dea Litha, Yogie dan Nycho yang telah membantu dalam proses penelitian mulai dari perawatan hingga perlakuan selama penelitian.

16.Teman-teman tutorial 1, Azatu, Giok, Rifka, Zuryati, Sakinah, Fauziah, Topaz, dan Mahendra yang telah berbagi ilmu pada akhir semester di Fakultas Kedokteran.

17.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya (angkatan 2002-2014) yang sudah memberikan semangat kebersamaan satu kedokteran


(12)

18.Dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih telah membantu dalam kelancaran skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis


(13)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3 . Tujuan Penelitian ... 5

1.4 . Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Ginjal ... 7

2.1.1 Anatomi Ginjal ... 7

2.1.2 Histologi Ginjal... 10

2.1.3 Fisiologi Ginjal ... 12

2.2 Gynura procumbens ... 15

2.2.1 Klasifikasi ... 15


(14)

ii

2.2.3 Kandungan Kimia pada Gynura procumbens ... 18

2.2.4 Manfaat Gynura procumbens ...20

2.3 Uji Toksisitas ... 23

2.3.1 Uji Toksisitas Akut ... 25

2.3.2 Uji Toksisitas Sub Kronik ... 27

2.4. Kerangka Penelitian ... 28

2.4.1. Kerangka teori ... 28

2.4.2 Kerangka konsep ... 30

2.5 Hipotesis ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Rancangan Penelitian ... 32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1 Besar Sampel ... 33

3.3.2 Kriteria Sampel ... 33

3.4 Identifikasi Variabel ... 34

3.4.1 Variabel Bebas ... 34

3.4.2 Variabel Tergantung ... 34

3.5 Definisi Operasional ... 34

3.6 Bahan daan Alat Penelitian ... 36

3.6.1 Bahan Penelitian ... 36

3.6.2 Alat Penelitian ... 36

3.7 Jalannya Penelitian ... 37

3.7.1 Metode pembuatan ekstrak etanol daun sambung nyawa...37

3.7.2 Prosedur pemberian dosis ekstrak daun sambung nyawa... 38

3.7.3 Prosedur penelitian...39

3.8 Analisis Data... 40

3.9 Etika Penelitian ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.1.1Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus ... 45


(15)

iii

4.2 Pembahasan ... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Definisi operasional ... 35

Tabel 2. Rerata skor kerusakan ginjal tikus ... 49

Tabel 3. Hasil rerata gambaran histopatologi kerusakan ginjal ... 50

Tabel 4. Analisis Saphiro–Wilk gambaran kerusakan ginjal ... 51


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Uji Statistik ... 66 Lampiran 2. Dokumentasi Perlakuan ... 78 Lampiran 3. Dokumentasi Pembuatan Preparat ... 80


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Anatomi ginjal manusia ... 8

Gambar 2. Sirkulasi Ginjal ... 9

Gambar 3. Histologi ginjal manusia ... 10

Gambar 4. Gynura Procumbens ... 15

Gambar 5. Diagram Kerangka Teori Penelitian ... 29

Gambar 6. Diagram Kerangka Konsep Penelitian ... 30

Gambar 7. Rancangan Penelitian ... 43

Gambar 8. Pemeriksaan Mikroskopis ... 48


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena kanker. Jika tidak diambil tindakan pengendalian yang memadai, pada tahun 2030 diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta di antaranya akan meninggal dunia karena kanker. Kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (UICC, 2009).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk. Kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia dengan presentasi 5,7% dari seluruh penyebab kematian. Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010, Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di Indonesia, dengan jumlah pasien sebanyak 12.014 orang (28,7%) untuk kanker payudara, dan kanker leher rahim 5.349 orang (12,8%), leukemia 4.342 orang (10,4%),

lymphoma 3.486 orang (8,3%) dan kanker paru 3.244 orang (7,8%). (Riskesdas, 2013).


(20)

2

Kanker payudara tersebut ditemukan 80% dalam stadium lanjut sehingga sukar disembuhkan. Banyak faktor resiko yang dapat memicu muncul nya kanker tersebut, antara lain: genetik (faktor keturunan), faktor lingkungan (radikal bebas), gaya hidup, faktor makanan, infeksi, virus, gangguan keseimbangan hormonal, bahkan faktor kejiwaan dan emosional (Maharani, 2010).

Terapi kanker payudara yang banyak digunakan saat ini adalah pembedahan dan kemoterapi. Setelah pembedahan selesai dilakukan, dilanjutkan penggunaan obat-obat kemoterapi dan obat pengganti hormon selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Pengobatan dengan cara ini dapat menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Penggunan beberapa jenis kemoterapi terbukti lebih efektif bila dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Obat-obatan tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara secara penuh tanpa pembedahan ataupun penyinaran. Lemas adalah efek samping yang mungkin dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan. Mual dan muntah juga merupakan efek samping yang umum ditemukan (Ranggiasanka, 2010). Kemoterapi juga dapat mengakibatkan penurunan jumlah sel darah putih (leukosit). Penurunan jumlah sel darah putih tersebut mengakibatkan kekebalan seorang individu akan menurun (Brunner & Suddarth, 2002).

Pemerintah Indonesia saat ini sedang menggalakan pemakaian bahan tradisional sebagai bahan alternatif pengobatan karena, Indonesia kaya akan


(21)

3

tanaman berkhasiat obat dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku. Pemerintah khususnya Departemen Kesehatan dalam PP RI no 8/1999 menyatakan anjuran untuk menggunakan dan mengembangkan penelitian tanaman obat yang berkhasiat dalam mengurangi dan menyembuhkan rasa sakit dengan alasan, harganya yang relatif dapat dijangkau masyarakat, mudah diperoleh dan penggunaannya cukup praktis (Farmakope, 1995).

Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai tanaman obat untuk membantu penyembuhan kanker adalah Gynura Procumbens. Ekstrak etanolik

Gynura Procumbens memiliki kandungan flavonoid dan terbukti mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara (Sugiyanto et al., 2003; Jenie & Meiyanto, 2007). Secara in vitro, senyawa flovanoid telah terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat. Flavonoid, sebagai antioksidan, dapat menghambat penggumpalan keping-keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah, dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker (Heri, 2007; Mangan, 2005).

Daun sambung nyawa (Gynura Procumbens) mengandung flavonoid (7, 3, 4 trihidroksi-flavon), glikosida kuersetin, asam fenoleat (terdiri dari asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksi benzoat, asam vanilat), triterpenoid, sapoin, steroid, dan minyak atsiri. Puslitbang (Pusat Penelitian dan Pengembangan) Farmasi, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes),


(22)

4

Departemen Kesehatan, melaporkan bahwa kandungan kimia tanaman sambung nyawa (Gynura Procumbens) terdiri dari minyak atsiri, flavonoid, sapoin, alkaloid, dan tanin (Winarto & Tim Karyasari, 2004).

Uji efek penghambatan karsinogenitas benzo(a)pirena oleh preparat tradisional sambung nyawa (Gynura Procumbens) dilakukan pertama kali oleh Sugiyanto, B. Sudarto, dan Edy Meiyanto pada tahun 1993 dari Fakultas Farmasi UGM dan kemudian terus dikembangkan pada tahun 2007. Sediaan yang digunakan berupa infus 10%, infus 20 %, ekstrak etanol, dan ekstrak eter serbuk daun kering. Hasilnya didapatkan bahwa efek penghambatan karsinogenik mulai tampak pada pemberian ekstrak etanol daun sambung nyawa dan dapat menurunkan presentasi mencit yang terkena tumor sebesar 23 % (Winarto & Tim Karyasari, 2004).

Rosida, et al. pada tahun 2009 mulai melakukan penelitian mengenai toksisitas ekstrak etanol sambung nyawa (Gynura procumbens). Penelitian dilakukan selama 13 minggu dengan menggunakan tikus galur Sprague dawley yang berumur delapan minggu. Dari hasil penelitian didapati bahwa ekstrak etanol daun sambung nyawa (Gynura Procumbens) tidak menyebabkan perubahan pada ukuran, berat, serta penampakan secara makroskopis pada organ-organ vital tikus (Rosidah et al., 2009).

Pengamatan toksisitas secara mikroskopik (histopatologi jaringan) belum dilakukan sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui toksisitas ekstrak etanol


(23)

5

daun Gynura Procumbens terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih galur Sprague dawley.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pemberian dosis tinggi ekstrak etanol daun Gynura Procumbens

(sambung nyawa) dapat bersifat toksik terhadap gambaran histopatologis ginjal tikus putih galur Sprague dawley?

1.3Tujuan penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh toksik pemberian dosis tinggi ekstrak etanol daun

Gynura Procumbens terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih galur Sprague dawley.

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti. 2. Bagi masyarakat/institusi, dapat memberikan informasi berapa dosis

maksimal yang dapat dikonsumsi serta efek samping apa saja yang dapat timbul pada organ ginjal dari penggunaan ekstrak daun Sambung Nyawa (Gynura Procumbens).

3. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) meningkatkan iklim penelitian dibidang agromedicine sehingga dapat menunjang


(24)

6

pencapaian visi FK Unila 2025 sebagai fakultas kedokteran sepuluh terbaik di Indonesia pada tahun 2025 dengan kekhususan agromedicine.

4. Bagi peneliti lain, dapat membuka penelitian lanjutan untuk dapat meningkatkan status sambung nyawa yang selama ini lebih dikenal sebagai tanaman jamu, sehingga sambung nyawa diharapkan dapat berkembang menjadi fitofarmaka yang telah distandarisasi.


(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Ginjal

2.1.1 Anatomi Ginjal

Ginjal merupakan organ berwarna coklat kemerahan seperti kacang merah yang terletak tinggi pada dinding posterior abdomen, berjumlah sebanyak dua buah dimana masing-masing terletak dikanan dan kiri

columna vertebralis (Snell, 2006). Kedua ginjal terletak di retroperitoneal pada dinding abdomen, masing-masing disisi kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra torakal 12 sampai vertebra lumbal tiga. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dari pada ginjal kiri karena besarnya lobus hati kanan (Moore & Anne, 2012).

Pada struktur luar ginjal didapati kapsul fibrosa yang keras dan berfungsi untuk melindungi struktur bagian dalam yang rapuh (Guyton & Hall, 2008). Pada tepi medial masing-masing ginjal yang cekung terdapat celah vertikal yang dikenal sebagai hilum renale yaitu tempat arteri renalis masuk dan vena renalis serta pelvis renalis keluar (Moore & Anne, 2012).


(26)

8

Gambar 1. Anatomi ginjal manusia Sumber: Sloane, 2004

Ginjal dibagi dua dari atas ke bawah, dua daerah utama yang dapat digambarkan yaitu korteks dibagian luar dan medulla dibagian dalam (Guyton & Hall, 2008). Masing-masing ginjal terdiri dari 1–4 juta nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal, nefron terdiri atas korpuskulum renal, tubulus kontortus proksimal, ansa henle dan tubulus kontortus distal (Junqueira & Carneriro, 2007).

Setiap korpuskulum renal terdiri atas seberkas kapiler berupa glomelurus yang dikelilingi oleh kapsula epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman. Lapisan viseralis atau lapisan dalam kapsula ini meliputi glomerulus, sedangkan lapisan luar yang membentuk batas korpuskulum renal disebut lapisan parietal. Di antara kedua lapisan kapsula bowman terdapat ruang urinarius yang menampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan viseral (Junqueira & Carneriro, 2007).


(27)

9

Tubulus renal yang berawal pada korpuskulum renal adalah tubulus kontortus proksimal, tubulus ini terletak pada korteks yang kemudian turun ke dalam medula dan menjadi ansa henle. Ansa henle terdiri atas beberapa segmen, antara lain segmen desenden tebal tubulus kontortus proksimal, segmen asenden dan desenden tipis, dan segmen tebal tubulus kontortus distal (Eroschenko, 2010).

Gambar 2. Sirkulasi ginjal Sumber: Sloane, 2004

Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis yang letaknya setinggi diskus intervertebralis vertebra lumbal satu dan vertebra lumbal dua (Moore & Anne, 2012). Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum dan kemudian bercabang membentuk arteri interlobaris, arteri arkuata,


(28)

10

arteri interlobularis dan arteriol aferen yang menuju ke kapiler glomelurus (Guyton & Hall, 2008). Sistem vena pada ginjal berjalan paralel dengan sistem arteriol dan membentuk vena interlobularis, vena arkuata, vena interlobaris dan vena renalis (Guyton & Hall, 2008). Persarafan ginjal berasal dari pleksus renalis dari serabut simpatis dan parasimpatis (Moore & Anne, 2012).

2.1.2 Histologi Ginjal

Satuan fungsi ginjal terdiri atas nefron dan duktus koligentes yang menampung curahan nefron, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa di bagian korteks setiap ginjal terdapat jutaan nefron. Nefron ini terdiri atas dua komponen, yaitu korpuskulum renal dan tubuli distal (tubulus kontortus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal dan tubulus koligentes) (Eroschenko, 2010).

Gambar 3. Histologi ginjal manusia Sumber: Slomianka, 2009

Tubulus kontortus distal

Tubulus kontortus proksimal Brush Border


(29)

11

Berikut karakteristik masing-masing bagian ginjal: a. Korpuskulum renal

Korpuskulum renal bergaris tengah kira-kira 200 μm, terdiri atas seberkas kapiler yaitu glomerulus, dan dikelilingi oleh kapsula epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman (Junqueira & Carneriro, 2007).

b. Tubulus kontortus proksimal

Tubulus kontortus proksimal dilapisi oleh sel-sel selapis kuboid atau silindris. Sel-sel ini memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan oleh adanya mitokondria panjang dalam jumlah besar, apeks sel memiliki banyak mikrovili dengan panjang kira-kira satu μm yang membentuk suatu brush border (Junqueira & Carneriro, 2007). c. Lengkung henle

Lengkung henle merupakan struktur yang berbentuk lengkungan yang terdiri atas ruas tebal desenden, ruas tipis desenden, ruas tipis asenden dan ruas tebal asenden. Lumen ruas nefron ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel gepeng yang intinya hanya sedikit menonjol ke dalam lumen (Junqueira & Carneriro, 2007).

d. Tubulus kontortus distal

Tubulus kontortus distal merupakan bagian terakhir dari nefron yang dilapisi oleh sel epitel selapis kuboid. Sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih kecil dibandingkan dengan tubulus proksimal, maka tampak lebih banyak sel dan inti pada tubulus distal (Junqueira & Carneriro, 2007).


(30)

12

e. Tubulus koligentes

Tubulus koligentes dilapisi epitel sel kuboid dan bergaris tengah

lebih kurang 40 μm, sewaktu tubulus masuk lebih dalam ke dalam medula, sel-selnya meninggi sampai menjadi sel silindris (Junqueira & Carneriro, 2007).

2.1.3 Fisiologi Ginjal

Ginjal memiliki berbagai fungsi antara lain, ekskresi produk sisa metabolisme dan bahan kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan osmolaritas cairan tubuh, pengaturan keseimbangan asam dan basa, sekresi dan ekskresi hormon dan glukoneogenesis (Guyton & Hall, 2008). Price & Wilson pada tahun 2006 menjelaskan fungsi utama ginjal sebagai fungsi ekskresi dan non ekskresi. Fungsi ekskresinya antara lain untuk mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mili Osmol dengan mengubah ekskresi air, mempertahankan volume ECF (Extra Cellular Fluid) dan tekanan darah dengan mengubah ekskresi natrium, untuk mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu dalam rentang normal. Serta untuk mempertahankan derajat keasaman/pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan hidrogen dan membentuk kembali karbonat. Fungsi ekskresi ginjal juga meliputi ekskresi produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea, asam urat dan kreatinin) dan sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat.


(31)

13

Fungsi non-ekskresinya meliputi sintesis dan aktifasi hormon, mensekresi renin yang memilliki peran penting dalam pengaturan tekanan darah, menghasilkan eritropoetin untuk merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang, serta mensekresi prostaglandin, yang berperan sebagai vasodilator dan bekerja secara lokal serta melindungi dari kerusakan iskemik ginjal. Sebagai fungsinya sebagai organ non-ekskresi, ginjal juga mendegradasi hormon polipeptida, insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon pertumbuhan, ADH (antidiuretik hormon) dan hormon gastrointestinal. Sistem ekskresi terdiri atas dua buah ginjal dan saluran keluar urin (Price & Wilson, 2006).

Ginjal adalah organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk-produk ini meliputi urea (dari sisa metabolisme asam amino), kreatin asam urat (dari asam nukleat), dan produk akhir dari pemecahan hemoglobin (bilirubin). Ginjal tersusun dari beberapa juta unit fungsional (nefron) yang akan melakukan ultrafiltrasi terkait dengan ekskresi (pembentukan urin) dan reabsorpsi (Guyton & Hall, 2008).

Ultrafiltrat hasil dari ultrafiltrasi akan dialirkan ke tubulus proksimal untuk direabsorpsi melalui brush border dengan mengambil kembali bahan-bahan yang dibutuhkan tubuh seperti gula, asam-asam amino, vitamin dan sebagainya. Sisa buangan yang tidak diperlukan kemudian


(32)

14

disalurkan ke saluran penampung (collecting tubulus) dan diekskresikan sebagai urin. Fungsi ini dilakukan melalui filtrasi darah plasma melalui glomerulus diikuti dengan reabsorpsi di sepanjang tubulus ginjal (Soeksmanto, 2006).

Beberapa obat diekskresi melalui ginjal. Fungsi ekskresi disini merupakan resultan dari 3 proses, yaitu filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan reabsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal. Sebelum memasuki ginjal, di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat dikeluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi, atau biasa dikenal dengan ADME. Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses. Setelah diabsorpsi obat akan didistribusi keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah, karena selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya (Putradewa, 2010). Darah dari arteri masuk ke jaringan kapiler melalui arteri afferent. Apabila tekanan intra-kapiler lebih tinggi daripada tekanan dalam tubulus lumen, cairan yang mengandung senyawa teriarut pada plasma disaring menembus dinding kapiler dan melalui pori-pori epitelium kapsul Bowman menuju lumen tubulus. Filtrasi glomelurus dibatasi oleh suatu ukuran molekul senyawa yaitu kurang dari 20.000 dan dalam bentuk bebasnya. Selanjutnya filtrat akan melalui lumen tubulus


(33)

15

proksimal, lengkung Henle dan tubulus distal memasuki duktus kolektifus. Selama proses ini senyawa obat dapat mengalami reabsorpsi ke sirkulasi sistemik kembali (Neal, 2005).

2.2 Sambung Nyawa (Gynura Procumbens) 2.2.1 Klasifikasi

Klasifikasi tanaman Sambung nyawa (Gynura Procumbens) adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Asterales

Suku : Compositae

Marga : Gynura

Jenis : Gynura Procumbens (Lour) Merr (Winarto et al, 2004).

Gambar 4. Gynura Procumbens


(34)

16

2.2.2 Deskripsi

Sambung nyawa (Gynura Procumbens L. M.) sebenarnya sudah banyak dikenal baik oleh para penjual obat herbal maupun sebagian masyarakat peminat tanaman obat. Penggunaan nama ilmiah tanaman ini masih sering rancu karena sering dikelirukan dengan tanaman lain yang masih satu famili, yaitu daun dewa (Gynura pseudochina DC.) (Winarto, 2004).

Dalam penamaan Indonesia, sambung nyawa sering disebut daun dewa atau sebaliknya daun dewa sering disebut daun sambung nyawa. Sambung nyawa sering disebut juga sebagai ngokilo dan daun dewa sebagai umbi dewa. Adanya komunikasi antara pemilik perkebunan tanaman obat dan para penjual obat herbal dengan lembaga-lembaga penelitian membuat makin diterimanya atau dimengerti bahwa yang disebut sambung nyawa adalah daun dewa tidak berumbi, sedangkan daun dewa adalah sambung nyawa berumbi. Umbi diterima sebagai penciri utama antara sambung nyawa dan daun dewa (Winarto, 2004).

Berdasarkan literatur dan Hasil Kajian Determinasi Tumbuhan (cara pengidentifikasian tumbuh-tumbuhan dengan cara membandingkan morfologi dan antomi) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Penelitian Biologi Bogor, disebutkan bahwa daun dewa adalah Gynura pseudochina (Lour.) DC dan sambung nyawa adalah


(35)

17

sambung nyawa sebagai Gynura procumbens L. M. pun dipakai secara luas di mancanegara termasuk di Botanical Garden Singapura (Winarto, 2004).

Sambung nyawa berasal dari dataran Cina, tetapi penyebarannya di Indonesia sudah hampir di seluruh nusantara, di Birma, Srilanka, dan Cina. Habitat sambung nyawa berada di hutan belantara termasuk semak belukar. Sekarang tanaman ini sudah banyak ditanam di sekitar pekarangan rumah di daerah Jakarta. Sambung nyawa akan tumbuh baik pada ketinggian 1–300 m dpl dan dapat hidup hingga ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (dpl) (Winarto, 2004).

Sambung nyawa merupakan tumbuhan semak semusim dengan tinggi sekitar 20–60 cm. Berbatang lunak, dengan penampang bulat dan berwarna ungu kehijauan. Berdaun tunggal, berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tepi daun rata atau agak bergelombang, serta panjangnya bisa mencapai 15 cm dan lebar tujuh cm. Daun bertangkai, letak berseling, berdaging, ujung dan pangkal meruncing, serta pertulangan menyirip. Sambung nyawa berakar serabut dan tidak berbunga (Suharmiati & Herti, 2006).

Bau harum akan timbul apabila daunnya dimemarkan. Batangnya lunak dan cenderung roboh. Bagian batang yang menempel ke tanah, biasanya terbentuk akar. Batangnya bersegi agak lunak dan berair, hanya sedikit


(36)

18

berkayu. Pada bagian ujung tidak berbulu atau berbulu jarang, bercabang, dan berwarna hijau muda. Panjangnya sampai tiga meter atau lebih. Beberapa hobiis memangkas tanaman tersebut saat tumbuh tegak sebelum roboh dan membiarkan tunas-tunas tumbuh di batangnya sehingga lama-kelamaan membesar dan berkayu, serupa dengan tanaman pohon rendah yang batangnya berkayu (Winarto, 2004).

2.2.3 Kandungan Kimia Sambung Nyawa (Gynura Procumbens)

Tanaman sambung nyawa (Gynura Procumbens) mempunyai kandungan kimia yang bermanfaat bagi manusia. Berbagai kandungan yang diketahui diantaranya saponin dan flavonoida (berupa asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat, dan asam vanilat) (Suharmiati & Maryani, 2006). Puslitbang Farmasi, Balai Penelitian dan Pengengembang Kesehatan (Balitbangkes), Departemen Kesehatan, melaporkan bahwa kandungan kimia tanaman sambung nyawa terdiri dari minyak atsiri, flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin (Winarto, 2004).

Daun tanaman Sambung nyawa (Gynura procumbens) mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri (Pramono & Sudarto, 1985). Hasil penelitian lain melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat (Suganda et al., 1988),


(37)

19

asparaginase (Mulyadi, 1989). Hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis yang dilakukan Sudarsono et al. pada tahun 2002 mendeteksi adanya sterol, triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyak atsiri. Sugiyanto et al. pada tahun 2003 juga menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dalam fraksi polar etanol daun tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens) terdapat tiga flavonoid golongan flavon dan flavonol. Juga disebutkan bahwa sambung nyawa (Gynuraprocumbens) mengandung sterols, glikosida sterol, quercetin, O-neohesperidosida, kaempferol-3-glukosida, quercetin-3-O-rhamnosyl(1-6)galaktosida, quercetin – 3-O-rhamnosyl (1-6) glukosida.

Daun sambung nyawa (Gynura Procumbens) mengandung empat senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid (triterpenoid). Metabolit yang terdapat dalam ekstrak yang larut dalam etanol 96% antara lain asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam kumarat, asam hidroksi benzoat. Hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapisan tipis dapat mendeteksi keberadaan sterol, triterpen, senyawa fenolik (antara lain flavonoid), polifenol, dan minyak atsiri. Komponen minyak atsiri paling sedikit terdiri dari enam senyawa monoterpen, empat senyawa seskuiterpen, dua macam senyawa dengan ikatan rangkap, empat senyawa dengan gugus aldehida dan keton. Hasil penelitian dalam upaya isolasi flavonoid dilaporkan keberadaan dua macam senyawa flavonoid yaitu bercak satu terdiri dari dua buah


(38)

20

senyawa flavonol dan auron, sedangkan pada bercak dua diduga kaemferol (suatu flavonol). Senyawa yang terkandung dalam etanol daun antara lain flavon / flavonol (3-hidroksi flavon) dengan gugus hidroksil pada posisi 4', 7' dan 6', atau 8', dengan substitusi gugus 5 hidroksi. Bila senyawa tersebut suatu flavonol, maka gugus hidroksil pada posisi 3' dalam keadaan tersubstitusi. Di samping itu diduga keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6' atau 7', 8' (cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B (Muminarsi, 2012).

2.2.4 Manfaat sambung nyawa (Gynura Procumbens)

Tanaman ini sering digunakan sebagai obat maupun makanan untuk kesehatan, dapat berupa lalapan maupun berupa kapsul atau teh. Di Jawa Barat, masyarakat Sunda sering mengkonsumsi sambung nyawa sebagai lalapan (Suharmiati & Herti, 2006).

Efek farmakologi yang tercatat untuk sambung nyawa antara lain sebagai berikut:

1) Puslitbang Farmasi Balitbang Depkes melaporkan bahwa secara empiris sambung nyawa dapat digunakan untuk menurunkan panas, mengobati sakit limpa, menghilangkan sakit karena pukulan, mengobati sakit ginjal, mengobati sakit kulit, menurunkan gula darah, menurunkan tekanan darah, antimikroba, dan anti karsinogenik.


(39)

21

2) Indonesian Journal of Pharmacy volume 12 dan volume 13 melaporkan bahwa sambung nyawa bersifat sitotoksik terhadap sel kanker.

3) The Journal of Indonesian Medical Plants volume 6 no 1

melaporkan hasil penelitian tentang sambung nyawa yang memiliki efek antikarsinogenik dan dapat menghambat pembentukan batu kandung kemih

4) Singapore Medical Journal Volume 41 melaporkan bahwa berdasarkan hasil penelitian diketahui sambung nyawa berkhasiat untuk mengobati hipertensi, stroke, dan penyakit jantung.

5) Menurut Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma, sambung nyawa dapat digunakan untuk mengobati radang pita suara, diabetes, tekanan darah tinggi, menghilangkan slem atau riak, radang tenggorokan, batuk, sinusitis, polip, dan amandel (Winarto, 2004).

Pembuktian secara ilmiah mengenai khasiat tanaman ini melalui penelitian telah banyak dilakukan salah satunya Sugiyanto et al. pada tahun 1993, melaporkan adanya efek penghambatan karsinogenitas benzo(a)piren (BAP) oleh preparat tradisional tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens). Penelitian Meiyanto pada tahun 1996 juga menyatakan bahwa ekstrak etanol daun Gynura procumbens (Lour.) Merr. mampu memberikan efek antimutagenik terhadap tumor paru mencit yang diakibatkan oleh benzo(a)piren (BAP).


(40)

22

Selain menghambat karsinogenitas pada kanker paru, sambung nyawa (Gynura procumbens) juga diketahui mampu menghambat karsinogenitas kanker payudara. Pemberian post inisiasi ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens) dosis 250 mg/kgBB dan 750 mg/kgBB dapat mengurangi insidensi kanker payudara tikus yang diinduksi dengan dimetil benz(a)antrazena (DMBA), menurunkan rata-rata jumlah nodul tiap tikus serta secara kualitatif menurunkan ekspresi COX-2 sebagai enzim yang berperan dalam angiogenesis (Meiyanto et al., 2007). Dosis ini nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan uji toksisitas.

Penelitian Meiyanto dan Septisetyani pada tahun 2005 menyatakan bahwa fraksi XIX-XX ESN memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks, HeLa, dengan IC50 119 μg/ml. Fraksi tersebut juga menghambat proliferasi sel HeLa dan dapat menginduksi terjadinya apopotosis.

Penelitian lebih jauh oleh Maryati pada tahun 2006 menunjukkan flavonoid yang diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens) memiliki aktivitas sitotoksik dengan IC50 sebesar 98 μg/ml terhadap sel T47D dan secara kualitatif meningkatkan ekspresi p53 dan Bax (regulator apoptosis). Hasil tersebut menguatkan hasil penelitian sebelumnya baik terhadap ekstrak etanolik maupun fraksi-fraksinya yang mengarahkan pada efek


(41)

23

kemopreventif Gynura procumbens, baik sebagai blocking maupun

suppressing. Ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens) juga dilaporkan memiliki efek antiangiogenik, sehingga tanaman ini berpotensi sebagai antimetastasis, anti-invasi (Jenie &

Meiyanto, 2006).

Menurut Akiyama et al. pada tahun 2001 dalam studinya yang diterbitkan oleh Journal of Antimicrobial Chemotherapy diketahui bahwa senyawa astringen dari tanin yang terkandung dalam sambung nyawa dapat merangsang pembentukan kompleks senyawa ikatan tubuh terhadap enzim atau substrat mikroba sehingga proses penularan dari bakteri tidak dapat terjadi. Studi preklinis lain yang dilakukan oleh Lia Angelin Adriana pada tahun 2006 menunjukkan bahwa ekstrak umbi Gynura procumbens (Lour.) Merr dapat meningkatkan peningkatan sel imunitas tubuh (makrofag) yang terinfeksi oleh

Salmonella typhimurium. 2.3Uji Toksisitas

Uji toksisitas merupakan uji untuk mengamati aktivitas farmakologi suatu senyawa. Prinsip uji toksisitas adalah bahwa komponen bioaktif selalu bersifat toksik jika diberikan dengan dosis tinggi dan menjadi obat pada dosis rendah. Zat atau senyawa asing yang ada di lingkungan akan terserap ke dalam tubuh secara difusi dan langsung memengaruhi kehidupannya. Uji toksisitas digunakan untuk mengetahui pengaruh racun yang dihasilkan oleh dosis tunggal dari suatu campuran zat kimia pada hewan coba sebagai uji pra skrining


(42)

24

senyawa bioaktif antikanker (Hamburger & Hostettmann, 1991; Mc. Laughlin & Rogers, 1998).

Uji toksisitas mempunyai korelasi dengan aktivitas obat antikanker. Berdasarkan pada nilai-nilai IC50, sitotoksisitas yang tingkat ekstrak dapat dibagi menjadi kuat (<100 μg/ml), sedang (101-200 μg/ml), dan lemah (>200

μg/ml). Semakin rendah nilai IC50semakin tinggi toksisitas terhadap kematian hewan percobaan, maka senyawa tersebut aktif terhadap sel tumor atau sel kanker (Subarnas et al., 2008).

Salah satu metode yang digunakan untuk menguji senyawa yang memiliki bioaktivitas sebagai antikanker dari senyawa yang diisolasi adalah Brine shrimp lethality test (BSLT), dimana tujuan dari penggunaan metode ini adalah sebagai uji pendahuluan yang dapat mendukung penemuan senyawa-senyawa antikanker. Sebelum percobaan toksikologi dilakukan sebaIiknya telah ada data mengenai identifikasi, sifat obat dan rencana penggunaanya. Data ini dapat dipakai untuk mengarahkan percobaan toksisitas yang akan dilakukan (Ganiswara, 1995 & Radji, 2004).

Uji toksisitas terdiri atas dua jenis yaitu toksisitas umum (akut, subakut/subkronis, kronis) dan toksisitas khusus (teratogenik, mutagenik,dan karsinogenik). Dalam uji toksisitas perlu dibedakan obat tradisional yang dipakai secara singkat dan yang dipakai dalam jangka waktu lama (Depkes, 2000).


(43)

25

Pengujian toksisitas biasanya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Uji toksisitas akut

Uji ini dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji sebanyak satu kali, atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.

2. Uji toksisitas jangka pendek (sub kronik)

Uji ini dilakukan dengan memberikan bahan tersebut berulang-ulang, biasanya setiap hari, atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10% dari masa hidup hewan, yaitu tiga bulan untuk tikus dan satu atau dua tahun untuk anjing.

3. Uji toksisitas jangka panjang (kronik).

Percobaan jenis ini mencakup pemberian obat secara berulang selama 3–6 bulan atau seumur hewan, misalnya 18 bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7–10 tahun untuk anjing dan monyet (Radji, 2004).

2.3.1 Uji Toksisitas Akut

Percobaan toksisitas ini meliputi Single Dose Experiments yang dievaluasi 3–14 hari sesudahnya, tergantung dari gejala yang ditimbulkan. Tes toksisitas akut ini dirancang untuk menentukan efek yang terjadi dalam periode waktu yang singkat setelah pemberian dosis. Tes-tes ini dapat menentukan hubungan suatu dosis respons dan nilai LD50 jika diperlukan (Timbrell, 2002). Tujuan uji toksisitas akut suatu obat tradisional adalah untuk menetapkan potensi toksisitas akut (LD50), menilai berbagai gejala klinis, spektrum efek toksik, dan mekanisme kematian (Depkes, 2000). Percobaan ini juga dapat


(44)

26

menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama (Radji, 2004).

Untuk uji toksisitas akut obat tradisional perlu dilakukan pada sekurang-kurangnya satu spesies hewan coba biasanya spesies pengerat yaitu mencit atau tikus (Lu, 1995). Sampel hewan coba untuk masing-masing kelompok perlakuan perlu mencukupi jumlahnya untuk memungkinkan estimasi insiden dan frekuensi efek toksik. Biasanya digunakan 4–6 kelompok hewan coba (Depkes, 2000). Secara umum obat harus diberikan melalui jalur yang biasa digunakan pada manusia yaitu jalur oral. Jalur oral paling sering digunakan, bila diberikan per oral, zat tersebut harus diberikan dengan sonde (Radji, 2004).

Pengamatan hewan coba sudah dimulai sejak masa persiapan sebelum diberikan perlakuan (fase penyesuaian hewan coba terhadap situasi dan kondisi pelaksanaan eksperimen). Setelah mendapatkan perlakuan berupa pemberian obat tradisional uji dosis tunggal maka, dilakukan pengamatan secara intensif, cermat, dan dengan frekuensi dan selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu untuk pengamatan yang lazim adalah 7–14 hari, bahkan dapat lebih lama antara lain dalam kaitan pemulihan gejala toksik (Depkes, 2000).


(45)

27

2.3.2 Uji toksisitas Subkronik

Uji toksisitas subkronis adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji serta untuk memperlihatkan apakah spektrum efek toksik itu berkaitan dengan takaran dosis (Donatus, 2001).

Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dari uji ketoksikan subkronis meliputi:

1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali.

2. Masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan yang diukur paling tidak tujuh hari sekali.

3. Gejala kronis umum yang diamati setiap hari.

4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali pada awal dan akhir uji coba.

5. Pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji coba.

6. Analisis urin paling tidak sekali.

7. Pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba (Loomis, 1978).

Hasil uji toksisitas subkronis akan memberikan informasi yang bermanfaat tentang efek utama senyawa uji dan organ sasaran yang dipengaruhinya. Hasil uji juga dapat memberikan info tentang


(46)

28

perkembangan efek toksik yang lambat berkaitan dengan takaran yang tidak teramati pada uji toksisitas akut. Hubungan antar kadar senyawa pada darah dan jaringan terhadap perkembangan luka toksik dan keterbalikan efek toksik juga dapat dilihat pada uji ini (Donatus, 2001). Tujuan utama dari uji ini adalah untuk mengungkapkan dosis tertinggi yang diberikan tanpa memberikan efek merugikan serta untuk mengetahui pengaruh senyawa kimia terhadap badan dalam pemberian berulang (Eatau & Klaassen, 2001).

2.4Kerangka penelitian 2.4.1 Kerangka teori

Penyakit yang terjadi pada organ ginjal beraneka ragam tergantung dari penyebabnya baik lokal ataupun sistemik. Kerusakan yang terjadi bisa mengakibatkan hanya berupa peradangan, obstruksi karena terbentuknya batu di ginjal ataupun tumor ginjal yang pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan organ ginjal dalam menjalankan fungsinya atau yang sering disebut gangguan ginjal akut bahkan sampai gagal ginjal kronik (Sudoyo et al., 2009). Kerusakan yang biasa terjadi umumnya ditandai dengan adanya gangguan ginjal atau nefrotoksisitas yang bisa menyebabkan nekrosis sel tubulus terutama pada tubulus proksimal (Sharma et al., 2012).


(47)

29

Gambar 5. Diagram Kerangka Teori Penelitian

Penggunaan ektrak etanol 96% daun sambung nyawa yang mengandung

flavonoid

Minyak atsiri

Saponin Tannin Triterpen

steroida

Peningkatan dosis 2000mg/kgBB

Kerusakan pada organ dalam tubuh

Kerusakan pada jaringan

ginjal

Nekrosis sentrolobuler

hati

Kerusakan epitel mukosa

lambung

Menimbulkan sumbatan pada

pemb. darah Menghambat proloferasi


(48)

30

2.4.2 Kerangka konsep penelitian

Gambar 6. Diagram Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

 : Variabel independen

 : Variabel dependen Ekstrak etanol daun

sambung nyawa

Dosis 500

mg/kgBB ekstrak etanol 96% 3 x7 selama 14 hari

Dosis 2000 mg/kgBB ekstrak etanol 96% 3x7 selama 14 hari Dosis 1500 mg/kgBB ekstrak etanol 96% 3x7 selama 14 hari Dosis 1000 mg/kgBB ekstrak etanol 96% 3x7

selama 14 hari Kerusakan

sel pada organ ginjal


(49)

31

2.5 Hipotesis

1. Pemberian dosis tinggi ekstrak etanol daun Gynura Procumbens

(sambung nyawa) dapat bersifat toksik terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih jantan galur Sprague dawley.


(50)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok diberi perlakuan eksperimental (kelompok eksperimen) dan yang lain diberi aquadest (kelompok kontrol). Efek suatu perlakuan terhadap variabel dependen akan di uji dengan cara membandingkan keadaan variabel dependen pada kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.

3.2Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada November–Desember 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran dan Universitas Lampung untuk proses pembuatan ekstraksi. Perawatan dan perlakuan sampel bertempat di Balai Veteriner Lampung. Pemeriksaan histopatologi pada ginjal tikus putih jantan galur Sprague dawley


(51)

33

3.3Populasi dan Sampel

Sesuai dengan rancangan penelitian, maka sampel (tikus) yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya 30 dan dibagi dalam lima kelompok yang tidak berpasangan, yaitu satu kelompok kontrol dan empat kelompok perlakuan. Kelompok kontrol hanya akan mendapat pemberian aquades. Kelompok satu perlakuan akan mendapat pemberian ekstrak daun sambung nyawa 500 mg/kgBB, kelompok dua perlakuan mendapat pemberian ekstrak daun sambung nyawa 1000 mg/kgBB, kelompok tiga perlakuan mendapat pemberian ekstrak daun sambung nyawa 1500 mg/kgBB dan kelompok empat perlakuan mendapat pemberian ekstrak daun sambung nyawa 2000 mg/kgBB (Rosidah, 2009).

3.3.1 Besar sampel

Untuk menghitung besar sampel digunakan rumus Federer sebagai berikut :

Dari rumus di atas dapat dilakukan perhitungan besaran sampel sebagai berikut: t = 5, maka didapatkan :

(n-1)(t-1) ≥ 15 (n-1)(5-1) ≥ 15 (n-1)4 ≥ 15

(4n-4) ≥ 15 4n ≥ 19 n ≥ 19/4 (n-1)(t-1) ≥ 15


(52)

34

n ≥ 4.75 n ≥ 5

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah lima per kelompok. Maka jumlah sampel yang diperlukan untuk percobaan ini adalah sebanyak 25 ekor tikus.

3.3.2 Kriteria sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan (Sprague dawley) yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

Kriteria Inklusi :

a. Tikus putih jantan dewasa (Sprague dawley)

b. Umur 8 minggu

c. Berat badan tikus 180 – 200 gram d. Kesehatan umum baik

Kriteria Ekslusi : Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus, genital).

3.4Identifikasi variabel

3.4.1 Variabel bebas : Ekstrak etanol daun sambung nyawa 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, 1500 mg/kgBB, 2000 mg/kgBB.


(53)

35

3.5Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional

Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur Variabel bebas: Dosis ekstrak etanol 96 % daun

sambung nyawa

Dosis efektif tengah ekstrak

etanol daun

sambung nyawa

adalah 200

mg/KgBB.

 Kelompok I (kontrol negatif)= pemberian

aquadest 1 ml.

 Kelompok II (perlakuan coba)=pember ian ekstrak etanol daun sambung nyawa 500 mg/KgBB.

 Kelompok III (perlakuan coba)=pember ian ekstrak etanol daun sambung nyawa 1000 mg/KgBB.

 Kelompok IV (perlakuan coba)=pember ian ekstrak etanol daun sambugn nyawa 1500 mg/KgBB.

 Kelompok V (perlakuan coba)=pember ian ekstrak etanol daun sambung nyawa 2000 mg/KgBB.

Menimbang ekstrak dan menghitung pengenceran Analytical Balance, gelas ukur, pipet tetes Didapatka n ekstrak daun sambung nyawa dengan dosis 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, 1500 mg/kgBB, dan 2000 mg/kgBB Ordinal


(54)

36 Variable Terikat: Gambaran histopatologi ginjal tikus Gambaran

kerusakan ginjal tikus dilihat dengan melakukan pengamatan sediaan histopatologi menggunakan mikroskop cahaya dengan

perbesaran 40x, kerusakan ginjal ditandai dengan adanya nekrosis pada jaringan, kongesti pada pembuluh darah, dan perdarahan. Masing–masing

skor dari

kerusakan

tersebut adalah sebagai berikut.

 Nekrosis. 0=tidak ada nekrosis, 1=nekrosis fokal, 2=nekrosis multifokal  Kongesti. 0=tidak ada kongesti, 1=kongesti ringan, 2=kongesti berat  Perdarahan. 0=tidak ada perdarahan, 1=perdarahan ringan, 2=perdarahan berat (Ndagu, 2013) Pengamatan melalui mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x Mikroskop cahaya Kerusakan jaringan ginjal berupa perdarahan , kongesti, dan nekrosis.


(55)

37

3.6Bahan dan alat penelitian

3.6.1 Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah: 1. Tikus putih jantan galur Sprague dawley

2. Ekstrak daun sambung nyawa (500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, 1500 mg/kgBB, 2000 mg/kgBB)

3. Pakan standar tikus

4. Aquadest

5. Bahan untuk pembuatan preparat histopatologi

3.6.2 Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: 1. Kandang tikus dan perlengkapannya

2. Sonde lambung

3. Seperangkat alat bedah minor untuk pengambilan organ tikus 4. Alat untuk pembuatan preparat histopatologi

5. Mikroskop

3.7Jalannya Penelitian

3.7.1 Metode pembuatan ekstrak etanol daun sambung nyawa

Daun sambung nyawa dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan. Kemudian dijemur di bawah panas matahari tidak langsung dengan ditutupi kain berwarna gelap. Setelah kering, daun kemudian dibuat serbuk dan diayak hingga diperoleh serbuk daun sambung nyawa. Sebanyak 500 gram serbuk diekstrak dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 1,5 L. Pengadukan dilakukan dua kali yaitu pada pagi dan sore hari, setelah 3 x 24 jam


(56)

38

dilakukan penyaringan. Ampas dimaserasi kembali dengan pelarut etanol 96% sebanyak 1,5 L. Proses maserasi dilakukan sebanyak tiga kali. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan kemudian diendapkan, lalu disaring untuk selanjutnya diuapkan dengan pengurangan tekanan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental (Gofur et al., 2009).

3.7.2 Prosedur pemberian dosis ekstrak daun sambung nyawa.

Dosis yang akan digunakan pada penelitian diambil dari pertengahan dosis efektif berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Meiyanto pada tahun 2007 yaitu sebanyak 500mg/kgBB. Dosis untuk kelompok perlakuan kedua yang akan digunakan yaitu 500mg/kgBB kemudian dosis kelompok perlakuan ketiga hasil pengalian dua kali dari dosis kedua, yaitu 1000 mg/kgBB, sedangkan dosis kelompok perlakuan keempat adalah hasil pengalian 1,5 kali dari dosis kedua yaitu 1500 mg/kgBB, dan dosis kelompok perlakuan kelima merupakan hasil pengalian empat kali dosis kedua yaitu 2000 mg/kgBB.

a. Dosis untuk tiap tikus pada kelompok II

500 mg/kgBB x 0,2 kg (berat badan tikus)= 100 mg b. Dosis untuk tiap tikus pada kelompok III

1000 mg/kgBB x 0,2 kg (berat badan tikus)= 200 mg c. Dosis untuk tiap tikus pada kelompok IV

1500 mg/kgBB x 0,2 kg (berat badan tikus)= 300 mg d. Dosis untuk tiap tikus pada kelompok V


(57)

39

Volume ekstrak etanol daun sambung nyawa diberikan secara peroral sebanyak 1 ml yang merupakan volume yang boleh diberikan berdasarkan pada volume normal lambung tikus yaitu 3–5 ml. Hal ini dikarenakan, jika pemberian lebih dari 1 ml, dikhawatirkan tidak akan ada cukup ruang untuk makanan yang dikonsumsi tikus, dan jika volume ekstrak melebihi volume lambung, dapat berakibat dilatasi lambung secara akut yang dapat menyebabkan robeknya saluran cerna (Ngatidjan, 2006). Ekstrak etanol disuspensikan dalam aquades dengan suspending agent CMC Na 0,5 % di dalam mortir (Goffur, 2009). Larutan aquadest yang perlu ditambahkan untuk membuat larutan stok adalah sebanyak 200 ml. Untuk memperoleh kadar 100 mg, 200 mg, 300 mg, dan 400 mg tiap 1 ml larutan, maka diperlukan ekstrak sebanyak:

a. Untuk dosis 100 mg tiap 1 ml pada kelompok II

= x g x = 20.000 mg x = 20 gr

Jadi, ekstrak yang perlu ditambahkan dalam 200 ml aquades adalah 80 gr

b. Untuk dosis 200 mg tiap 1 ml pada kelompok III

=

x

g X= 40.000 mg


(58)

40

X = 40 gr

Jadi, ekstrak yang akan ditambahkan dalam 200 ml aquades adalah sebanyak 40 gr.

c. Untuk dosis 300 mg tiap 1 ml (kelompok IV)

=

x

g X= 60.000 mg X = 60 gr

Jadi, ekstrak yang akan ditambahkan dalam 200 ml aquades adalah 60 gr.

d. Untuk dosis 400 mg tiap 1 ml (kelompok V)

=

x

g X= 80.000 mg X = 80 gr

Jadi, ekstrak yang akan ditambahkan dalam 200 ml aquades adalah 60 gr.

3.7.3 Prosedur penelitian

Percobaan menggunakan 25 ekor tikus yang dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok perlakuan pertama terdiri dari lima ekor tikus yang hanya diberi aquades 1 ml. Kelompok perlakuan kedua, terdiri dari lima ekor tikus dengan pemberian ekstrak 500 mg/kgBB, kelompok perlakuan ketiga, terdiri dari lima ekor tikus dengan


(59)

41

pemberian ekstrak 1000 mg/kgBB, kelompok perlakuan keempat terdiri dari lima ekor tikus dengan pemberian ekstrak 1500 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan kelima terdiri dari lima ekor tikus dengan diberi ekstrak 2000 mg/kgBB. Pemberian ekstrak pada kelompok perlakuan satu sampai dengan empat adalah tiga kali dalam seminggu. Perlakuan dilakukan selama dua minggu. Pada hari ke–14, semua hewan percobaan dekapitasi dengan anastesi menggunakan chloroform. Selanjutnya diproses dengan metode baku histologi, kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis setelah dilakukan pembuatan preparat sesuai prosedur. Setiap mencit dibuat preparat ginjal dan tiap preparat dibaca dalam lima lapangan pandang yaitu keempat sudut dan bagian tengah preparat dengan perbesaran 100× dan 400× dengan batasan jumlah sel 20 sel tiap lapang pandang. Sasaran yang dibaca adalah perubahan struktur histologis tubulus kontortus proksimal ginjal mencit karena sel epitel tubulus proksimal peka terhadap anoksia dan mudah hancur karena keracunan akibat kontak dengan bahan-bahan yang diekskresikan melalui ginjal.

3.8Analisis data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif.

2. Uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau belum. Uji ini dilakukan apabila jumlah sampel <50. Apabila


(60)

42

data belum terdistribusi secara normal, maka perlu ditranformasikan terlebih dahulu.

3. Uji Efek Perlakuan

Apabila data memenuhi syarat (terdistribusi normal dan varian data sama) maka, digunakan uji statistik parametrik yaitu One Way Anova. Jika variabel hasil transformasi tidak terdistribusi normal atau varians tetap tidak sama, maka alternatifnya dipilih uji Kruskal-Wallis.

Jika pada uji One Way Anova ataupun Kruskal-Wallis menghasilkan nilai p <0,05, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis Least Significant Difference – test (LSD) Post Hoc Test untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna.


(61)

43

Gambar 7. Rancangan Penelitian Populasi Sampel kelompok I 5 ekor tikus diberikan akuades 1 ml 3x seminggu kelompok II , 5 ekor tikus (ekstrak daun sambung nyawa 500 mg/kgBB) 3x seminggu kelompok III, 5 ekor tikus (ekstrak daun sambung nyawa 1000 mg/kgBB) 3x seminggu kelompok IV, 5 ekor tikus (ekstrak daun sambung nyawa 1500 mg/kgBB) 3x seminggu kelompok V, 5 ekor tikus (ekstrak daun sambung nyawa 2000 mg/kgBB) 3x seminggu Fase Adaptasi 4–7 hari

Semua tikus diterminasi pada hari keempat belas pemberian ekstrak etanol daun sambung nyawa

Pembuatan preparat histopatologi ginjal tikus


(62)

44

3.9Etika Penelitian

Penelitian ini telah disetujui Komisi Etik Peneletian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan surat nomor 0101/UN26/8/DT/2015 dan dengan menerapkan perinsip 3R dalam protokol, yaitu:

1. Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengamatan terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh mahluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. 2. Reduction diartikan sebagai pemanfaatan hewan dalam penelitian

sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optima.

3. Refinement adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi memelihara hewan dengan baik, tidak menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir penelitian (Ridwan, 2013).


(63)

59

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

1. Penggunaan dosis tinggi hingga mencapai 1500 mg/kgBB dan 2000 mg/kgBB ekstrak etanol daun sambung nyawa (Gynura procumbens) dapat bersifat toksik terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih jantan galur Sprague dawley.

5.2Saran

1. Peneliti lain disarankan untuk menguji lebih lanjut toksisitas sub akut dan kronik dari ekstrak etanol daun sambung nyawa.

2. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang potensi zat-zat aktif alami yang dapat menimbulkan kerusakan pada organ tubuh terutama ginjal.


(64)

60

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, A.L., 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Umbi Gynura Procumbens

(Lour.) Merr terhadap Sekresi No Makrofag Mencit BALB/C Yang Diinfeksi Salmonella Thypimurium. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Surakarta.

Akiyama, H., Fujii, K., Yamasaki, O., Oono, T., Iwatsuki, K., 2001. Antibacterial Action of Several Tannins Against Staphylococcus aureus. J of Antimicrobial Chemotherapy. 48; 487-491.

Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. 8th ed. EGC. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. 3rd ed. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia. 4th ed. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Direktorat Jendral POM Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta.

Donatus, I.A., 2001. Toksikologi Dasar. Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Eatau, D.L and Klaassen, C.D., 2001. Principle of Toxicology. In: Klaassen C.D. (Ed), Casarett and Doull’s Toxicology : The Basic Science of Poison. 6th ed. Mc. Graw Hill. New Yorks.


(65)

61

Eroschenko, V.P., 2010. Atlas histologi difiore. 11th ed. EGC. Jakarta.

Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi. 4th ed. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Guyton, A.C. and Hall JE., 2008. Buku ajar Fisiologi kedokteran. 6th ed. EGC. Jakarta.

Gofur, A., Hamid, I. S., dan Meiyanto, E., 2009. Ekspresi CYP1A1 dan GST serta mutasi gen p53 dan H-ras setelah induksi 7,12-dimethyl benz(a)antrasen (DMBA) dan pemberian anti karsinogenesis Gynura Procumbens pada tikus galur Sprague dawley. Prosiding Seminar Nasional Biologi XX. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.

Hamburger M., K. Hostettmann., 1991. Bioactivity in plants: the link between Phythochemistry and Medicine. Phytochemistry. 30; 364-3874.

Heri, 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Jenie, R.I., Meiyanto, E., Murwanti, R., 2006, Efek antiangiogenik ekstrak etanolik daun sambung nyawa ( Gynura procumbens (Lour.)Merr.) pada membran korio alantois (CAM) embrio ayam. Majalah Farmasi Indonesia. 17(1); 50-55.

Jenie, R. I., Meiyanto, E., 2007. Aplikasi Ko-Kemoterapi Doxorubicin-Fraksi Etil Asetat daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan T47D. Doctoral dissertation. Universitas Gadjah Mada.

Junqueira L. C. and Carneriro J., 2007. Histologi dasar teks dan atlas. 10th ed. EGC. Jakarta.

Khakim JL. 2007. Pengaruh jus buah papaya (Carica papaya) terhadap kerusakan histologis lambung mencit yang diinduksi aspirin. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku ajar patologi. 7th ed. Jakarta: EGC, hlm. 571–608.


(66)

62

Loomis, T.A., 1978. Toksikologi Dasar. diterjemahkan oleh Imono Argo Donatos. 3th ed. IKIP Semarang Press. Semarang.

Lu, C. T., 1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. 3th ed. UI Press. Jakarta. 14-20.

Maharani, S., 2010. Herbal Sebagai Obat Bagi Penderita Penyakit Mematikan. A Plus Book. Yogyakarta

Mangan, Y., 2003. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. PT Agromedia Pustaka. Depok.

Maryati, 2006. Mekanisme Antiproliferatif Isolat Flavonoid Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) terhadap sel T47D. Tesis. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Mclaughlin and Rogers. 1998. The Use Of Biologocal Assays To Evaluate Botanical. Drug Information Journa. 32; 513–524.

Meiyanto, E., 1996, Efek antimutagenik beberapa fraksi ekstrak alkohol daun G. Procumbens (Lour.) Merr. Laporan penelitian. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Meiyanto, E., Sri T., Sugiyanto, Handayani, 2012. Ekstrak Etanolik Daun Gynura procumbens (Luor) Merr. Menghambat Proliferasi Sel Kanker Payudara Tikus Pada Karsiogenesis Yang Diinduksi Dengan dimetilbenz(a)antrazena (DMBA). J Farmasi Indonesia PHARMACHON.13; 12 – 5.

Meiyanto, E., Septisetyani, E.P., 2005. Efek antiproliferatif danapoptosis fraksi fenolik ekstrak etanolik daun G. Procumbens (Lour)Merr. Terhadap Sel HeLa. Artocarpus. 2(5); 74-80.

Moore, K.L. and Anne M.R., 2012. Anatomi klinis dasar. Hipokrates. Jakarta. 278 – 9.

Muminarsi, 2012. Ilmu obat dan obat tradisional. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Sorong.


(67)

63

Ndagu, L. F., Anak A.G.A., I Ketut B., 2013. Madu Berefek Protektif Terhadap Infiltrasi Sel Radang dan Perdarahan Ginjal Akibat Induksi Aspirin. J. Ind. Medicus Veterinus 2(1):102–14.

Neal, M.J., 2005, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi V, Erlangga, Jakarta.

Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium Dalam Toksikologi. Penerbit Bagian Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Putradewa. 2010. Farmakologi,

http://putramahadewa.wordpress.com/2010/03/30/farma-kologi. [20 November 2014]

Price, Sylvia A dan Lorraine M. W., 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Radji, M., Harmita, 2004. Buku Ajar Analisis Hayati. Departemen Farmasi FMIPA UI. Depok.

Ranggiasanka, A., 2010. Waspada Kanker Pada Pria dan Wanita. Hanggar Kreator. Yogyakarta.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta.

Rosidah., Mun F. Y., Amirin S., Mariam A., Gabriel A. A., Mohammad Z. A., 2009. Toxicology evaluation of standardized methanol extract of Gynura procumbens. J Of Ethnopharmacology. 244 – 9.

Setiawati A., Endah P.S., Muhammad R.R., 2010. Sambung Nyawa (gynura procumbens) sebagai kemopreventif. UGM. Yogyakarta.

Sharma V., Paliwal R., Janmeda P., Sharma S., 2012. Chemopreventive Efficacy of Moringa oleifera Pods Against 7,12-Dimethylbenz[a]anthracene Induced Hepatic Carcinogenesis in Mice. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention. 13(6); 2563–9.


(68)

64

Sharma V., Paliwal R., 2012. Chemo protective role of Moringa oleifera and its isolated saponin against DMBA induced tissue damage in male mice. Int J Drug Dev & Res. 4(4): 215–28.

Snell, Richard S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed . EGC. Jakarta.

Soeksmanto, A., 2006. Pemberian ekstrak butanol buah tua mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap jaringan ginjal mencit (Mus Musculus).

Biodiversitas. 7(3); 278 – 81.

Subarnas, A., Suwendar, dan Qowiyyah, 2008. Panduan Praktikum Farmakologi. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut. Garut.

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., Purnomo, 2002. Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan. Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 96-100.

Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Suganda, A., Sudiro, I., Ganthina, 1988. Skrining Fitokimia dan Asam Fenolat Daun Dewa (Gynura procumbens (Luor) Merr). Simposium Penelitian Tumbuhan Obat III. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugiyanto, Sudarto, B., Meiyanto, E., Nugroho, A.E., Jenie, U.A., 2003. Aktivitas Antikarsinogenik Senyawa yang Berasal dari Tumbuhan. Majalah Farmasi Indonesia. 14 (4); 216-225.

Sugiyanto, Sudarto, B., dan Meiyanto, E., 1993. Efek Penghambatan Karsinogenisitas Benzo(a)piren Oleh Preparat Tradisional Tanaman Gynura sp. Dan identifikasi Awal Senyawa yang Berkhasiat. Laporan Penelitian P4M Ditjen Dikti. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Suharmiati, Maryani H., 2006. Khasiat dan manfaat Daun dewa dan Sambung Nyawa. 2nd ed Agromedia Pustaka. Jakarta. 1-12.


(69)

65

Suharyadi, A., 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Galur Sprague dawley Yang Dinduksi DMBA. Skripsi. Bandar Lampung.

Timbrell, John. 2003. Introduction to Toxicolog. 3rd ed. Taylor and Francis Inc. New york.

UICC (International Union Against Cancer), 2009, Breast Tumours.In:Sobin, L.H., and Wittekind, Ch., ed, TNM Classification of Malignant Tumours. New York : Wiley-Liss, 131-141.

Utami, P. and Desty E. P., 2013. The Miracle of Herbs. PT. Agromedia. Jakarta.

Winarto, W .P. and Tim Karyasari, 2004. Sambung Nyawa: Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat. Penebar Swadaya. Jakarta


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, A.L., 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Umbi Gynura Procumbens

(Lour.) Merr terhadap Sekresi No Makrofag Mencit BALB/C Yang

Diinfeksi Salmonella Thypimurium. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro. Surakarta.

Akiyama, H., Fujii, K., Yamasaki, O., Oono, T., Iwatsuki, K., 2001. Antibacterial

Action of Several Tannins Against Staphylococcus aureus. J of

Antimicrobial Chemotherapy. 48; 487-491.

Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. 8th ed. EGC. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. 3rd ed. Direktorat Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia. 4th ed. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat

Tradisional. Direktorat Jendral POM Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta.

Donatus, I.A., 2001. Toksikologi Dasar. Laboratorium Farmakologi dan

Toksikologi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Eatau, D.L and Klaassen, C.D., 2001. Principle of Toxicology. In: Klaassen C.D.

(Ed), Casarett and Doull’s Toxicology : The Basic Science of Poison. 6th ed. Mc. Graw Hill. New Yorks.


(2)

Eroschenko, V.P., 2010. Atlas histologi difiore. 11th ed. EGC. Jakarta.

Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi. 4th ed. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Guyton, A.C. and Hall JE., 2008. Buku ajar Fisiologi kedokteran. 6th ed. EGC. Jakarta.

Gofur, A., Hamid, I. S., dan Meiyanto, E., 2009. Ekspresi CYP1A1 dan GST serta mutasi gen p53 dan H-ras setelah induksi 7,12-dimethyl benz(a)antrasen

(DMBA) dan pemberian anti karsinogenesis Gynura Procumbens pada tikus

galur Sprague dawley. Prosiding Seminar Nasional Biologi XX. UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.

Hamburger M., K. Hostettmann., 1991. Bioactivity in plants: the link between

Phythochemistry and Medicine. Phytochemistry. 30; 364-3874.

Heri, 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Jenie, R.I., Meiyanto, E., Murwanti, R., 2006, Efek antiangiogenik ekstrak etanolik daun sambung nyawa ( Gynura procumbens (Lour.)Merr.) pada membran

korio alantois (CAM) embrio ayam. Majalah Farmasi Indonesia. 17(1);

50-55.

Jenie, R. I., Meiyanto, E., 2007. Aplikasi Ko-Kemoterapi Doxorubicin-Fraksi Etil Asetat daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) terhadap

sel kanker payudara MCF-7 dan T47D. Doctoral dissertation. Universitas

Gadjah Mada.

Junqueira L. C. and Carneriro J., 2007. Histologi dasar teks dan atlas. 10th ed. EGC. Jakarta.

Khakim JL. 2007. Pengaruh jus buah papaya (Carica papaya) terhadap kerusakan histologis lambung mencit yang diinduksi aspirin. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku ajar patologi. 7 th ed. Jakarta: EGC,


(3)

Loomis, T.A., 1978. Toksikologi Dasar. diterjemahkan oleh Imono Argo Donatos.

3th ed. IKIP Semarang Press. Semarang.

Lu, C. T., 1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko.

3th ed. UI Press. Jakarta. 14-20.

Maharani, S., 2010. Herbal Sebagai Obat Bagi Penderita Penyakit Mematikan. A

Plus Book. Yogyakarta

Mangan, Y., 2003. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. PT Agromedia Pustaka.

Depok.

Maryati, 2006. Mekanisme Antiproliferatif Isolat Flavonoid Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) terhadap sel T47D. Tesis. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Mclaughlin and Rogers. 1998. The Use Of Biologocal Assays To Evaluate Botanical. Drug Information Journa. 32; 513–524.

Meiyanto, E., 1996, Efek antimutagenik beberapa fraksi ekstrak alkohol daun G.

Procumbens (Lour.) Merr. Laporan penelitian. Fakultas Farmasi UGM.

Yogyakarta.

Meiyanto, E., Sri T., Sugiyanto, Handayani, 2012. Ekstrak Etanolik Daun Gynura

procumbens (Luor) Merr. Menghambat Proliferasi Sel Kanker Payudara Tikus Pada Karsiogenesis Yang Diinduksi Dengan dimetilbenz(a)antrazena

(DMBA). J Farmasi Indonesia PHARMACHON.13; 12 – 5.

Meiyanto, E., Septisetyani, E.P., 2005. Efek antiproliferatif danapoptosis fraksi fenolik ekstrak etanolik daun G. Procumbens (Lour)Merr. Terhadap Sel HeLa. Artocarpus. 2(5); 74-80.

Moore, K.L. and Anne M.R., 2012. Anatomi klinis dasar. Hipokrates. Jakarta. 278

– 9.

Muminarsi, 2012. Ilmu obat dan obat tradisional. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Sorong.


(4)

Ndagu, L. F., Anak A.G.A., I Ketut B., 2013. Madu Berefek Protektif Terhadap

Infiltrasi Sel Radang dan Perdarahan Ginjal Akibat Induksi Aspirin. J. Ind.

Medicus Veterinus 2(1):102–14.

Neal, M.J., 2005, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi V, Erlangga, Jakarta.

Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium Dalam Toksikologi. Penerbit Bagian

Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Putradewa. 2010. Farmakologi,

http://putramahadewa.wordpress.com/2010/03/30/farma-kologi. [20

November 2014]

Price, Sylvia A dan Lorraine M. W., 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Radji, M., Harmita, 2004. Buku Ajar Analisis Hayati. Departemen Farmasi FMIPA

UI. Depok.

Ranggiasanka, A., 2010. Waspada Kanker Pada Pria dan Wanita. Hanggar

Kreator. Yogyakarta.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta.

Rosidah., Mun F. Y., Amirin S., Mariam A., Gabriel A. A., Mohammad Z. A., 2009. Toxicology evaluation of standardized methanol extract of Gynura

procumbens. J Of Ethnopharmacology. 244 – 9.

Setiawati A., Endah P.S., Muhammad R.R., 2010. Sambung Nyawa (gynura procumbens) sebagai kemopreventif. UGM. Yogyakarta.

Sharma V., Paliwal R., Janmeda P., Sharma S., 2012. Chemopreventive Efficacy of Moringa oleifera Pods Against 7,12-Dimethylbenz[a]anthracene Induced

Hepatic Carcinogenesis in Mice. Asian Pacific Journal of Cancer


(5)

Sharma V., Paliwal R., 2012. Chemo protective role of Moringa oleifera and its

isolated saponin against DMBA induced tissue damage in male mice. Int J

Drug Dev & Res. 4(4): 215–28.

Snell, Richard S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed . EGC. Jakarta.

Soeksmanto, A., 2006. Pemberian ekstrak butanol buah tua mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap jaringan ginjal mencit (Mus Musculus).

Biodiversitas. 7(3); 278 – 81.

Subarnas, A., Suwendar, dan Qowiyyah, 2008. Panduan Praktikum Farmakologi.

Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut. Garut.

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., Purnomo, 2002. Tumbuhan

Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan. Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 96-100.

Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk., 2009. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Suganda, A., Sudiro, I., Ganthina, 1988. Skrining Fitokimia dan Asam Fenolat

Daun Dewa (Gynura procumbens (Luor) Merr). Simposium Penelitian

Tumbuhan Obat III. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugiyanto, Sudarto, B., Meiyanto, E., Nugroho, A.E., Jenie, U.A., 2003. Aktivitas

Antikarsinogenik Senyawa yang Berasal dari Tumbuhan. Majalah Farmasi

Indonesia. 14 (4); 216-225.

Sugiyanto, Sudarto, B., dan Meiyanto, E., 1993. Efek Penghambatan Karsinogenisitas Benzo(a)piren Oleh Preparat Tradisional Tanaman Gynura sp. Dan identifikasi Awal Senyawa yang Berkhasiat. Laporan Penelitian P4M Ditjen Dikti. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Suharmiati, Maryani H., 2006. Khasiat dan manfaat Daun dewa dan Sambung


(6)

Suharyadi, A., 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Galur Sprague dawley Yang Dinduksi DMBA. Skripsi. Bandar Lampung.

Timbrell, John. 2003. Introduction to Toxicolog. 3rd ed. Taylor and Francis Inc.

New york.

UICC (International Union Against Cancer), 2009, Breast Tumours.In:Sobin, L.H., and Wittekind, Ch., ed, TNM Classification of Malignant Tumours. New York : Wiley-Liss, 131-141.

Utami, P. and Desty E. P., 2013. The Miracle of Herbs. PT. Agromedia. Jakarta.

Winarto, W .P. and Tim Karyasari, 2004. Sambung Nyawa: Budi Daya dan


Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing (Costus spiralis) terhadap Diameter Tubulus Seminiferus, Motilitas, dan Spermisidal pada Tikus Jantan Strain Sprague-Dawley

0 10 95

Uji Efek Antifertilitas Serbuk Bawang Putih (Allium Sativum L.) Pada Tikus Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo Dan In Vitro

3 25 115

Uji Antifertillitas Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley Secara In Vivo

4 11 134

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821). Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley

0 23 107

Aktivitas antifertilitas ekstrak etanol 70% daun pacing (costus spiralis) pada tikus sprague-dawley jantan secara in vivo

1 32 0

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DMBA

5 36 70

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Precumbens) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTAK TIKUS PUTIH GALUR Sprague dawley

11 85 65

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 26 71

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa, Dan Diameter Tubulus Seminiferus Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley

4 34 116