PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 2 KAMPUNG BARU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER

HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 2

KAMPUNG BARU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

AMRISA NURUL AINI

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh modelpembelajaran koope-ratif tipe Number Head Together(NHT) terhadap hasilbelajar matematikasiswa.Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttestnon-equivalen control group design.Sampel penelitian adalah siswa kelas VAdan VByang dipilih

dari populasi kelas tinggiyang terdiri dari enam kelas secara purposive sampling.Data penelitian yang digunakan yaitu data kuantitatif berupa data nilaipretest-posttest yang diubah ke dalam bentuk skor gain.Hasil penelitian dan analisis data N-Gain me-nunjukkan rata-rataN-gain kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeNumber Head Together lebih tinggi dari rata-rataN-gain kelas yang mengguna-kan model pembelajaran konvensional. Dengandemikiandapatdisimpulmengguna-kanbahwamo- Dengandemikiandapatdisimpulkanbahwamo-del pembelajaran Number Head Together(NHT) berpengaruhpositif terhadappeningkatan hasilbelajar matematika siswa SD Negeri 2 Kampung Baru Bandar Lampung.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulisdilahirkandi Martapurapada05Februari 1992, me-rupakananak bungsu daritiga belasbersaudarapasangan BapakSa’ari BurniatdanIbuSiti Aminah.Penulisbertempat tinggal di jalan Jend. Sudirman nomor 514Martapura, OKU Timur, Sumatera Selatan 32181.

Penulis menempuh pendidikanformal diSD Negeri 121Martapura(1997-2003),SMPNegeri2 Martapura (2003-2006),SMANegeri1 Martapura(2006-2009), dan diterima pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)FKIP Unilamelalui jalur SNMPTN.Penulis aktif dalam organisasi dan kegiatan ekstra-kurikuler sejak duduk dibangku SMP. Saat SMP, penulis aktif sebagai pengurus OSIS dan anggotamarching band sekolah. Sedangkan saat duduk di bangku SMA, penulis aktif dalam kegiatan Paskibra Sekolah dan Paskibra Kabupaten OKU Timur, serta Ikatan Mourli Mekhanai OKU Timur.

Selamamenjadimahasiswa, penulis berpartisipasi padaUnit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka tingkat universitas. Pada periode 2010-2011 penulis terdaftar sebagai calon anggota Pramuka Unila, periode 2011-2012 penulis diberikan kepercayaan untuk menjadi koordinator Informasi-perpustakaan, dan pada periode 2012-2013 penulis menjabat sebagai Pemangku Adat Racana Puteri Silamaya-Pramuka Unila. Selain itu, penulis juga berkesempatan menjadi asisten pengajar


(7)

mata kuliah kepramukaan FKIP Unila pada tahun 2011-2013. Selain itu penulis mengikuti beberapa pelatihan, seminar dan pengabdian, yaitu:

1. Panitia Pelaksana Sosialisasi Kurikulum 2013 di kecamatan Way Kenangan (Program KKN-KT Kec. Way Kenanga) pada tahun 2013.

2. Seminar Kewirausahaan Kopma Unila, pada tahun 2013. 3. Seminar Budaya Daerah, pada tahun 2013.

4. Panitia Bakti Pramuka Racana Unila (BPRU) tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013.

5. Panitia Napak Tilas tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013.

6. Panitia Lokabina Karana Adiguna (LKA) tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013. 7. Training Pengurus Racana (Tapra) UKM Pramuka Universitas Lampung pada

tahun 2012.

8. Panitia Kursus Mahir Pembina Pramuka Tingkat Dasar (KMD) tahun 2012. 9. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) Kwartir Cabang

Gerakan Pramuka Kota Bandar Lampung pada tahun 2011.

10. Latihan Pendidikan Dasar Kepramukaan (Ladiksar) UKM Pramuka Universitas Lampung pada tahun 2010.

11. Seminar Bela Negara Komando Resimen Mahasiswa Raden Intan Satuan 201 Universitas Lampung, pada tahun 2010.

12. Panitia Temu Pembina Pramuka Perguruan Tinggi Nasional (TP3TN), kerjasama antara UKM Pramuka Unila dengan Dirjen Dikti pada tahun 2010.


(8)

Moto

"Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Tetaplah

berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Jika engkau tidak bisa menjadi batang nyiur yang tegar

Jadilah segumpal rumput tetapi mampu memperindah taman.

(Sandi Racana Putera Saburai)

Jika kata-Nya sampai, maka pasti akan sampai.

Jangan berhenti berusaha, dan berdoa!


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

Kupersembahkan karya sederhanaku ini untuk:

Keluargaku tercinta, Bapak(Sa’ari Burniat) dan Emak (Siti Aminah) yang luarbisa sabar, selalu mendukung, memberikan limpahan kasih sayang tulus tanpa henti dan senantiasa

mendoakan kesuksesan ananda.

Kanda - yundaku: Salmah, Rosnah, Tabroni, Habi Hasan (Alm), Lisnawati (Alm), Ahmad Zunaidi, Akmalina, Minawati, S.Pd., Samsudin, Sahrin, Rosita (alm), dan Ami Sarti yang

senantiasa memberikan dukungan dan motivasi pada adinda.

Keponakanku Agis, Asti, Diah, Dimas, Rizal, Abel, Amar, Alya, Jeje, Dito, Desya yang telah menghadirkan warna-warni di hari-hariku.

Sahabat, teman-teman seperjuangan PGSD’10. Serta Guru-guruku, Pahlawan tanpa tanda jasa. Keluarga Besar Racana Raden Intan – Puteri Silamaya

Almamater tercinta (I love you because Allah.)


(10)

iii SANWACANA

Pujisyukurkehadirat Allah SWT, karenaberkat rahmatdanhidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD).

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsiinitidak terlepas dari bimbingan dan bantuanberbagaipihak.Oleh karenaitupenulismenyampaikanterimakasihkepada: 1. Bapak Dr.Hi.Bujang Rahman,M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. BapakDr.M.Thoha B.S. Jaya, M. S. selaku Pembantu Dekan I, dan

Pembim-bing I sekaligus PembimPembim-bing Akademik yang telah memberikan bimPembim-bingan dan motivasi selama masa studi dan dalam menyelesaikan skripsi.

3. BapakDrs.BaharuddinRisyak, M.PdselakuKetuaJurusanIlmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd.selaku Pembimbing IIyang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

6. BapakDrs. M. Coesamin, M. Pd. selaku Pembahas yang telah memberikan saran-saran perbaikan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi.

7. Dosen serta Staf Jurusan Ilmu Pendidikan, semoga ilmu yang diberikan oleh bapak/ibumenjadi amal jariyah dan bisa penulis sampaikan dengan benar di kemudian hari.


(11)

iv 8. Ibu Ratna Aini, S.Pd., M.Pd.selaku Kepala SD N 2 Kampung Baru, Ibu Umi Atiyah, S.Pd.dan Ibu Nurlela selakuWali Kelas yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Siswa-siswiKelasVA dan VBSD Negeri 2 Kampung Baru Bandar Lampung

TahunPelajaran 2013/2014atas partisipasi dankerjasamanya dalam penelitian ini, semoga kalian mencapai cita-cita yang didambakan.

10.Keluarga yang selalu mendukung dan mendo’akan keberhasilanku.

11.Bapak Drs. Tontowi Amsia, M.Si.dan ibu Dra. Sasmiati, M.Hum., yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik dalam bidang akademik maupun nonakademik

12.Keluarga keduaku, UKM Pramuka Unila. Anggota Racana RI-PS angkatan 29+ : kak Erwin, kak Uji, kak Oding, Sandi, Fajar, Maryeni, Wulan, Devi, Nani, Annisa, Ilma, Ma’sum, Dewi, Fina, Ceppy, dan Ai, serta abang -abangku: Sigit Juliadi, Joni Saputra, muhammad yusuf al-islami dan Ahmad Fauzi, terimakasih atas segala rasa persaudaraan, perhatian, kasih sayang, motivasi dan pengalaman berharga yang telah dilewati bersama.

13.Sahabat di PGSD angkatan 2010, Seiner, Suci, Duli, Fiko, Sule kiki, Cica, Dedew, Tanti Ahjuma, Ibnu, Dwi Indah, Marin, Winda, Nio, Reni, Ria, Rika, Cimul, Linda, Lady, Pindo, Fina, Rahmad, Imam, dan Dedi. Berbagi ilmu, canda-tawa-haru, semangat untuk sukses bersama kalian sungguh sangat luarbiasa.

14.Murobbi serta teman-teman halaqahku, terus istiqomah dan tetap semangat mencari Ilmu Allah.


(12)

v 15.Keluarga besar KKN-KT Way Kenangan, Bapak Budi Kadaryanto, Ina, Devy, Tiur, Ngah Ririn, Riri, Ida, Aan, Eka dan Bambang. Belajar banyak hal bersama kalian, dan melewati waktu yang sungguh penuh dengan manfaat. 16.Semuapihak yang telahmembantudalammenyelesaikanskripsiini.

Semoga skripsiini menjadi lembaran-lembaran curahan fikiran yang bermanfaat,dan menjadi jalan untuk menuai amalbagi kita semua, aamiin.

Bandar Lampung, 25Juli2014 Penulis


(13)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah dan Permasalahan ... 8

D. Tujuan ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Belajar ... 10

B. Hasil Belajar... 11

1. Pengertian Hasil Belajar ... 11

2. Tujuan Pembelajaran ... 12

C. Pembelajaran Kooperatif ... 14

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 14

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ... 16

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17

4. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif... 18

5. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif ... 20

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together(NHT) .... 21

E. Model Pembelajaran Konvensional ... 24

F. Matematika Sekolah Dasar (SD) ... 25

G. Kerangka Pemikiran... 27

H. Hipotesis ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31


(14)

vii

C. Desain Penelitian ... 32

D. Prosedur penelitian ... 33

E. Jenis Data Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 35

1. Uji Validitas ... 35

2. Uji Reliabilitas ... 36

3. Uji Daya Beda ... 37

4. Tingkat Kesukaran ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 39

1. Uji Normalitas ... 39

2. Uji Homogenitas ... 40

3. Uji Hipotesis ... 40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 43

B. Hasil Penelitian ... 44

1. Pelaksanaan Pembelajaran ... 44

2. Analisis Data ... 53

C. Analisis Uji Hipotesis ... 62

D. Pembahasan ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sebaran Nilai Matematika Siswa Kelas IV SDN 2 Kampung Baru ... 5

2. Sebaran Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN 2 Kampung Baru. ... 5

3. Sebaran Nilai Matematika Siswa Kelas VI SDN 2 Kampung Baru ... 5

4. Jumlah siswa SD Negeri 2 Kampung Baru Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 44

5. Distribusi frekuensi nilai pretest kelas eksperimen ... 54

6. Distribusi frekuensi nilai pretest kelas kontrol ... 54

7. Distribusi frekuensi nilai posttest kelas eksperimen ... 54

8. Distribusi frekuensi nilai posttest kelas kontrol ... 55

9. Perbandingan persentase antara nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 55

10. Data nilai hasil belajar matematika siswa sebelum pembelajaran ... 56

11. Data nilai hasil belajar matematika siswa setelah pembelajaran ... 57

12. Distribusi frekuensi data N-gain kelas eksperimen... 58

13. Distribusi frekuensi data N-gain kelas kontrol ... 59

14. Data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 59

15. Hasil uji normalitas data hasil belajar kognitif siswa ... 61

16. Hasil uji homogenitas data hasil belajar kognitif siswa ... 61


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Hubungan antar Variabel ... 30 2. DesainPretest-PosttestNon Equivalent. ... 32 3. Grafik perbandingan persentase nilai pretest dan posttestpada kelas

eksperimen & kelas kontrol... 56 4. Grafik perbadingan data

nilaihasilbelajarmatematikasiswasebelumpembelajaran ... 57 5. Grafik perbadingan data nilaihasilbelajarmatematikasiswa

sesudahpembelajaran ... 58 6. Grafik perbadingan data N-gain Kelas Ekserimen dan Kelas kontrol . 60


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kualitas pendidikan yang baik. Sudah menjadi pendapat umum bahwa maju atau tidaknya suatu bangsa dipe-ngaruhi oleh faktor pendidikan. Proses pendidikan dalam suatu bangsa meru-pakan upaya untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu dan mampu bersaing dalam kehidupan bermasyarakat baik nasional maupun global. Hal ini sejalan dengan bunyi pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah sebagai berikut,

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mem-bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men-cerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi sis-wa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaksis-wa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu diwujudkan suatu pendidikan yang berkualitas. Di Indonesia dikenal adanya istilah Tripusat Pendidikan, yaitu Pendidikan Keluarga, Pendidikan Sekolah, dan Pendidikan Masyarakat (Suher-man, 1994). Ketiga komponen pendidikan tersebut dapat menjadi sebuah formula yang akan menciptakan pendidikan yang berkualitas.


(18)

Komponen-2 komponen tripusat tersebut dikemas dalam jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Di dalam Undang-undang no. 20 Tahun 2003 pada pasal 13 dijelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri dari tiga jalur yaitu formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal merupakan wujud dari pendidikan sekolah dan keberadaan-nya diatur oleh Undang-undang. Jalur pendidikan formal atau pendidikan se-kolah ini menjadi sangat penting setelah pendidikan keluarga, karena keberada-annya sebagai tolak ukur kemampuan siswa ketika mereka terjun dalam kehi-dupan masyarakat. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang ter-struktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan mene-ngah, dan pendidikan tinggi. Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan pula, Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pen-didikan menengah. Penjelasan ini menunjukkan bahwa penpen-didikan dasar memiliki pengaruh yang besar terhadap keberlanjutan proses pendidikan siswa pada jenjang berikutnya. Bisa dikatakan pula bahwa pendidikan dasar menjadi fondasi awal bagi siswa, yang kelak akan menentukan kesuksesan mereka da-lam menapaki jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, penting bagi para stakeholder untuk menyiapkan pendidikan yang bermutu terutama pendi-dikan dasar, agar kelak siswa memiliki kemampuan yang cukup dalam memain peran mereka di masyarakat.

Dalam menciptakan pendidikan yang bermutu, diperlukan penciptaan keadaan pembelajaran yang bermutu dan efektif pula, karena proses pendidikan tidak


(19)

3 bisa dilepaskan dari kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan dikemuka-kan Dalle (Winataputra: 1996) bahwa,

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masya-rakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan siswa agar dapat memainkan peranan dalam berbagai ling-kungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

Selanjutnya Usman (dalam Jihad, 2012) mengatakan, “Inti dari proses pendidi-kan secara keseluruhan adalah pembelajaran, dengan guru sebagai pemegang peranan utama”. Karena eratnya hubungan antara pendidikan dengan kegiatan pembelajaran, maka bisa dikatakan bahwa keberhasilan pendidikan ditentukan oleh keberhasilan kegiatan pembelajaran.

Keberhasilan proses pembelajaran diukur dengan kualitas siswa. Hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 yang telah dirilis hari Rabu, 4 Desember 2013 lalu, yang dikutip dari harian Suara Pembaharuan (2013), Indonesia berada di peringkat kedua terbawah untuk skor kemampuan Matematika. Dari total 65 negara dan wilayah yang masuk survei PISA, Indonesia menduduki ranking ke-64 atau hanya lebih tinggi satu pering-kat dari Peru yang ada diperingpering-kat ke-65. PISA menguji kemampuan siswa di tiga bidang yaitu Matematika, Membaca, dan Sains. Di bidang membaca, In-donesia berada di ranking 60 atau setingkat di bawah Malaysia yang berada di ranking 59. Sedangkan untuk bidang Sains, Indonesia juga berada di urutan 64. Alasan diadakannya studi yang dilakukan ditiga bidang yaitu Matematika, Membaca dan Sains, adalah karena keberhasilan atau kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kemajuan di tiga bidang tersebut. Dari


(20)

4 hasil studi tersebut terlihat rendahnya kemampuan siswa di Indonesia, terutama dalam matematika dan sains. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa kualitas pen-didikan atau kegiatan pembelajaran yang ada di Indonesia masih belum maksi-mal. Ketidakmaksimalan proses pembelajaran di sekolah-sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya saja permasalahan kurangnya kompetensi atau profesionalitas guru dalam mengajar, sarana prasarana penunjang pendidikan yang kurang memadai, dan sistematisasi kegiatan belajar mengajar, atau bah-kan bisa juga disebabbah-kan kurikulum yang kurang efektif, serta bisa juga ke-mampuan siswa yang heterogen, dan masih banyak lagi permasalahan lainnya.

Permasalahan tersebut juga muncul hampir di sebagian sekolah yang ada di Bandar Lampung. Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa sekolah, dan dari hasil wawancara dengan beberapa guru, terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas antara lain kurang-nya sarana belajar di sekolah, lemahkurang-nya daya serap siswa dan kemampuan pe-mecahan soal yang bersifat terbuka. Terutama dalam mata pelajaran matemati-ka, masih lemahnya kemampuan siswa dalam memahami permasalahan yang bersifat penggabungan konsep-konsep matematika. Serta belum diterapkannya metode atau model pembelajaran yang variatif dan efektif dalam pembelajaran, dan kurangnya pengetahuan guru tentang alat peraga sehingga guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Salah satu sekolah di Bandar Lampung yang juga memiliki permasalahan dengan pembelajaran terutama da-lam pembelajaran matematikanya, adalah SD Negeri 2 Kampung Baru. Data nilai hasil Ulangan Harian, Ujian Tengah semester, dan Ujian Akhir Semester pada mata pelajaran Matematika siswa di Kelas Tinggi SD Negeri 2 Kampung


(21)

5 Baru, yang tergambar pada tabel sebaran nilai matematika dari siswa kelas Tinggi SD Negeri 2 Kampung Baru berikut,

Tabel 1. Sebaran Nilai Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kampung Baru.

Sumber: Data daftar nilai wali kelas IV

Tabel 2. Sebaran Nilai Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 2 Kampung Baru.

Sumber: Data daftar nilai wali kelas V

Tabel 3. Sebaran Nilai Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Kampung Baru

Sumber: Data daftar nilai wali kelas VI NO. SEBARAN

NILAI

FREKUENSI (f) PERSENTASE (%)

KKM

ULANGAN

HARIAN UTS UAS

ULANGAN

HARIAN UTS UAS

1 < 59 4 16 20 10,00 39,00 49,00 60

2 60-70 21 14 8 51,00 34,00 20,00

3 71-80 16 9 10 39,00 22,00 24,00

4 81-90 - 1 3 0,00 2,00 7,00

5 > 90 - - - 0,00 0,00 0,00

NO. SEBARAN NILAI

FREKUENSI (f) PERSENTASE (%)

KKM

ULANGAN

HARIAN UTS UAS

ULANGAN

HARIAN UTS UAS

1 < 59 2 21 19 4,00 42,00 38,00 60 2 60-70 31 16 12 62,00 32,00 24,00 3 71-80 15 8 11 30,00 16,00 22,00 4 81-90 2 5 8 4,00 10,00 16,00 5 > 90 - - - 0,00 0,00 0,00

NO. SEBARAN NILAI

FREKUENSI (f) PERSENTASE (%)

KKM

ULANGAN

HARIAN UTS UAS

ULANGAN

HARIAN UTS UAS 1 < 59 4 8 0 8,00 17,00 0,00

60 2 60-70 10 15 13 21,00 31,00 27,00 3 71-80 18 17 29 38,00 35,00 60,00 4 81-90 16 8 6 33,00 17,00 13,00 5 > 90 - - - 0,00 0,00 0,00


(22)

6 Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada kelas IV dan V persentase siswa yang belum mencapai KKM masih cukup tinggi, sementara itu pada ke-las VI persentase siswa yang belum mencapai KKM cukup rendah, hanya saja masih belum ada siswa yang mencapai nilai rata-rata di atas 90. Persentase yang terbanyak rata-rata berada di kisaran 60-80. Data tersebut manjadi gam-baran juga bahwa nilai kemampuan siswa masih belum maksimal. Faktor yang menjadi penyebab rendahnya nilai siswa dalam mata pelajaran matematika bisa berasal dari dalam diri siswa sendiri (intrinsik) dan dari luar diri siswa (ekstrin-sik). Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas di kelas tinggi (IVA, IVB, VA, VB, VIA, VIB) dan hasil pengamatan di setiap kelas, sebagian besar siswa mengalami kesulitan ketika mereka dihadapkan pada soal-soal yang ber-sifat pengabungan konsep-konsep, dan siswa nampak kurang antusias dalam pelajaran matematika. Kurangnya antusiasme siswa dalam pembelajaran mate-matika mencermin kurangnya motivasi dan minat siswa, hal ini bisa digolong-kan ke dalam faktor intrinsik. Sementara faktor ekstrinsik terlihat pada saat pembelajaran berlangsung, guru masih mengajar dengan model pembelajaran konvensional. Sehingga pembelajaran masih berpusat kepada guru, dan kurang memberikan ruang kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Berangkat dari kenyataan ini perlu dicari solusi yang dapat mengatasi permasalahan pem-belajaran tersebut.

Solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat pembelajaran yang menarik, efektif dan variatif, salah satu caranya dengan menggunakan model pembelajaran yang memberikan keleluasaan bagi siswa untuk bereksplorasi dan berdiskusi dengan siswa lainnya, serta mampu


(23)

7 memberikan motivasi pada siswa untuk mampu memahami setiap materi atau konsep yang didiskusikan. Hasil penelitian dari Elvira Rohmawati yang dila-kukan pada tahun 2012, di kelas V SDN Keceme 1, model pembelajaran koo-peratif tipe Number Head Together (NHT) memiliki pengaruh terhadap perbai-kan hasil belajar matematika siswa. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, semua siswa harus berperan aktif dalam mengikuti semua proses pembelajaran di kelas. Guru tidak lagi mendominasi proses pembelajaran dan hanya bertindak sebagai fasilitator. Oleh karena itu, diperlukan adanya eksperimen peneparan model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT di dalam pembelajaran matematika, di kelas tinggi SD Negeri 2 Kampung Baru pada tahun pelajaran 2013/2014. Namun seperti yang diketahui, pada kelas VI sedang berlangsung transisi kurikulum, dan untuk kelas VI sedang difokuskan pada persiapan ujian kelulusan. Oleh karena itu eksperimen penerapan model pembelajaran NHT ini akan dilakukan di kelas V.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi masalah, yaitu:

1. Masih rendahnya hasil belajar matematika Siswa di kelas tinggi SD Negeri 2 Baru Kampung, dimana persentase nilai siswa di bawah KKM masih cukup tinggi.

2. Siswa di SD Negeri 2 Kampung Baru mengalami kesulitan ketika dihadap-kan kepada soal yang merupadihadap-kan gabungan dari beberapa konsep matemati-ka, dan kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran matematika.


(24)

8 3. Kurangnya penerapan metode atau model pembelajaran yang variatif. Guru masih banyak mengajar dengan cara konvensional, kegiatan belajar masih teacher center.

C. Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam pe-nelitian ini adalah masih rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Kampung Baru Bandar Lampung.

Atas dasar rumusan masalah tersebut, maka permasalah dalam penelitan ini adalah:

Apakah ada pengaruh dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas tinggi SD Negeri 2 Kam-pung Baru Bandar LamKam-pung?

D. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan hasil belajar matematika Siswa di kelas tinggi SD Negeri 2 Kampung baru Bandar Lampung

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah:

1. Sebagai masukan bagi para guru supaya dapat menerapkan model pembela-jaran kooperatif tipe NHT pada pembelapembela-jaran matematika.


(25)

9 2. Sebagai alternatif pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi

sis-wa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika sissis-wa.

3. Sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan penga-laman belajar bagi peneliti dalam keterampilan melakukan penelitian.

F. Ruang Lingkup

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Hasil belajar

Hasil belajar yang dimaksud khusus dalam aspek kognitif, dan diketahui dari nilai tes sebelum dan setelah dilakukan kegiatan pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan pembelajaran dimana siswa bekerja bersama-sama di dalam kelompok. setiap anggota akan men-dapatkan nomor (numbering), kemudian siswa bersama-sama berpikir (head together) untuk mencari pemecahan masalah yang mereka hadapi (questio-ning), dan saling membantu menemukan konsep ilmu serta mengkonstrusi pemahaman tentang konsep ilmu yang mereka temukan (answering).

3. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dikatakan berpengaruh pada hasil belajar siswa apabila N-gain nilai hasil belajar matematika siswa di kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada N-gain nilai hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

Secara konstruktivisme, istilah belajar diartikan sebagai proses pengkonstruksian pengetahuan yang dilakukan oleh siswa sendiri. Sardiman (2012: 38) mengatakan,

“Belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya, dan subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang

mereka pelajari”. Pendapat Sardiman senada dengan apa yang dikemukakan oleh Brunner (Trianto, 2010) bahwa:

Belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/ pengetahuan yang sudah dimilikinya. Belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan ma-nusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan ke-pada dirinya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar tidak dipandang sebagai kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melain-kan kegiatan belajar adalah suatu kegiatan atau proses dimana siswa membuat bangunan ilmu pengetahuan atau konsep dengan cara mereka sendiri. Guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa dalam menyusun pemahamannya tentang suatu kon-sep ilmu pengetahuan. Seperti yang dikatakan oleh Nur (dalam Trianto, 2010),

“Guru dapat memberikan anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga


(27)

ter-11

sebut”. Guru harus memiliki keyakinan bahwa siswa mampu meniti setiap anak tangga menuju puncak pemahaman tentang suatu ilmu pengetahuan. Seperti Brunner (dalam Sardiman, 2012) yang memandang bahwa manusia adalah sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi.

Istilah belajar terkait dengan kegiatan pembelajaran. Trianto (2010: 17) mengemu-kakan, “Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan sum-ber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan”. Sementara Suherman (dalam Jihad, 2012) berpendapat bahwa, “Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap”. Sejalan dengan Suherman, Rusman (2013) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik secara langsung seperti kegiatan tatap muka, maupun secara tidak langsung yaitu menggunakan beragam media.

Berdasarkan pemikiran para ahli tersebut, pembelajaran merupakan rangkaian ke-giatan yang membuat peserta didik mengalami proses belajar, melalui keke-giatan interaksi antara guru atau sumber belajar dengan siswa.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Abdurahman (dalam Jihad dan Haris, 2012), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Romizow-ski (dalam Winataputra, 1996) menyatakan, “Hasil Belajar merupakan keluaran


(28)

12 (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input)”. Sejalan dengan pen-dapat dua ahli tersebut, Hamalik (2013, 31) mengatakan bahwa “hasil-hasil be-lajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas”. Sudjana (2004, 22) berpendapat bahwa,

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar adalah segala sesuatu atau perubahan yang terjadi pada peserta didik yang diakibatkan adanya proses belajar atau pengalaman belajar yang dilakukan oleh peserta didik.

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran (Herry, 2007). Jihad dan Haris (2012: 14) berpendapat, pencapaian hasil belajar atau kompetensi mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Seperti yang dikemukakan Jihad dan Haris, Bloom (dalam Winataputra, 1996) juga menyatakan bahwa kompetensi yang dicapai siswa mencakup 3 ranah tersebut, yang biasa dikenal dengan se-butan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom tersebut dijadikan acuan dalam perencanaan tujuan pembelajaran. Bloom dan kawan-kawan (dalam Khusnul-nisa, 2013) yang mengemukakan bahwa, Domain kognitif terdiri dari Remem-ber (mengingat), Understand (memahami), Apply (mengaplikasikan), Analize (Menganalisis), Evaluate (mengevaluasi), Create (mencipta). Sementara do-main afektif mencakup hasil belajar berupa sikap yang tampak pada setiap


(29)

13 prilaku siswa. Sementara domain psikomotorik tampak dalam bentuk keteram-pilan, kemampuan bertindak siswa.

Selanjut Usman (dalam Jihad, 2012) menjelaskan setiap bagian-bagian dari setiap domain, yaitu:

a. Domain Kognitif

1) Pengetahuan , jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau setting.

2) Pemahaman, jenjang setingkat di atas pengetahuan ini akan meliputi penerimaan dalam komunikasi yang akurat, menematkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksplorasinya. 3) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru. 4) Analisa, jenjang keempat ini akan menyangkut terutama kemampuan

anak dalam memisah-misah (breakdown) terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan di antara bagian-bagian itu dan cara materi itu diorganisir.

5) Sintesa, jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah meliputi anak untuk menaruhkan/menempatkan bagian-bagian atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.

6) Evaluasi, jenjang yang paling atas atau yang dianggap paling sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Meliputi kemampuan anak didik


(30)

14 dalam pengambilan keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai sesuatu tujuan, ide, pekerjaan, pemecaha masalah, metoda, materi dan lain-lain.

b. Domain Kemampuan Sikap (affective) yaitu menerima atau memperhatikan, merespon, penghargaan, mengorganisasikan, dan mempribadi (Mewatak).

c. Domain Psikomotorik yaitu menirukan, manipulasi, keseksamaan, artikula-si, dan aktulisasi.

Matematika erat kaitannya dengan kemampuan kognitif. Oleh karena itu da-lam penelitian ini kemampuan siswa yang diamati difokuskan pada ranah kog-nitif. Jenjang ranah kognitif yang digunakan mulai dari jenjang kognitif 1 (C1) yaitu remember (mengingat) sampai jenjang kognitif 3 (C3) yaitu apply (mengaplikasikan).

C. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Dalam bahasa Inggris Pembelajaran Kooperatif lazimnya disebut sebagai Coo-perative Learning. Johnson (dalam Isjoni, 2013) mengemukakan,

Cooperanon means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative Learning is the instructional use off small groups that allows student to work together to maximize their own and each other as learning.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diartikan bahwa pembelajaran kooperatif berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kerjasama


(31)

15 individu mencari hasil yang menguntungkan bagi semua anggota kelompok. Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan peserta didik untuk bekerja sama dan me-maksimalkan kemampuan mereka sendiri dan orang lain sebagai pembelajaran.

Sejalan dengan Johnson, Slavin (2005: 15) mengatakan bahwa, “In Cooperative Learning methods, student work together in four members teams to master mate-rial initially presented by the teacher”. Hal tersebut berarti dalam pembelajaran kooperatif, para peserta didik akan duduk bersama dalam kelompok yang ber-anggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.

Lie (Isjoni, 2013) menyebut Pembelajaran Kooperatif dengan istilah pembela-jaran gotong royong, yaitu sistem pembelapembela-jaran yang memberikan kesempatan kepada Peserta didik untuk bekerjasama dengan peserta didik lainnya dalam tugas -tugas terstruktur. Selanjutnya menurut Isjoni (2013: 19), Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai ang-gota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesai-kan tugas kelompok, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling beker-jasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Thompson (Isjoni, 2013) mengemukakan, dalam Cooperative Learning peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang heterogen.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada


(32)

prin-16 sip kerjasama tim atau gotong royong. Kerjasama yang dilakukan bertujuan un-tuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok secara bersama. Keberhasilan individu bergantung pada keberhasilan kerja dari semua anggota kelompoknya. Sehingga mau tidak mau ketika seorang Peserta didik ingin berhasil, maka dia harus mem-bantu teman sekelompoknya untuk berhasil. Jika salah satu teman mereka ada yang tidak memahami materi atau tugas yang diberikan, maka kelompok tersebut dianggap gagal.

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Salah satu unsur yang paling terlihat dalam pembelajaran kooperatif tentunya adalah kerjasama. Setiap siswa diajarkan atau diarahkan agar dapat bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya. Sementara itu terdapat unsur lain dari pem-belajaran kooperatif, yaitu tanggung jawab, kebersamaan dan sikap saling menghargai. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (dalam Isjoni, 2013) adalah sebagai berikut:

a. Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”.

b. Para peserta didik harus memiliki tanggung jawab terhadap peserta didik atau Peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d. Para peserta didik membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.


(33)

17 e. Para peserta didik diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para peserta didik berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.

g. Setiap peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif

Bennet (dalam Isjoni, 2013) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bi-sa dianggap Cooperative Learning. Ada lima unsur yang membedakan kerja ke-lompok dan Pembelajaran Kooperatif:

a. Positive Independent b. Interaction face to face

c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam kelompok d. Membutuhkan keluwesan

e. Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan secara garis besar unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif adalah bekerja bersama-sama, rasa tanggungjawab in-dividu, rasa saling ketergantungan positif antar anggota kelompok, dan penghar-gaan atau recognisi terhadap keberhasilan kelompok peserta didik.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim dalam rangkumannya (Jihad, 2012),

Model Cooperative Learning dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap


(34)

18 perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial. Para pengem-bang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai peserta didik pada hasil belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Isjoni (2013: 27-28) mengemukakan, “Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul membantu peserta didik memahami konsep-konsep sulit, dan menga-jarkan kepada peserta didik keterampilan bekerjasama dan kolaborasi”. Berda-sarkan pendapat kedua ahli tersebut, tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaab individu, menumbuhkan keterampilan sosial, membantu siswa dalam pemahaman konsep-konsep sulit, dan mengajarkan siswa bekerjasama dan berkolaborasi.

4. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Setiap model pembelajaran akan berjalan dengan efisien jika dirancang dengan baik. Namun bila tidak dirancang dengan baik, maka akan muncul hambatan-hambatan selama pelaksanaannya. Slavin (2005: 90) mengemukakan beberapa hambatan yang muncul jika kegiatan pembelajaran kooperatif tidak dirancang dengan baik, yaitu:

a. Memicu munculnya “Pengendara Bebas” atau para pembonceng.

Sebagian anggota kelompok melakukan semua atau sebagian besar pembelajaran, sementara yang lain hanya mengendarainya.

b. Difusi tanggung jawab

Untuk memudahkan kita memahami maknanya, Slavin (2005) memberikan contoh apa yang dimaksud dengan difusi tanggung jawab. Misalnya, jika tugas kelompok adalah menyelesaikan soal matematika yang rumit, ide atau


(35)

19 kontribusi peserta didik yang dianggap kurang mampu dalam matematika bisa jadi diabaikan atau ditiadakan, dan hanya sedikit insentif yang dapat dipero-leh partisipan yang lebih aktif dalam kegiatan penyelesaian masalah untuk punya kesempatan menjelaskan apa yang sedang mereka lakukan kepada anggota kelompok yang kurang aktif.

Untuk meminimalisir adanya pengendara bebas pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan cara membuat undian nomor atau nama siswa yang akan men-jelaskan hasil diskusi kelompok. Difusi tanggung jawab dalam pembelajaran kooperatif dapat diminimalisir dengan mencoba menjelaskan kepada siswa bah-wa pendapat setiap anggota bah-wajib dipertimbangkan, dan guru pun harus mengontrol kinerja dari setiap kelompok untuk memastikan bahwa kegiatan kelompok berlangsung baik.

Sedangkan menurut Isjoni (2013), kelemahan dari model Pembelajaran Koope-ratif ini bisa bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu :

a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak pemikiran, tenaga dan waktu.

b. Agar proses berjalan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecendrungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.


(36)

20 d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan

peserta didik yang lain menjadi pasif.

Agar tidak banyak pemikiran, tenaga dan waktu yang digunakan untuk menyu-sun pembelajaran yang matang, untuk setiap rencana yang telah disumenyu-sun hendak-nya diarsipkan. Agar tidak bahendak-nyak biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan alat peraga atau media, jangan membuat alat atau media pembelajaran yang ber-sifat sekali pakai. Perluasan pembahasan dan adanya dominasi oleh siswa yang aktif dalam diskusi kelompok dapat diminimalisir dengan mengadakan kontrol pada setiap kinerja kelompok diskusi siswa.

5. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Dalam Model Pembelajaran Kooperatif, bukan hanya keterampilan bekerjasama saja yang ditumbuh. Tetapi ada banyak kelebihan dari Model Pembelajaran Kooperatif ini, seperti yang dikemukakan oleh Stahl (Isjoni, 2013), “Melalui model Cooperatif Learning peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keca-kapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial”. Zaltman (Isjoni, 2013) mengemukakan juga bahwa,

“Peserta didik yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan peserta didik, ternyata sa-ngat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing peserta didik secara individu”.

Jerolimek dan Parker (Isjoni, 2013) mengatakan bahwa keunggulan yang diper-oleh dari pembelajaran ini adalah:


(37)

21 a. Saling Ketergantungan Positif

b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu

c. Peserta didik dilibatkan dalan perencanaan dan pengelolaan kelas d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara peserta didik dan guru

f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Sedangkan Slavin (2005: 120) mengatakan bahwa dalam pembelajaran koope-ratif bukan hanya sekedar pencapaian saja yang dihasilkan, namun ada keluaran lain yang dihasilkan, yaitu mampu memunculkan hal-hal berikut:

a. Hubungan antar kelompok

b. Penerimaan terhadap peserta didik yang lemah secara akademik c. Rasa harga diri

d. Waktu mengerjakan tugas dan prilaku di kelas e. Kesukaan terhadap kelas dan sekolah

f. Kesukaan terhadap teman sekelas dan merasa disukai teman sekelas

g. Kooperasi, Altruisme (mengutamakan kepentingan orang lain), dan kemam-puan melihat persektif orang lain.

D.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Model Pembelajaran kooperatif


(38)

22 tipe NHT pertama kali dikembangkan oleh Kagan (Trianto, 2010) yaitu untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini menghendaki peserta didik belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Pendapat seperti di atas juga di dukung oleh Muslimin (dalam www.eazhul. org.uk, 2010) yang mengemukakan bahwa:

NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor yang sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja dalam kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri

reward”.

Berdasarkan pendapat tentang pengertian dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang menganut sistem pembelajaran peserta didik aktif, seluruh siswa diarahkan untuk memahami materi pembelajaran yang didapatkannya serta dapat mempresentasikannya di depan kelas.

Susunan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Kagan (dalam Slavin, 2005) yaitu:

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.


(39)

23 c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

kelom-pok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lainnya. f. Kesimpulan.

Tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diung-kapkan oleh Trianto (2010) ada 4 langkah yaitu sebagai berikut Penomoran (Numbering), Pengajuan Pertanyaan (Questioning), Berpikir Bersama (Head Together), dan Pemberian Jawaban (Answering). Pada tahapan penomoran siswa dibagi kedalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota akan mendapatkan nomor. Selanjutnya guru menyampaikan pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan siswa bersama-sama, tahapan inilah yang dinamakan tahap Questioning. Setelah siswa menerima pertanyaan atau permasalahan dari guru, siswa secara bersama berpikir atau berdiskusi dengan kelompoknya untuk menemukan jawaban dari permasalahan tersebut. Kegiatan diskusi inilah yang dinamakan Tahap Head Together atau berpikir bersama. Se-lanjutnya tahap akhir dari langkah pembelajaran dengan NHT adalah tahap answering, dimana hasil diskusi kelompok berupa jawaban dari pertanyaan atau permasalahan dikemukakan dan dibahas dalam diskusi kelas.

Manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi peserta didik yang dikemukakan oleh Lundgren (dalam Trianto, 2010) antara lain adalah :


(40)

24 2) Memperbaiki kehadiran

3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5) Konflik antara pribadi berkurang 6) Pemahaman yang lebih mendalam

7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8) Hasil belajar lebih tinggi

Beberapa keunggulan pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Chris Holland (dalam Bruce dan Weil, 2009) yaitu :

1) Melibatkan seluruh peserta didik dalam usaha menyelesaikan tugas. 2) Meningkatkan tanggung jawab individu.

3) Meningkatkan pembelajaran kelompok sehingga setiap anggota terlatih. 4) Meningkatkan semangat dan kepuasan kelompok.

Dalam uraian diatas, maka model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya bersama dengan kelompoknya. Selain itu melalui model pembelajaran ini peserta didik diajarkan bertanggung jawab dan kooperatif terhadap orang lain.

E.Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Sudaryo (1990) bahwa secara tradisional (konvensional) pembelajaran diartikan sebagai upaya penyampaian atau penanaman pengetahuan pada anak. Dalam pengertian tersebut, anak dipandang sebagai objek yang bersifat pasif.


(41)

25 Sejalan dengan Sudaryo, Sagala (2006: 187) berpendapat bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran klasikal atau disebut juga pembelajaran tradi-sional. Kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa, yang biasanya dilakukan oleh pengajar dengan berceramah di kelas, memandang siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk pasif mendengarkan penjelasan. Sukandi (Riyanti, 2012) mendefenisikan bahwa pembelajaran konvensional ditandai de-ngan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak men-dengarkan. Dari ketiga pendapat di atas, terlihat bahwa pembelajaran konven-sional yang dimaksud adalah pembelajaran yang lebih banyak didominasi

guru-nya sebagai “pentransfer” ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima”

ilmu. Siswa diposisikan sebagai objek yang pasif, bukan sebagai subjek yang aktif.

F. Matematika Sekolah Dasar (SD)

Matematika menurut James dan James (dalam Suherman, 1994) adalah ilmu ten-tang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep konsep yang berhu-bungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Johnson dan Rising (dalam Suherman, 1994) mengatakan “Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pem-buktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan sim-bol dan padat, lebih berupa bahasa simsim-bol mengenai ide daripada mengenai


(42)

bu-26 nyi”. Sementara itu dari enam pengertian matematika yang dikemukakan oleh R. Soedjadi (2000: 11), salah satunya mengemukakan bahwa “Matematika ada-lah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan”.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, matematika dapat diartikan sebagai pengetahuan yang mengandalkan kemampuan menganalisis melalui proses penalaran dari pengalaman manusia yang kemudian hasil dari analisis tersebut dinyatakan dalam konsep kemudian dituangkan dalam notasi matematika. Na-mun, R. Soedjadi (2000, 20) juga mengatakan bahwa “Matematika di sekolah tidaklah sama sepenuhnya dengan matematika sebagai ilmu. Dikatakan tidak sama sepenuhnya karena memiliki perbedaan antara lain dalam penyajian, pola pikir, keterbatasan semestanya, dan tingkat keabstarakannya”. Hal ini cukup rasional, karena pembelajaran matematika di TK, SD, SMP, dan SMA tentu akan sangat berbeda, baik dari cara penyajian, tingkat keabstarakannya, dan keterbatasan semestanya. Hal ini disebabkan pola berpikir siswa pada setiap tingkatan yang berbeda. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistemis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerjasama (BSNP, 2003). Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Berdasarkan hal tersebut, maka matematika menjadi salah satu matapelajaran wajib dikuasai siswa. Nilai hasil belajar matematika siswa akan menjadi salah satu faktor yang menentukan kelayakan siswa untuk naik kelas atau lulus ujian.


(43)

27 G.Kerangka Pemikiran

Matematika merupakan salah satu matapelajaran wajib di sekolah. Layak atau tidak seorang siswa untuk naik kelas atau lulus ujian salah satunya dipengaruhi oleh nilai hasil belajar matematikanya. Oleh karena itu penting bagi siswa untuk dapat memperoleh nilai hasil belajar matematika yang maksimal. Nilai hasil belajar matematika siswa juga dapat menjadi tolak ukur bagi ketercapaian suatu kemampuan matematika. Rendahnya nilai hasil belajar matematika siswa men-cerminkan masih rendahnya kemampuan matematika siswa. Melihat betapa pentingnya pencapaian nilai hasil belajar matematika dalam pembelajaran, maka rendahnya nilai hasil belajar matematika siswa merupakan permasalahan yang harus diperhatikan oleh guru. Permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh be-berapa faktor, salah satunya proses pembelajaran yang berlangsung selama ini terpusat pada guru sehingga selama pembelajaran matematika hanya terjadi komunikasi satu arah. Siswa tidak memiliki ruang untuk aktif dalam pembelaja-ran, sehingga kegiatan matematika menjadi tidak menarik bagi siswa. Hal ini mungkin menjadi penyebab kurangnya minat siswa dalam pembelajaran mate-matika. Memilih model pembelajaran yang tepat adalah salah satu hal yang da-pat dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif. Model pembela-jaran yang dipilih hendaknya yang mampu menciptakan atmosfer pembelapembela-jaran siswa aktif, kreatif, dan dapat mempelajari matematika dengan lebih mudah.

Model pembelajaran kooperatif memberikan ruang bagi siswa untuk bekerjasa-ma dalam sebuah kelompok sehingga siswa bekerjasa-mampu aktif dalam pembelajaran. Dalam kelompok, siswa dapat mengomunikasikan ide-ide matematisnya baik


(44)

28 secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian keterampilan siswa dalam berko-munikasi dan mengkonstruksi pengetahuan matematika akan lebih terlatih dari-pada siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru. Ada banyak tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe NHT. Langkah model pembelajaran tipe NHT dimulai dari pembagian siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa, selanjutnya siswa dalam kelompok diberikan nomor anggota kelompok. Nomor anggota digunakan untuk menentukan siswa yang akan menyampaikan hasil diskusi. Selanjutya guru menyampaikan sebuah permasalahan yang harus dipecahkan siswa bersama dengan kelompoknya, dan menyampaikan bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan individu. Pada kegiatan diskusi kelompok, komunikasi dan interaksi dalam pembelajaran tidak hanya satu arah seperti pada pembelajaran konvensional. Siswa diberikan kebebasan dalam menyampaikan pendapat, ide atau gagasannya. Hal tersebut memberikan ruang lebih banyak bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar dan berkomunikasi dengan teman di kelompoknya dalam rangka menemukan suatu pemecahan masalah. Karena keberhasilan kelompok bergantung pada keberhasilan individu dalam kelompok, maka siswa yang memiliki kemampuan akademis yang cukup baik, harus mau membantu teman dikelompoknya untuk memahami apa permasalahan yang mereka bahas. Sementara siswa dengan kemampuan akademis rendah harus mau aktif bertanya untuk memahami konsep matematis yang dibahas. Dari hal tersebut akan muncul pemerataan pemahaman konsep dalam pembe-lajaran matematika, dan dominasi siswa pandai dalam pembepembe-lajaran akan bisa diminimalisir.


(45)

29 Selanjutnya hasil diskusi dari masing-masing kelompok disampaikan di depan kelas. Siswa yang menyampaikan hasil diskusi ditentukan secara acak melalui pengundian nomor anggota. Cara pengundian tersebut membuat siswa tidak akan mengetahui siapa dari kelompok mereka yang akan mewakili teman-teman-nya menjelaskan hasil diskusi kelompok. Hal ini menjadikan siswa harus siap ketika nomor anggotanya yang terpilih. Agar dirinya siap untuk menjadi wakil kelompoknya, siswa harus berusaha memahami apa yang sudah didiskusikan oleh kelompoknya. Selanjutnya tahap pemberian tes dan penghargaan, pembe-rian tes ditujukan untuk melihat apakah siswa telah memahami konsep yang di-pelajari, dan melihat banyaknya siswa yang belum atau sudah memahami konsep yang dipelajari. Selain itu nilai tes setiap siswa juga akan menjadi penentu bagi penilaian kelompok terbaik yang akan mendapat reward dari guru. Pemberian penghargaan akan menjadi stimulus bagi siswa untuk selalu aktif dalam setiap pembelajaran. Ketika siswa mau aktif dalam diskusi kelompok atau dalam pro-ses pembelajaran, dan siswa memahami konsep matematis yang didiskusikan atau dipelajari, maka siswa akan memperoleh sebuah pengetahuan matematis. Dan saat siswa telah memiliki pengetahuan matematis maka hal tersebut akan berdampak pada hasil belajar matematika siswa.

Di sisi lain, guru tetap harus memantau dan memotivasi keterlibatan siswa dalam diskusi agar selalu berpartisipasi aktif dalam kelompoknya. Dengan demikian, pengaruh model pembelajaran ini memungkinkan adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:


(46)

30

Gambar 1. Diagram Hubungan antar Variabel

Keterangan:

X1 (Variabel Bebas) : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Y1(Variabel Terikat) : Model Pembelajaran Konvensional

X2 (Variabel Bebas) : Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT Y2(Variabel Terikat) : Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model konvensional.

H.Hipotesis

Hipotesis Penelitian ini adalah “Ada pengaruh pengunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan hasil belajar metamatika siswa kelas tinggi SD Negeri 2 Kampung Baru tahun pelajaran 2013/2014”.

X1 Y1


(47)

31

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2014 sampai dengan 7 Juli 2014 di SD Negeri 2 Kampung Baru Bandar Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas tinggi di SD Negeri 2 Kampung Baru Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel dari pene-litian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Kampung Baru. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertim-bangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Setiawan, 2005:3). Pertimbangan diambilnya kelas V sebagai sam-pel adalah siswa yang belum mencapai KKM masih cukup tinggi. Selain itu pada kelas IV sedang berlangsung transisi kurikulum, dan pada kelas VI sedang difo-kuskan pada persiapan ujian kelulusan. Pertimbangan tersebut diambil berdasarkan diskusi dengan guru wali kelas dan dosen pembimbing.


(48)

32 C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain pretest – post-test Non Equivalent Control Group Design. Kelas eksperimen diberikan treatment dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol tidak menggunakan pembelajaran NHT, tetapi menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Struktur desain penelitian ini adalah:

Gambar 2. Desain Pretest – Posttest Non Ekuivalen Control Group Design (Riyanto, dalam Mirnawati; 2014)

Keterangan:

I : Kelompok eksperimen II : Kelompok kontrol X : Perlakuan Eksperimen O1 : Pretest

O2 : Posttest

Pretest (tes awal) diberikan sebelum pembelajaran dimulai. Pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, dan pretest diberikan sebanyak dua kali. Sementara itu Posttest (tes akhir) dilakukan setelah kegiatan pembelajaran, bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah dilakukan pembelajaran, dan diberikan sebanyak dua kali juga. Soal yang diberikan pada Pretest sama dengan soal yang diberikan pada saat Posttest. Perbedaan hasil Pretest dan Posttest

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

I O1 X O2


(49)

33 menentukan keberhasilan program. Makin besar perbedaan ini semakin baik pelak-sanaan program tersebut.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian terdiri dari dua tahapan, yaitu prapenelitian dan tahap pelaksanaan pene-litian. Adapun langkah-langkah dari setiap tahapan tersebut, adalah:

1. Penelitian Pendahuluan

Terdiri dari langkah-langkah berikut:

a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat dilakukannya penelitian. b. Observasi ke sekolah tempat dilakukannya penelitian pada tanggal 15

Janu-ari 2014, untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian.

2. Tahap Perencanaan

a. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk setiap per-temuan.

b. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretest dan posttest berupa soal uraian untuk setiap pertemuan, serta aturan penskorannya.

c. Melakukan uji coba instrumen tes pada tanggal 8 April 2014.

d. Menganalisis data hasil uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. e. Melakukan perbaikan instrumen.


(50)

34 3. Tahap Pelaksanaan

a. Mengadakan pretest pertama pada tanggal 23 April 2014 di kelas eksperi-men dan kelas kontrol. Pretest kedua pada tanggal 3 Mei 2014 di kelas eksperimen dan tanggal 2 Mei 2014 di kelas kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dimu-lai sejak tanggal 23 April sampai dengan 7 Mei 2014. Pada kelas eksperi-men eksperi-menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran NHT sedang-kan kelas kontrol menggunasedang-kan model pembelajaran konvensional. Pelak-sanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana PelakPelak-sanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

c. Mengadakan posttest pertama pada tanggal 30 April 2014, dan posttest ke-dua dilakukan pada 7 Mei 2014 di kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data hasil pretest dan posttest. e. Membuat laporan hasil penelitian.

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, berupa nilai hasil belajar matematika. Data diperoleh dengan tehnik tes. Tes diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran (Pretest dan Posttest). Tes yang diberikan sebelum an bertujuan untuk melihat nilai awal siswa, dan tes yang diberikan setelah perlaku-an bertujuperlaku-an untuk mengetahui nilai akhir siswa setelah diberikperlaku-an perlakuperlaku-an. Data berupa nilai pretest dan posttest tersebut kemudian diubah kedalam skor gain yang dihitung dengan rumus berikut (dalam Mirnawati, 2014).


(51)

35 Keterangan: X = nilai posttest

Y = nilai pretest Z = skor maksimal

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes berbentuk soal uraian dan isian. Penyusunan soal tes diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal, dan dilanjutkan de-ngan pembuatan soal beserta kunci jawaban soal dan penentuan aturan pemberian skor setiap soal. Setelah soal selesai disusun, maka soal-soal tes tersebut terlebih dahulu diuji cobakan guna mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukarannya.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesa-hihan suatu instrumen. Menurut Suryadi (file.upi.edu.com, 2010) , “Sebuah tes dikatakan memiliki validitas khusus apabila mengukur tujuan khusus tertentu

yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diajarkan”. Dalam peneliti-an ini, validitas ypeneliti-ang digunakpeneliti-an adalah validitas isi. Validitas isi dari tes hasil belajar matematika diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes hasil belajar matematika dengan indikator yang akan dicapai dari se-tiap kompetensi dasar. Sebelumnya butir tes dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru kelas. Berdasarkan penilaian dari dosen pembimbing dan guru kelas, terdapat 2 soal yang harus diperbaiki susunan kalimatnya.


(52)

36 2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup da-pat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Untuk mengukur tingkat keaje-gan soal digunakan rumus alpha cronbach, yaitu:

Keterangan:

: Koefisien reliabilitas tes n : Banyaknya butir soal

: jumlah varians skor tiap item Jumlah varians skor total

Suatu instrumen alat ukur dikatakan reliabel dan bisa digunakan pada tahap selanjutnya jika nilai Cronbach Alpha > 0,7 (Sekaran, 2006: 182). Berdasarkan hasil penghitungan nilai hasil uji coba instrumen tes hasil belajar matematika, untuk kompetensi pertama memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,79 dan untuk kompetensi kedua nilai reliabilitasnya sebesar 0,76. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen tes hasil belajar termasuk kategori reliabel dan bisa digunakan.


(53)

37 3. Daya Beda

Untuk perhitungan daya pembeda (DP), dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat daftar peringkat siswa

b. Siswa dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu Kelompok Atas terdiri dari 50% dari seluruh siswa yang mendapatkan skor tinggi, dan Kelompok Bawah terdiri dari 50% dari seluruh siswa yang mendapat skor rendah.

Menurut Azwar (1996:138) menentukan indeks daya pembeda (d) digunakan rumus sebagai berikut.

d =

Keterangan:

d = indeks diskriminasi satu butir soal

= banyaknya penjawab butir soal dengan benar dari kelompok tinggi = banyaknya penjawab dari kelompok tinggi

= banyaknya penjawab butir soal dengan benar dari kelompok rendah = banyaknya penjawab dari kelompok rendah.

Interpretasi nilai d mengacu pada pendapat Russefendi (dalam Jihad, 2012), yaitu:

0,40 atau lebih : Sangat Baik

0,30 – 0,39 : Cukup baik, mungkin perlu diperbaiki 0,20-0,29 : minimum, perlu diperbaiki


(54)

38

Kriteria soal yang akan digunakan dalam penelitian ini memiliki interpretasi daya pembeda cukup baik dan sangat baik. Berdasarkan hasil penghitungan, untuk instrumen tes hasil belajar matematika yang pertama terdapat 1 soal termasuk kategori cukup baik, dan 5 soal termasuk kategori sangat baik. Sementara untuk instrumen tes hasil belajar matematika yang kedua, terdapat 1 soal yang termasuk ke dalam kategori cukup baik, dan 4 soal dengan kategori sangat baik (hasil penghitungan terlampir).

4. Tingkat Kesukaran

Untuk mengetahui indeks kesukaran soal, digunakan rumus yang dikutip dari Arikunto (2008:208) sebagai berikut:

JS B P

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Sebagai kriteria interpretasi tingkat kesukaran digunakan pendapat Sudjana (dalam Jihad, 2012):

0,00 – 0,30 : Sukar 0,31 - 0,70 : Sedang 0,71 – 1,00 : Mudah


(55)

39 Kriteria soal tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah soal dengan kriteria sedang. Berdasarkan hasil penghitungan, semua soal pada instumen tes hasil belajar termasuk ke dalam kategori sedang(hasil penghitungan terlampir).

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan melalui nilai pretest dan Posttest kemudian dihitung N-Gain nya. Selanjutnya data N-Gain diuji normalitas dan homogenitasnya, untuk kemudian dilanjutkan ke uji hipotesis. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana (2005: 273) langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b. α = taraf nyata untuk pengujian yaitu = 5% c. Uji ini menggunakan uji chi-kuadrat:

Keterangan: = harga chi kuadrat

= frekuensi yang diperoleh dari data penelitian = frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya kelas interval

   k i i i i E E O X 1 2 2


(56)

40 d. Kriteria pengujian

Tolak H0 jika . Dalam hal lainnya H0 diterima.

2. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk melihat apakah kelas yang diberikan pembelajaran de-ngan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelas yang tidak diberikan pembelajaran dengan model konvensional memiliki varians yang sama (homo-gen) atau tidak. Untuk menguji homogenitas digunakan uji-F menurut Kadir (2010:118) adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis

Ho : (variansi kedua kelompok data bersifat homogen)

H1 : (variansi kedua kelompok data bersifat tidak homogen)

b. Taraf signifikan : α = 5% c. Satitistik Uji:

d. Kriteria Uji : terima H0 jika

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, diketahui bahwa data ber-distribusi normal dan kedua kelompok populasi data bersifat homogen. Oleh karena itu dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah Uji-t.


(57)

41 Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

(rata-rata N-Gain nilai hasil belajar matematika siswa yang me-ngikuti pembelajaran menggunakan model NHT sama dengan rata-rata N-Gain nilai hasil belajar siswa yang mengikuti pembe-lajaran menggunakan model konvensional)

(rata-rata N-Gain nilai hasil belajar matematika siswa yang me-ngikuti pembelajaran menggunakan model NHT lebih tinggi dari rata-rata N-Gain nilai hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model konvensional)

Keterangan:

= rata-rata N-Gain nilai hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT

= rata-rata N-Gain nilai hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional

Statistik yang digunakan untuk uji ini adalah:

dengan

keterangan:

= rata-rata skor kelas yang menggunakan model pembelajaran NHT

= rata-rata skor kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional n1 = banyaknya subyek kelas pembelajaran NHT

n2 = banyaknya subyek kelas pembelajaran konvensional

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s


(58)

42 = varians kelompok pembelajaran model NHT

= varians kelompok pembelajaran model konvensional = varians gabungan

Dengan kriteria pengujian:

Terima H0 jika dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2) dan

peluang dengan taraf signifikan dan untuk harga t lainnya H0


(59)

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar mate-matika siswa kelas tinggi SD Negeri 2 Kampung Baru Bandar Lampung. Secara umum siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menunjukkan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan alternatif dalam pembelajaran matematika untuk mening-katkan hasil belajar matematika siswa terutama dalam ranah kognitif. Khusus bagi guru di SD Negeri 2 Kampung Baru disarankan untuk melanjutkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT agar bisa tercipta pembelajaran yang lebih optimal sehingga hasil belajar matematika siswa SD Negeri 2 Kampung Baru dapat meningkat lebih baik dari sebelum-nya.


(60)

67 2. Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian supaya lebih memperhati-kan lagi manajemen waktu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, sehing-ga pembelajaran lebih maksimal. Selain itu penting jusehing-ga untuk memperhatikan manajemen kelas, sebaiknya pengelolaan kelas lebih terorganisir dan lebih terencana. Selain itu disarankan pula untuk melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini bertujuan supaya situasi dan kondisi kelas dapat kondusif saat dilakukan pengambilan data, sehingga data yang dikumpulkan tentang hasil belajar siswa lebih optimal.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Azwar, S. 1996. TesPrestasi (FungsidanPengembanganPengukuranPrestasiBelajar). Yogyakarta: PustakaPelajar.

BSNP. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang: Sistem Pendidikan Nasional.[Online]http://bsnp-indonesia.org/id/wpcontent/ uploads/ proses/ Sisdiknas_UU_20_Th-2003. pdf. Diakses pada 9 September 2013.

Hamalik, O. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara

Hernawan, Herry A., dkk. 2007. Pengembangan Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta. UT.

Isjoni. 2013. Cooperative Learning. Bandung. Alfabeta

Jihad, A., & A. Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Multi Pressindo.

Joyce, Bruce, et al. 2009. Models Of Teaching (Edisi Kedelapan). Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Kadir. 2010. StatistikaUntukPenelitianIlmu-IlmuSosial. Jakarta: RosemataSempurna

Khusnulnisa. 2013. Kata Kerja Operasional. [Online]http://khusnulnisa.blogspot. com/ 2013/05/kata-kerja-operasional-revisi-taksonomi.html. Diakses pada 15 Mei 2014.

Mirnawati. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Kognitif Dan Sikap Peduli Lingkungan Oleh Siswa Pada Materi Peran Manusia Dalam Pengelolaan Lingkungan (Skripsi). Lampung. Unila.


(62)

Muslimin. 2010. Numbered Head Together.[Online]http//www.eazhul.org. uk/nk/numbered_heads.html. Diakses pada 03 Maret 2013

Riyanti. 2012. Pembelajaran Konvensional. [Online] http://sin-riyanti.blogspot. com/2012/10/pembelajaran-konvensional_5536.html. Diakses pada 8 Mei 2014.

Rohmawati, Elvira. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Negeri Keceme 1 Kecamatan Sleman(Jurnal Online). [Online]http://eprints.uny.ac.id/9880/5/Cover%20-08108241109.pdf.Diakses pada 03 Maret 2013.

Rusman. 2013. Pendekatan dan Model Pembelajaran (Modul e-learning).[Online] http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986 011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajara n.pdf. Diakses pada 8 Mei 2014.

Sagala, S. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.

Sardiman, A. M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajagrafindo

Sekaran, U. 2006. Metodelogi Penelitian untuk Bisnis. Jagakarsa. Salemba Empat.

Setiawan, N. 2005.Teknik Sampling.

[Online]http://muntohar.files.wordpress.com/2009/10/teknik_sampling1.pdf. Diakses pada 6 Januari2014.

Slavin, R. 2005. Cooperative Learning – Teori, Riset, & Praktek. Bandung. Nusa Media

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstansi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta. Dirjendikti.

SuaraPembaharuan. 2013. Skor PISA Jeblok, Kemdikbud Janji Tidak Tinggal Diam. [Online]http://www.suarapembaruan.com/home/skor-pisa-jeblok-kemdikbud-janji-tidak-tinggal-diam/46053. Diakses pada 5 Januari 2014.

Sudaryo. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Semarang. IKIP Semarang Press.


(63)

Sudjana, N. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Rosda.

Suherman, E. 1994. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta. Depdiknas Dirjen Dikti.

Suryadi. 2010. Suplemen MK Evaluasi. [Online] http://file.upi. edu/ Direktori/ FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196807291998021-SURYADI/ VALIDITAS_tes.pdf. Diakses pada 13 Desember 2013.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.


(1)

42 = varians kelompok pembelajaran model NHT

= varians kelompok pembelajaran model konvensional = varians gabungan

Dengan kriteria pengujian:

Terima H0 jika dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 –2) dan

peluang dengan taraf signifikan dan untuk harga t lainnya H0 ditolak.


(2)

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar mate-matika siswa kelas tinggi SD Negeri 2 Kampung Baru Bandar Lampung. Secara umum siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menunjukkan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan alternatif dalam pembelajaran matematika untuk mening-katkan hasil belajar matematika siswa terutama dalam ranah kognitif. Khusus bagi guru di SD Negeri 2 Kampung Baru disarankan untuk melanjutkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT agar bisa tercipta pembelajaran yang lebih optimal sehingga hasil belajar matematika siswa SD Negeri 2 Kampung Baru dapat meningkat lebih baik dari sebelum-nya.


(3)

67 2. Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian supaya lebih memperhati-kan lagi manajemen waktu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, sehing-ga pembelajaran lebih maksimal. Selain itu penting jusehing-ga untuk memperhatikan manajemen kelas, sebaiknya pengelolaan kelas lebih terorganisir dan lebih terencana. Selain itu disarankan pula untuk melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini bertujuan supaya situasi dan kondisi kelas dapat kondusif saat dilakukan pengambilan data, sehingga data yang dikumpulkan tentang hasil belajar siswa lebih optimal.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Azwar, S. 1996. TesPrestasi (FungsidanPengembanganPengukuranPrestasiBelajar). Yogyakarta: PustakaPelajar.

BSNP. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang: Sistem Pendidikan

Nasional.[Online]http://bsnp-indonesia.org/id/wpcontent/ uploads/ proses/

Sisdiknas_UU_20_Th-2003. pdf. Diakses pada 9 September 2013. Hamalik, O. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara

Hernawan, Herry A., dkk. 2007. Pengembangan Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta. UT.

Isjoni. 2013. Cooperative Learning. Bandung. Alfabeta

Jihad, A., & A. Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Multi Pressindo. Joyce, Bruce, et al. 2009. Models Of Teaching (Edisi Kedelapan). Yogyakarta.

Pustaka Pelajar

Kadir. 2010. StatistikaUntukPenelitianIlmu-IlmuSosial. Jakarta: RosemataSempurna Khusnulnisa. 2013. Kata Kerja Operasional. [Online]http://khusnulnisa.blogspot.

com/ 2013/05/kata-kerja-operasional-revisi-taksonomi.html. Diakses pada 15 Mei 2014.

Mirnawati. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Kognitif Dan Sikap Peduli Lingkungan Oleh Siswa Pada

Materi Peran Manusia Dalam Pengelolaan Lingkungan (Skripsi). Lampung.


(5)

Muslimin. 2010. Numbered Head Together.[Online]http//www.eazhul.org. uk/nk/numbered_heads.html. Diakses pada 03 Maret 2013

Riyanti. 2012. Pembelajaran Konvensional. [Online] http://sin-riyanti.blogspot. com/2012/10/pembelajaran-konvensional_5536.html. Diakses pada 8 Mei 2014.

Rohmawati, Elvira. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Negeri Keceme 1 Kecamatan Sleman(Jurnal Online). [Online]http://eprints.uny.ac.id/9880/5/Cover%20-08108241109.pdf.Diakses pada 03 Maret 2013.

Rusman. 2013. Pendekatan dan Model Pembelajaran (Modul e-learning).[Online] http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986 011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajara n.pdf. Diakses pada 8 Mei 2014.

Sagala, S. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.

Sardiman, A. M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajagrafindo

Sekaran, U. 2006. Metodelogi Penelitian untuk Bisnis. Jagakarsa. Salemba Empat.

Setiawan, N. 2005.Teknik Sampling.

[Online]http://muntohar.files.wordpress.com/2009/10/teknik_sampling1.pdf. Diakses pada 6 Januari2014.

Slavin, R. 2005. Cooperative Learning – Teori, Riset, & Praktek. Bandung. Nusa Media

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstansi Keadaan

Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta. Dirjendikti.

SuaraPembaharuan. 2013. Skor PISA Jeblok, Kemdikbud Janji Tidak Tinggal Diam. [Online]http://www.suarapembaruan.com/home/skor-pisa-jeblok-kemdikbud-janji-tidak-tinggal-diam/46053. Diakses pada 5 Januari 2014.

Sudaryo. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Semarang. IKIP Semarang Press. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito.


(6)

Sudjana, N. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Rosda. Suherman, E. 1994. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta.

Depdiknas Dirjen Dikti.

Suryadi. 2010. Suplemen MK Evaluasi. [Online] http://file.upi. edu/ Direktori/ FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196807291998021-SURYADI/ VALIDITAS_tes.pdf. Diakses pada 13 Desember 2013.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SD NEGERI 3 CANDIMAS T.P 2011/2012

0 12 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SD NEGERI 3 KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

0 4 39

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 47

PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PROSES BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG

0 4 38

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 2 KAMPUNG BARU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 13 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 2 KAMPUNG BARU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 29 147

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 66

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 51

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RAMBAH SAMO

0 0 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA SD

0 0 8