Latar ialah tempat dan waktu terjadinya peristiwa

8 Alkisah, di sebuah lereng pegunungan ada sebuah desa yang permai. Hampir seluruh penduduk di sana bermata pencaharian sebagai pencari kayu. Mereka memanfaatkan hutan yang ada di sekitar permukiman mereka. Pohon pohon besar dan berdaun lebat. Awalnya mereka hanya mau menebang pohon yang sudah tua, tetapi akhirnya mereka menjadi lupa diri. Para penebang kayu ini sudah tak peduli lagi. Meskipun usia pohonnya masih muda, mereka tetap saja menebangnya. Suatu ketika Riri dan Nena bermain-main ke bukit. Dua gadis cilik ini ingin mencari bunga dan kupu-kupu di sana. Akan tetapi, alangkah kagetnya kedua gadis cilik itu. Bukit yang dulu mereka kenal, kini telah berbeda sama sekali. Bukit itu menjadi tandus. Pohon besar nan rimbun sudah sulit sekali mereka temui. Bunga- bunga yang indah telah berubah menjadi alang-alang yang tak terurus. Kupu-kupu telah pergi entah ke mana. Riri dan Nena kecewa sekali. Bunga dan kupu-kupu cantik tak mereka temui. Siang itu matahari bersinar dengan sangat terik. Dua gadis cilik itu mencari pohon besar yang cukup rindang. Setelah sekian lama berkeliling, akhirnya mereka menemui sebuah pohon besar yang sangat rindang. Rupanya, pohon ini satusatunya pohon besar yang belum ditebang. Riri dan Nena berteduh di bawah pohon tua itu. Sejenak kemudian mereka mendongak ke atas. Sebagian di antara ada yang sudah didiami telur-telur dan burung-burung kecil. Mereka berkicau dengan riangnya. Sebagian lainnya berebut disuapi induknya. Riri dan Nena melihat beberapa ekor kupu-kupu terbang kian kemari. Tiba-tiba ada suara tua menyapa mereka. Dua gadis cilik ini terhenyak. Mereka mencari sumber suara itu. “Jangan panik, gadis-gadis manis, aku di dekat kalian” Astaga Ternyata, pohon besar itu yang berbicara. Ia tersenyum kepada Riri dan Nena. Sorot matanya p ersahabatan. “Tolonglah kami, gadis-gadis kecil, selamatkan nyawa kami” Riri dan Nena kembali terkejut. Tak hanya pohon tua itu yang mampu bicara. Ternyata, burung-burung kecil, kupu-kupu, dan hewan-hewan lainnya pun mampu berbicara seperti manusia. “Aku adalah satu-satunya pohon yang belum ditebang penduduk. Tetapi, mungkin sebentar lagi mereka akan melakukannya. Seperti halnya manusia, kami juga makhluk Tuhan yang punya hak untuk hidup di bumi ini. Coba kalian lihat betapa banyak burung-burung, kupu-kupu dan hewan-hewan lain yang coba bertahan hidup di sini. Hanya kalian yang mampu menyampaikan pesan kami kepada mereka. Tolong katakan kepada mereka jika merawat kami, pasti kami pun akan melindungi mereka” tutur pohon tua itu kepada Riri dan Nena.