Menurut Dwiatmadja 2005: 27, CSR dikelompokkan ke dalam dua pandangan: i pandangan klasik dan ii pandangan sosio-ekonomis.
Pandangan klasik mengutarakan bahwa tanggung jawab satu-satunya dari manajemen adalah memaksimalkan laba
profit
. Inti dari pandangan klasik, tanggung jawab perusahaan hanyalah kepada pemegang saham
sha reholders
, yaitu memberikan kepada mereka bagian dari laba yang disebut deviden. Lebih jelasnya
kepentingan shareholders menurut Friedman 1970 hanyalah imbalan finansial yang sebesar-besarnya.
Perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari pandangan sosio-ekonomis yang mengatakan bahwa tanggung jawab sosial dari manajemen bukan hanya mencapai
profit melainkan mencakup juga tentang melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi tanggung jawab sosial dari manajemen adalah mencakup para
stakeholder
, bukan hanya
shareholders
.
Stakeholders
yang dimaksud adalah para pihak yang ada didalam dan diluar organisasi tersebut yang memiliki suatu
kepentingan dengan kegiatan organisasi.
2.2. Dimensi CSR
Empat dimensi CSR adalah
corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations,
dan
community development
. Briliant dan Rice, 1988; Burke, 1988; Suharto, 2007a.
Corporate giving
bermotif amal atau charity dimana kegiatan CSR yang dilakukan hanya untuk sekedar membantu hanya saat itu saja atau bersifat hibah
social seperti memberikan bantuan saat bencana alam atau memberikan mie gratis saat 17 Agustusan, dll.
Corporate philanthropy
bermotif kemanusiaan dimana kegiatan CSR yang masih bersifat amal namun sudah ada dana rutin dari perusahaan atau biasanya
berbentuk hibah pembangunan, biasanya disalurkan lewat yayasan amal perusahaan atau pembangunan rumah ibadah. Contohnya adalah PT Indocement Tunggal
Prakarsa yang membangun Sekolah SD, SMP, SMA dan perupustakaan, Puskesmas Binaan Indocement Bogor.
Corporate community relations
bernafaskan tebar pesona dimana berita kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut disebarluaskan kepada
masyarakat biasanya lewat mediamassa, Perusahaan yang sering melakukannya biasanya berskala besar. Di Indonesia seperti PT. Djarum Tbk, Chevron, Exxon
Mobil, PT. Indosat, dll
Community development
lebih bernuansa pemberdayaan. Kegiatan CSR yang dilakukan melalui proses penguatan masyarakat secara aktif dan berkelanjutan secara
partisipatif dan kerjasama. Salah satu perusahaan di Indonesia yang sudah melakukan adalah PT. Medco Inergi International yang melakukan program pengembangan
usaha mikro kecil sebagai suplayer perusahaan.
2.3. Klasifikasi Perusahaan yang Melakukan CSR
Berkaitan dengan pelaksanaan CSR, perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Tidak bermaksud menyederhanakan realitas, tetapi
pengkategorian ini menggambarkan kemampuan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR. Dengan menggunakan empat pendekatan yang dikembangkan
Suharto, sedikitnya ada delapan kategori perusahaan. Perusahaan ideal memiliki kategori reformis dan progresif. Dua pendekatan yang dimaksud adalah:
1. Menurut proporsi keuntungan dan besarnya anggaran CSR perusahaan: Perusahaan Minimalis yaitu perusahaan yang memiliki profit
rendah dan anggaran CSR yang rendah. Perusahaan Ekonomis yaitu perusahaan yang memiliki keuntungan
tinggi, namun anggaran CSR-nya rendah. Perusahaan Humanis yaitu perusahaan yang profitnya rendah
namun proporsi anggaran CSR- nya relatif tinggi. Perusahaan Reformis yaitu perusahaan yang memiliki profit tinggi
dan anggaran CSR yang tinggi. Gambar 2.1
2. Menurut tujuan CSR: apakah untuk promosi atau pemberdayaan masyarakat:
Perusahaan Pasif yaitu perusahaan yang impelementasi CSRnya tanpa tujuan jelas: tidak untuk promosi, bukan pula untuk
pemberdayaan. Sekadar melakukan kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi dan CSR sebagai hal yang kurang
bermanfaat bagi perusahaan.
Gambar 2.1. : Kategori Perusahaan berdasarkan Profit Perusahaan dan Anggaran CSR
Sumber: Suharto 2008a: 3 Perusahaan
Ekonomis - Pelit Perusahaan
Reformis - Maju
Perusahaan Minimalis
– Kecillemah
Perusahaan Humanis
– Baik HatiDermawan
Profit perusahaan
Anggaran CSR
tinggi
rendah rendah
tinggi
Perusahaan Impresif yaitu perusahaan yang implementasi CSRnya lebih diutamakan untuk promosi daripada untuk pemberdayaan.
Perusahaan seperti ini lebih mementingkan ”tebar pesona” ketimbang ”tebar karya”.
Perusahaan Agresif yaitu perusahaan yang implementasi CSRnya lebih ditujukan untuk pemberdayaan ketimbang promosi.
Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya nyata ketimbang tebar pesona.
Perusahaan Progresif yaitu perusahaan yang implementasi CSRnya untuk tujuan promosi dan sekaligus pemberdayaan. Promosi dan
implementasi CSR dipandang sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu-sama lain bagi kemajuan perusahaan Gambar
2.2.
2.4. Cakupan CSR